MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI PEMBIASAAN
DI KELOMPOK B PAUD NEGERI PEMBINA PALU
Aisan Saniapon1
ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kedisiplinan anak dapat ditingkatkan melalui pembiasaan pada kelompok B di PAUD Negeri Pembina Palu. Penelitian dilaksanakan di PAUD Negeri Pembina Palu, melibatkan 25 orang anak terdiri atas 11 orang anak laki-laki dan 14 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas dua siklus. Di mana pada setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan di kelas dan setiap siklus terdiri empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan melalui observasi selanjutnya diolah secara deskriptif dengan menggunakan kriteria penilaian dipindahkan ke dalam bentuk kuantitatif, untuk mengukur kedisiplinan anak melalui pembiasaan pada kelompok B di PAUD Negeri Pembina Palu.
Data yang dikumpulkan sebelum tindakan pada peningkatan kedisiplinan anak yang membawa perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik 8%, Berkembang Sesuai Harapan 16%, Mulai Berkembang 24%, dan Belum Berkembang 52%, kemudian kedisiplinan anak yang mengikuti kegaiatan belajar kategori Berkembang Sangat Baik 8%, Berkembang Sesuai Harapan 20%, Mulai Berkembang 20%, Belum Berkembang 52%, dan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Berkembang Sangat Baik 8%, Berkembang Sesuai Harapan 16%, Mulai Berkembang 20%, Belum Berkembang 56%. Setelah dilakukan tindakan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui metode pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak, terbukti ada peningkatan kedisiplinan anak dari siklus I ke siklus II dalam membawa perlengkapan belajar kategori sangat baik dan baik dari 44% menjadi 80% (36%), kemudia kedisiplinan anak mengikuti kegiatan belajar dengan kategori sangat baik dan baik dari 48% menjadi 88% (40%), dan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan kategori Berkembang Sangat Baik dan Berkembang Sesuai Harapan dari 48% menjadi 92% (44%). Secara umum terjadi peningkatan rata-rata 40% dari siklus satu ke siklus dua, walaupun masih ada anak yang belum meningkat kedisiplinannya tetapi hanya berkisar 5,33% dari masing-masing aspek yang diamati dengan kategori Belum Berkembang.
Kata Kunci : Kedisiplinan, Pembiasaan
1
PENDAHULUAN
Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan sekolah. Pendidikan Taman Kanak-Kanak bertujuan untuk me mbantu anak
meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan daya cipta yang diperlukan
oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan serta untuk pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
tujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis maupun fisik yang
meliputi moral, nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Salah satu kegiatan kepribadian
yang perlu dikembangkan pada diri anak adalah kerjasamanya, yakni mengembangkan
kedisiplinan untuk mengadakan kombinasi baru berdasarkan nilai-nilai adat, informasi atau
unsur-unsur yang ada, mau berfikir memecahkan dan menghasilkan sesuatu yang baru dalam
kegiatan yang kompleks.
Penyelenggaraan pendidikan pada usia dini adalah menjadi penentu bagi keberhasilan
jenjang pendidikan yang lebih tinngi, dimana pada pendidikan usia dinia akan diletakkan
dasar-dasar pendidikan bagai anak, untuk pengembangan seluruh kemampuan yang
dimilikinya. Hal ini sejalan dengan aturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan, pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa prose pembelajaran pada satuan
pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang Mulai
Berkembang bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Bahkan berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 disebutkan bahwa “pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lanjut”.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, maka Tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah
untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak-pihak
yang terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara khusus tujuan yang
ingin dicapai adalah : (1) Dapat memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan
dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini. (3) Dapat memahami arti bermain bagi
perkembangan anak usia dini. (4) Dapat memahami pendekatan pembelajaran dan Sehingga
pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar menempati posisi
yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Mengingat anak usia dini
yaitu anak yang berbeda pada rentang usia lahir sampai dengan enam tahun merupakan
rentang usia kritis dan sekaligus strategis dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi
proses serta hasil pendidikan pada tahap selanjuntnya Itu artinya periode ini merupaka
periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan fisiologis, kognitif,
bahasa, sosioemosional dan spritual.
