• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDEOLOGI DALAM TEKS BERITA TVONE : Kajian Analisis Wacana Krisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDEOLOGI DALAM TEKS BERITA TVONE : Kajian Analisis Wacana Krisis"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Analisis Wacana Krisis

Oleh : Umar Fauzan

Abstract: Television is often used as a tool to convey the ideology of the owners. This is reasonable because behind a text circulating in the community has always hidden agenda of the social structure. A text is not free of values. In the point of view of critical discourse analysis, a text is not only determined by the text producer, but it is also determined by the social structure that surrounds the text producer. Language is not neutral but it always carries a particular ideological message that is influenced by the creator of the text. There is always a hidden message on any news program aired by tvOne which is part of the “messages” from the owner of the television station. This research is a qualitative descriptive study using the model of Fairclough’s Critical Discourse Analysis. The data in this study is the text of news about politics. Sources of data taken from the news program that aired on October 1, 2010 at 15:28 pm. The text of the news entitled “Ilmuwan Simpulkan Semburan Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik”.

The conclusions of the study are: first, the use of the word of the text brings the images of scientific and trustworthy. Second, the sentences use the experiential value in the form of process (40%), while the dominant participants used are ‘competent’ and ‘trustworthy’ people. Third, the ideology which appears in the text of the news are: (1) the Sidoarjo mud is not caused by PT Lapindo Brantas drilling, (2) the mud is a natural disaster in Sidoarjo, (3) the correct information is if it comes from a trusted source.

Key-words: ideology, critical discourse analysis, television.

Umar Fauzan,adalah Dosen STAIN Samarinda

Ada dua jenis tayangan program televisi, yaitu: program hiburan dan informasi. Program hiburan dapat berupa program musik, komedi, filem, reality show, atau program kuis yang memberikan hadiah bagi bagi peserta kuis di tempat saluran kuis tersebut ditayangkan atau kepada para pemirsa di rumah. Sedangkan program informasi dikemas dalam bentuk program berita. Jenis berita yang ditayangkan beragam mulai olah raga, kebudayaan, kesenian, ekonomi, pemerintahan, teknologi, pendidikan,

hingga politik. Setiap saat masyarakat dapat menikmati tayangan televisi berupa hiburan untuk mendapatkan kesenangan ataupun informasi untuk menambah pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan.

Ada dua stasiun TV yang menitikberatkan pada penayangan berita; MetroTV dan tvOne. MetroTV pada awalnya memiliki konsep agak berbeda dengan yang lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan siaran pada program

(2)

berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun televisi ini juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya. tvOne ingin menginspirasi masyarakat Indonesia yang berusia 15 tahun ke atas agar berpikiran maju dan melakukan perbaikan bagi diri sendiri serta masyarakat sekitar melalui program News and

Sports yang dimilikinya. tvOne

mengklasifikasikan program-programnya dalam kategori News One, Sport One, Info One, dan Reality One. tvOne ingin membuktikan keseriusannya dalam menerapkan strategi tersebut dengan menampilkan format-format yang inovatif dalam hal pemberitaan dan penyajian program. Dengan semboyan “terdepan mengabarkan”, tvOne menyajikan tayangan dengan komposisi 70% berita. Keinginan tvOne untuk menjadi stasiun terbaik dalam hal penyajian berita menjadi tema yang menarik untuk didiskusikan.

tvOne dimiliki oleh keluarga Bakrie, Ketua Umum Partai GOLKAR. tvOne bermain di segmen berita dengan latar belakang pemilik yang berideologi politik GOLKAR patut dicurigai menggunakan media, tvOne, sebagai corong menyampaikan ideologi politiknya. Hal ini wajar karena di balik setiap teks berita yang beredar di masyarakat selalu tersembunyi pengaruh dari sebuah struktur sosial. Teks bukanlah sesuatu yang bebas nilai dan menggambarkan kenyataan sebagaimana adanya. Dalam pandangan analisis wacana kritis, isi teks tidak hanya ditentukan oleh kecenderungan pribadi dari sang produsen teks namun juga ditentukan oleh struktur sosial yang melingkupi sang produsen teks. Bahasa tidak netral melainkan membawa pesan ideologi

tertentu yang dipengaruhi oleh sang pembuat teks. Patut dicurigai bahwa selalu ada pesan tersembunyi pada setiap program berita yang ditayangkan oleh tvOne dimana hal ini tidak terlepas dari “titipan pesan” dari sang pemilik stasiun televisi.

Fairclough (1989:22-23) menyebut pemahamannya tentang bahasa dengan istilah

discourse atau wacana. Konsep wacana menurut Fairclough merupakan bentuk praktik sosial. Sebagai praktik sosial, bahasa menjadi bagian dari proses sosial. Bahasa dapat berperan secara pasif maupun aktif disebabkan oleh karakter bahasa itu sendiri yang memiliki sifat dialektik. Di buku yang sama, Fairclough (1989:37) menjelaskan mengenai dialektika struktur sosial dan wacana. Fairclough berpendapat bahwa hubungan antara wacana dengan struktur sosial bukanlah hubungan satu arah. Selain ditentukan oleh struktur sosial, wacana juga mempengaruhi struktur sosial, sekaligus berkontribusi dalam perubahan struktur sosial itu sendiri. Dialektika menunjukkan adanya hubungan dua arah, dimana wacana dan struktur sosial saling mempengaruhi satu sama lain. Wacana penting bagi kekuasaan dan usaha melanggengkan kekuasaannya melalui pengontrolan wacana oleh pihak-pihak di lingkaran kekuasaan dan kekuatan sosial masyarakat yang menjadi faktor penting dalam mempertahankan kekuasaan itu sendiri.

