KANDUNGAN LOGAM BERAT Cd (Cadmium), Pb (Timah Hitam),
DAN Zn (Seng) DALAM DAGING IKAN BANDENG, IKAN BARONANG, DAN
IKAN KAKAP PUTIH YANG DIPEROLEH DARI
PERAIRAN BELAWAN
Chairul Azhar
Abstract
The determination of Cd (Cadmium), Pb (lead), and Zn (Zinc) toxious metals from fillets of Chanos chanos, Siganus javus, and Lates calcarifer obtained from TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Kelurahan Bagan Deli Medan had been carried out. Cadmium, lead, and Zinc content was calculated with Atomic Absorption Spectrophotometry method by using standard calibration curve with wavelenght respectively229,1 nm, 283,2 nm, and 214,0 nm. The experimental result showed that lead content in Chanos chanos , Saginus javus, and Lates calcarifer respectively were 0,5532 ppm, 0,2803 ppm, and 0,8719 ppm, while Zinc content 6,4535 ppm, 5,1581 ppm, and 5,4316 ppm. Cadmium contained only in lates calcarifer with value of 0,1009 ppm, whereas in Chanos chanos and Siganus javus not contained Cadmium. The content of Cadmium, Lead, and Zinc in the sample were below the concentration limit allowed by Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989
Key words : Toxious metals, Atomic Absorption Spectrophotometry
A. Pendahuluan
Protein dengan asam amino esensial yang lengkap adalah salah satu keunggulan kandungan utama dari ikan. Ikan tidak hanya mengandung protein dalam jumlah besar tetapi juga vitamin, mineral, lemak dan asam lemak. Di samping itu, kandungan kolesterol pada ikan juga lebih rendah dibandingkan dengan kandungan hewan darat. Oleh karena nilai gizinya yang sangat tinggi mendorong dikonsumsinya ikan dan minyaknya secara besar-besaran (Hadju, 1998).
Kasus epidemis keracunan Cadmium akibat mengkonsumsi ikan yang telah tercemar oleh logam Cd telah terjadi di sekitar Sungai Jinzu Kota Toyama Pulau Honsyu Jepang. Lebih dari 10 tahun wabah ini terus berlanjut di daerah tersebut. Diperkirakan dari 200 pasien dilaporkan separuh dari mereka meninggal. Penyakit ini dikenal dengan nama Itai-itai Desease (Wardhana, 2001).
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) bekerja sama dengan Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan IPB Bogor, pada April-Juni 1997 sudah menemukan adanya racun logam berbahaya dalam hasil laut segar yang dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Angke dan Pasar Ikan Jakarta Utara. Hasil laut yang dijual di kedua TPI ini tidak terbatas hanya dari hasil tangkapan di Teluk Jakarta saja, namun didatangkan juga dari Kepulauan Seribu, Tangerang, Serang, Karawang, Lampung, Bangka, Pontianak, bahkan Makasar. Artinya kondisi pencemaran logam berat di perairan Indonesia sudah cukup mencemaskan (Apriadji, 2001).
Perairan Belawan tempat bermuaranya Sungai Deli disinyalir juga telah tercemar oleh logam berat berbahaya dan beracun seperti Cd, Pb, dan Zn. Hal ini disebabkan di daerah aliran sungai ini, mulai daerah Kecamatan Medan Timur sampai Kecamatan Medan Belawan terdapat beberapa industri yang merupakan konstributor pencemar utama ketiga logam tersebut pada aliran Sungai Deli. Muara sungai ini paling dekat dengan muara di Kelurahan Bagan Deli yang dikenal sebagai Tempat Pelelangan Ikan. Ikan-ikan yang dilelang di tempat ini berasal dari hasil
tangkapan di perairan Belawan. Diduga ikan air payau seperti Ikan Bandeng (Chanos
chanos), Ikan Baronang (Siganus javus),
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) telah tercemar logam Cd, Pb, Zn.
