• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999

TENTANG

PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a.

bahwa t umbuhan dan sat wa liar merupakan bagian dari sumber daya al am hayat i yang dapat dipergunakan unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat , dan pemanf aat annya dilakukan dengan memperhat ikan kelangsungan pot ensi, daya dukung, dan keanekaragaman j enis t umbuhan dan sat wa liar;

b.

bahwa berdasarkan hal t ersebut di at as dan sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Al am Hayat i dan Ekosist emnya, dipandang perlu menet apkan perat uran t ent ang pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar dengan Perat uran Pemerint ah.

Mengingat :

1. Pasal 5 Ayat (2) dan Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 t ent ang Ket ent uan-Ket ent uan Pokok Kehut anan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2823);

3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 t ent ang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 t ent ang Sist em Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478);

6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 t ent ang Karant ina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482);

7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 t ent ang Konvensi Perserikat an Bangsa-Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayat i (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 41, Tambaban Lembaran Negara Nomor 3556);

8. Perat uran Pemerint ah Nomor 13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Buru (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3544);

9. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 t ent ang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3612);

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

11. Perat uran Pemerint ah Nomor 68 Tahun 1998 t ent ang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelest arian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776).

MEMUTUSKAN:

Menet apkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

(2)

1.

Pemanf aat an j enis adalah penggunaan sumber daya alam baik t umbuhan maupun sat wa liar dan at au bagian-bagiannya sert a hasil dari padanya dalam bent uk pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan, penangkaran, perburuan, perdagangan, peragaan, pert ukaran, budidaya t anaman obat -obat an, dan pemeliharaan unt uk kesenangan.

2.

Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran t umbuhan dan sat wa liar dengan t et ap memperhat ikan kemurnian j enisnya.

3.

Pembesaran adalah upaya memelihara dan membesarkan benih at au bibit dan anakan dari t umbuhan dan sat wa liar dari alam dengan t et ap mempert ahankan kemurnian j enisnya.

4.

Lembaga Konservasi adalah lembaga yang bergerak di bidang konservasi t umbuhan dan sat wa di

luar habit at nya (ex sit u), baik berupa lembaga pemerint ah maupun lembaga non pemerint ah.

5.

Penandaan adalah pemberian t anda bersif at f isik pada bagian t ert ent u dari j enis t umbuhan dan

sat wa liar at au bagian-bagiannya sert a hasil dari padanya baik dari hasil penangkaran at au pembesaran.

6.

Sert if ikasi adalah ket erangan t ert ulis t ent ang ciri, asal-usul, kat egori, dan ident if ikasi lain dari j enis t umbuhan dan sat wa liar at au bagian-bagiannya sert a hasil dari padanya baik dari

penangkaran at au pembesaran.

7.

Penangkapan sat wa liar adalah kegiat an memperoleh sat wa liar dari habit at alam unt uk kepent ingan pemanf aat an j enis sat wa liar di luar perburuan.

8.

Pengambilan t umbuhan liar adalah kegiat an memperoleh t umbuhan liar dari habit at alam unt uk kepent ingan pemanf aat an j enis t umbuhan liar.

9.

Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang kehut anan.

Pasal 2

(1) Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar bert uj uan agar j enis t umbuhan dan sat wa liar dapat didayagunakan secara lest ari unt uk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat .

(2) Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar dilakukan dengan mengendalikan pendayagunaan j enis t umbuhan dan sat wa liar at au bagian-bagiannya sert a hasil dari padanya dengan t et ap menj aga

keanekaragaman j enis dan keseimbangan ekosist em.

Pasal 3

Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar dilaksanakan dalam bent uk : a. Pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan;

b. Penangkaran; c. Perburuan; d. Perdagangan; e. Peragaan; f . Pert ukaran;

g. Budidaya t anaman obat -obat an; dan h. Pemeliharaan unt uk kesenangan.

BAB II

PENGKAJIAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pasal 4

(1) Pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan dapat dilakukan t erhadap j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi at au yang t idak dilindungi.