Pengalaman sebagai guru anak PAUD Negeri Pembina Palu khususnya pada kelompok
B menunjukkan bahwa anak- anak yang memiliki perilaku yang Belum Berkembang baik,
misalnya kebiasaan dalam berbicara yang tidak sopan, mengambil barang milik sekolah atau
milik teman, suka mengganggu teman serta suka merusak, tidak mau bekerja kelompok,
perilaku anak seperti ini apabila tidak diperbaiki sejak dini maka akan menjadi kebiasaan
hidup yang tidak baik Pada usia dini, merupakan periode perkembangan yang tepat untuk
mengembangkan dan meningkatkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak, bahkan periode
ini adalah waktu yang efektif untuk melatih dan membiasakan anak untuk bersikap disiplin.
Melalui kegiatan belajar yang ada di PAUD anak-anak akan mengikuti kegiatan belajar yang
bertujuan membangun sikap dan perilaku anak yang baik. Kegiatan belajar yang dapat
meningkatkan kedisiplinan anak, hanya akan dapat berhasil jika dilakukan secara
berulang-ulang, sehingga membuat anak akan terbiasa melakukanya. Jika anak sudah terbiasa
melakukannya dalam arti anak telah dibiasakan memiliki sikap disiplin, maka selanjutnya hal
ini dapat menjadi karakter pembentuk kepribadian anak yang luhur.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka untuk meningkatkan sikap disiplin anak usia
dini, dapat ditempuh melalui pembiasaan. Karena dengan pemiasaan, anak akan terbiasa
untuk saling membantu, saling memperhatikan, dan dapat saling memberikan dorongan serta
bisa saling mengajak dan memperlihatkan sikap disiplin kepada temannya. Sehingga teman
yang lain dapat mencontoh dan mengikuti teman untuk bersikap disiplin. Dari uraian di atas,
maka peneliti merasa terdorong untuk melakukan penelitian tentang meningkatkan
kedisiplinan anak melalui pembiasaan di kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu.
Tulus (2004: 97) mengemukakan bahwa disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap
mental individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang
didukung oleh kesadaran untuk menuniakan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian
(kecenderungan) suatu sikap mental untuk mematuhi aturan, tata tertib, dan sekaligus
mengendalikan diri, menyesuaikan diri terhadap aturan-aturan yang berasal dari luar
sekalipun yang mengekang dan menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab terhadap tugas
dan kewajiban. (diakses pada tanggal 10 April 2012).
Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari dengan tidak terbebani hal
atau kegiatan yang ia lakukan. Yang menuurt Ervina, (2009:16) pembiasaan pada usia pra
sekolah salah satu pendidikan yang penting sekali bagi kecakapan seseorang (anak), sebab pada
usia pra sekolah, anak belum menyadari apa yang dikatakan dan dilakukannya, baik maupun
buruk. Anak juga belum mempunyai kewajiban yang harus dikerjakan seperti orang dewasa pada
umumnya, tetapi anak sudah mempunyai hak, seperti hak dipelihara, hak mendapatkan
perlindungan dan hak mendapatkan pendidikan.
Berdasarkan latar belakang yang terdapat di atas, rumusan masalah yang diteliti
dalampenelitian ini adalah "Apakah melalui pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan
anak di kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu?" Melalui pembiasaan dapat meningkatkan
kedisiplinan anak pada kelompok B PAUD Negeri Pembina Palu.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mempunyai tahapan yang bersiklus. Model
penelitian ini mengacu pada modifikasi diagram yang mencantumkan Kemmis dan Mc
Taggart (Depdiknas, 2005: 6), seperti pada gambar (1). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap,
yaitu: 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) Refleksi.
Keterangan
0 : Pratindakan 1 : Rencana
2 : Pelaksanaan 3 : Observasi 4 : Refleksi 5 : Rencana
6 : Pelaksanaan 7 : Observasi 8 : Refleksi a : Siklus I b : Siklus II
Gambar 1. Alur Siklus PTK model Kemmis & Mc Taggart (Depdiknas: 2005)
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Negeri Pembina Palu dengan subyek penelitian
14 orang anak perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2012/2013. Pelaksanan tindakan
ini dilaksanakan dalam siklus berulang. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan desain yang
telah dikemukakan di atas yang dengan melihat perubahan yang ingin dicapai dalam tindakan.