B. Metode Penelitian
Bahan-bahan: Sampel yang diperiksa adalah daging segar Ikan Bandeng (Chanos chanos), Ikan Baronang (Siganus javus), dan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) yang dipilih secara purposif dan merupakan sampel sesaat (Grab sampling). Pereaksi kimia yang dipakai adalah Larutan Ditizon 0,005 % (b/v), Larutan Na2S (Natrium sulfida) 1 N, Larutan NH4OH (Amonium hidroksida) 1 N, Larutan NaOH (Natrium Hidroksida) 4% (b/v), KCN (Kalium Sianida), CHCl3 (Kloroform), Larutan HNO3 (Asam Nitrat) 9,09% (v/v), Larutan standar Cd (Cadmium), Pb (Timah Hitam), dan Zn (Seng), masing-masing dengan konsentrasi 1000 mg/l. Semua pereaksi berkualitas p.a dengan merek dagang Emerck.
Alat-alat: Spektrofotometer Serapan Atom dengan nyala campuran udara-asEtilena (Shimadzu AA 6200) Japan, Neraca Listrik (Sartorius, Germany, Tanur, dan alat-alat gelas.
Percobaan: Sampel daging ikan segar dihaluskan, lalu ditimbang sebanyak 25 gram, dimasukkan dalam krus porselin yang telah konstan beratnya lalu diarangkan sampai kering, kemudian didestruksi dalam tanur pada suhu 600 0C selama 9 jam sehingga menjadi abu. Setelah dingin ditambahkan 2 ml larutan Asam Nitrat 70% tetes demi tetes dan dipanaskan berulang-ulang di atas api kecil hingga diperoleh larutan yang jernih. Encerkan dengan
aquadest hingga 25 ml. Larutan ini
digunakan untuk pemeriksaan keberadaan logam dan kadarnya dalam daging ikan yang diperiksa.
Pemeriksaan Logam: Pemeriksaan keberadaan logam Cd (Cadmium), Pb (Timah Hitam), dan Zn (Seng) dalam daging ikan dilakukan dengan cara berikut:
1 N jika terbentuk kekeruhan sampai endapan kuning berarti sampel mengandung logam.
2. Sampel 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, diatur pH=6,5 dengan penambahan larutan Ammonium Hidroksida 1 N, ditambahkan 1 ml larutan ditizon 0,005% (b/v) kocok, biarkan lapisan memisah dan amati, terbentuk warna merah muda pada lapisan CHCl3 berarti sampel mengandung Cd.
3. Sampel 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan NaOH 4% (b/v) hingga pH netral atau sedikit basa, dimasukkan kristal Kalium Sianida, ditambahkan 2 tetes larutan
ditizon 0,005% (b/v) kocok kuat, biarkan
lapisan memisah. Jika warna hijau pereaksi berubah menjadi merah berarti mengandung Pb.
4. Sampel 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan NaOH 4% hingga pH netral, ditambahkan larutan ditizon 0,005% (b/v), kocok jika terbentuk larutan merah pada lapisan CHCl3 berarti mengandung Zn.
Pemeriksaan Kadar Logam: Prosedur pemeriksaan kadar logam Cd, Pb, dan Zn secara Spektrofotometri Serapan Atom merujuk pada acuan normatif SNI (Standar Nasional Indonesia) M-35-1990-03. Masing-masing logam dibuat kurva kalibrasinya sebagai berikut:
(a) Larutan baku Cd 100 mcg/ml: Larutan standar Cadmium 1000 mg/l dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan larutan HNO3 9,09% (v/v) hingga tepat garis tanda. Dari larutan tersebut dipipet 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan larutan HNO3 9,09% (v/v) sampai garis tanda. Larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 mcg/ml logam Cd, lalu konsentrasi logam Cd diukur dalam larutan ini dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 229,1 nm.
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan larutan HNO3 9,09% (v/v) hingga tepat garis tanda. Dari larutan tersebut dipipet 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 3,0 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan larutan HNO3 9,09% (v/v) sampai garis tanda. Larutan ini mengandung 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 3,0 mcg/ml Pb, lalu diukur konsentrasi logam Pb dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 283,2 nm.
(c) Larutan baku Zn 100 mcg/ml: Larutan standar Zn konsentrasi 1000 mg/l dipipet 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan larutan HNO3 9,09% (v/v) hingga tepat garis tanda. Dari larutan tersebut dipipet 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2,0 ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan larutan HNO3 9,09% (v/v) sampai garis tanda. Larutan ini mengandung 0,4; 0,8; 1,2; 1,6; dan 2,0 mcg/ml, lalu diukur konsentrasi logam Zn dengan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang 214,0 nm.