Berdasarkan pendapat Fairclough dapat disimpulkan bahwa bahasa berperan aktif sekaligus pasif. Ketika berperan pasif, bahasa menjadi alat rekam kejadian sosial. Di saat berperan aktif, bahasa ikut serta menjadi elemen

(3)

yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial itu sendiri. Salah satu contoh adalah bagaimana secara terus menerus, Amerika menggaungkan wacana Irak memiliki bom pemusnah massal. Sehingga masyarakat dunia lebih banyak yang percaya dan berada di gerbong yang sama untuk menghancurkan Saddam Hussein yang dianggap memiliki bom pemusnah massal, meskipun belakangan terbukti bahwa Saddam Hussein tidak memilikinya. Suatu kesadaran akan sebuah fakta yang terlambat ketika kondisi sosial masyarakat Irak telah hancur. Bahasa secara aktif dapat mengubah kondisi sosial masyarakat secara masif.

Menurut Fairclough (1989:22), konsep wacana sebagai praktik sosial memiliki tiga implikasi. Pertama, wacana merupakan bagian dari masyarakat. Wacana tidak bisa berdiri sendiri dengan dipisahkan dari masyarakat.

Kedua, pemahaman wacana sebagai praktik sosial memberi implikasi bahwa wacana merupakan proses sosial. Sebagaimana masyarakat berproses dan berkembang, maka wacana (bahasa) juga berproses dan berkembang. Ketiga, wacana berproses sesuai dengan yang dikondisikan dalam masyarakat. Ada semacam dialektika antara bahasa dan kondisi sosial. Wacana dipengaruhi oleh kondisi sosial, akan tetapi kondisi sosial juga dipengaruhi oleh wacana. Disini dapat ditarik kesimpulan bahwa fenomena linguistik bersifat sosial, sementara fenomena sosial juga memiliki sifat linguistik. Linguistik bersifat sosial karena linguistik sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh lingkungan sosialnya. Kondisi sosial juga bersifat linguistik karena aktivitas berbahasa dalam konteks sosial

tidak hanya menjadi wujud ekspresi atau refleksi dari proses dan praktik sosial, namun juga merupakan bagian dari proses dan praktik sosial tersebut. Kerangka analisis yang dikembangkan oleh Fairclough (1995) bersifat tiga dimensi yang terdiri dari analisis teks, analisis praktik-praktik wacana dalam bentuk produksi dan konsumsi teks, dan analisis praktik-praktik sosio-kultural. Metode yang dikembangkan meliputi: deskripsi linguistik teks dari segi kebahasaan, interpretasi hubungan antara proses produksi dan konsumsi teks dengan teks, dan eksplanasi hubungan antara proses diskursif (produksi dan konsumsi teks) dengan proses sosial.

Keberhasilan menjual ideologi politik dan membentuk opini publik sesuai dengan kemauan pemilik media—seperti pada kasus Tragedi Lumpur Lapindo—sangat ditentukan oleh pengembangan wacana yang dibangun oleh media massa. Dengan alasan-alasan ini bisa dipahami ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bergurau kepada wartawan ketika mengadakan pertemuan dengan sejumlah pimpinan parpol anggota koalisi di kediaman Presiden pendopo Puri Cikeas Bogor, Jawa Barat pada hari Kamis sore tanggal 13 Oktober 2011 dengan ucapan, “Yang ngatur saya cuma wartawan dan cucu.” Dalam tulisan online vivanews.com Sabtu 28 Januari 2012, Ketua DPP Partai Demokrat, Gede Pasek Suardhika juga menegaskan jika saat ini partai Demokrat sedang mengalami ‘serangan udara’. Serangan udara yang dimaksud itu menanggapi polemik Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum yang menjadi santapan media. Serangan udara itu, kata Pasek, didorong segelintir media yang

(4)

memiliki agenda politik. Berkaitan dengan ini, yang tidak kalah serunya apa yang disampaikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum yang dimuat dalam tulisan online vivanews.com Sabtu 28 Januari 2012 . Anas menyatakan partai Demokrat mempunyai satu kelemahan yang membuat mereka mudah disudutkan oleh pihak-pihak lain. Kelemahan itu adalah Partai Demokrat tidak mempunyai televisi. Pernyataannya tentu berkaitan dengan krisis yang dialami oleh partai Demokrat secara serius sejak pertengahan tahun 2011.

Contoh di atas secara gamblang menggambarkan bagaimana secara jelas media televisi melalu penggunaan bahasanya sangat menentukan kondisi sosial masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian mengenai pengembangan wacana oleh stasiun televisi tvOne melalui teks berita yang ditayangkan menjadi layak untuk diangkat. Studi analisis wacana kritis akan mengetahui kontruksi wacana yang dikembangkan oleh tvOne.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis model Fairclough. Jenis penelitian kualitatif tidak mendasarkan bangunan-bangunan teori dan konsep sebagai hal utama pada tahap awal. Penelitian dalam kultur ini memulai dari data yang ada di lapangan. Kerangka teori dan pemikiran tidak untuk diuji dan dijadikan sebagai batasan, melainkan lebih sebagai referensi bagi peneliti untuk berjalan. Teori dan

kerangka pikir dalam penelitian ini akan terus-menerus dibangun selama proses penelitian berlangsung. Marczyk, G. et al. (2005:17) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak berusaha untuk menjelaskan temuannya melalui rumusan atau analisis statistik dan penelitian yang dilakukan melalui wawancara dan observasi.