(3)

(2) Penggunaan j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi unt uk kepent ingan pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan harus dengan izin Ment eri.

(3) Pengambilan t umbuhan liar dan penangkapan sat wa liar dari habit at alam unt uk keperluan pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 5

(1) Hasil pengkaj ian, penelit i an dan pengembangan j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi waj ib diberit ahukan kepada pemerint ah.

(2) Pemerint ah menet apkan lembaga penelit ian dan at au lembaga konservasi yang bert ugas mendokument asikan, memelihara, dan mengelola hasil pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(3) Ket ent uan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri .

Pasal 6

(1) Ket ent uan t ent ang pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan t erhadap j enis t umbuhan dan sat wa liar oleh orang asing di Indonesia dilakukan sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pengkaiian, penelit ian dan pengembangant erhadap j enis t umbuhan dan sat wa liar Indonesia yang dilakukan di luar negeri dapat dilakukan set elah memperoleh rekomendasi Ot orit as Keilmuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65.

BAB III

P E N A N G K A R A N

Pasal 7

(1) Penangkaran unt uk t uj uan pemanf aat an j enis dilakukan melalui kegiat an :

a.

pengembangbiakan sat wa at au perbanyakan t umbuhan secara buat an dalam lingkungan yang t erkont rol; dan

b.

penet asan t elur dan at au pembesaran anakan yang diambil dari alam.

(2) Penangkaran dapat dilakukan t erhadap j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi at au yang t idak dilindungi.

(3) Dengan t idak mengurangi ket ent uan yang diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini, penangkaran j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi t erikat j uga kepada ket ent uan yang berlaku bagi pengawet an j enis t umbuhan dan sat wa.

Pasal 8

(1) Jenis t umbuhan dan sat wa liar unt uk keperluan penangkaran diperoleh dari habit at alam at au sumber-sumber lain yang sah menurut ket ent uan Perat uran Pemerint ah ini.

(4)

(2) Pengambilan j enis t umbuhan liar dan penangkapan sat wa liar dari alam unt uk keperluan penangkaran diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 9

(1) Set iap orang, Badan Hukum, Koperasi at au Lembaga Konservasi dapat melakukan kegiat an penangkaran j enis t umbuhan dan sat wa liar at as izin Ment eri.

(2) Izin penangkaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekaligus j uga merupakan izin unt uk dapat menj ual hasil penangkaran set elah memenuhi st andar kualif ikasi penangkaran t ert ent u.

(3) St andar kualif ikasi penangkaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dit et apkan dengan dasar pert imbangan:

a. bat as j umlah populasi j enis t umbuhan dan sat wa hasil penangkaran; b. prof esionalisme kegiat an penangkaran;

c. t ingkat kelangkaan j enis t umbuhan dan sat wa yang dit angkarkan.

(4) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang st andar kualif ikasi penangkaran diat ur oleh Ment eri.

Pasal 10

(1) Hasil penangkaran t umbuhan liar yang dilindungi dapat digunakan unt uk keperluan perdagangan.

(2) Hasil penangkaran t umbuhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinyat akan sebagai t umbuhan yang t idak dilindungi.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) t idak berlaku t erhadap j enis t umbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.

Pasal 11

(1) Hasil penangkaran sat wa liar yang dilindungi yang dapat digunakan unt uk keperluan perdagangan adalah sat wa liar generasi kedua dan generasi berikut nya.

(2) Generasi kedua dan generasi berikut nya dari hasil penangkaran j enis sat wa liar yang dilindungi, dinyat akan sebagai j enis sat wa liar yang t idak dilindungi.

(3) Ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) t idak berlaku t erhadap j enis sat wa liar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34.

Pasal 12

Penangkar waj ib menj aga kemurnian j enis sat wa liar yang dilindungi sampai pada generasi pert ama.

Pasal 13

(1) Hasil penangkaran unt uk persilangan hanya dapat dilakukan set elah generasi kedua bagi sat wa liar yang dilindungi, dan set elah generasi pert ama bagi sat wa liar yang t idak dilindungi, sert a set elah mengalami perbanyakan bagi t umbuhan yang dilindungi.

