Persiapan menjadi ibu tiri Tanya :
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Pengasuh rubrik Keluarga Sakinah, yang terhormat (yth), Saya gadis berumur 32 tahun, di umur segini saya belum menikah. Memang agak terlambat ya... bu. Tapi Insya Allah dalam waktu dekat saya akan dilamar duda beranak dua, umur anaknya 4 tahun dan 2 tahun, semuanya perempuan. Istrinya meninggal saat melahirkan si bungsu. Sedang umur calon suami (32 tahun).
Kebetulan kami semua adalah teman dekat sejak lama, karena sesuatu hal saya terlambat menikah. Kami memang bertetangga dan pisah sejak mereka menikah dan tinggal di luar kota. Saya tidak menyangka teman saya ditinggal istri secepat itu. Sejak itu kami (saya dan si duda) kadang saling “curhat”, sampai akhirnya kami sepakat untuk menikah. Saya sadar saya harus menerima dia dan tentu saja dengan kedua anaknya yang masih balita.
Sebagai calon ibu tiri, saya sedang membekali diri saya, terutama secara mental untuk menghadapi anak-anaknya tiri saya. Dari buku-buku yang saya baca lebih banyak mengulas persiapan menghadapi anak-anak tiri yang usia sekolah dan remaja. Belum saya temukan tulisan yang mengulas bagaimana menghadapi anak-anaknya tiri usia balita. Maka saya mohon ibu dapat menjelaskan persiapan apa yang harus saya lakukan untuk mereka. Saya sangat menyayangi mereka, saya khawatir rasa sayang saja tidak cukup.
Di samping itu ada masalah lain, setelah ibu mereka meninggal, anak-anak tinggal bersama kakek - nenek dari pihak ibu. Calon suami saya berencana, jika kami telah menikah, ia akan mengambil kembali anak-anaknya. Menurut cerita yang saya dengar, mantan mertuanya keberatan bila cucu-cucunya diambil kembali. Saya jadi bingung. Mohon ibu memberi jalan keluar yang terbaik.
Dina, di kota Jogjakarta.
Jawab :
Wa’alaikum salam Wr. Wb. Saya ikut senang anda sudah menemukan tambatan hati yang dalam waktu dekat akan memperistri anda.
Memang tidak sederhana masalah yang akan anda hadapi. Karena anda bukan saja akan memulai hidup bersama suami dan dua anaknya, tapi juga perlu menyiapkan diri menghadapi kemungkinan pengaruh negatif dari mantan mertua calon suami anda. Anda pun perlu mempertimbangkan perasaan kakek - nenek yang mungkin saja merasa buah hatinya direbut oleh orang lain dan masih merasa sedih akan kematian putri mereka.
Bila anda menyadari akan kemungkinan-kemungkinan ini dan siap menerima sebagai konsekuensi dari keputusan yang anda ambil untuk menikah dengan seorang duda, maka masalahnya akan lebih mudah diatasi. Mudah-mudahan mereka cukup bijaksana untuk merelakan cucunya diasuh oleh ayah dan ibu baru dan tak mencam-puri pengasuhan yang akan lakukan terhadap kedua cucunya.
berkunjung paling tidak seminggu sekali atau lebih dan melakukan kegiatan bersama anak dan sesekali dengan kakek - neneknya.
Umumnya, anak usia balita (bayi lima tahun) lebih didekati melalui kegiatan yang menyenangkan dengan mengajaknya bermain bersama, bercerita dan sesekali pergi rekreasi bersama ke alam bebas. Saya yakin, setelah melalui proses, kakek -nenek akan lebih rela melepas cucunya untuk diasuh anda.
Anda juga perlu menyiapkan diri bahwa anak balita mempunyai kecenderung-an untuk “menolak” apa yang diperintahkan, bukan mereka sengaja ingin menentang tapi merupakan ciri khas balita. Atasilah situasi ini dengan bijaksana, tidak perlu bersikap keras tapi juga tidak menyerah pada kemauan anak yang tak pastas.
Sebaliknya anda juga cukup peka untuk menampung perasaan negatif bila kedua anak ini kecewa atau sedih dan putus asa. Mereka perlu didukung dan dihibur dengan memeluk, menyebutkan kata-kata yang menyenangkan dan sebagainya.
Komunikasi antara suami dan anda dengan kakek neneknya juga memegang peranan penting. Misalnya, membicarakan secara terbuka apa rencana yang akan dilakukan untuk kedua anak ini, tindakan-tindakan yang kurang tepat pada anak-anak dan mengapa anda dan suami melakukan tindakan tertentu pada anak-anak.
Yang jelas, saya kira waktu akan membuktikan sejauh mana anda dapat mengambil hati kakek - nenek dan cucu-cucunya.
Semoga Allah SWT memberi kemudahan pada anda. Amin.
Sumber