Wacana dalam analisis wacana kritis tidak dipahami semata-mata sebagai obyek studi bahasa. Bahasa tentu digunakan untuk menganalisis teks. Bahasa tidak dipandang dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa dalam analisis wacana kritis selain memperhatikan teks juga memperhitungkan konteks bahasa sebagai alat yang dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu termasuk praktik ideologi. Analisis wacana kritis melihat pemakaian bahasa sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam AWK dipandang menyebabkan hubungan dialektis antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial. Fairclough dan Wodak (1997) melihat praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologis artinya wacana dapat memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosial, laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas dimana perbedaan itu direpresentasikan dalam praktik sosial. Fairclough dan Wodak berpendapat bahwa analisis wacana kritis adalah bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya masing-masing.

(5)

Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah teks berita tentang politik. Sumber data primer berasal dari program berita tvOne. tvOne menayangkan beberapa program berita, antara lain: Apa kabar

Indonesia, Kabar Terkini, Kabar Pagi, Kabar Pasar,

Kabar Siang, Kabar Petang, dan Kabar Malam. Peneliti mengambil data dari program berita

Kabar Siang yang ditayangkan pada tanggal 01 Oktober 2010 jam 15:28 WIB. Teks berita yang diambil berjudul “Ilmuwan Simpulkan Semburan

Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik”.

Sumber data sekunder berasal dari dokumentasi berita dan rekam jejak tvOne. Dokumentasi berita dan rekam jejak adalah bentuk dan isi berita yang pernah ditayangkan oleh tvOne sebelumnya.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam analisis wacana Fairclough ada tiga dimensi, yaitu: teks, praktik wacana, dan praktik sosiokultural. Analisis Fairclough menggabungkan analisis teks, analisis praktik-praktik wacana dalam bentuk produksi dan konsumsi teks, dan analisis praktik-praktik sosio-kultural. Sebelum melakukan ketiga analisis tersebut, maka peneliti mengumpulkan data yang menjadi bahan untuk dianalisis. Langkah-langkah pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:

a. Pada level analisis teks, data dikumpulkan dengan cara merekam program berita yang tayang di tvOne, Kabar Siang. Selanjutnya, peneliti melakukan identifikasi terhadap

pengembangan wacana yang ada dalam teks berita tersebut.

b. Pada level analisis produksi dan konsumsi teks, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan data mengenai proses produksi dan konsumsi teks. Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan standar pertanyaan terbuka. Wawancara mendalam ini menggunakan daftar pertanyaan wawancara sebagai pedoman meskipun standar itu tidak harus membuat wawancara menjadi kaku. Peneliti mewawancarai masyarakat pemirsa tvOne dari kalangan yang terdidik (Educated Person). Alasan pemilihan dari kalangan tersebut adalah tvOne merupakan televisi yang menyajikan program unggulan berita dan dikonsumsi, umumnya, oleh kalangan masyarakat terdidik.

c. Peneliti juga menggunakan dokumentasi dan studi literatur guna mendapatkan data tentang kondisi konteks di sekitar terciptanya program berita yang ditayangkan oleh tvOne.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif (Bogdan & Biklen (1998:145), pada analisis data dilakukan kegiatan antara lain proses sintesis, pencarian pola-pola, dan penemuan makna. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis teks berita tentang berita politik dalam tayangan tvOne.

(6)

Secara operasional dan sesuai dengan tujuan penelitian, analisis data penelitian ini menggunakan teknik analisis wacana kritis seperti yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh Fairclough (1989:26). Alasan pemilihan model Fairclough dalam penelitian ini karena menurut anggapan peneliti, pendekatan Fairclough menyajikan perangkat analisis yang komprehensif di dalam melakukan analisis terhadap sebuah teks. Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi: text, discourse

practice, dan sociocultural practice. Kerangka analisis yang dikembangkan oleh Fairclough terdiri dari analisis teks, analisis praktik-praktik wacana dalam bentuk produksi dan konsumsi teks, dan analisis praktik-praktik sosio-kultural. Secara rinci tahapan analisis tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Analisis Teks (Deskripsi). Dalam tahapan ini, peneliti melakukan analisis terhadap teks berita dalam tayangan berita tvOne. Selain dianalisis secara terpisah, pada teks-teks yang memiliki kaitan interteks, peneliti melakukan analisis secara intertekstualitas. Peneliti menganalisis teks secara linguistik dengan melihat kosakata, gramatika, dan struktur kalimat. Elemen yang dianalisis tersebut dipakai untuk melihat tiga hal, yaitu experiential, relational, dan expressive. Nilai experiential digunakan untuk melacak bagaimana representasi dunia dalam pandangan produsen teks. Nilai ini experiential ini berkenaan dengan pengalaman dan kepercayaan produsen teks. Nilai relational melacak relasi sosial apa yang diangkat melalui teks dalam wacana tersebut. Nilai expressive digunakan untuk mencari evaluasi produsen teks dalam realitas yang berkaitan.