Rencana tindakan ini meliputi: a). Perencanaan Tindakan, b). Pelaksanaan Tindakan, c).
Observasi, dan d). Refleksi.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif terkait peningkatan
interaksi sosial anak yang diperoleh dari hasil pengamatan berdasarkan lembar observasi
siswa serta aktivitas guru (peneliti). Dan data kuantitatif yaitu terkait skor penilaian hasil
pengamatan. Untuk mempermudah dalam pelaksanakan penelitian ini, maka dilakukan
pengumpulan data. Adapun cara pengumpulan data 2 cara yaitu observasi dan pemberian
tugas.
Adapun teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif.
Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan dikelas dan
dilakukan melalui tiga tahap, yatu reduksi data, paparan data dan penyimpulan atau verifikasi
data. Data kuantitatif yang merupakan hasil kegiatan belajar anak yang dianalisis secara
deskriptif dengan menggunakan pengelompokan berdasarkan teknik kategori standar
(Depdiknas, 2003: 78)
= Berkembang Sangat Baik
= Berkembag Sesuai Harapan
= Mulai Berkembang
= Belum Berkembang
Setelah semua data terkumpul maka akan di lakukan proses identifikasi dan klasifikasi
kembali berdasarkan tolak ukur parameter yang diteliti untuk kemudian diolah dan dianalisis
kembali dengan menggunakan tabel frekuensi dan persentase dengan rumus sebagai berikut
(Sudjiono, 2010:40) :
Keterangan :
P = Hasil yang dicapai
f = Jumlah jawaban dari setiap alternatif jawaban
n = Jumlah sampel
HASIL PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan melakukan observasi di lapangan (PAUD
Negeri Pembina Palu). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kelas
sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan memberikan tes pra tindakan untuk
menentukan kelompok belajar anak, serta menyiapkan alat dan sumber belajar sebagai
penunjang dalam proses pembelajaran.
1. Pra Tindakan
Adapun pengamatan pra tindakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Pra Tindakan
No Kategori
Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati diketahui dari
25 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 6 orang anak (8%) yang masuk kategori
Berkembang Sangat Baik, 13 orang anak (17,33%) yang masuk kategori Berkembang Sesuai
Harapan, 16 yang terhitung (21,33%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 40 anak
(53,33%) yang masuk kategori Belum Berkembang. Dari hasil pra tindakan ini, dapat terlihat
hanya sedikit anak yang memiliki sifat kedisiplinan, karena masih banyak anak yang belum
merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa. Sehingga
dari permasalahan tersebut, maka peneliti melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan
2. Tindakan Siklus I
Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus I dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus I
No Kategori
Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut
diketahui dari 25 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 15 anak (20%) yang masuk
kategori Berkembang Sangat Baik, 20 anak (26,67%) yang masuk kategori Berkembang
Sesuai Harapan, 22 anak (29,33%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 18 anak
(24%) masuk kategori Belum Berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari
hasil pengamatan tindakan siklus I, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3
aspek pengamatan peningkatan kedisiplinan anak yaitu merapikan perlengkapan belajar,
mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa belum ada yang mencapai persentase
keberhasilan tindakan dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan. Oleh karena itu perlu
3. Tindakan Siklus II
Adapun hasil pengamatan aktivitas anak pada tindakan siklus II dapat dilihat dari
tabel di bawah ini:
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Tindakan Siklus II
No Kategori
Berdasarkan tabel di atas, setelah dijumlahkan ketiga aspek yang diamati tersebut
diketahui dari 25 anak yang menjadi subjek penelitian terdapat 40 anak (53.33%) yang masuk
kategori Berkembang Sangat Baik, 25 anak (33,33%) yang masuk kategori Berkembang
Sesuai Harapan, 6 anak (8%) yang masuk kategori Mulai Berkembang dan 4 anak (5,33%)
yang masuk kategori Belum Berkembang. Dengan melihat persentase yang diperoleh dari
hasil pengamatan tindakan siklus II, jelas terlihat bahwa persentase yang diperoleh dari 3
aspek pengamatan peningkatan kedisiplinan anak yaitu merapikan perlengkapan belajar,
mengikuti kegiatan belajar dan membaca doa telah mencapai persentase keberhasilan
tindakan dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, hal ini dapat dilihat dari hasil
pengmatan anak yang masuk kategori Berkembang Sangat Baik 53,33% dan masuk kategori
Berkembang Sesuai Harapan 33,33% dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan anak yaitu
86,66% dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan
perbaikan pada tindakan selanjutnya.