(5)

Pasal 14

(1) Penangkar waj ib memberi penandaan dan at au sert if ikasi at as hasil t umbuhan dan sat wa liar yang dit angkarkan.

(2) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai sist em dan t at a cara penandaan dan sert if ikasi t umbuhan dan sat wa hasil penangkaran diat ur oleh Ment eri.

Pasal 15

(1) Set iap orang, Badan Hukum, Koperasi, dan Lembaga Konservasi yang mengaj ukan permohonan unt uk melakukan kegiat an penangkaran, waj ib memenuhi syarat -syarat :

a. mempekerj akan dan memiliki t enaga ahli di bidang penangkaran j enis yang bersangkut an; b. memiliki t empat dan f asilit as penangkaran yang memenuhi syarat -syarat t eknis;

c. membuat dan menyerahkan proposal kerj a.

(2) Dalam menyelenggarakan kegiat an penangkaran, penangkar berkewaj iban unt uk: a. membuat bukt i induk t umbuhan at au sat wa liar yang dit angkarkan;

b. melaksanakan sist em penandaan dan at au sert if ikasi t erhadap individu j enis yang dit angkarkan; c. membuat dan menyampaikan laporan berkala kepada pemerint ah.

(3) Ket ent uan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 16

(1) Sat wa liar yang dilindungi yang diperoleh dari habit at al am unt uk keperluan penangkaran dinyat akan sebagai sat wa t it ipan negara.

(2) Ket ent uan mengenai penet apan st at us purna penangkaran dan pengembalian ke habit at alam sat wa t it ipan negara diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Ment eri.

BAB IV P E R B U R U A N

Pasal 17

(1) Perburuan j enis sat wa liar dilakukan unt uk keperluan olah raga buru (spor t hunt i ng), perolehan t rof i (hunt i ng t r ophy), dan perburuan t radisional oleh masyarakat set empat .

(2) Kegiat an perburuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dalam Perat uran Pemerint ah t ersendiri.

BAB V

P E R D A G A N G A N

Pasal 18

(6)

(2) Tumbuhan dan sat wa liar unt uk keperluan perdagangan diperoleh dari : a. hasil penangkaran;

b. pengambilan at au penangkapan dari alam.

Pasal 19

(1) Perdagangan j enis t umbuhan dan sat wa liar hanya dapat dilakukan oleh Badan Usaba yang didirikan menurut hukum Indonesia set elah mendapat rekomendasi Ment eri.

(2)

D

ikecualikan dari ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diperdagangkan dalam skala t erbat as dapat dilakukan oleh masyarakat yang t inggal di dalam dan sekit ar Areal Buru dan di sekit ar Taman Buru sebagaimana diat ur dalam perat uran perundang-undangan t ent ang perburuan sat wa buru.

Pasal 20

(1) Badan usaha yang melakukan perdagangan j enis t umbuhan dan sat wa liar waj ib :

a.

memiliki t empat dan f asilit as penampungan t umbuhan dan sat wa liar yang memenuhi syarat -syarat t eknis;

b.

menyusun rencana kerj a t ahunan usaha perdagangan t umbuhan dan sat wa;

c.

menyampaikan laporan t iap-t iap pelaksanakan perdagangan t umbuhan dan sat wa.

(2) Ket ent uan pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 21

Badan Usaha yang melakukan perdagangan t umbuhan dan sat wa liar waj ib membayar pungut an yang dit et apkan menurut ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 22

(1) Perdagangan t umbuhan dan sat wa liar diat ur berdasarkan lingkup perdagangan : a. dalam negeri;

b. ekspor, re-ekspor at au impor.

(2) Tiap-t iap perdagangan t umbuhan dan sat wa li ar waj ib dilengkapi dengan dokumen yang sah.

Pasal 23

Ket ent uan mengenai perdagangan t umbuhan dan sat wa liar dalam negeri diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Ment eri.

Pasal 24

(1) Tiap-t iap perdagangan t umbuhan dan sat wa li ar unt uk t uj uan ekspor, re-ekspor, at au impor dilakukan at as dasar izin Ment eri.