Pemeriksaan Kadar Logam: Pemeriksaan kandungan logam Cd, Pb, dan Zn dalam larutan sampel ketiga daging ikan segar yang diperiksa ada yang dilakukan dengan metode adisi dan pengenceran. Hal ini didasarkan atas pertimbangan semua larutan sampel yang akan diperiksa harus berada di antara rentang range absorbansi kurva kalibrasi yang dibuat.
(a) Logam Cd: Larutan sampel ketiga daging ikan dipipet 2 ml dimasukkan ke dalam labu 10 ml, lalu ditambahkan 1 ml larutan standar Cd dengan konsentrasi 10 ppm, dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan aquadest. Larutan ini diperiksa untuk mengetahui kadar logam Cd yang terkandung dalam sampel daging ikan segar dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. (b) Logam Pb: Larutan sampel ketiga daging
ikan langsung diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom, kecuali untuk larutan sampel daging Ikan Baronang dilakukan pemipetan 2 ml dari larutan sampel yang diperiksa, lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, kemudian ditambahkan 1 ml larutan standar Pb dengan konsentrasi 10 ppm. Cukupkan volumenya hingga garis tanda dengan aquadest. Larutan ini digunakan untuk pemeriksaan kadar logam Pb yang terkandung dalam sampel daging ikan dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom.
(c) Logam Zn: Larutan sampel ketiga daging ikan dipipet 2 ml dimasukkan ke dalam labu 10 ml, lalu dicukupkan volumenya hingga garis tanda dengan aquadest. Larutan ini digunakan untuk pemeriksaan kadar logam Zn yang terkandung dalam sampel daging ikan dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom.
C. Hasil dan Pembahasan Pemilihan ikan
air payau sebagai sampel penelitian ini dengan pertimbangan ikan tersebut dapat hidup di laut dan di sungai, namun tempat hidup optimumnya pada muara (Evy, dkk., 2001). Muara merupakan pertemuan antara sungai dan laut, sehingga memungkinkan terjadinya akumulasi logam berat (Darmono, 1995). Sungai Deli dan Sungai Belawan, keduanya masing-masing bermuara di Kelurahan Belawan Bahari dan Kelurahan Bagan Deli. Pemilihan Kelurahan Bagan Deli sebagai tempat pengambilan sampel, karena di Kelurahan ini merupakan Tempat Pelelangan Ikan (TPI), sebaliknya di Kelurahan Belawan Bahari tidak semua sampel ikan yang akan diperiksa dijumpai. Ikan Bandeng (Chanos chanos), Ikan Baronang (Siganus javus), dan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dipilih karena ketiga jenis ikan ini yang dijumpai di TPI Bagan Deli Medan dan merupakan jenis ikan air payau yang umum dikonsumsi masyarakat. Metode pengambilan sampel adalah secara
purposif dan merupakan Sampel Sesaat
(Grab sample), sehingga sampel yang dipilih dianggap dapat mewakili populasinya dengan waktu, tenaga dan biaya yang terjangkau.
Pemeriksaan keberadaan logam Cd, Pb dan Zn dalam sampel daging segar Ikan
Bandeng (Chanos chanos), Ikan Baronang (Siganus javus), dan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) dilakukan dengan menggunakan Dinatrium Sulfida 1 N dan dengan reaksi warna larutan ditizon 0,05 % dalam suasana pH netral atau sedikit basa. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.
Pemeriksaan keberadaan logam Cd pada ketiga sampel ikan dengan pereaksi ditizon 0,005% pada pH 6,5 menunjukkan hasil yang negatif. Dengan menggunakan pereaksi yang sama pada pH netral atau sedikit basa dengan menambahkan kristal KCN dijumpai logam Pb positif pada sampel daging Ikan Bandeng dan Ikan Kakap Putih, kecuali pada Ikan Baronang. Sebaliknya, dijumpai adanya logam Zn pada ketiga sampel daging ikan segar yang diperiksa dengan menggunakan pereaksi yang sama pada pH netral atau sedikit basa. Pada reaksi ini pH untuk identifikasi logam Cd berbeda dengan logam Pb dan Zn, di mana pada pH 6,5 hanya positif untuk logam Cd saja. Sebaliknya, identifikasi logam Pb dan Zn dilakukan pada pH yang sama. Untuk menghindarkan gangguan Zn pada reaksi Pb dengan larutan
ditizon 0,005%, maka ditambahkan kristal
KCN dalam jumlah yang banyak.