PEMBAHASAN
Bahwa terdapat 25 orang anak kelompok bermain Negeri Pembina Palu. Kepada 25
orang anak tersebut telah diberikan pengetahuan tentang peningkatan kedisiplinan anak
secara bersama, berkesinambungan, maka diperoleh data dari hasil pengamatan pra tindakan,
tindakan siklus I, dan tindakan siklus II seperti berikut.
1. Data Pra Tindakan
Hasil pengamatan yang telah dilakukan mulai dari pra tindakan sebagian anak
menunjukan kedisiplinannya yang belum maksimal. Hal itu terbukti karena 2 anak atau
8% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada
4 anak atau 16% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang
Sesuai Harapan, ada 6 anak atau 24% yang merapikan perlengkapan belajar dengan
kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 13 anak atau 52% yang dapat merapikan
perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan
kedisiplinannya sama sekali.
Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar
baru 2 anak atau 8% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang
Sangat Baik, ada 5 anak atau 20% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori
Berkembang Sesuai Harapan, kemudian ada 5 anak atau 20% yang mengikuti kegiatan
belajar dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 13 anak atau 52% yang Belum
Berkembang berhasil atau yang belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti
kegiatan belajar.
Kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa baru 2 anak atau 8%
yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori Berkembang Sangat Baik, begitu pula
dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan terdapat 4 anak atau 16% yang membaca
doa, kemudian terdapat 5 anak atau 20% yang membaca doa dengan kategori Mulai
Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan
kategori Belum Berkembang terdapat 14 anak atau 56% yang belum menunjukan
kedisiplinannya.
Dengan demikian pada pra tindakan baru sekisar 25,33% yang bisa dikategori
berhasil Berkembang Sangat Baik dan baik, masih ada sekitar 74,64% yang belum
berhasil, kemungkinan hal itu disebabkan karena anak belum terbiasa dengan melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan kedisiplinan seperti merapikan perlengkapan belajar,
mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa, hal ini dilakukan untuk mengukur
kedisiplinan anak. Disamping itu Belum Berkembang nya fasilitas atau media yang bisa
membantu perkembangan kedisiplinan anak juga kebiasaan-kebiasaan anak yang
Selanjutnya kemungkinan penyebab rendahnya kedisiplinan anak dalam
mengembangkan kedisiplinannya pada pra tindakan bisa bersumber dari lingkungan
bermain dan juga suasana dalam pembelajaran yang Belum Berkembang menyenangkan.
Kemungkinan pembelajaran sangat monoton banyak aktivitas yang didominasi oleh guru
atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal-hal itu yang mendorong peneliti untuk
melakukan perbaikan pembelajaran untuk melakukan tindakan siklus 1 dengan
menggunakan pembiasaan terbukti dapat meningkatkan kedisiplinan anak.
2. Hasil Pengamatan pada Siklus I
Pada siklus 1 yang telah direncanakan dengan dua kali tindakan dengan
pembelajaran menggunakan pembiasaan pada tema diri sendiri. Sebelum melakukan
penelitian terlebih dahulu penliti diskusi dengan teman sejawat tentang rencana penelitian
meminta kepadanya untuk berkolaborasi membantu untuk menjadi pengamat. Selanjutnya
kami bersama-sama merancang pembelajaran dan persiapan yang harus dilaksanakan juga
menyiapkan alat-alat sebagai media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dalam
tindakan siklus I.
Selama proses pembelajaran yang dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup
dengan 3 kemampuan yang akan di amatai yaitu : merapikan perlengkapan belajar,
mengikuti kegiatan belajar, dan membaca doa. Fokus penelitian tindakan ini adalah
pembiasaan untuk meningkatkan kedisiplinan anak. Dengan pembelajaran menggunakan
pembiasaan yang digunakan dalam pembelajaran tentang tema rekreasi yang diharapkan
anak bisa menunjukan kedisiplinan dengan baik.
