• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV DESKRIPSI DATA. 4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass. Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

91

4.1 Data Ruas Jalan Eksisting dan setelah Underpass

Jalur lalu lintas eksisting dari Jl. Gatot Subroto Barat menuju Jl. Gatot Subroto Timur melewati ruas-ruas jalan dengan volume lalu lintas yang bervariasi. Dengan adanya pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani di Kota Denpasar mengakibatkan terjadinya perubahan sirkulasi lalu lintas. Tabel 4.1 menampilkan pola sirkulasi lalu lintas dan jarak tempuh perjalanan pada kondisi eksisting.

Tabel 4.1

Ruas-Ruas Jalan Eksisting

No. Nama Ruas/ Segmen Panjang

(km) 1 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 0,2 2 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl. Mataram 0,4 3 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.Gatsu- Jl.A.Yani 0,2 4 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti 1,1 5 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto 0,3 6 Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto 0,6 7 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 0,3 8 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo 0,5

9 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo ke Sp.Jl.Gatsu-

Jl.Cokroaminoto 0,5 10 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti 0,6 11 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl.Mataram 0,2 12 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman 0,2 13 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.A.Yani- Jl.Mulawarman 0,4

(2)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Cokroaminoto-Jl. Maruti memiliki jarak terpanjang sedangkan Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani, Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani, Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram dan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman memiliki jarak terpendek.

Tabel 4.2

Ruas-Ruas Jalan Akibat Pembangunan Underpass

No. Nama Ruas/ Segmen Panjang

(km) 1 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 0,3 2 Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl.Mataram 0,3 3 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.Gatsu- Jl.A.Yani 0,2 4 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti 1,1 5 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto 1,7 6 Sp.Jl.Cokroaminoto- Jl.Maruti ke Sp.Jl.Gatsu-

Jl.Cokroaminoto 0,6

7 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani 1,3 8 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada-

Jl.Bung Tomo 2,2

9 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo ke Sp.Jl.Gatsu-

Jl.Cokroaminoto 1,0 10 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Cokroaminoto ke Sp.Jl.Cokroaminoto- Jl.Maruti 2,4 11 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman- Jl.Mataram 0,2 12 Sp.Jl.Gatsu-Jl.A.Yani ke Sp.Jl.A.Yani-Jl.Mulawarman 0,6 13 Sp.Jl.Gatsu-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram ke Sp.Jl.A.Yani- Jl.Mulawarman 0,2

Sumber : Hasil Survei, 2014

Peta pola sirkulasi lalu lintas setelah pembangunan underpass ditunjukkan pada Gambar A.2 di Lampiran A. Perubahan sirkulasi lalu lintas dan jarak

(3)

tempuh akibat adanya underpass dapat dilihat pada Tabel 4.2. Perubahan sirkulasi lalu lintas mengakibatkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto ke Sp. Jl. Cokroaminoto-Jl. Maruti memiliki jarak terpanjang sedangkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani, Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram dan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram ke Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman memiliki jarak terpendek.

Data penampang melintang jalan meliputi: tipe jalan, jumlah lajur, lebar pekerasan, lebar bahu, lebar trotoar, keadaaan drainase dan tipe alinyemen dapat dilihat pada Lampiran B.7.

4.2 Data Lalu Lintas Jalan Eksisting

4.2.1 Lalu lintas harian rata-rata dan komposisi lalu-lintas jalan eksisting LHR dan komposisi lalu lintas jalan eksisting didapat dari hasil studi terdahulu. Arus lalu lintas yang melewati ruas-ruas jalan pada kondisi eksisting dibagi dalam empat kelompok, yaitu: sepeda motor (MC), kendaraan ringan (LV), kendaraan berat (HV) dan kendaraan tidak bermotor (Un-Motorcycle/UM).

Tabel 4.3

LHR di Ruas Jl. Gatot Subroto Timur Tahun 2008-2013 No. Nama Ruas/

Segmen

Lalu Lintas Harian Rata-Rata (smp/hari) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Sp.Cokroaminoto-

Sp.Tohpati (Jl.Gatsu Timur)

60.547 89.293 73.139 137.347 125.830 70.445 Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2014

(4)

Tabel 4.3 merupakan data LHRT ruas Jalan Gatot Subroto Timur. Nilai LHRT untuk ruas Sp. Cokroaminoto-Sp. Tohpati dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 memiliki nilai yang bervariasi, dari 60.547 smp/hari (tahun 2008) sampai dengan 137.347 smp/hari (tahun 2011).