(2) Dokumen perdagangan unt uk t uj uan ekspor, re-ekspor, dan impor, sah apabila t elah memenuhi syarat -syarat sebagai berikut :

a. memiliki dokumen pengiriman at au pengangkut an; b. izin ekspor, re-ekspor, at au impor;

(7)

(3) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang dokumen perdagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur dengan Keput usan Ment eri.

Pasal 25

(1) Tumbuhan dan sat wa liar yang diekspor, re-ekspor, at au impor waj ib dilakukan t indak karant ina.

(2) Dalam melakukan t indak karant ina sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pet ugas karant ina waj ib memeriksa kesehat an j enis t umbuhan dan sat wa liar sert a kelengkapan dan kesesuaian spesimen dengan dokumen.

Pasal 26

Ekspor, re-ekspor, at au impor j enis t umbuhan dan sat wa liar t anpa dokumen at au memaIsukan

dokumen at au menyimpang dari syarat -syarat dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) t ermasuk dalam pengert ian penyelundupan.

BAB VI P E R A G A A N

Pasal 27

Peragaan j enis t umbuhan dan sat wa liar dapat berupa koleksi hidup at au koleksi mat i t ermasuk bagian-bagiannya sert a hasil dari padanya.

Pasal 28

(1) Peragaan j enis t umbuhan dan sat wa liar dapat dilakukan oleh lembaga komnservasi dan lembaga-lembaga pendidikan f ormal.

(2) Peragaan yang dilakukan oleh orang at au Badan di luar lembaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dengan izin Ment eri.

Pasal 29

Perolehan dan penggunaan j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi unt uk keperluan peragaan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Ment eri.

Pasal 30

(1) Lembaga, badan at au orang yang melakukan peragaan t umbuhan dan sat wa liar bert anggung j awab at as kesehat an dan keamanan t umbuhan dan sat wa liar yang diperagakan.

(2) Ment eri mengat ur st andar kesehat an dan keamanan t umbuhan dan sat wa liar unt uk keperluan peragaan.

BAB VII P E R T U K A R A N

Pasal 31

(8)

Pert ukaran j enis t umbuhan dan sat wa liar dilakukan dengan t uj uan unt uk mempert ahankan at au meningkat kan populasi, memperkaya keanekaragaman j enis, penelit ian dan ilmu penget ahuan, dan at au penyelamat an j enis yang bersangkut an.

Pasal 32

(1) Pert ukaran j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi hanya dapat dilakukan t erhadap j enis t umbuhan dan sat wa liar yang sudah dipelihara oleh Lembaga Konservasi.

(2) Pert ukaran j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi hanya dapat dilakukan oleh dan ant ar Lembaga Konservasi dan pemerint ah.

Pasal 33

(1) Pert ukaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 hanya dapat dilakukan ant ara sat wa dengan sat wa, at au t umbuhan dengan t umbuhan.

(2) Pert ukaran dilakukan at as dasar keseimbangan nilai konservasi j enis t umbuhan dan sat wa liar yang bersangkut an.

(3) Penilaian at as keseimbangan nilai konservasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh sebuah t im penilai yang pembent ukan dan t at a kerj anya dit et apkan dengan keput usan Ment eri.

Pasal 34

Tumbuhan liar j enis Raf lesia dan sat wa liar j enis : a. Anoa (Anoa depr essi cor ni s, Anoa quar l esi );

b. Babi rusa (Babyr ousa babyr ussa);

c. Badak Jawa (Rhi nocer os sondai cus);

d. Badak Sumat era (Di cer or hi nus sumat r ensi s);

e. Biawak Komodo (Var anus komodoensi s);

f. Cendrawasih (seluruh j enis dari f amili Par adi sei dae);

g. Elang Jawa, Elang Garuda (Spi zaet us bar t el si );

h. Harimau Sumat era (Pant her a t i gr is sumat r ae);

i. Lut ung Ment awai (Pr esbyt i s Pot enzi ani );

j . Orangut an (Pongo pygmaeus);

k. Owa Jawa (Hyl obat es mol och).

hanya dapat dipert ukarkan at as peset uj uan Presiden.