Kandun gan Logam dalam Sampel Daging Ikan: Adanya logam Cd, Pb dan Zn dalam sampel daging ikan segar yang diperiks a dilanjut Tabel 1. Hasil Pengujian Keberadaan Logam Cd, Pb dan Zn di Dalam Ketiga
Sampel Daging Ikan Segar yang Diuji
Jenis Hasil No Logam Pereaksi Sampel Reaksi
+ 1 Cd, Pb,
Zn Larutan Na2S 1 N Ikan Bandeng Ikan Baronang + + Ikan Kakap Putih Larutan ditizon 0,05 % pada pH 6,5 - 2 Cd Ikan Bandeng - Ikan Baronang - Ikan Kakap Putih Larutan ditizon 0,05 %
pada pH netral atau sedikit basa dan ditambahkan kristal KCN Ikan Bandeng + 3 Pb - Ikan Baronang + Ikan Kakap Putih Larutan ditizon 0,05 %
pada pH netral atau sedikit basa Ikan Bandeng + 4 Zn + Ikan Baronang + Ikan Kakap putih
mengetahui kadarnya. Pemeriksaan kadar masing-masing ketiga logam dalam ketiga sampel daging ikan yang diperiksa dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom. Hasil perhitungan kadar logam Cd dengan menggunakan persamaan garis regresi kurva kalibrasi logam tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.
Pemeriksaan kadar logam Cd dalam ketiga larutan sampel daging ikan yang diperiksa dilakukan dengan metode adisi, karena kadar logam ini sangat kecil sehingga berada di luar range kurva kalibrasi. Hasil Tabel 2 di atas menujukkan kadar logam Cd tidak dapat terdeteksi oleh alat Spektrofotometer pada sampel daging segar Ikan Bandeng dan Ikan Baronang, kecuali pada sampel daging Ikan Kakap Putih. Tidak terdeteksinya kadar logam ini oleh alat Spektrofotometer dalam daging Ikan Bandeng dan Ikan Baronang
karena konsentrasi logam tersebut di bawah kepekaan alat Spektrofotometer Serapan Atom yang dipakai yaitu 0,01 ppm.
Hasil perhitungan kadar logam Pb di dalam ketiga sampel daging ikan segar yang diuji dengan menggunakan kurva garis regresinya dapat dilihat dalam Tabel 3.
Pemeriksaan kadar logam Pb (Timah Hitam) dalam sampel daging Ikan Baronang
dilakukan dengan metode adisi, sedangkan dalam sampel daging Ikan Bandeng dan Ikan Kakap Putih tanpa metode adisi. Tabel 3 menunjukkan sampel daging Ikan Baronang mengandung logam Pb dalam konsentrasi yang paling rendah. Ini mungkin disebabkan ukuran tubuh ikan ini lebih kecil dan lama hidupnya lebih pendek dibandingkan dengan Ikan Bandeng dan Ikan Kakap Putih, sehingga kemungkinan akumulasi logam Pb di dalam ikan ini lebih sedikit. Hasil pemeriksaan kadar logam Zn (Seng) di dalam ketiga sampel daging ikan segar yang diperiksa dapat dilihat dalam Tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan kadar logam Zn di dalam ketiga sampel daging ikan segar yang diperiksa berada dalam rentang kadar 5,1581-6,4535 mg/Kg. Kadar ini merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan kadar logam Cd dan Pb. Dalam keadaan normal,
