• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC)

Oleh : Narzif, SH.MH

I. Latar Belakang dan Keanggotaan

OPEC adalah organisasi antar pemerintah yang berdiri tahun 1960. Negara anggotanya adalah negara eksportir minyak yang saat ini terdiri dari Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Venezuela, Nigeria, Aljazair, Qatar, Libya, UAE dan Indonesia. Sebelumnya Equador, Gabon juga menjadi anggota tetapi kemudian keluar pada tahun 1992 dan 1994.

Berdirinya OPEC dipicu oleh keputusan sepihak dari perusahaan minyak multinasional (The Seven Sisters) tahun 1959/1960 yang menguasai industri minyak dan menetapkan harga di pasar internasional. “The Tripoli-Teheran Agreement” antara OPEC dan perusahaan swasta tersebut pada tahun 1970 menempatkan OPEC secara penuh dalam menetapkan pasar minyak internasional.

II. Tujuan

Setelah lebih dari 40 tahun berdiri, OPEC telah menerapkan berbagai strategi dalam mencapai tujuannya. Dari pengalaman tersebut OPEC akhirnya menetapkan tujuan yang hendak dicapainya yaitu: “preserving and enhancing the role of oil as a prime energy source in achieving sustainable economic development” melalui:

 Koordinasi dan unifikasi kebijakan perminyakan antar negara anggota;  Menetapkan strategi yang tepat untuk melindungi kepentingan negara

anggota;

 Menerapkan cara-cara untuk menstabilkan harga minyak di pasar internasional sehingga tidak terjadi fluktuasi harga;

 Menjamin income yang tetap bagi negara-negara produsen minyak;  Menjamin suplai minyak bagi konsumen;

 Menjamin kembalinya modal investor di bidang minyak secara adil.

III. Organisasi & Manajemen

Sesuai dengan Statuta OPEC pasal 9, Organisasi OPEC terdiri dari: 1. Konferensi

(2)

negara anggota harus terwakilkan dalam konperensi dan tiap negara mempunyai satu hak suara. Keputusan ditetapkan setelah mendapat persetujuan dari negara anggota (pasal 11-12)

 Konperensi OPEC dipimpin oleh Presiden dan Wakil Presiden OPEC yang

dipilih oleh anggota pada saat pertemuan Konperensi (Pasal 14).

 Pasal 15 menetapkan Konperensi OPEC bertugas merumuskan kebijakan umum organisasi dan mencari upaya pengimplementasian kebijakan tersebut. Sebagai organisasi tertinggi, pertemuan Konperensi OPEC mengukuhkan penunjukan anggota Dewan Gubernur dan Sekretaris Jenderal OPEC.

2. Dewan Gubernur

 Dewan Gubernur terdiri dari Gubernur yang dipilih oleh masing-masing anggota OPEC untuk duduk dalam Dewan yang bersidang sedikitnya dua kali dalam setahun. Pertemuan extraordinary dari Dewan dapat berlangsung atas permintaan Ketua Dewan, Sekretaris Jenderal atau 2/3 dari anggota Dewan (Pasal 17 & 18).

 Tugas Dewan adalah melaksanakan keputusan Konferensi; mempertimbangkan dan memutuskan laporan-laporan yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal; memberikan rekomendasi & laporan kepada pertemuan Konferensi OPEC; membuat anggaran keuangan organisasi dan menyerahkannya kepada Sidang Konferensi setiap tahun;

mempertimbangkan semua laporan keuangan dan menunjuk seorang auditor untuk masa tugas selama 1 tahun; menyetujui penunjukan Direktur-Direktur Divisi, Kepala Bagian yang diusulkan negara anggota; menyelenggarakan pertemuan Extraordinary Konferensi OPEC dan mempersiapkan agenda sidang (Pasal 20) Dewan Gubernur dipimpin oleh seorang Ketua & Wakil Ketua yang berasal dari para Gubernur OPEC negara-negara anggota dan yang disetujui oleh Pertemuan Konferensi OPEC untuk masa jabatan selama 1 tahun (Pasal 21).

3. Sekretariat

(3)

untuk periode yang sama. Sekretaris Jenderal harus berasal dari salah satu negara anggota. Dalam melaksanakan tugasnya Sekjen bertanggung jawab kepada Dewan Gubernur dan mendapat bantuan dari para kepala Divisi dan Bagian.