BAB VIII

BUDIDAYA TANAMAN OBAT-OBATAN

Pasal 35

Pemanf aat an j enis t umbuhan liar yang berasal dari habit at alam unt uk keperluan budidaya t anaman obat -obat an dilakukan dengan t et ap memelihara kelangsungan pot ensi, populasi, daya dukung, dan keanekaragaman j enis t umbuhan liar.

Pasal 36

(9)

BAB IX

PEMELIHARAAN UNTUK KESENANGAN

Pasal 37

(1) Set iap orang dapat memelihara j enis t umbuhan dan sat wa liar unt uk t uj uan kesenangan.

(2) Tumbuhan dan sat wa liar unt uk keperluan pemeliharaan unt uk kesenangan hanya dapat dilakukan t erhadap j enis yang t idak dilindungi.

Pasal 38

Ment eri menet apkan bat as maksimum j umlah t umbuhan dan sat wa liar yang dapat dipelihara unt uk kesenangan.

Pasal 39

(1) Tumbuhan dan sat wa liar unt uk keperluan pemeliharaan unt uk kesenangan diperoleh dari hasil penangkaran, perdagangan yang sah, at au dari habit at alam.

(2) Pengambilan t umbuhan li ar dan penangkapan sat wa liar unt uk keperluan pemeliharaan unt uk kesenangan diat ur lebih lanj ut oleh Ment eri.

Pasal 40

(1) Pemelihara j enis t umbuhan dan sat wa liar unt uk kesenangan, waj ib :

a.

memelihara kesehat an, kenyamanan, dan keamanan j enis t umbuhan at au sat wa liar peliharaannya;

b.

menyediakan t empat dan f asilit as yang memenuhi st andar pemeliharaan j enis t umbuhan dan sat wa liar.

(2) Ket ent uan pelaksanaan mengenai kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Ment eri.

Pasal 41

(1) Pemerint ah set iap 5 (lima) t ahun mengevaluasi kecakapan at au kemampuan seseorang at au lembaga at as kegiat annya melakukan pemeliharaan sat wa liar unt uk kesenangan.

(2) Unt uk keperluan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemelihara sat wa liar waj ib menyampaikan laporan berkala pemeliharaan sat wa sesuai dengan ket ent uan yang dit et apkan oleh Ment eri.

BAB X

PENGIRIMAN ATAU PENGANGKUTAN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

(10)

(1) Pengiriman at au pengangkut an j enis t umbuhan dan sat wa liar dari sat u wilayah habit at ke wilayah habit at lainnya di Indonesia, at au dari dan keluar wilayah Indonesia, waj ib dilengkapi dengan dokumen pengiriman at au pengangkut an.

(2) Dokumen dinyat akan sah, apabila t elah memenuhi syarat -syarat sebagai berikut : a. st andar t eknis pengangkut an;

b. izin pengiriman;

c. izin penangkaran bagi sat wa hasil penangkaran;

d. sert if ikasi kesehat an sat wa dari pej abat yang berwenang.

(3) Izin pengiriman sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b waj ib memuat ket erangan t ent ang : a. j enis dan j umlah t umbuhan dan sat wa;

b. pelabuhan pemberangkat an dan pelabuhan t uj uan;

c. ident it as Orang at au Badan yang mengirim dan menerima t umbuhan dan sat wa; d. perunt ukan pemanf aat an t umbuhan dan sat wa.

BAB XI

DAFTAR KLASIFIKASI DAN KUOTA

Pasal 43

(1) Pemerint ah menet apkan daf t ar j enis t umbuhan dan sat wa liar yang t idak dilindungi at as dasar klasif ikasi yang boleh dan yang t idak boleh diperdagangkan.

(2) Penet apan daf t ar klasif ikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib memperhat ikan :

a.

perkembangan upaya perlindungan j enis t umbuhan san sat wa liar yang disepakat i dalam

konvensi int ernasional;

b.

upaya-upaya konservasi yang dilakukan di Indonesia; dan

c.

kepent ingan pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar.