Tabel 4.4

Pertumbuhan LHR di Ruas Jl. Gatot Subroto Timur Tahun 2008-2013 No. Nama Ruas/ Segmen Tahun Pertumbuhan

(%) Rata-Rata (%) 1 Sp.Cokroaminoto-Sp.Tohpati (Jl. Gatsu Timur) 2008-2009 47,48 12,95 2009-2010 -18,09 2010-2011 87,89 2011-2012 -8,39 2012-2013 -44,02 Sumber : Hasil Analisis, 2014

Tabel 4.4 menampilkan nilai rata-rata pertumbuhan LHR per tahun pada ruas jalan Gatot Subroto Timur. Berdasarkan data nilai rata-rata pertumbuhan LHR per tahun tersebut, nilai pertumbuhan LHR rata-rata di ruas jalan Gatot Subroto Timur sebesar 12,95% per tahun. Rata-rata pertumbuhan LHR terbesar terjadi pada tahun 2010-2011, yaitu sebesar 87,89% sedangkan pada tahun 2012-2013 terjadi penurunan rata-rata pertumbuhan LHR, yaitu sebesar -44,02%.

4.2.2 Volume jam puncak

VJP untuk keperluan analisis kinerja jalan didapat dari hasil penelitian terdahulu agar dapat mewakili kondisi saat ini maka dilakukan pendataan ulang. Tabel 4.5 menunjukkan VJP ruas-ruas jalan pada kondisi saat ini. VJP terbesar terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Pendekat B), yaitu 3.818,40

(5)

smp/jam sedangkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Pendekat S) memiliki VJP terkecil, yaitu 390,60 smp/jam.

Tabel 4.5

Volume Jam Puncak Jalan Eksisting

No. Nama Ruas/ Segmen VJP

(smp/jam) 1 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat U) 501,80 2 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat S) 673,60 3 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat T) 3.797,50 4 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pendekat B) 3.725,90 5 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat U) 2.775,90 6 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat S) 3.508,50 7 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat T) 3.728,90 8 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pendekat B) 3.818,40 9 Sp. Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pendekat U) 3.191,20 10 Sp. Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pendekat S) 2.952,70 11 Sp. Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pendekat T) 893,40 12 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat U) 1.428,40 13 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat S) 1.604,20 14 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat T) 3.122,90 15 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pendekat B) 3.705,60 16 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat U) 1.258,70 17 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat S) 390,60 18 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat T) 3.912 19 Sp. Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pendekat B) 3.062,40 20 Sp. Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pendekat U) 2.771,30 21 Sp. Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pendekat S) 1.434,90 22 Sp. Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pendekat T) 1.702 Sumber : Ariyasa, 2013; Mahendra, 2013; Sandiguna, 2013 dan Hasil Analisis, 2014 4.2.3 Kapasitas dan kinerja jalan eksisting

Kapasitas jalan eksisting dihitung menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Departemen PU, 1997) dengan Persamaan 2.17. Kapasitas jalan memberi gambaran mengenai tingkat pelayanan dari suatu ruas jalan terhadap arus lalu lintas yang melewatinya pada satuan waktu tertentu. Data geometrik jalan dapat dilihat pada Lampiran B.7, sementara hasil analisis kapasitas jalan

(6)

eksisting pada Lampiran B.8. Kinerja suatu ruas jalan diketahui dari nilai derajat kejenuhan ruas jalan tersebut yang dihitung dengan Persamaan 2.18 dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 adalah kinerja jalan eksisting tahun 2014. Dari hasil analisis didapatkan bahwa arus jam puncak terbesar terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Jl. Gatot Subroto Barat (Pendekat B)), yaitu 3.818,40 smp/jam sedangkan arus jam puncak terkecil terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Jl. Mataram (Pendekat S)), yaitu 390,60 smp/jam. Kapasitas jalan terbesar terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Pidada-Jl. Bung Tomo (Jl. Gatot Subroto Barat (Pendekat B) dan Jl. Gatot Subroto Barat (Pendekat T)), yaitu 5.625,9 smp/jam sedangkan kapasitas jalan terkecil terjadi pada Sp. Jl. Ahmad Yani Utara-Jl. Mulawarman (Jl. Ahmad Yani Selatan (Pendekat S)), yaitu 2.285,93 smp/jam. Untuk kinerja ruas jalan berdasarkan derajat kejenuhan ruas jalan, Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Jl. Ahmad Yani Utara (Pendekat U)) memiliki nilai terbesar yaitu 1,05 sedangkan derajat kejenuhan terkecil terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Jl. Mataram (Pendekat S)), yaitu 0,14. Untuk kondisi lalu lintas yang dilihat dari tingkat pelayanan jalan, jalan dengan tingkat pelayanan terbaik terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Pidada-Jl. Bung Tomo (Jl. Pidada (Pendekat U) dan Jl. Bung Tomo (Pendekat S)) dan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Jl. Mataram (Pendekat S)), dengan nilai A. Untuk jalan dengan tingkat pelayanan terburuk terjadi pada Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Jl. Ahmad Yani Utara (Pendekat U) dengan nilai F.