IV. Sasaran yang Hendak Dicapai

Sasaran yang hendak dicapai OPEC untuk menjaga integritas organisasinya diantaranya:

a. Menjamin kepentingan negara produsen serta penerimaan yang layak dari hasil penjualan minyaknya.

b. Menjamin suplai minyak yang efisien, ekonomis, dan teratur ke negara-negara konsumen.

c. Menjamin keuntungan yang wajar bagi para penanam modal dalam industri perminyakan.

Dengan adanya sasaran tersebut dan melaui kerjasama yang saling menguntugkan, maka negara-negara pengekspor minyak dapat menegakkan kedaulatannya dalam bidang perminyakan dan menentukan sendiri apa yang terbaik bagi negara anggota OPEC, disamping juga dapat meningkatkan pendapatan negara masing-masing.

V. Keuangan / Kontribusi

Anggaran OPEC diusulkan setiap tahun pada pertemuan Konferensi OPEC. Anggaran yang telah disetujui akan dibiayai bersama (on an equal basis) oleh seluruh anggota setelah mempertimbangkan sumbangan kontribusi dari Associate Member (Pasal 37-38), sementara Associate Member diwajibkan membayar kontribusi tahunan yang jumlahnya tetap.

VI. Masalah Yang Dihadapi

Dalam menjalankan misi dan fungsi OPEC tentu saja tidak terlepas dari berbagai masalah atau kendala yang menghambat perkembangan dan integritas OPEC dalam dunia internasional. Faktor-faktor penghambat itu disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu:

(4)

 Negara konsumen senantiasa mencoba memecah-belah kesatuan

dan persatuan negara anggota OPEC, dengan kata lain negara yang bersangkutan merasa dirugikan dengan berdirinya dan peranan OPEC.

 Negara konsumen senantiasa mengubah pola perdagangan minyak

dunia di mana mereka berkeinginan bahwa mekanisme perdagangan minyak dunia ditentukan oleh perkembangan pasar.

 Terbentuknya negara-negara organisasi dari negara-negara

konsumen, International Energy Agency (IAE). Di mana organisasi ini dibentuk dengan sengaja untuk menandingi dan menghadapi kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditentuksn oleh OPEC. IEA menentikan kebijaksanaan energinya untuk menanggulangi kelangkaan suplai minyal dunia, mereka membuat peraturan konservasi dan pencadangan minyak. Di samping itu negara Industri juga mengembangkan teknologi energi sebagai alternatif penggunaan minyak.

 Negara pengekspor Non-OPEC.

a. Faktor Internal

Selain faktor eksternal dalam perkembangannya, OPEC juga dipengaruhi faktor internal yang berpengaruh cukup besar, di mana masing-masing negara anggota OPEC merupakan negara berdaulat yang masing-masing memiliki:

 Kepentingan nasional yang cenderung berbeda-beda.

 Adanya kelompok kepentingan politik.

 Sdsnys kelompok kepentingan regional.

 Adanya kelompok negara penghasil minyak besar.

 Adanya kelompok negara penghasil minyak kecil.

 Adanya kelompok yang memaksakan keinginannya untuk

memproduksi minyak secara maksimal.

 Adanya konflik perang antar masing-masing negara

(5)

Keadaan ini tercermin dalam kemelut yang sering dialami oleh OPEC dalam tahun-tahun terakhir ini, yang klimaksnya justru pada saat harga minyak sedang merosot jauh di bawah harga standar. Namun dengan sikap kebersamaan dan silidaritas yang tinggi di antara masing-masing anggota, penempatan kepentingan bersama mendapat prioritas yang tinggi, maka OPEC senantiasa mencoba mengatasi masalh dan konflikyang terjadi dengan cara melakukan konsolidasi dan mencari pemecahan arah baru menuju masa depan yang lebih baik.

VII. Langkah Yang Ditempuh

Dalam mengatasi berbagai konflik yang sering terjadi di antara masing-masing anggota OPEC maupun dari dalam OPEC (intern), OPEC melakukan langkah-langkah penaggulangannya sebagai berikut:

1. Menciptakan sistem pengendalian produksi yang elastis, maksudnya mudah menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan konsumen dalam waktu yang relatif singkat dapat memutuskan untuk meningkatkan produksi atau mengurangi produksi, demi terciptanya harga standar. 2. Pembentukan tim audit, tim ini berfungsi memriksa dan mengontrol

setiap produksi dan harga minyak OPEC. Anggota tim audit ini disebar ke seluruh agar efektif dan efisien dalam pelaksanaan dan pengendaliannya.