Analisis Praktik Wacana (Interpretasi). Interpretasi merupakan analisis praktik wacana, yaitu analisis hubungan antara teks dan praktik wacana – dengan melihat teks sebagai sebuah proses produksi. Fairclough (1989:141) menyatakan bahwa interpretasi dilakukan melalui kombinasi antara teks dengan “pemakna” teks dengan cara menggunakan semua “sumber-sumber” interpretasi sehingga dapat menghasilkan suatu interpretasi. Pada tahap ini, peneliti menghubungkan hasil analisis teks dengan hasil wawancara mendalam dengan produsen dan konsumen tvOne. Peneliti melakukan interpretasi dalam beberapa level, yaitu: level ujaran (surface of utterance), level makna ujaran (meaning of utterance), level koherensi lokal (local coherence), dan keutuhan wacana (text structure and point).

Analisis Praktik Sosiokultural (Eksplanasi). Eksplanasi merupakan analisis sosiokultural, yaitu analisis hubungan antara praktik wacana dan konteks sosial. Eksplanasi bertujuan mencari penjelasan atas hasil penafsiran pada tahap pertama (deskripsi) dan tahap kedua (interpretasi). Dalam level ini, peneliti berusaha menganalisis dan menjelaskan hubungan antara kecenderungan di dalam teks, kompleksitas dalam praktik wacana, dan juga proses-proses di dalam perubahan sosial. Dalam tahap ini, peneliti mencari penjelasan dari hasil penafsiran dengan merujuk pada kondisi sosiokultural di sekitar teks diproduksi. Kondisi sosiokultural ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: (a) Situasional, yaitu situasi unik ketika sebuah teks diciptakan. (b) Institusional, yaitu pengaruh institusi organisasi terhadap teks yang

(7)

dihasilkan. Dalam penelitian ini, institusi yang dijadikan bahan kajian adalah tvOne. (c) Sosial, yaitu melihat pada hal-hal makro dalam masyarakat, seperti sistem politik, sistem ekonomi, atau budaya masyarakat. Faktor sosial yang jelas diperhatikan dalam penelitian ini adalah kondisi kebebasan pers di Indonesia setelah reformasi dan kondisi perpolitikan di Indonesia.

Temuan dan Pembahasan

Sesuai dengan analisis yang dikembangkan oleh Fairclough, maka makalah ini menggunakan kerangka analisis yang dibagi menjadi tiga bagian: deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi. 3 (tiga) bagian kerangka analisis tersebut sekaligus dapat menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

Transkrip Data

Ilmuwan Simpulkan Semburan Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik.

Tayang di Kabar Siang tvOne, 01 Oktober 2010, 15:28 WIB

Narasi:

Salah satu dari tim ilmuwan rusia ini sedang menjelaskan model 3 dimensi informasi geologi bawah tanah yang ada di lokasi semburan lumpur Sidoarjo pada para ahli geologi Indonesia. Mereka mengkonstruksi sistem informasi geologi untuk mengetahui penyebab terjadinya semburan. Tim ilmuwan Rusia ini menemukan fakta bahwa Lumpur sidoarjo terjadi bukan karena pengeboran melainkan akibat kegiatan seismik.

[Tayangan Video]

Narasi:

Manager senior badan pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas PT. Migas, Harun Setyana, mengatakan pengeboran di Sidoarjo sudah sesuai prosedur.

[Tayangan Video] Narasi:

Gempa Yogjakarta yang terjadi 2 hari sebelum semburan Lumpur 2006 silam telah mengaktifkan gunung Lumpur yang telah terbentuk sejak 200 ribu tahun lalu.

Penggunaan Kosakata

Pengunaan kosakata merupakan salah satu bagian dari tahapan Deskripsi (Analisis Tekstual) dalam analisis model Fairclough. Bagian deskripsi ini (penggunaan kosakata) menyajikan analisis teks berita tvOne berjudul “Ilmuwan

Simpulkan Semburan Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik” dari aspek kebahasaan. Analisis teks dari aspek penggunaan kosakata disajikan sebagai berikut:

1. Penggunaan Kata Bernilai Pengetahuan/ pengalaman

a. Kata membawa citra ilmiah dan terpercaya Beberapa kata yang muncul dalam teks berita dengan membawa citra ilmiah dan

terpercaya, antara lain: Ilmuwan, tim

ilmuan Rusia, geologi bawah tanah, Manager senior PT Migas.

(8)

b. Kata membawa citra kebenaran

Beberapa kata yang muncul dalam teks berita dengan membawa citra kebenaran, antara lain: fakta, pengeboran, sesuai

prosedur, Gempa Jogya, gunung lumpur, 200 tahun lalu.

c. Kata membawa citra mengakhiri suatu

perdebatan (tuduhan).

Kata yang muncul dalam teks berita dengan membawa citra mengakhiri suatu

perdebatan (tuduhan) adalah Simpulkan. 2. Penggunaan Kata Bernilai Relasi

Beberapa kata yang muncul dalam teks berita bernilai relasi, antara lain: Ilmuwan, tim

ilmuan Rusia, mengkonstruksi, geologi bawah tanah, Manager senior PT Migas, Lumpur

Sidoarjo.