(7)

Tabel 4.6

Kinerja Jalan Eksisting Tahun 2014

No. Nama Ruas/ Segmen

Arus Jam Puncak (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) Tingkat Pelayanan Jalan Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo 1 Jalan Pidada (Pendekat

Utara) 501,80 2.434,32 0,21 A

2 Jalan Bung Tomo

(Pendekat Selatan) 673,60 2.434,32 0,28 A

3 Jalan Gatot Subroto

Barat (Pendekat Barat) 3.725,90 5.625,90 0,66 C 4 Jalan Gatot Subroto

Barat (Pendekat Timur) 3.797,50 5.625,90 0,68 C Sp.Jl.Gatot

Subroto-Jl.Cokroaminoto 1 Jalan Gatot Subroto

Barat (Pendekat Barat) 3.818,40 5.348,41 0,71 C 2 Jalan Gatot Subroto

Barat (Pendekat Timur) 3.728,90 5.348,41 0,70 C 3 Jalan Cokroaminoto (Pendekat Utara) 2.775,90 4.612,39 0,60 C 4 Jalan Cokroaminoto (Pendekat Selatan) 3.508,50 5.027,51 0,70 C Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti 1 Jalan Cokroaminoto (Pendekat Utara) 3.191,20 4.331,23 0,74 C 2 Jalan Cokroaminoto (Pendekat Selatan) 2.952,70 4.398,21 0,67 C 3 Jalan Maruti (Pendekat

Timur) 893,40 2.543,64 0,35 B

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani 1 Jalan Gatot Subroto

Barat (Pendekat Barat) 3.705,60 4.264,25 0,87 E 2 Jalan Gatot Subroto

Barat (Pendekat Timur) 3.122,90 4.465,19 0,70 C 3 Jalan Ahmad Yani

(Pendekat Utara) 1.428,40 2.458,85 0,58 C

4 Jalan Ahmad Yani

(8)

Lanjutan Tabel 4.6

Kinerja Jalan Eksisting Tahun 2014

No. Nama Ruas/ Segmen

Arus Jam Puncak (smp/jam) Kapasitas (C) (smp/jam) Derajat Kejenuhan (DS) Tingkat Pelayanan Jalan Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Mulawarman-Jl.Mataram

1 Jalan Gatot Subroto

(Pendekat Barat) 3.062,40 4.398,21 0,70 C

2 Jalan Gatot Subroto

(Pendekat Timur) 3.912 4.398,21 0,89 E 3 Jalan Mulawarman (Pendekat Utara) 1.258,70 2.794,15 0,45 C 4 Jalan Mataram (Pendekat Selatan) 390,60 2.794,15 0,14 A Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman 1 Jalan Ahmad Yani

Utara (Pendekat Utara) 2.771,30 2.637,61 1,05 F 2

Jalan Ahmad Yani Selatan (Pendekat Selatan)

1.434,90 2.285,93 0,63 C

3 Jalan Mulawarman

(Pendekat Timur) 1.702 2.356,63 0,72 C

Sumber : Hasil Analisis, 2014

4.2.4 Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh

Kecepatan perjalanan dan waktu tempuh kendaraan pada ruas-ruas jalan saat kondisi eksisting diperoleh dari data hasil survei perjalanan yang telah dilakukan (journey speed). Tabel 4.7 menunjukkan nilai kecepatan perjalanan dan waktu tempuh kendaraan pada ruas-ruas jalan saat kondisi eksisting di tahun 2014.