Penerapan pembiasaan tersebut berdasarkan tabel 4.5 menunjukan adanya
peningkatan meskipun belum maksimal. Ada 5 anak atau 20% yang merapikan
perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 6 anak atau 24%
yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, ada
7 anak atau 28% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Mulai
Berkembang, dan terdapat 7 anak atau 28% yang merapikan perlengkapan belajar dengan
kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan kedisiplinannya sama sekali.
Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar
terdapat 5 anak atau 20% dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 7 anak atau 28%
yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan, kemudian
dan terdapat 6 anak atau 24% yang Belum Berkembang berhasil atau yang belum
menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.
Kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa baru 5 anak atau 20%
yang bisa dikatakan berhasil dengan kategori Berkembang Sangat Baik, begitu pula
dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan yaitu terdapat 7 anak atau 28% yang
membaca doa, kemudian terdapat 8 anak atau 32% yang membaca doa dengan kategori
Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca doa dengan
kategori Belum Berkembang terdapat 5 anak atau 20% yang belum menunjukan
kedisiplinannya.
Dengan demikian secara umum sudah menunjukan peningkatan jika dibandingkan
dengan pra tindakan. Dapat dibahas pada siklus pertama ini sudah menunjukan
peningkatan meskipun belum maksimal. Peningkatan dari beberapa kemampuan yang
diamati seperti merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan membaca
doa, rata-rata sudah mengalami peningkatan dari 3 aspek yang diamati tersebut,
diperkirakaan mengalami peningkatan berkisar 10% lebih dari sebelumnya pada pra
tindakan.
Adapun faktor yang menyebabkan adanya peningkatan kedisiplinan anak tersebut
dengan menggunakan pembiasaan, dapat menarik minat dan perhatian anak. Dengan
peningkatan minat dan perhatian tersebut diasumsikan menjadi pendorong meningkatnya
kedisiplinan anak. Di sisih lain, dapat pula dianalisa masih ada beberapa anak yang belum
menunjukan hasil yang maksimal atau belum meningkat kedisiplinannya. Hal ini masih
perlu dianalisa lagi apakah karena anaknya sendiri yang belum termotivasi atau media
yang digunakan belum menarik minatnya.
Kemungkinan bisa pula disebabkan karena ada guru lain yang ikut dalam kegiatan
belajar anak sehingga sangat mempengaruhi aktifitas anak yang masih malu-malu atau
Belum Berkembang memiliki keberanian. Kemungkinan lain bersumber dari lingkungan
dirumahnya yang tidak biasa diajak bermain belajar oleh teman atau anggota keluarganya.
Maka peneliti berusaha untuk lebih meningkatkan media yang lebih banyak serta
bervariasi. Disamping itu guru akan lebih memberi motivasi, dorongan serta semangat
agar anak dapat meningkatkan kedisiplinannya. Untuk itu apa yang telah diperbaiki pada
3. Hasil Pengamatan siklus II
Pada siklus kedua ini dengan dua kali tindakan menunjukan kemajuan yang sangat
signifikan jika dibandingkan dengan siklus pertama atau pra tindakan. Terdapat 15 anak
atau 60% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori Berkembang Sangat
Baik, ada 5 anak atau 20% yang merapikan perlengkapan belajar dengan kategori
Berkembang Sesuai Harapan, ada 3 anak atau 12% yang merapikan perlengkapan belajar
dengan kategori Mulai Berkembang, dan terdapat 2 anak atau 8% yang merapikan
perlengkapan belajar dengan kategori Belum Berkembang atau belum menunjukan
kedisiplinannya sama sekali.
Sementara pada kedisiplinan anak yang diukur dalam mengikuti kegiatan belajar
terdapat 12 anak atau 48% dengan kategori Berkembang Sangat Baik, ada 10 anak atau
40% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan,
kemudian ada 2 anak atau 8% yang mengikuti kegiatan belajar dengan kategori Mulai
Berkembang, dan terdapat 1 anak atau 4% yang Belum Berkembang berhasil atau yang
belum menunjukan kedisiplinannya dalam mengikuti kegiatan belajar.