Pasal 44

(1) Pemerint ah menet apkan kuot a pengambilan dan penangkapan set iap j enis dan j umlah t umbuhan dan sat wa liar yang dapat diambil at au dit angkap dari alam unt uk set iap kurun wakt u 1 (sat u) t ahun.

(2) Penet apan kuot a pengambilan dan penangkapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib memperhat ikan pert umbuhan populasi t umbuhan dan sat wa liar pada wilayah habit at yang bersangkut an.

(3) Wilayah habit at sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) di t et apkan dengan Keput usan Ment eri.

Pasal 45

Kuot a penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) meliput i j uga hasil perburuan sat wa liar secara t radisional yang dilakukan oleh masyarakat yang t inggal di sekit ar Taman Buru dan di dalam at au di sekit ar Areal Buru dengan menggunakan alat -alat t radisional.

Pasal 46

(11)

Pasal 47

(1) Pemerint ah menet apkan kuot a j enis dan j uml ah t umbuhan dan sat wa liar yang t idak dilindungi unt uk keperluan perdagangan dalam set iap kurun wakt u 1 (sat u) t ahun.

(2) Sumber t umbuhan dan sat wa liar unt uk keperluan penet apan kuot a perdagangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berasal dari kuot a pengambilan dan penangkapan dari alam dan hasil penangkaran.

(3) Kuot a perdagangan dit et apkan at as dasar kebut uhan perdagangan dalam negeri dan unt uk t uj uan ekspor, re-ekspor, at au impor.

Pasal 48

(1) Pemerint ah mengendalikan impor set iap j enis t umbuhan dan sat wa liar yang dapat dimasukkan ke Indonesia.

(2) Pengendalian impor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) waj ib memperhat ikan upaya perlindungan t umbuhan dan sat wa liar sej enis di Indonesia dan ket ent uan konvensi int ernasional t ent ang impor t umbuhan dan sat wa liar.

Pasal 49

Penet apan daf t ar klasif ikasi, kuot a pengambilan dan penangkapan, dan kuot a perdagangan,

sebagaimana diat ur dalam Bab ini dilakukan oleh Ment eri set elah mendapat rekomendasi dari Ot orit as Keilmuan (Sci ent i f i c Aut hor i t y).

BAB XII S A N K S I

Pasal 50

(1) Barang siapa t anpa izin menggunakan t umbuhan dan at au sat wa liar yang dilindungi unt uk kepent ingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dihukum karena melakukan perbuat an yang dilarang menurut ket ent uan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya.

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 50. 000. 000, 00 (lima puluh j ut a rupiah) dan at au dihukum t idak diperbolehkan melakukan kegiat an pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan t erhadap t umbuhan liar dan sat wa liar unt uk wakt u paling lama 5 t ahun.

(3) Barang siapa mengambil t umbuhan liar dan at au sat wa liar dari habit at alam t anpa izin at au dengan t idak memenuhi ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), Pasal 8 ayat (2), Pasal 29 dan Pasal 39 ayat (2) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 40. 000. 000, 00 (empat puluh j ut a rupiah) dan at au dihukum t idak diperbolehkan melakukan kegiat an pemanf aat an t umbuhan dan sat wa liar.

Pasal 51

(12)

Barangsiapa t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 20. 000. 000, 00 (dua puluh j ut a rupiah) dan at au dihukum t idak diperbolehkan melakukan kegiat an pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan t erhadap t umbuhan dan sat wa liar unt uk wakt u paling lama 4 t ahun.

Pasal 52

(1) Barangsiapa melakukan penangkaran t umbuhan liar dan at au sat wa liar t anpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 25. 000. 000, 00 (dua puluh lima j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin penangkaran.

(2) Apabila perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan t erhadap t umbuhan dan at au sat wa yang dilindungi dihukum karena melakukan perbuat an yang dilarang menurut ket ent uan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya.