3. Penggunaan Kata Bernilai Ekspresif Beberapa kata yang muncul dalam teks berita bernilai ekspresif adalah ‘sudah’ dalam kalimat: Pengeboran sudah sesuai prosedur. Juga ‘bukan karena’ dan ‘melainkan’ dalam kalimat: Lumpur Sidoarjo terjadi bukan karena pengeboran melainkan akibat kegiatan seismik.

Penggunaan kosa kata di atas menjelaskan beberapa hal. Ilmuwan, tim ilmuan Rusia, geologi

bawah tanah, dan Manager senior PT Migas

membawa citra (ideologi) ilmiah dan terpercaya. Beberapa kosa kata tersebut hendak menegaskan bahwa berita yang disampaikan adalah akurat karena disampaikan oleh pihak-pihak yang dapat

dipercaya. Bagian teks ini hendak menyampaikan bahwa jangan mudah percaya dengan berita-berita yang disampaikan oleh berbagai pihak mengenai tragedi Lumpur di Sidoarjo. Satu-satunya yang bisa dipercaya adalah para ahli di bidang geologi, tim ilmuwan Rusia, dan otoritas pemerintah yang diwakili oleh PT Migas.

Fakta, pengeboran, sesuai prosedur, Gempa Jogya, gunung lumpur, 200 tahun lalu membawa citra kebenaran dan menjadi sanggahan terhadap opini yang berkembang di masyarakat bahwa penyebab meluapnya lumpur di Sidoarjo adalah akibat pengeboran gas yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas. Teks ini hendak menyampaikan bahwa PT Lapindo Brantas sudah melakukan prosedur pengeboran yang benar sesuai dengan standar prosedur yang ada. Gempa Jogya, gunung

lumpur, 200 tahun lalu menguatkan argumentasi tadi, bahwa memang bukan pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas yang menyebabkan semburan lumpur melainkan gempa Yogyakarta yang mengaktifkan gunung lumpur yang sudah terbentuk 200 tahun yang lalu.

Lumpur Sidoarjo digunakan, bukan Lumpur Lapindo yang masih digunakan oleh banyak orang. Lumpur Sidoarjo adalah bencana di Sidoarjo. Lumpur Lapindo adalah bencana yang diakibatkan oleh PT Lapindo. Frasa ini menjadi penegasan bahwa lumpur yang terjadi di Sidoarjo adalah murni bencana alam yang terjadi di wilayah Sidoarjo, dan tidak ada hubungannya dengan Lapindo (PT Lapindo Brantas).

(9)

Simpulkan atau menyimpulkan, membawa citra akhiri perdebatan (Tuduhan negatif ke arah PT

Lapindo). Kata ini digunakan untuk mengakhiri/ menutup suatu proses diskusi atau perdebatan tentang sesuatu hal. Kalau sesuatu sudah disimpulkan maka tidak ada lagi ruang untuk mendiskusikan atau mendebatkannya lagi. Teks ini mengajak para pembaca (pemirsa televisi) untuk berhenti menyalahkan PT Lapindo sebagai penyebab terjadinya bencana lumpur di Sidoarjo.

Penggunaan Kalimat

Pengunaan kalimat merupakan tahap kedua setelah penggunaan kosakata dari tahapan

Deskripsi (Analisis Tekstual) dalam analisis model Fairclough. Analisis teks dari aspek penggunaan kalimat disajikan sebagai berikut:

1. Penggunaan Kalimat Bernilai Pengetahuan/ pengalaman

Fairclough (1989:110) berpendapat bahwa penggunaan kalimat yang bernilai Pengetahuan/ pengalaman dapat dilihat dari penggunaan prosesnya. Gerot dan Wignell (1995:54 dan 77) membagi jenis proses menjadi 6 (enam) jenis, yaitu: proses material, mental, relasional, verbal, perilaku, dan proses eksistensial.

Bentuk proses yang muncul dalam kalimat-kalimat dalam teks berita tvOne berjudul “Ilmuwan Simpulkan Semburan Lumpur Sidoarjo

Akibat Aktivitas Seismik” adalah sebagai berikut:  Ilmuwan Simpulkan Semburan Lumpur

Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik.

 Salah satu dari tim ilmuwan rusia ini sedang

menjelaskan model 3 dimensi informasi geologi bawah tanah yang ada di lokasi semburan lumpur Sidoarjo pada para ahli geologi Indonesia.

Mereka mengkonstruksi sistem informasi geologi untuk mengetahui penyebab terjadinya semburan.

Tim ilmuwan Rusia ini menemukan fakta bahwa Lumpur sidoarjo terjadi bukan karena pengeboran melainkan akibat kegiatan seismik.

 Manager senior badan pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas PT. Migas, Harun Setyana, mengatakan pengeboran di Sidoarjo sudah sesuai prosedur.

 Gempa Yogjakarta yang terjadi 2 hari sebelum semburan Lumpur 2006 silam telah

mengaktifkan gunung Lumpur yang telah terbentuk sejak 200 ribu tahun lalu.