3. Forum diplomatik, forum ini dimanfaatkan agar mudah menyerasikan dan memadukan kebijaksanaan-kebijaksanaan perminyakan di negara anggota OPEC.

4. Forum dialog, secara bersama-sama anggota OPEC melaksanakan dan mengefektifkan dialog-dialognya dengan para konsumen, perdagangan minyak dunia, dan organisasi negara regional lainnya.

(6)

6. Kesepakatan membentuk peraturan bersama-sama dalam hal pajak. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah dan melindungi terjadinya persaingan secara tidak sehat antar sesama anggota.

7. Membenahi dan menyempurnakan sistem administrasi OPEC. Administrasi ini mencakup perencanaan, menajemen produksi, sistem pemasaran, dan sistem pengendalian.

8. Pembagian jatah kuota (produksi) untuk menghindari membanjirnya minyak di pasaran internasional, maka anggota OPEC melalui berbagai sidangnya menetapkan produksi masing-masing anggota sesuai dengan permintaan pasar internasional dan kondisi cuaca (musim) di negara-negara Eropa dan Amerika. OPEC, sehingga hingga kini anggota OPEC hanya tersisan11 negara saja.

VIII. Isu-isu yang menonjol

(7)

Berkaitan dengan implikasi negosiasi perdagangan multilateral pasca Doha, OPEC mengantisipasi isu-isu seperti isu “Trade-Related Investment Measures”, Subsidy and Countervailing Measures, Anti-Dumping, Regional Integration and Technical Barriers to Trade”.

OPEC menyadari perlunya dijaga security of supply sesuai statutanya tapi juga harus menjaga security of demand. Dalam hal ini peran OPEC sebagai stabilisator pasar minyak harus dicermati.

IX. Status Keanggotaan Indonesia di OPEC

Sejak menjadi anggota OPEC tahun 1962, Indonesia ikut berperan aktif dalam penentuan arah dan kebijakan OPEC khususnya dalam rangka menstabilisasi jumlah produksi dan harga minyak di pasar internasional. Sejak berdirinya Sekretariat OPEC di Wina tahun 1965, KBRI/PTRI Wina terlibat aktif dalam kegiatan pemantauan harga minyak dan penanganan masalah substansi serta diplomasi di berbagai persidangan yang diselenggarakan oleh OPEC.

Pentingnya peran yang dimainkan oleh Indonesia di OPEC telah membawa Indonesia pernah ditunjuk sebagai Sekjen OPEC dan Presiden Konferensi OPEC. Pada tahun 2004, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (MESDM) Indonesia terpilih menjadi Presiden dan Sekjen sementara OPEC.

Namun akhir-akhir ini, status keanggotaan Indonesia di OPEC telah menjadi wacana perdebatan berbagai pihak di dalam negeri, karena Indonesia saat ini dianggap telah menjadi negara pengimpor minyak (net-importer). Dalam kaitan ini, Indonesia sedang mengkaji mengenai keanggotaanya di dalam OPEC dan telah membentuk tim untuk membahas masalah tersebut dari sisi ekonomi dan politik.

X. Hambatan dan Peluang

Secara ekonomi, keanggotaan Indonesia di OPEC membawa implikasi kewajiban untuk tetap membayar iuran keanggotaan sebesar US$ 2 juta setiap tahunnya, disamping biaya untuk sidang-sidang OPEC yang diikuti oleh Delegasi RI.

(8)

di sektor perminyakan. Apabila kondisi tersebut terus berlangsung, maka diperkirakan Indonesia akan mengalami hambatan dalam meningkatkan tingkat produksinya dan tetap menjadi pengimpor minyak di masa mendatang.

Disamping hambatan-hambatan tersebut di atas, keanggotaan Indonesia di OPEC akan memberikan berbagai keuntungan politis, yaitu:

 Meningkatkan posisi Indonesia dalam proses tawar-menawar dalam hubungan internasional. Kedudukan Menteri ESDM dalam kapasitasnya sebagai Presiden Konferensi OPEC sekaligus Acting Sekjen OPEC pada tahun 2004, telah memberikan posisi tawar yang sangat tinggi dan strategik serta kontak yang lebih luas dengan negara-negara produsen minyak utama lainnya;

 Peningkatan citra RI di luar negeri. Pemberitaan mengenai persidangan dan kegiatan OPEC lainnya yang sangat luas secara otomatis dapat mengangkat citra negara anggota. Perhatian media massa lebih terfokus ketika pejabat RI (Menteri ESDM) memegang jabatan sebagai Presiden Konferensi OPEC.