Pasal 53

(1) Penangkar yang melakukan perdagangan t umbuhan dan at au sat wa liar t anpa memenuhi st andar kualif ikasi yang dit et apkan Ment eri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) karena melakukan perbuat an penyelundupan.

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 100. 000. 000, 00 (serat us j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin usaha penangkaran.

Pasal 54

(1) Barangsiapa melakukan perdagangan t umbuhan at au sat wa sebelum memenuhi kat egori

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) at au Pasal 11 ayat (1) at au t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dihukum karena melakukan perbuat an yang dilarang menurut ket ent uan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya.

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 100. 000. 000, 00 (serat us j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin usaha penangkaran.

Pasal 55

Penangkar yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 at au Pasal 15 ayat (2), dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin usaha penangkaran.

Pasal 56

(1) Barangsiapa melakukan perdagangan sat wa li ar yang dilindungi dihukum karena melakukan perbuat an yang dilarang menurut ket ent uan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan Ekosist emnya.

(13)

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 200. 000. 000, 00 (dua rat us j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin usaha yang bersangkut an.

Pasal 57

Barangsiapa melakukan perdagangan t umbuhan liar dan at au sat wa liar selain oleh Badan Usaha dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dihukum karena melakukan perbuat an

penyelundupan.

Pasal 58

(1) Badan usaha perdagangan yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf a sert a mert a dapat dikenakan denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp.

10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah) dan at au pembekuan kegiat an usaha paling lama 2 (dua) t ahun.

(2) Badan usaha perdagangan yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b dengan sert a mert a dapat dihukum pembekuan kegiat an usaha paling lama 1 (sat u) t ahun.

(3) Badan usaha perdagangan yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah) dan at au pembekuan kegiat an usaha paling lama 2 (dua) t ahun.

(4) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) sewakt u-wakt u at as pert imbangan Ment eri, dapat dikenakan pencabut an izin usaha.

Pasal 59

(1) Ekspor, re-ekspor, at au impor t umbuhan liar dan at au sat wa liar t anpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), at au t anpa dokumen, at au memalsukan dokumen, at au menyimpang dari syarat -syarat dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dihukum karena melakukan perbuat an penyelundupan.

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda adiminist rasi sebanyak-banyaknya Rp. 250. 000. 000, 00 (dua rat us lima puluh j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin usaha perdagangan yang bersangkut an.

Pasal 60

(1) Barangsiapa melakukan peragaan sat wa liar t anpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dihukum karena melakukan percobaan perbuat an perusakan lingkungan hidup.

(2) Apabila perbuat an t ersebut dalam ayat (1) dilakukan t erhadap sat wa liar yang dilindungi, dihukum karena melakukan perbuat an yang dilarang menurut ket ent uan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan ekosist emnya.

Pasal 61

(14)

ket ent uan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang konservasi Sumber Daya Alam Hayat i dan ekosist emnya.

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 200. 000. 000, 00 (dua rat us j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin usaha yang bersangkut an.

Pasal 62

Pemeliharaan t umbuhan liar dan at au sat wa liar unt uk kesenangan yang t idak memenuhi kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dan Pasal 41 ayat (2) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 5. 000. 000, 00 (l ima j ut a rupiah) dan at au perampasan at as sat wa yang dipelihara.

Pasal 63

(1) Barangsiapa melakukan pengiriman at au pengangkut an t umbuhan dan at au sat wa liar t anpa dokumen pengiriman at au pengangkut an, at au menyimpang dari syarat -syarat at au t idak memenuhi kewaj iban, at au memalsukan dokumen sebagaimana di maksud dalam Pasal 42 ayat (1), ayat (2), at au ayat (3) dihukum karena t urut sert a melakukan penyelundupan dan at au pencurian dan at au percobaan melakukan perusakan lingkungan hidup.

(2) Perbuat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan sert a mert a dapat dihukum denda administ rasi sebanyak-banyaknya Rp. 250. 000. 000, 00 (duarat us lima puluh j ut a rupiah) dan at au pencabut an izin usaha yang bersangkut an.