(9)

Tabel 4.7

Kecepatan Perjalanan dan Waktu Tempuh Kendaraan Eksisting Tahun 2014

No. Nama Ruas/ Segmen

Panjang Jalan (km) Kecepatan (km/jam) Waktu Tempuh (menit) 1 Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pend.S)

0,2 4,35 2,76

2

Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pend.B)

0,4 29,19 0,82

3

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Ahmad Yani (Pend.B)

0,2 4,73 2,54

4

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pend.U) ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pend.S)

1,1 15,14 4,36

5

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pend.U) ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pend.B) 0,3 3,70 4,86 6 Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pend.T) ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pend.U) 0,6 10,43 3,45 7 Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pend.B) ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pend.T)

0,3 3,98 4,53

8

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pend.T) ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pend.B)

0,5 6,81 4,40

9

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Pidada-Jl.Bung Tomo (Pend.B) ke Sp.Jl.Gatot Subroto- Jl.Cokroaminoto (Pend.T) 0,5 6,59 4,55 10 Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Cokroaminoto (Pend.B) ke Sp.Jl.Cokroaminoto-Jl.Maruti (Pend.S) 0,6 8,06 4, 47 11

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pend.B) ke Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawaram-Jl.Mataram (Pend.T)

0,2 5,68 2,11

12

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Ahmad Yani (Pend.T) ke Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pend.U)

0,2 4,95 2,42

13

Sp.Jl.Gatot Subroto-Jl.Mulawarman-Jl.Mataram (Pend.T) ke Sp.Jl.Ahmad Yani-Jl.Mulawarman (Pend.U)

0,4 25,47 0,94

(10)

Berdasarkan pada Tabel 4.7, kecepatan perjalanan pada Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Pend.B) merupakan kecepatan perjalanan tercepat sedangkan Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Pend.B) merupakan kecepatan perjalanan terlambat. Untuk waktu tempuh perjalanan tercepat terjadi pada Sp. Jl. Ahmad Yani-Jl. Mulawarman (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Mulawarman-Jl. Mataram (Pend.B) dengan waktu tempuh sebesar 0,82 menit sedangkan waktu tempuh terlama terjadi pada Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani (Pend.U) ke Sp. Jl. Gatot Subroto-Jl. Cokroaminoto (Pend.B) dengan waktu tempuh, yaitu 4,86 menit.

4.3 Prediksi Volume Lalu Lintas

Pertumbuhan lalu-lintas kendaraan pada suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi, pertumbuhan LHR dan pertumbuhan tata guna lahan. Prediksi volume lalu-lintas yang akan melewati ruas jalan Underpass sampai dengan umur proyek (20 tahun) dilakukan menurut pertumbuhan lintas normal (Normal Growth). Data faktor pertumbuhan lalu-lintas normal (Normal Growth Factor) yang digunakan yaitu: data pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi, pertumbuhan LHR, pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan inflasi. Pertumbuhan LHR ruas Jalan Gatot Subroto Timur pada kondisi eksisting dapat dilihat dari Tabel 4.3, dimana rata-rata pertumbuhan LHR sebesar 12,95%. Sementara pertumbuhan ekonomi di

(11)

Provinsi Bali diwakili oleh pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi, pertumbuhan PDRB dan pertumbuhan inflasi Kota Denpasar merupakan data yang diperoleh dari BPS Provinsi Bali dalam lima tahun terakhir (tahun 2008-2012).

PDRB adalah nilai produksi dari suatu wilayah yang terbagi dalam beberapa golongan usaha yakni: kelompok usaha pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi serta lain-lainnya. Nilai-nilai tersebut dapat secara langsung mencerminkan kondisi ekonomi pada suatu daerah. Pada Provinsi Bali perkembangan PDRB baik itu Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mempunyai kecenderungan yang makin meningkat. Nilai-nilai tersebut terdistribusi dalam beberapa lapangan usaha yang dapat dilihat penyebarannya pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8

Distribusi Prosentase PDRB Bali Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012

No. Lapangan Usaha Laju PDRB (%)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian 19,04 18,79 18,01 17,21 16,84

2 Pertambangan dan Penggalian 0,66 0,64 0,7 0,74 0,79 3 Industri Pengolahan 9,52 9,27 9,16 8,92 8,9 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,04 1,93 1,88 1,93 2,03 5 Bangunan dan Konstruksi 4,93 4,58 4,52 4,65 5,18 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 28,5 29,64 30,06 30,66 30,23 7 Pengangkutan dan Komunikasi 12,71 13,59 14,41 14,44 14,65 8 Keuangan,Persewaan dan Jasa

Perusahaan 7,5 7,02 6,87 6,79 6,75

9 Jasa-jasa lain 15,1 14,54 14,4 14,67 14,63

PDRB 100 100 100 100 100

(12)

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sektor pariwisata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian di Provinsi Bali. Perkembangan pariwisata di Provinsi Bali yang pesat mempengaruhi sektor-sektor yang memiliki hubungan keterkaitan secara langsung dengan sektor pariwisata seperti: sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam memberikan kontribusi pada PDRB.

Tingkat pertumbuhan PDRB, jumlah kendaraan bermotor dan pertumbuhan penduduk dapat diketahui masing-masing besarnya dari Tabel 4.9, Tabel 4.10 dan Tabel 4.11. Sementara untuk nilai laju inflasi Kota Denpasar dalam lima tahun terakhir ditunjukkan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.9

Laju Pertumbuhan PDRB Bali Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2012

No. Lapangan Usaha Laju PDRB (%)

2008 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 2,36 5,68 1,77 2,22 3,37 2 Pertambangan dan Penggalian 6,88 5,27 19,43 10,51 15,25 3 Industri Pengolahan 7,09 5,43 6,08 3,12 6,04 4 Listrik, Gas dan Air bersih 6,36 4,71 6,88 7,35 9,08 5 Bangunan dan Konstruksi 11,78 0,91 7,37 7,88 18,67 6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 8,3 6,24 6,39 8,69 5,65 7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,83 5,09 5,77 5,97 7,56 8 Keuangan, Persewaan, Jasa persh. 3,23 2,63 7,47 6,22 9,18 9 Jasa-jasa lain 3,84 5,64 8,64 9,94 7,78

PDRB 5,97 5,33 5,83 6,49 6,65

Rata-rata (% per tahun) 6,05

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata PDRB Bali dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 sebesar 6,05%. Pertumbuhan PDRB ini dilihat dari beberapa lapangan usaha di Bali, yang terdiri dari: pertanian;

(13)

pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas dan air bersih; bangunan konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; dan keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Tabel 4.10 adalah pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Bali dari tahun 2008-2012. Setiap tahunnya pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Bali selalu mengalami peningkatan yang bervariasi, dari 7,02% (tahun 2009) sampai dengan 45,39% (tahun 2011). Dari data pertumbuhan jumlah kendaraan tersebut didapatkan rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Bali tahun 2008-2012 sebesar 18,37%.

Tabel 4.10

Pertumbuhan Jumlah Kendaraan Bermotor di Bali Tahun 2008-2012 No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Bermotor

2008 2009 2010 2011 2012 1 Sepeda Motor 1.227.617 1.317.026 1.449.279 2.154.568 2.374.604 2 Mobil Penumpang 158.743 168.863 196.911 245.462 267.068 3 Bus 3.480 3.516 3.731 5.605 5.983 4 Truk 56.305 58.240 65.754 88.808 101.509 Jumlah 1.446.145 1.547.645 1.715.675 2.494.443 2.749.164 Pertumbuhan (%) 7,02 10,86 45,39 10,21 Pertumbuhan Rata-rata (%) 18,37

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013

Pertumbuhan penduduk Provinsi Bali dari tahun 2008-2012 juga mengalami persentase pertumbuhan yang bervariasi setiap tahunnya, dengan persentase pertumbuhan penduduk sebesar 1,97%. Pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar 3,18% dengan jumlah penduduk

(14)

3.686.605 jiwa sedangkan pada tahun 2011 merupakan pertumbuhan penduduk terkecil, yaitu 1,43%.

Tabel 4.11

Pertumbuhan Jumlah Penduduk Provinsi Bali Tahun 2008-2012

No. Variabel Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 1 Jml. Penduduk (jiwa) 3.409.845 3.471.952 3.522.375 3.572.831 3.686.605 Pertumbuhan (%) - 1,82 1,45 1,43 3,18 Pertumbuhan Rata-rata (%) 1,97

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013

Laju inflasi Kota Denpasar tahun 2008–2012 dapat dilihat pada Tabel 4.12. Pertumbuhan rata-rata laju inflasi Kota Denpasar tahun 2008–2012 sebesar 6,11% dengan laju inflasi yang bervariasi setiap tahunnya. Laju inflasi terbesar terjadi pada tahun 2007-2008 dengan laju inflasi 9,62%, sedangkan pada tahun 2011-2012 merupakan tahun dengan laju inflasi terkecil, yaitu 3,75%.

Tabel 4.12

Laju Inflasi Kota Denpasar Tahun 2008-2012

No. Variabel Tahun

2007-2008 2008-2009 2010-2011 2011-2012 2012-2013

1 Laju Inflasi (%) 9,62 4,37 8,1 3,75 4,71

Pertumbuhan

Rata-rata (%) 6,11

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2013

Dari beberapa variabel yang telah dihitung maka diketahui bahwa tingkat pertumbuhan penduduk berada pada posisi terendah dengan nilai sebesar

(15)

1,97% kemudian disusul oleh pertumbuhan pertumbuhan PDRB sebesar 6,05%, pertumbuhan inflasi sebesar 6,11%, pertumbuhan LHR sebesar 12,95% dan pada posisi tertinggi adalah pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor yang besarnya mencapai 18,37%. Rekapitulasi tingkat pertumbuhan ditunjukkan pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13

Rekapitulasi Prediksi Tingkat Pertumbuhan

No. Variabel Tingkat Pertumbuhan (i)

(% per tahun)

1 Pertumbuhan Jumlah Penduduk 1,97

2 Pertumbuhan LHR 12,95

3 Pertumbuhan PDRB 6,05

4 Pertumbuhan Jml Kend Bermotor 18,37

5 Pertumbuhan Inflasi 6,11

Sumber : Hasil Analisis, 2014

4.4 Perhitungan Nilai Waktu

Pendekatan yang digunakan dalam perhitungan nilai waktu pada studi ini adalah pendapatan per kapita dari PDRB Provinsi Bali. Data pendapatan per kapita Provinsi Bali serta tingkat pertumbuhannya sejak tahun 2008 hingga tahun 2012 ditunjukkan pada Tabel 4.13 diatas, dimana rata-rata tingkat pertumbuhannya sebesar 6,05% per tahun. Prediksi PDRB per kapita untuk tahun 2014 (berdasarkan pertumbuhan sebesar 6,05%) sebesar:

= Rp 8.106.540,00 ( 1 + 6,05% )2 = Rp 9.117.103,30

Asumsi jam kerja setahun adalah 8 jam x 25 x 12 = 2.400 jam

(16)

4.5 Data Harga Komponen BOK

Data harga kendaraan serta komponen BOK menurut jenis kendaraan yang digunakan untuk mewakili moda transportasi yang melintasi ruas-ruas jalan pada kondisi sebelum dan sesudah pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani dapat dilihat pada Tabel 4.14.

Tabel 4.14

Harga Komponen BOK

No. Komponen BOK Satuan Harga Satuan (Rp.) 1 Harga Kendaraan

Sedan unit 237.000.000,00

Utiliti unit 206.500.000,00

Bus Kecil unit 261.500.000,00

Bus Besar unit 950.000.000,00

Truk Ringan unit 234.500.000,00

Truk Sedang unit 486.000.000,00

Truk Besar unit 820.000.000,00

2 Harga Ban

Ban untuk Sedan buah 888.000,00

Ban untuk Utiliti buah 888.000,00

Ban untuk Bus Kecil buah 1.250.000,00

Ban untuk Bus Besar buah 1.780.000,00

Ban untuk Truk Ringan buah 1.250.000,00

Ban untuk Truk Sedang buah 1.780.000,00

Ban untuk Truk Besar buah 3.150.000,00

3 Premium liter 6.500,00

4 Solar liter 5.500,00

5 Oli (untuk mesin bensin) liter 80.000,00

6 Oli (untuk mesin solar) liter 60.000,00

7 Upah mekanik jam 35.000,00

8 Asuransi tahun 3,8 %

9 Biaya Overhead 10%

(17)

4.6 Data Biaya Proyek

Biaya rencana pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani dalam studi ini meliputi: perakiraan biaya pembebasan lahan, konstruksi jalan dan biaya pengelolaan yang terdiri atas: biaya operasional dan pemeliharaan rutin.

4.6.1 Biaya pembebasan lahan

Besar biaya pembebasan lahan mengacu pada Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) per wilayah di lokasi pembangunan underpass. NJOP yang dipergunakan dalam studi ini diperoleh dari data sekunder dan dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16. Berdasarkan data tersebut biaya pembebasan tanah dan bangunan memiliki biaya yang bervariasi. Biaya pembebasan tanah terbesar adalah pabrik, perkantoran swasta dan ruko/apotik/pasar serta tanah kavling sebesar Rp. 3.745.000,00/m2, sedangkan biaya terendah adalah gedung pemerintahan, yaitu Rp. 2.013.000,00/m2. Untuk biaya pembebasan bangunan, ruko/apotik/pasar merupakan adalah biaya yang paling besar, yaitu Rp. 2.526.000,00/m2 sedangkan gedung pemerintahan merupakan biaya pembebasan bangunan terkecil, yaitu Rp. 225.000,00/m2.

Tabel 4.15

Harga Tanah atau Bangunan pada Daerah Studi Berdasarkan NJOP No. Harga Tanah/Bangunan Tanah (Rp/m2) Bangunan (Rp/m2)

1 Gedung Pemerintah 2.013.000,00 225.000,00 2 Perumahan 2.508.000,00 968.000,00 3 Pabrik 3.745.000,00 1.833.000,00 4 Perkantoran Swasta 3.745.000,00 1.516.000,00 5 Ruko/Apotik/Pasar 3.745.000,00 2.526.000,00 6 Tanah kavling 3.745.000,00 -

(18)

Tabel 4.16

Harga Tanah atau Bangunan pada Daerah Studi Berdasarkan Harga Pasar No. Harga Tanah/Bangunan Tanah (Rp/m2) Bangunan (Rp/m2)

1 Gatot Subroto 10.000.000,00 3.600.000,00 2 Cokroaminoto 15.000.000,00 3.600.000,00 3 Ahmad Yani 7.250.000,00 3.600.000,00 4 Pidada 10.000.000,00 3.600.000,00 5 Bung Tomo 7.000.000,00 3.600.000,00 6 Simpang 9.850.000,00 -

Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2014

Biaya pembebasan lahan telah termasuk biaya ganti rugi bangunan, tanaman dan relokasi utilitas yang ada sepanjang trase rencana proyek. Besar biaya pembebasan lahan ditunjukkan pada Tabel 4.17. Dimana beberapa lahan yang mengalami pelebaran merupakan milik pemerintah Kota Denpasar sehingga tidak termasuk dalam perhitungan biaya pembebasan lahan jalan.

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa biaya terbesar dalam pembebasan lahan jalan terjadi pada wilayah Terminal Ubung sebesar Rp. 3.536.400.000,00 dengan pelebaran tujuh meter, panjang 200 meter, luas 1.400 m2 dan pembebasan tanah/bangunan adalah Rp. 2.526.000,00 per m2. Sementara biaya pembebasan lahan jalan terendah terjadi pada wilayah Maruti sebesar Rp. 193.600.000,00 dengan pelebaran dua meter, panjang 100 meter, luas 200 m2 dan pembebasan tanah/bangunan adalah Rp. 968.000,00 per m2. Dari hasil analisis maka total biaya pembebasan lahan jalan untuk pembangunan underpass pada simpang Jl. Gatot Subroto-Jl. Ahmad Yani di Kota Denpasar sebesar Rp. 16.556.093.840,00.

(19)

Tabel 4.17

Biaya Pembebasan Lahan Jalan

No. Wilayah Pelebaran (m) Panjang (m) Luas (m2) Harga Tanah Bangunan (Rp./m2) Harga (Rp.) 1 A.Yani Selatan 1,00 400 400 968.000,00 387.200.000,00 2 Maruti 2,00 100 200 968.000,00 193.600.000,00 1,10 259 284,9 2.526.000,00 719.657.400,00 3 Bung Tomo 0,50 200 100 2.526.000,00 252.600.000,00 0,50 459 229,5 968.000,00 222.156.000,00 4 Pidada 3,00 200 600 2.526.000,00 1.515.600.000,00 5 Terminal Ubung 7,00 200 1400 2.526.000,00 3.536.400.000,00 6 Cokro Utara 0,30 400 120 2.526.000,00 303.120.000,00 7 Cokro Selatan 2,80 100 280 2.526.000,00 707.280.000,00 8 Gatsu-A.Yani 0,80 360 288 2.526.000,00 727.488.000,00 9 Gatsu-Mulawarman 2,30 171 393,3 - - 10 Gatsu Timur-Mulawarman 6,80 170 1156 - - 11 A.Yani Utara 0,30 435 130,5 2,526,000,00 329,643,000,00 12 Mataram 9,60 200 1920 - - 13 Perbaikan radius simpang 625 9,850,000,00 6,156,250,000,00 Jumlah Biaya 15,050,994,400,00 PPN 10% 1,505,099,440,00

Total Jumlah Biaya 16,556,093,840,00

Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2013 4.6.2 Biaya konstruksi jalan

Biaya konstruksi underpass meliputi biaya umum, pekerjaan saluran drainase, tanah, pelebaran perkerasan jalan, pekerasan berbutir, pekerasan aspal, struktur, pengembalian kondisi dan pekerjaan minor termasuk biaya studi, Detail

Engineering Design (DED) hingga pengawasan ditunjukkan pada Tabel 4.18.

Biaya konstruksi underpass menghabiskan dana sebesar Rp. 190.866.008.119,00, dengan pembiayaan terbesar terjadi pada struktur jalan sebesar Rp.

(20)

66.418.737.018,00, sedangkan pembiayaan terkecil adalah pekerjaan harian dengan biaya sebesar Rp. 508.873.849,00.

Tabel 4.18

Biaya Konstruksi Underpass

No. Uraian Pekerjaan Biaya (Rp.)

1 Umum 18.123.351.288,00

2 Drainase 42.651.907.382,00

3 Pekerjaan Tanah 8.634.890.922,00

4 Pelebaran Pekerasan Jalan 3.390.970.820,00

5 Pekerasan Berbutir 7.189.201.604,00

6 Pekerasan Aspal 11.507.740.421,00

7 Struktur 66.418.737.018,00

8 Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor 14.532.610.727,00

9 Pekerjaan Harian 508.873.849,00

10 Pekerjaan Pemeliharaan Rutin 556.268.804,00

Jumlah Harga Pekerjaan 173.514.552.835,00

PPN 10 % 17.351.455.284,00

Jumlah Total Harga Pekerjaan 190.866.008.119,00 Sumber : Dinas PU Provinsi Bali, 2012 dan Hasil Analisis, 2014

4.6.3 Biaya operasional dan pemeliharaan

Biaya operasional dan pemeliharaan untuk underpass meliputi:

1. Biaya operasional dan pemeliharaan jalan rutin yang dilakukan tiap tahun selama masa analisis (20 tahun). Pemeliharaan rutin tersebut meliputi: perawatan marka jalan, perawatan pekerasan jalan, perawatan saluran drainase dan perawatan taman jalan. Biaya ini diambil sebesar 5% dari biaya konstruksi.

2. Biaya pemeliharaan jalan periodik yang dilakukan tiap lima tahun selama masa analisis (20 tahun). Pemeliharaan periodik ini meliputi: overlay jalan. Besar biaya tersebut diambil sebesar 15% dari biaya konstruksi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang disertai dengan teori dan hasil penelitian lain yang mendukung mengenai hubungan tingkat pendidikan formal

yang dapat menunjang kegiatan sekolah di samping ruang kelas yang sebagian besar dilengkapi dengan LCD Projector dengan kapasitas siswa yang telah sesuai dengan aturan

Dengan kata lain, kebanyakan perusahaan koperasi mengikuti “pendekatan asal tembak” dalam pemasaran, menembakkan jurus-jurus pemasaran ke setiap pelanggan (calon anggota)

Menurut Harmer (2001: 51- 56) , motivasi yang mendorong seseorang untuk belajar bahasa Inggris dipengaruhi oleh sikap dari masyarakat di mana mereka berada,

dan rata-rata penyusutan alat untuk petani kelapa sawit kelompok iga sebesar Rp 122.000,- dari hasil tersebut terlihat bahwa untuk biaya penyusutan alat petani

Upaya yang telah dilakukan oleh SPPI cabang Kota Bukittinggi dalam penyeselesaian perselisihan hubungan industrial antara Peraturan Direksi atau KD dengan Peraturan

Pada variabel asosiasi merek t hitung > t tabel (2,125>1,986) dapat dinyatakan asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

Hasil perancangan unit reaktor biogas diterapkan di Kelompok Tani Waluya desa Sidamulya kabupaten Ciamis yang sebelumnya belum pernah dilakukan, sehingga reaktor biogas