Kemudian kedisiplinan anak yang diamati berikutnya yaitu membaca doa, pada
kegiatan ini sudah menunjukan jumlah anak berhasil melebihi tindakan siklus 1 yaitu
terdapat 13 anak atau 52% yang bisa dikatakan berhasil dengan Berkembang Sangat Baik,
begitu pula dengan kategori Berkembang Sesuai Harapan yaitu terdapat 10 anak atau 40%
yang membaca doa, kemudian terdapat 1 anak atau 4% yang membaca doa dengan
kategori Mulai Berkembang, dan hasil pengamatan kedisiplinan anak dalam membaca
doa dengan kategori Belum Berkembang terdapat 1 anak atau 4% yang belum
menunjukan kedisiplinannya.
Kalaupun masih ada anak yang belum berhasil yaitu 2 anak dalam merapikan
perlengkapan belajar, kemudian ada 1 anak yang belum menunjukan sikap kedisiplinannya
dalam mengikuti kegiatan belajar, dan masih ada 1 anak juga yang belum berhasil dengan
baik dalam membaca doa. Jika di rata-ratakan ada sekitar 5,33% yang belum berhasil dari
kedisiplinan anak yang diamati.
Dapat dikemukakan anak yang belum berhasil tersebut memang anak yang sangat
pemalu dan Belum Berkembang memiliki rasa ingin tau tentang sesuatu tugas atau
permainan yang diberikan guru. Hal ini bukan berarti gagal total, namun tetap ada
peningkatan kemampuannya namun belum maksimal. Oleh karena itu peneliti dengan
teman sejawat memutuskan untuk tidak melanjutkan kesiklus ketiga, karena anak yang
dikatakan berhasil dengan baik karena telah dapat memperbaiki proses pembelajaran yang
berdampak dengan meningkatnya kedisiplinan anak pada beberapa aspek yang telah
diamati. Olehnya itu pembelajaran dengan menggunakan pembiasaan dapat meningkatkan
kedisiplinan anak dalam merapikan perlengkapan belajar, mengikuti kegiatan belajar, dan
membaca doa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa melalui pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak di kelompok B PAUD
Negeri Pembina Palu. Kesimpulan tersebut terbukti dengan adanya peningkatan kedisiplinan
anak pada siklus pertama untuk anak yang merapikan perlengkapan belajar menjadi 44%
Berkembang Sangat Baik dan baik, kemudian anak yang mengikuti kegiatan belajar
meningkat menjadi 48% kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, dan yang terahir yaitu
kedisiplinan anak dalam membaca doa terdapat 48% dengan kategori Berkembang Sesuai
Harapan dan baik, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan dua kategori yang dimiliki yaitu
Berkembang Sangat Baik dan baik.
Pada siklus kedua menunjukan peningkatan kedisiplinan dalam merapikan
perlengkapan belajar meningkat dari 44% menjadi 80% (36%) kategori Berkembang Sangat
Baik dan baik, kemudian pada kegiatan mengikuti kegiatan belajar meningkat dari 48%
menjadi 88% (40%) dengan kategori Berkembang Sangat Baik dan baik, dan kedisiplinan
anak yang diukur pada anak yang membaca doa meningkat dari 48% menjadi 92% (44%)
kategori Berkembang Sangat Baik dan baik. Jika dirata-ratakan peningkatan dari siklus I ke
siklus II berkisar 40%, walaupun masih ada anak yang belum berhasil tetapi tidak perlu lagi
di adakan siklus berikutnya karena sudah menunjukan keberhasilan pada siklus II secara
maksimal.
Adapun saran-saran yang diberikan peneliti sebagai berikut:
1) Kiranya pembiasaan dapat diterapkan mengingat pembelajaran dengan membiasaakn anak
dapat mendorong anak untuk terbiasa dalam melakukan kegiatan, menumbuhkan motivasi
dan minat anak untuk belajar sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan anak.
2) Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, antara lain minat,
sikap, dan motivasi. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan situasi yang dapat
memungkinkan faktor-faktor tersebut dapat berkembang dengan baik.
3) Sebaiknya dalam hal menerapkan metode pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2005). Pedoman Penyusunan Karya Ilimah. Jakarta.
Marijan. (2012). Pemilihan dan Sumber Belajar Untuk Usia Dini. Jakarta: Dirjen Dikti.