Pasal 64

(1) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, dan 63, sepanj ang menyangkut t umbuhan dan sat wa liar yang dilindungi, maka t umbuhan dan sat wa liar t ersebut dirampas unt uk negara sebagaimana diat ur dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990.

(2) Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, dan 63, sepanj ang menyangkut t umbuhan san sat wa liar yang t idak dilindungi, maka t umbuhan dan sat wa liar t ersebut diperlakukan sama dengan yang dilindungi, dirampas unt uk negara.

BAB XIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 65

Berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini :

a.

Depart emen yang bert anggung j awab di bidang Kehut anan dit et apkan Ot orit as Pengelola

(Management Aut hor i t y) Konservasi Tumbuhan dan Sat wa Liar.

b.

Lembaga Ilmu Penget ahuan Indonesia (LIPI) dit et apkan sebagai Ot orit as Keilmuan (Sci ent i f i c Aut hor i t y)

Pasal 66

(15)

(1) Ot orit as Pengelola sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf a mempunyai kewenangan sebagaimana diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini.

(2) Ot orit as Keilmuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf b mempunyai kewenangan unt uk :

a.

memberikan rekomendasi kepada Ot orit as Pengelola t ent ang penet apan Daf t ar Klasif ikasi,

kuot a penangkaran dan perdagangan t ermasuk ekspor, re-ekspor, impor, int roduksi dari laut , semua spesimen t umbuhan dan sat wa liar;

b.

memonit or izin perdagangan dan realisasi perdagangan, sert a memberikan rekomendasi kepada Ot orit as Pengelola t ent ang pembat asan pemberian izin perdagangan t umbuhan dan sat wa liar karena berdasarkan evaluasi secara biologis pembat asan sepert i it u perlu dilakukan;

c.

bert indak sebagai pihak yang independen memberikan rekomendasi t erhadap konvensi int ernasional di bidang konservasi t umbuhan dan sat wa liar.

Pasal 67

Penanggung j awab dari semua kegiat an dalam rangka pemanf aat an sebagaimana diat ur dalam Perat uran Pemerint ah ini, bert anggung j awab at as t indakan sat wa liar at au kelalaian penanggung j awab menempat kan t umbuhan yang berbahaya yang mengakibat kan kerugian hart a benda orang lain, mengakibat kan gangguan kesehat an, cedera at au hilangnya j iwa orang lain.

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 68

Dengan dit et apkannya Perat uran Pemerint ah ini, maka segala perat uran pelaksanaan perat uran perundang-undangan yang mengat ur t ent ang pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar yang t elah ada sebelum berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, dinyat akan t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum dicabut at au digant i berdasarkan Perat uran Pemerint ah ini.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.

Agar set iap orang menget ahuinya memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Dit et apkan di : JAKARTA Pada t anggal : 27 Januari 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

t t d. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE Diundangkan di Jakart a

Pada t anggal 27 Januari 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d.

AKBAR TANDJUNG

(16)

Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI

Kepala Biro Perat uran Perundang-undangan I t t d.

Referensi

Dokumen terkait

Memperhatikan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta menindaklanjuti proses pengadaan untuk paket pekerjaan Pengembangan

Memperhatikan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta berdasarkan hasil evaluasi terhadap seluruh

NAMA KEGIATAN : STUDY AMDAL BUSWAY KORIDOR 11 (KP.. NPWP

[r]

[r]

Misalnya Hotel Sahid Jakarta, discount 35% dari Published Rate, Hotel Sahid Jaya Makassar, disc 50% dari Published Rate, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, disc 10% untuk F&B, disc

747.663.551,- (Tujuh ratus empat puluh tujuh juta enam ratus enam puluh tiga ribu lima ratus lima puluh satu rupiah) Tahun Anggaran 2016, maka bersama ini kami Sub Bagian

Alasan : S alah satu Personil Tenaga Ahli yang diusulkan sedang Menjabat Sebagai Kepala Perwakilan salah satu Perusahaan dan sedang mengikuti proses Tendaer dan sudah memasuki