(10)

Tabel: Distribusi Jenis Proses Dalam Teks Berita Mengenai Lapindo Oleh Tvone NO JENIS PROSES DISTRIBUSI KATA JML PROSENTASE 1 Proses Material Mengkonstruksi 4 40%

Menemukan Mengaktifkan Terbentuk

2 Proses Mental Mengetahui 1 10%

3 Proses Relasional 0 0%

4 Proses Verbal Menjelaskan 3 30%

Simpulkan

Mengatakan

5 Proses Perilaku 0 0%

6 Proses Eksistensial Ada 2 20%

Terjadi

JUMLAH 10 100%

Jenis-jenis proses dalam tabel di atas bernilai pengetahuan/pengalaman dengan deskripsi sebagai berikut:

a. Proses material yang paling banyak digunakan dalam kalimat di atas (40%). Proses material adalah proses kerja yang menunjukkan perbuatan (process of doing) atau peristiwa (process of happening). Hal ini menunjukkan bahwa ada peristiwa atau perbuatan yang ingin disampaikan kepada pemirsa/pemirsa berkaitan dengan tragedi meluapnya lumpur di Sidoarjo.

b. Proses verbal menduduki perangkat kedua yang paling banyak digunakan (30%). Hal ini tentu saja tidak mengherankan karena tampaknya produsen teks berita tersebut ingin mengedepankan pandangan pihak lain

(orang ketiga) dalam melihat suatu kasus. Semua orang akan berpendapat bahwa pandangan yang disampaikan oleh ‘orang dalam’ mengenai kasus tertentu, tentunya tidak akan objektif. Hal ini rupanya yang menjadi strategi produsen teks.

c. Partisipan yang muncul adalah Ilmuwan,

Salah satu dari tim ilmuwan rusia, Mereka, Tim ilmuwan Rusia, Manager senior PT. Migas, Gempa Yogjakarta. Dari aspek partisipan ini, jelas terlihat bahwa produsen teks ingin menonjolkan pihak yang dianggap paling ‘kompeten’ dan paling ‘bisa dipercaya’ mengenai siapa sebenarnya yang harus dipercaya dalam mengungkap penyebab tragedi lumpur di Sidoarjo dan siapa juga yang dapat dipercaya dalam pemberitaan mengenai tragedi lumpur tersebut.

(11)

2. Penggunaan Kalimat Bernilai Relasi Penggunaan kalimat bernilai relasi dalam teks berita tvOne berjudul “Ilmuwan Simpulkan

Semburan Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik” dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Dari aspek mode, kalimat yang digunakan dalam teks berita tersebut semuanya adalah kalimat deklaratif. Pembicara (produsen teks) melakukan interaksi dengan memilih jenis mood yang berbeda sesuai dengan proses interaksinya. Dalam pertukaran makna, ada informasi yang harus disampaikan atau diterima. Dalam konteks berita, sang produsen teks akan ‘memberi’ informasi kepada pemirsanya, sehingga sangat tepat apabila semua kalimat yang digunakan dalam teks berita di atas berbentuk kalimat deklaratif. Produsen teks hendak menyampaikan berita yang harus ‘ditelan’ oleh pemirsanya.

b. Dari aspek pronoun (kata ganti), teks di atas hanya menggunakan satu pronoun, yaitu mereka. Mereka disini mengacu kepada tim ilmuwan geologi dari Rusia. Produsen teks tidak melibatkan I, We, atau You dalam pemberitaannya. Hal ini dilakukan sebagai penegasan bahwa untuk menjawab siapa yang harus bertanggung jawab mengenai tragedi Lumpur di Sidoarjo, bukan saya, kita, atau anda. Ada ‘ahli’ yang sangat kompeten dan terpercaya untuk menjawabnya, dan tentu saja dengan dasar argumentasi yang sangat ‘ilmiah’.

3. Penggunaan Kalimat Bernilai Ekspresif Penggunaan kalimat bernilai ekspresif dalam teks berita tvOne dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Judul teks berita ini adalah “Ilmuwan

Simpulkan Semburan Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik”. Kalimat yang digunakan dalam judul teks berita tersebut bernilai ekspresi, yaitu kalimat yang berisi penilaian (evaluasi) oleh produsen teks terhadap sesuatu. Isi dari teks merupakan rangkaian alasan yang memperkuat argumen pada judul teks berita. Sudah sangat jelas apa yang ingin disampaikan oleh produsen teks dalam bentuk berita, yaitu mengenai penyebab meluapnya lumpur di Sidoarjo. Kalimat itu hendak menegaskan bahwa penyebab lumpur Sidoarjo adalah akibat aktivitas seismic, bukan oleh akibat yang lain.

b. “Bukan karena pengeboran” dalam kalimat

“Tim ilmuwan Rusia ini menemukan fakta bahwa Lumpur Sidoarjo terjadi bukan karena pengeboran melainkan akibat kegiatan seismik.” Hendak mematahkan klaim atau “tuduhan’ dari beberapa pihak yang menyatakan bahwa pengeboran yang dilakukan Lapindo (PT Lapindo Brantas) adalah penyebab awal dari meluapnya lumpur di Sidoarjo.

c. “Sudah sesuai prosedur” dalam kalimat “Manager senior badan pelaksana kegiatan usaha

hulu minyak dan gas PT. Migas, Harun Setyana, mengatakan pengeboran di Sidoarjo sudah sesuai prosedur.” Hendak menyatakan bahwa tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh Lapindo yang berakibat fatal dalam menyebabkan terjadinya banjir lumpur di Sidoarjo.