jumlah logam Zn yang diperlukan ikan untuk proses enzimatik biasanya sangat sedikit, namun dalam keadaan lingkungan yang tercemar keperluan logam esensial akan menjadi berlebihan (Darmono, 1995). Hasil perhitungan kadar logam Cd, Pb dan Zn di dalam ketiga sampel daging segar Ikan Bandeng, Ikan Baronang, dan Ikan Kakap Putih dicantumkan dalam Tabel 5.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kadar Logam Cd (Cadmium) di Dalam Ketiga Sampel Daging Ikan Segar yang Diperiksa
Kadar Berat C Kadar Rata-Jenis Sampel Sampel A (ppm) (mg/Kg) rata
(gram) (mg/Kg) Ikan Bandeng (adisi 1 ppm) 1 24,9489 0,3538 0,9987-1 - 2 25,1088 0,3536 0,9979-1 - - 3 24,9189 0,3520 0,9933-1 - Ikan Baronang (adisi 1 ppm) 1 24,9696 0,3520 0,9933-1 - 2 25,0426 0,3520 0,9933-1 - - 3 24,7411 0,3534 0,9973- -
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kadar Logam Pb (Timah hitam) di Dalam Ketiga Sampel Daging Ikan Segar yang Diperiksa
Kadar
Berat C Kadar
Rata-Jenis Sampel Sampel A (ppm) (mg/Kg rata
(gram) ) (mg/Kg) 1 24,9489 0,007 6 0,5326 0,5337 2 25,1088 0,008 1 0,5648 0,5624 0,5533 Ikan Bandeng 3 24,9189 0,008 0 0,5621 0,5639 1 24,9696 0,0151 1,0593-1 0,2969 Ikan Baronang (adisi 1 ppm) 2 25,0426 0,0151 3 24,7411 0,0149 1,0593-1 0,2960 0,2803 1,0491-1 0,2481 1 25,0484 0,0126 0,8852 0,8835
Ikan Kakap Putih 2 24,8542 0,0122 0,8551 0,8601 0,8716 3 25,1239 0,0125 0,8755 0,8712
Tabel 4. Hasil Perhitungn Kadar Logam Zn (Seng) di Dalam Ketiga Sampel Daging Ikan Segar yang Diperiksa
Berat C Kadar Kadar Jenis Sampel No Sampel A (ppm) (mg/Kg) Rata-rata
(gram) (mg/Kg) 24,9989 0,3911 1,3010 6,5183 1 Ikan Bandeng 2 25,1088 0,3939 1,3103 6,5231 6,4535 3 24,9189 0,3788 1,2593 6,3169 24,9696 0,3020 0,9986 4,9908 1 Ikan Baronang 2 25,0426 0,3080 1,0218 5,1003 5,1581 3 24,7411 0,3217 1,0655 5,3832 1 25,0484 0,3103 1,0267 5,1236 5,4316 Ikan Kakap Putih 2 24,8542 0,3362 1,1146 5,6057
3 25,1239 0,3374 1,1186 5,5654
Keterangan : A = Absorban sampel dan C = Kadar (Konsentrasi)
Dari Tabel 5 terlihat Ikan Kakap Putih mengandung logam Cd, Pb, dan Zn, sedangkan Ikan Bandeng dan Ikan Baronang hanya mengandung logam Pb dan Zn. Ikan Bandeng dan Ikan Baronang merupakan ikan herbivora kemungkinan logam Pb dan Zn yang terkandung dalam kedua ikan tersebut berasal dari plankton yang menyerap logam berat (Soemarwoto, 1989 dan Evy, dkk., 2001). Sebaliknya, Ikan Kakap Putih merupakan ikan karnivora yang hidup dengan memakan ikan-ikan kecil. Kadar logam Cd pada Ikan Kakap Putih mungkin berasal dari bioakumulasi yang
pada spesies ikan, jenis dan konsentrasi logam dalam air, serta lama hidupnya (Darmono, 1995). Ketiga kadar logam yang diperiksa masih berada di bawah persyaratan kadar ambang batas yang ditetapkan oleh Dirjen POM (Direktorat Pengawas Obat dan Makanan). Walaupun demikian, harus diwaspadai karena efek toksisnya tidak langsung terlihat seketika, tetapi akan terlihat setelah beberapa tahun karena sifatnya yang cenderung terakumulasi pada mahkluk hidup. Sifat kumulasi inilah yang menyebabkan efeknya menjadi lebih berbahaya untuk manusia.