 Peningkatan solidaritas antar negara berkembang. Di dalam forum-forum OPEC, semua negara anggota memiliki visi dan misi yang sama di bidang energi serta menjadikan OPEC sebagai wahana bersama untuk meningkatkan rasa persaudaraan sesama negara anggota dan negara berkembang lainnya. OPEC Fund (lembaga keuangan OPEC) telah memberikan bantuan dana darurat sebesar 1,2 juta Euro, dimana separuhnya diperuntukkan bagi Indonesia, untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh dan Sumatera Utara yang dilanda gempa bumi dan tsunami pada akhir tahun 2004 .

(9)

XI. Prakiraan Perkembangan Keadaan

Menurut kajian yang dilakukan OPEC, peranan OPEC dalam menentukan stabilitas produksi dan harga minyak dunia akan tetap penting, setidaknya hingga tahun 2025, karena pangsa pasar negara-negara OPEC masih lebih besar dari negaranegara non-OPEC. Pentingnya peran OPEC dapat dilihat dengan jelas selama tahun 2004, ketika harga minyak mentah dunia melambung tinggi, OPEC ikut berperan menstabilkan harga antara lain dengan menjaga pasokan minyak dunia.

Keanggotaan Indonesia masih diperlukan oleh negara-negara anggota lainnya karena Indonesia dipandang sebagai negara yang selalu menjaga solidaritas OPEC dan selalu berusaha membangun dialog konstruktif serta konsensus di dalam OPEC.

OPEC tetap membutuhkan Indonesia sebagai faktor penyeimbang dalam komposisi keanggotaannya. Indonesia merupakan satu-satunya negara Asia yang menjadi anggota OPEC. Keanggotaan OPEC yang didominasi oleh negara-negara Timur Tengah tidak akan menguntungkan dalam sudut pandang citra OPEC di dunia internasional. Citra Indonesia sebagai negara demokratis dan berpenduduk muslim terbesar dan moderat di dunia dapat membantu perbaikan citra OPEC.

Dalam OPEC sendiri belum ada tuntutan agar Indonesia mengkaji keanggotaannya karena turunnya tingkat produksi minyak bumi Indonesia serta mulainya Indonesia menjadi negara net importir minyak. OPEC menyadari bahwa kemungkinan penurunan ekspor minyak negara-negara anggota adalah salah satu akibat dari kurangnya investasi di sektor perminyakan negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

 Website: http://www.opec.org

Sumber :

(10)

Referensi

Dokumen terkait

HE NEW PARADIGM Vision 2005 Vision 2010 Pengembangan Internal Pengembangan Internal dng implikasi eksternal Mengutamakan kebutuhan mahasiswa untuk pengembangan kapabilitas

Selain variabel kualitas kehidupan kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi peluang kerja juga memiliki peran terhadap intensi pindah kerja pada karyawan

Sebuah keadaan atau program pada komputer yang menampilkan atau memfasilitasi tampilan pilihan yang terdapat pada layar, biasanya dalam bentuk ikon (simbol gambar) atau menu

dalam bentuk sebuah penelitian dengan judul “Upaya Mengurangi Kecemasan Menjadi Pengangguran Melalui Strategi Konseling Kelompok Pada Anggota Karang Taruna

Upaya promosi UMMI yang telah dilakukan antara lain ditempuh dengan memberikan iklan penerimaan mahasiswa baru melalui media baik cetak maupun elektronik,

Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan PLS, ditemukan bahwa variabel need for achievement memediasi pengaruh internal locus of control dan social support

Hasil penelitian yaitu ada hubungan perilaku bullying dengan prestasi belajar pada remaja di SMP Muhammadiyah 2 Gamping Sleman Yogyakarta.Saran dalam penelitian

Remaja disabilitas (tunadaksa) di SMP dan SMA SLB Negeri 1 Bantul Yogyakarta sebelum diberikan pendidikan seks sebagian besar memiliki pengetahuan tentang organ