(12)

d. Argumentasi di atas ditutup dan diperkuat dengan kalimat “Gempa Yogjakarta yang terjadi 2 hari sebelum semburan Lumpur 2006 silam telah mengaktifkan gunung Lumpur yang telah terbentuk sejak 200 ribu tahun lalu”. Teks ini menggiring pemirsa untuk ikut menyimpulkan bahwa gempa jogyakarta yang sebenarnya menjadi penyebab tragedi lumpur di Sidoarjo karena gempa Yogyakarta tersebut telah mengaktifkan gunung Lumpur yang telah terbentuk sejak 200 ribu tahun lalu.

e. Strategi wacana yang digunakan dalam teks berita tersebut disebut dengan Asosiasi – Disasosiasi (masuk kategori inklusi = menampilkan aktor/sesuatu).

Ideologi yang Ingin Dibangun tvOne

Ideologi berhubungan dengan praktik kekuasaan. Dalam konteks kekuasaan media, analisis wacana kritis Fairclough menjadi alat yang tepat untuk digunakan dalam melihat bagaimana ideologi sangat dekat dengan praktik kekuasaan. Untuk tujuan tersebut, Fairclough mengembangkan kerangka analisis wacana yang terdiri dari deskripsi (analisis teks), interpretasi (analisis praktik wacana), dan eksplanasi (analisis sosio-kultural). Analisis tahap kedua dan ketiga memberi arah untuk melihat bagaimana kekuasaan media televisi melalui penggunaan bahasa menyebarluaskan ideologi pemiliknya yang sekaligus mampu memberi pengaruh dan mengubah sosial masyarakat.

Interpretasi (Analisis Praktik Wacana)

membahas bagaimana posisi tvOne dan kondisi sosial masyarakat ketika teks diproduksi. Tahapan untuk membuat interpretasi tersebut disajikan sebagai berikut:

Posisi tvONE:

a) tvONE milik keluarga Bakrie.

b) Moto tvONE adalah terdepan mengabarkan, tidak ada berita yang terlepas dari pantauan tvONE.

Kondisi Sosiokultural:

a) Lumpur Sidoarjo awalnya berasal dari aktivitas pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas.

b) Politik pencitraan tentu sangat penting bagi Aburizal Bakrie, seorang ketua GOLKAR, dan calon presiden RI.

c) Sebagai pemilik tvOne, Abrurizal Bakrie akan menggunakannya untuk kepentingannya sendiri. Bakrie akan menghindari berita yang negatif tentang dirinya, dan sebaliknya akan menayangkan berita yang positif dan menguntungkannya. d) Ilmuwan yang menyimpulkan semburan lumpur Sidoarjo akibat aktivitas seimik adalah orang luar, bukan dari kelompoknya. Kalau orang luar yang menyimpulkan, apalagi ilmuwan, tentu masyarakat akan lebih percaya.

Setelah mengetahui posisi tvOne dan kondisi sosial masyarakat ketika teks diproduksi, selanjutnya analisis praktik wacana dilakukan. Analisis tersebut disajikan sebagai berikut:

(13)

1) tvONE akan sangat hati-hati dalam mengangkat berita mengenai ‘keluarga Bakrie’. Salah satu isu yang sangat sensitif adalah Lumpur Sidoarjo.

2) tvONE tidak mungkin memberitakan hal negatif tentang dirinya sendiri.

3) Penggunaan frase lumpur Sidoarjo oleh tvOne bukanlah tanpa tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fairclough bahwa wacana dipengaruhi dan mempengaruhi sosial. Komunitas sosial dalam keluarga Bakrie (keluarga, perusahaan, partai, dan pendukungnya) tentu saja tidak menginginkan adanya citra negatif bagi Bakrie.

4) Ketika ada berita mengenai beberapa ilmuwan yang mengadakan penelitian mengenai penyebab lumpur , dan ternyata hasilnya menguntungkan ‘keluarga Bakrie’, maka berita itu layak untuk tayang.

5) Judul berita “Ilmuwan Simpulkan Semburan Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik” tentu sangat menguntungkan ‘keluarga Bakrie’ karena penyebab tragedi lumpur di Sidoarjo yang awalnya diyakini adalah PT Lapindo Brantas, dapat dibelokkan menjadi, ‘bencana alam’. Luapan lumpur Sidoarjo jangan diasosiakan dengan PT Lapindo Brantas, milik keluarga Bakrie, ketum GOLKAR dan calon Presiden RI.

Eksplanasi (Analisis Praktik

Sosio-kultural) adalah analisis hubungan antara praktik wacana dan konteks sosial. Eksplanasi bertujuan mencari penjelasan atas hasil penafsiran pada

tahap pertama (deskripsi) dan tahap kedua (interpretasi). Analisis praktik sosio-kultural disajikan sebagai berikut:

Pertama, Situasi yang diangkat dalam teks berita berjudul “Ilmuwan Simpulkan Semburan

Lumpur Sidoarjo Akibat Aktivitas Seismik” adalah mengenai penyebab awal meluapnya lumpur di Sidoarjo yang menjadi bencana sosial dengan kerugian yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak pihak yang meyakini bahwa penyebabnya adalah akibat pengeboran yang dilakukan oleh Lapindo (PT Lapindo Brantas). Fakta yang ada adalah lumpur tersebut muncul di saat dan di tempat PT Lapindo melakukan pengeboran.

Kedua, Bakrie, pemilik tvOne dan PT Lapindo Brantas, adalah calon presiden RI yang sedang membangun citra positif untuk berusaha menang dalam pemilihan presiden yang akan datang. Menjadi sangat wajar ketika Bakrie menggunakan kekuatannya (uang dan media) untuk mencapai tujuannya. Lumpur di Sidoarjo tidak boleh menjadi batu sandungan yang secara terus menerus memberi citra negatif kepadanya, sehingga tvOne dapat menjadi alat untuk menutup citra negatif tersebut.

Ketiga, Jenis elemen partisipan yang dibangkitkan teks berita di atas adalah tim ilmuwan Rusia. Partisipan ini dapat membangkitkan citra terpercaya, ilmiah, dan kebenaran. Masyarakat diajak untuk setuju dengan isi teks berita yang berisi argumentasi dan alasan mengenai pertanyaan siapa dan apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur di Sidoarjo. Teks berita yang dianalisis dalam tulisan

(14)

ini secara gamblang menggambarkan bagaimana praktik wacana terjadi; kondisi sosial mempengaruhi terciptanya wacana, dan wacana juga mempengaruhi kondisi sosial.

Terakhir, Wacana yang dibangun adalah Lumpur di Sidoarjo terjadi akibat aktivitas seismik, bukan akibat aktivitas pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas. Tragedi lumpur yang ada di Sidoarjo adalah bencana alam, dan tidak ada hubungannya dengan PT Lapindo. Karena bencana tersebut adalah bencana alam, maka pemerintah yang harus bertanggung jawab, bukan PT Lapindo.

Simpulan Penelitian

Simpulan dari teks berita berjudul “Ilmuwan Simpulkan Semburan Lumpur Sidoarjo

Akibat Aktivitas Seismik” adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan kata dalam wacana tersebut

menunjukkan citra ilmiah dan terpercaya. 2) Penggunaan kalimat yang bernilai

pengalaman tampak dari penggunaan proses (40%), sedangkan dari aspek partisipan, yang paling dominan bermakna pihak yang ‘kompeten’ dan ‘bisa dipercaya’ mengenai siapa sebenarnya yang bisa dipercaya dalam mengungkap penyebab tragedi lumpur di Sidoarjo. Kalimat teks berita tersebut juga bernilai ekspresi, yaitu evaluasi mengenai penyebab meluapnya lumpur di Sidoarjo. Strategi yang digunakan adalah asosiasi – disasosiasi. Strategi ini bertujuan sesuatu diasosiasikan atau tidak diassosiakan dengan sesuatu.

3) Ideologi yang muncul dalam teks berita adalah: (1) Lumpur di Sidoarjo bukan disebabkan oleh pengeboran PT Lapindo Brantas, (2) Lumpur di Sidoarjo adalah bencana alam, (3) informasi yang benar adalah informasi yang ilmiah dan berasal dari sumber yang terpercaya.

Daftar Rujukan

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana, Pengantar Analisis

Teks Media, LKiS, Yogyakarta

Fairclough, Norman. 1989. Language and Power. New York: Addison Wesley Longman. Fairclough, Norman. 1992. Discourse and Social

Change. UK and USA: Polity Press.

Fairclough, Norman. 1995. Critical Discourse

Analysis. New York: Addison Wesley Longman.

Fairclough, N & Wodak, R. 1997. Critical Discourse Analysis (ed.), dalam Van Dijk (ed.) Discourse as Social Interaction: Discourse

Studies as Multidiciplinary Introduction, Vol. 2. London: Sage Pub.

Marczyk, G. et al. 2005. Essentials of Research

Design and Methodology. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc

Sobur, Alex. 2009. Analisis Teks Media, PT Remaja Rosdakarya, Bandung

Titscher, S., Mayer, M., Wodak, R., Vetter, 2000. Methods of Text and Discourse Analysis. (Terjm.). London: Sage Publication

(15)

van Dijk T A. 1993. Principles of critical discourse analysis. In Discourse & Society , 4(2), 1993, 249-283.

van Dijk T A. 1997. (ed.) Discourse as Social

Interaction: Discourse Studies as Multidiciplinary Introduction, Vol. 2. London: Sage Pub

van Dijk T A. 2001. Critical Discourse Analysis. In D. Tannen, D. Schiffrin & H. Hamilton (Eds.), Handbook of Discourse Analysis. (pp. 352-371). Oxford: Blackwell

Widdowson, H G. 2004. Text, Context, Pretext, Autralia : Blackwell Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran yang tertuang dalam Berita Acara Hasil Pelelangan No. 66/PAN-PBJ-KEMENAG/VIII/2012 tanggal 28 Agustus 2012 dan Surat

• Bila dibandingkan dengan piutang dagang, piutang wesel mempunyai kekuatan hukum yang menempatkan pemegang wesel (atau promes) pada posisi yang kuat untuk dapat menagih

Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015 1... Himpunan Peraturan Gubernur Tahun 2015

Mr+rrr)rtmumkan llsnc€ra Llmllm Ferr$fidean BaHnglJasa utiuk pelaksafiaan kggiaian tahilrr!. ariggararl

memberikan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi sosial, serta pembinaan lanjut bagi balita terlantar, anak terlantar, anak yang berhadapan

Dan padapenulisan ilmiah ini penulis mencoba merancang homepage sederhana yang bersifat komersial yaitu mengenai homepage apotik farma menggunakan HTML dan sebagai web

Disamping tidak dicantumkannya secara tegas asas-asas umum pe nye- lenggaraan bangunan gedung dalam batang tubuh, pengaturan sanksi dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Jember Jalan Kalimantan Nomor 86 Telp.. NARINDA INVESTINDO Nama Direktur : SITI