Dalam Ketiga Sampel Daging Ikan Segar yang Diperiksa
Persyaratan Kadar
No Logam Sampel (mg/Kg) Dirjen POM RI
Ikan Bandeng -
penumpukan logam berat tersebut dalam tubuh. Lama-kelamaan kadar logam berat ini dalam tubuh manusia mencapai tingkat yang menimbulkan keracunan yang dapat membahayakan kesehatan bahkan menimbulkan kematian (Soemarwoto, 1989). Oleh karena itu, untuk menjaga sebelum timbulnya efek akumulasi logam ini pada ikan yang hidup di Perairan Belawan dan sekitarnya, maka instansi terkait dan berkompeten di Propinsi Sumatera Utara harus melakukan upaya-upaya sebelum terjadi kasus keracunan logam berat yang menyebabkan gangguan kesehatan berupa penyakit bahkan menimbulkan kematian.
D. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Hasil pemeriksaan logam Cd (Cadmium), Pb (Timah Hitam), dan Zn (Seng) dalam sampel daging segar Ikan Bandeng, Ikan Baronang, dan Ikan Kakap Putih yang diperoleh dari TPI Bagan Deli secara Spektrofotometri Serapan Atom hanya sampel daging segar Ikan Kakap Putih yang mengandung logam Cd, Pb, dan Zn. Logam Pb (Timah Hitam) dan Zn (Seng) terdapat pada semua spesies ikan yang diteliti. Kadar ketiga logam ini dalam daging ikan yang diperiksa masih berada di bawah kadar ambang batas yang dipersyaratkan oleh Dirjen POM. Hal ini menunjukkan tingkat pencemaran pada Ikan Bandeng, Ikan Baronang, dan Ikan Kakap Putih yang diperoleh dari TPI Bagan Deli belum mencemaskan. Walaupun demikian, masyarakat harus berhati-hati dalam mengkonsumsi ikan karena logam-logam ini cenderung terakumulasi dalam tubuh, sehingga dapat membahayakan kesehatan.
Saran
Instansi terkait dan berkompeten terhadap masalah pencemaran lingkungan hidup diharapkan tetap mengawasi industri-industri yang berada di DAS Sei Deli dan Belawan agar mengolah limbah cairnya sehingga memenuhi persyaratan yang berlaku sesuai dengan jenis industrinya sebelum dibuang ke badan kedua sungai tersebut.
E. Daftar Pustaka
Apriadji, W.H. (2001),. Ikan Laut Haruskah
Dihindari?. Majalah Nirmala, Desember.
Hal. 17-19. Bagian Nutrisi.
Darmono. (1995),. Logam dalam Sistem
Biologi Makhluk Hidu,.Cetakan I, Jakarta:
Universitas Indonesia. hal. 8, 18, 21-23, 32, 111-112.
Darmono. (2001), Lingkungan Hidup dan
Pencemaran. Jakarta, UI Press, hal. 32, 48,
79-80, 89, 93-95, 130.
Khopkar, S.M. (2002). Konsep Dasar Kimia
Analitik. Penerjemah: Saptorahardjo.
Jakarta: UI-Press. hal. 274-276, 283, 285. Lampiran Surat Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 Tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Dalam Makanan. hal. 352.
Lu, F.C. (1995). Toksikologi Dasar. Penerjemah: Edi Nugroho. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. hal. 346, 358, 360-361. 1 Cd Ikan Baronang 0,1009 - 0,2 mg/Kg Ikan Kakap putih Ikan Bandeng 0,5533 2 Pb Ikan Baronang 0,2803 0,8716 2 mg/Kg Ikan Kakap putih Ikan Bandeng 6 4535
Palar, H. (1994). Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka
Cipta. hal. 84, 124.
Soemarwoto, O. (1989),. Ekologi
Lingkungan Hidup dan Pembangunan,.
Jakarta: Djambatan. hal. 242-243.
Sudjana. (2002),. Metoda Statistika,. Edisi ke enam. Bandung: Tarsito. hal. 167, 169, 368-369.
Vogel. (1989),. Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik,. Penerjemah: Putjaatmaka., A.
H, Setiono. L. Edisi ke empat. Jakarta: EGC Kedokteran. hal. 942-943, 948, 955-957, 966.
Wardhana, W.A. (2001),. Dampak
Pencemaran Lingkungan,. Yogyakarta: