• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Pasar modal memiliki peran sebagai sarana investasi bagi investor dan

alternatif sumber dana bagi perusahaan tentunya sangat memberikan manfaat dan

keuntungan bagi kedua pihak. Seiring berkembangnya perekonomian suatu negara

menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

ekonomi perusahaan.

Pasar modal memiliki peran sebagai alternatif pembiayaan eksternal bagi

perusahaan dan investasi bagi masyarakat. Salah satu hal yang mendorong

perusahaan untuk memilih alternatif-alternatif sumber pendanaan adalah

berkembangnya kegiatan usaha. Perusahaan melakukan penawaran saham ke publik

merupakan sebuah tindakan perusahaan untuk mendapatkan dana dari eksternal

dalam rangka going concern perusahaan (Manurung, 2013).

Bursa Efek Indonesia telah memberikan ketentuan dan tahapan yang harus

dilewati bagi perusahaan yang akan melakukan go public. Tahapan-tahapan tersebut

adalah tahap persiapan, tahap pengajuan pernyataan pendaftaran, tahap penawaran

saham, kemudian tahap pencatatan saham di Bursa Efek (BEI, 2011). Penawaran

(2)

Offering (IPO) selanjutnya saham-saham tersebut akan diperdagangkan di pasar sekunder.

IPO merupakan kegiatan penawaran saham ke publik untuk pertama kali yang

dilakukan oleh emiten berdasarkan tata cara yang telah diatur dalam Undang-Undang

nomor 8 tahun 1995 pasar modal mengenai pelaksanaanya. Husnan (1998)

menyimpulkan bahwa terdapat dua alasan mengapa perusahaan melakukan IPO yaitu

untuk perluasan usaha dan perusahaan tidak ingin menambah hutang dan kedua untuk

mengganti sebagian hutang dengan ekuitas yang diperoleh dari penawaran umum

perdana.

Harga saham pada pasar perdana detentukan melalui kesepakatan antara

emiten dengan perusahaan penjamin (underwriter) yang ditunjuk emiten. Sedangkan

mekanisme pasar (permintaan dan penawaran) akan membentuk harga saham yang

terbentuk pada pasar sekunder. Dalam fenomena IPO sering terjadi kondisi

underpricing, yaitu pada saat harga saham saat IPO lebih murah dibandingkan harga yang terjadi pada hari pertama ketika diperdagangkan di pasar sekunder.

Menurut Gumanti (2002) penetapan harga saham perdana suatu perusahaan

adalah hal yang tidak mudah. Tidak adanya informasi harga yang relevan merupakan

salah satu penyebab sulitnya menetapkan harga penawaran perdana. Kondisi

underpricing bagi perusahaan menandakan hilangnya kesempatan untuk memperoleh dana maksimal. “Hal ini dikarenakan dana yang didapat perusahaan melalui

penjualan sekuritas (saham) merupakan hasil perdagangan saham-saham perusahaan

(3)

akan merugikan investor karena hilangnya kesempatan mendapatkan intial return

(return awal) berupa keuntungan karena perbedaan harga beli di pasar perdana dan

harga jual dipasar sekunder.

Fenomena underpricing ini merupakan kondisi yang biasa terjadi di setiap

pasar modal begitu pula faktor-faktor penentunya. Terdapat beberapa faktor penentu

underpricing tergantung pada karateristik dan kondisi ekonomi dimana pasar modal tersebut berada. Seiring dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual

saham kepada masyarakat (go public), terdapat beberapa faktor makro ekonomi yang

mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada

akhirnya mempengaruhi kegiatan penawaran umum perdana. Variabel makro

ekonomi yang mampu mempengaruhi pasar modal bila dilihat dari teori ekonomi

terdiri dari beberapa variabel diantaranya; Produk Domestik Bruto; Inflasi; Tingkat

Bunga; Kurs Rupiah; Anggaran Defisit; Investasi Swasta; Neraca Perdagangan dan

Pembayaran (Harianto dan Siswanto, 1998).

Harga saham yang ditetapkan oleh emiten (issuer) tidak dapat didasarkan

hanya kepada kinerja keuangan perusahaan yang disampaikan kepada masyarakat dan

juga tidak dapat didasarkan kepada observasi harga pasar perusahaan sebelumnya

(Ibbotson, et.al., 1988). Oleh karena itu, faktor ekonomi sangat menarik untuk dikaji

melihat fenomena underpricing yang terjadi melibatkan banyak pihak juga variabel

(4)

Sedangkan menurut Beatty dan Ritter (1986), underpricing terjadi karena

kondisi exante uncertainty mengenai harga yang ditawarkan saat IPO serta adanya

asimetri informasi dan Rock (1986) yang berpendapat bahwa underpricing di

perusahaan IPO diperlukan untuk mengkompensasi investor yang tidak mempunyai

informasi (uninformed investor) dengan pihak yang lebih banyak mempunyai

informasi.

Informasi mengenai perusahaan yang akan melakukan IPO merupakan faktor

penting yang harus diketahui oleh pihak yang akan menentukan harga saham saat IPO

yaitu emiten dan underwriter. Perbedaan informasi inilah yang memungkinkan

terjadinya underpricing. Baik pada pasar perdana maupun pasar sekunder, asimetri

informasi ini selalu terjadi (Beatty, 1989; Leiland dan Pyle, 1977).

Keadaan asimetri informasi bisa terjadi antara emiten dan penjamin emisi

maupun antar investor. Penerbitan prospektus dilakukan untuk mengurangi terjadinya

asimetri informasi yang berisi informasi dari perusahaan yang akan IPO baik dari sisi

keuangan maupun non-keuangan yang memiliki info relevan dalam proses IPO.

Informasi yang dimuat dalam prospektus akan membantu investor dalam membuat

keputusan yang rasional mengenai resiko nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan

emiten (Kim, Krinsky dan Lee, 1995). Dalam prospektus terdapat banyak informasi

yang berhubungan dengan keadaan perusahaan yang melakukan penawaran umum,

baik informasi akuntansi maupun non akuntansi (Klein, 1996).

Zirman dan Darlis (2011) menyimpulkan bahwa Underpricing merupakan

(5)

terbuka melalui prospektus, masih terjadi perbedaan nilai saham antara investor

dengan emiten. Pentingnya penelitian mengenai underpricing perlu diketahui emiten

dimana kondisi underpricing menandakan pemegang saham lama kehilangan

kesempatan mendapatkan hasil IPO karena harga IPO yang lebih rendah dari harga

penutupan hari pertama. Sedangkan menurut Logue, et.al. (2002) underwriter

memiliki peranan penting dalam proses IPO terutama reputasinya, karena reputasi

penjamin emisi akan meningkat ketika investor mendapat keuntungan dari emiten

IPO. Dari sisi investor, kondisi underpricing merupakan peluang untuk mendapat

intial return dari kegiatan go public perusahaan.

Studi empiris mengenai underpricing dan harga saham yang dihubungkan

dengan informasi pada prospektus menarik untuk diteliti untuk mengetahui perilaku

investor dalam membuat keputusan investasi. Meskipun telah banyak penelitian

sebelumnya yang meneliti informasi keuangan dan non-keuangan, namun penelitian

dalam bidang ini menarik untuk diteliti karena adanya inkonsistensi dalam penelitian,

serta kebanyakan penelitian berfokus pada informasi non-keuangan (Handayani,

2008).

Salah satu informasi akuntansi dalam prospektus yang menjadi perhatian

adalah informasi laporan keuangan yang dapat dijadikan alat untuk merefleksikan

kinerja dan kondisi keuangan perusahaan (Klein, 1996). Investor merupakan salah

satu kelompok pengambil keputusan yang menggunakan informasi akuntansi untuk

(6)

dikatakan relevan apabila informasi tersebut mempunyai kemampuan untuk

menjelaskan nilai perusahaan (Pinasti, 2004).

Sedangkan informasi non-akuntansi dalam prospektus antara lain:

underwriter, auditor independen, konsultan hukum, nilai penawaran saham, persentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan dan informasi lainnya.

Prospektus dapat memudahkan investor mendapatkan seluruh informasi yang penting

dan relevan sehubungan dengan kegiatan penawaran tersebut sehingga investor dapat

mengambil keputusan investasi secara tepat (Kristiantari, 2012).

Beberapa penelitian sebelumnya menggunakan informasi akuntansi dan

non-akuntansi yang terdapat pada prospektus perusahaan untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi investor dalam mengambil keputusan. Beberapa penelitian

mengenai underpricing dilakukan baik di bursa saham luar negeri maupun Indonesia

antara lain; Beaty (1989) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan

signifikan negatif antara reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, dan

tipe kontrak underwriter dengan initial return. Ditemukan pula bahwa bahwa

persentase penawaran saham, dan indikator perusahaan minyak dan gas mempunyai

pengaruh yang signifikan positif pada initial return. Sedangkan penelitian oleh Carter

dan Manaster (1990) mengemukakan bahwa reputasi underwriter, insiders shares,

offering shares, dan umur perusahaan, berpengaruh signifikan negatif pada initial return.

Penelitian oleh Kim, et.al. (1993) mengemukakan bahwa financial leverage

(7)

invesment, Return on Assets (ROA), reputasi underwriter, dan gross proceeds berpengaruh negatif pada initial return. Penelitian yang dilakukan oleh How, et.al.

(1995) menunjukkan bahwa reputasi underwriter, jumlah saham yang ditawarkan,

waktu listing, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan negatif pada initial

return. Islam, et.al. (2010) mengemukakan bahwa umur dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif pada initial return. Sedangkan jumlah saham yang

ditawarkan dan jenis industri berpengaruh signifikan negatif pada initial return.

Fenomena underpricing terjadi hampir diseluruh negara, sekalipun tingkat

underpricing berbeda antara satu negara dengan negara lain termasuk di Indonesia (Hanafi,1997; Hanafi dan Husnan, 1991). Penelitian serupa yang dilakukan di

Indonesia antara lain dilakukan Sandhiaji (2004) mengemukakan bahwa reputasi

underwriter, besarnya saham yang ditahan investor lama, ROA, umur perusahaan, dan skala serusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing kecuali

reputasi auditor pada saham sektor manufaktur periode 1996-2002. Yolana dan

Martiani (2005) mengemukakan bahwa kurs, total asset, return on equity (ROE), dan

jenis industri berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing, sedangkan

reputasi underwriter tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing

selama periode 1994-2001.

Ariawati (2005) mengemukakan bahwa skala perusahaan, reputasi

underwriter, dan financial leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap underpricing, sedangkan jangka waktu listing, return on investment (ROI), dan kondisi pasar tidak memiliki pengaruh terhadap underpricing dalam periode tahun

(8)

1999-2003. Amelia dan Saftiana (2007) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan,

umur perusahaan, persentase kepemilikan saham yang ditahan, finanical leverage,

dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan baik secara simultan

ataupun parsial selama periode 1998-2004. Handayani (2008) mengemukakan bahwa

secara parsial hanya earning per share (EPS) yang berpengaruh secara signifikan

terhadap underpricing, sedangkan secara simultan diperoleh hasil variabel debt to

equity rasio (DER), return on assets (ROA), earning per share (EPS), umur perusahaan, ukuran perusahaan, persentase penawaran saham tidak berpengaruh

secara signifikan tehadap underpricing selama periode 2000-2006 pada saham sektor

keuangan.

Irawati (2009) mengemukakan bahwa variabel skala perusahaan (size), ROI,

EPS, financial leverage yang berpengaruh signifikan terhadap initial return pada

penawaran saham IPO di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2002 sampai dengan

2008. Isfaatun dan Hatta (2010) mengemukakan bahwa secara individual ditunjukkan

bahwa hanya variabel rasio financial leverage saja yang berpengaruh terhadap initial

return saat penawaran perdana, sedangkan variabel reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, dan rasio profitabilitas tidak terbukti secara signifikan mempengaruhi initial return saat perusahaan melakukan IPO selama periode

2000-2006.

Wulandari (2011) mengemukakan bahwa DER dan persentase penawaran

(9)

perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap

underpricing selama periode 2006-2010.

Kristiantari (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel

reputasi underwriter, ukuran perusahaan dan tujuan penggunaan dana untuk investasi

secara signifikan berpengaruh pada underpricing dengan arah koefisien negatif untuk

ketiga variabel. Sedangkan variabel reputasi auditor, umur perusahaan, profitabilitas

perusahaan (ROA), financial leverage, dan jenis industri terbukti tidak memiliki

pengaruh signifikan pada terjadinya underpricing selama periode 1997-2010.

Retnowati (2013) mengemukakan bahwa EPS, ukuran perusahaan, persentase

penawaran saham, berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing, sedangkan

DER, ROA, dan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap underpricing selama

periode 2008-2011.

Kondisi underpricing yang terjadi di Indonesia cukup besar tiap tahunnya.

Untuk itulah tujuan penelitian ini guna mengetahui kondisi dan tingkat underpricing

serta faktor yang mempengaruhinya. Dari tahun 2010-2014 terdapat 127 perusahaan

yang melakukan penawaran umum dan sebanyak 104 perusahaan mengalami

(10)

Tabel 1.1. Data Perusahaan yang mengalami Underpricing/Overpricing Periode 2010-2014 Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Total Jumlah Emiten 23 25 24 32 23 127 Sektor Non-Keuangan 21 23 22 26 15 107 Sektor Keuangan 2 2 2 6 8 20

Underpricing (Sektor

Non-Keuangan)

22 17 22 23 20 104

Overpricing 1 7 1 7 2 18

Wajar 0 1 1 2 1 5

Sumber: Data diolah (www.e-bursa.com)

Dari tabel diatas dapat dilihat emiten yang mengalami underpricing yang

cukup besar dengan jumlah yang berbeda-beda tiap tahunnya. Penelitian ini dilakukan

hanya pada sektor non-keuangan berdasarkan argumentasi yang dikemukakan oleh

Manurung (2013) dimana perusahaan industri memberikan tingkat pengembalian

yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan finasial dikarenakan jumlah perusahaan

industri lebih banyak yang melakukan IPO. Fenomena ini menarik untuk dikaji lebih

lanjut melihat latar belakang dan penelitian terdahulu dengan hasil yang tidak selalu

konsisten, penulis tertarik untuk meneliti kembali faktor external maupun internal

yang terkait dengan underpricing.

Dilihat dari faktor external, informasi ekonomi makro mempunyai pengaruh

terhadap pergerakan pasar saham baik secara langsung maupun tidak langsung

dimana dalam penelitian ini indikator yang cukup lazim digunakan adalah variabel

yang secara langsung dikendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme

transmisi melalui pasar keuangan yaitu tingkat bunga, laju inflasi, dan kurs valuta

(11)

Tingkat suku bunga merupakan tolok ukur para investor dalam berinvestasi

yang mempengaruhi return yang akan diperoleh. Laju inflasi akan mempengaruhi

investor dalam membelanjakan dana untuk berinvestasi dalam pasar saham serta

pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS menggambarkan keadaan pasar dimana

naik turunnya nilai rupiah terhadap uang dollar AS akan mempengaruhi naik

turunnya permintaan saham di pasar modal oleh investor.

Informasi keuangan dan informasi non-keuangan merupakan faktor internal

yang mempengaruhi underpricing. Informasi keuangan dengan cara menganalisis

laporan keuangan emiten dapat dilihat dari beberapa rasio keuangan yaitu Return On

Asset (ROA) sebagai tolok ukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dari aset yang dimiliki dan Financial Leverage yang diproksikan Debt to Equity Ratio yang

menunjukkan tingkat hutang perusahaan disamping itu DER juga memberi jaminan

tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri perusahaan

yang digunakan sebagai pendanaan usaha (Ang, 1997).

Sedangkan untuk informasi non-keuangan, variabel yang akan diteliti yaitu,

reputasi penjamin emisi yang bertindak sebagai penjaminan atas penawaran saham ke

publik, ukuran perusahaan dimana pada umumnya perusahaan berskala besar lebih

dikenal masyarakat dan informasi yang diberikanpun lebih banyak, umur perusahaan

dimana perusahaan yang lebih lama berdiri menyediakan informasi lebih banyak dan

luas dibandingkan perusahaan yang belum lama berdiri serta persentase penawaran

(12)

Berdasarkan paparan diatas penulis akan meneliti kembali faktor external dan

internal tersebut untuk mengetahui pengaruhnya terhadap underpricing. Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor

Yang Mempengaruhi Underpricing Saham Pada Perusahaan Yang Melakukan Go

Public Di BEI Periode 2010-2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang dapat disimpulkan bahwa underpricing merupakan

fenomena menarik yang perlu diteliti lebih lanjut. Berbagai faktor dapat

mempengaruhi underpricing serta berbagai riset sebelumnya yang menunjukkan hasil

yang tidak konsisten. Dengan demikian perumusan masalah yang diajukan adalah

sebagai berikut:

1. Apakah faktor external yaitu informasi ekonomi makro (Tingkat Bunga BI, Inflasi,

Kurs Rupiah terhadap Dollar AS) berpengaruh terhadap besarnya tingkat

underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering?

2. Apakah faktor internal keuangan perusahaan (ROA dan Financial Leverage)

berpengaruh terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang

melakukan Initial Public Offering?

3. Apakah faktor internal non-keuangan perusahaan (Reputasi Underwriter, Umur

Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Persentase Penawaran Saham) berpengaruh

terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial

(13)

4. Apakah faktor external dan internal tersebut secara bersama-sama berpengaruh

terhadap terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan

Initial Public Offering?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, batasan ruang lingkup terdapat pada:

1. Analisis dilakukan pada perusahaan sektor non-keuangan yang melakukan

kegiatan go public di Bursa Efek Indonesia dan mengalami kondisi

underpricing pada periode waktu 2010-2014.

2. Variabel yang digunakan hanya meliputi faktor external yang diproksikan

oleh variabel ekonomi makro yaitu Tingkat Bunga BI, Inflasi dan Kurs

Rupiah terhadap Dollar AS. Faktor internal yaitu informasi keuangan

perusahaan diproksikan oleh ROA dan Financial Leverage. Sedangkan faktor

internal yaitu informasi non-keuangan perusahaan yaitu Reputasi Underwriter, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, dan Persentase Penawaran Saham.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah

dijabarkan dalam rumusan masalah. Secara rinci, tujuan penelitian adalah sebagai

(14)

1. Untuk menguji apakah faktor external yaitu informasi ekonomi makro

(Tingkat Bunga BI, Inflasi, Kurs Rupiah terhadap Dollar AS) berpengaruh

terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan

Initial Public Offering.

2. Untuk menguji apakah faktor internal yaitu informasi keuangan

perusahaan (ROA dan Financial Leverage) berpengaruh terhadap

besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial

Public Offering.

3. Untuk menguji apakah faktor internal yaitu informasi non-keuangan

perusahaan (Reputasi Underwriter, Umur Perusahaan, Ukuran

Perusahaan, perusahaan, Persentase Penawaran Saham) berpengaruh

terhadap besarnya tingkat underpricing pada perusahaan yang melakukan

Initial Public Offering.

4. Untuk menguji apakah faktor external dan internal tersebut secara

bersama-sama berpengaruh terhadap terhadap besarnya tingkat

underpricing pada perusahaan yang melakukan Initial Public Offering.

1.5 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dapat memperkaya literatur dan referensi yang

dapat dijadikan acuan dalam penelitian lain maupun pada perusahaan dan

(15)

variabel-variabel yang mempengaruhi fenomena underpricing yang terjadi di

Indonesia.

2) Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan

referensi bagi perusahaan untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan yang

akan melakukan go public dan mampu memberikan informasi yang terbuka

serta kondisi perusahaan yang memiliki prospek bagus sehingga mampu

memperoleh keuntungan yang maksimal pada penawaran saham perdana dan.

Bagi investor dan publik dalam rangka menilai kinerja perusahaan yang

tercermin prospektus perusahaan dapat menggunakan informasi yang tersedia

guna memperoleh profit yang diharapkan.

1.6 Sistematika Penulisan

Penelitian ini menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini berisi tentang teori penawaran umum perdana dan

penelitian terdahulu yang berhubungan dengan underpricing serta

(16)

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari model penelitian, populasi dan pengambilan

sampel, metode pengumpulan data dan pengolahan data, definisi

variabel penelitian, dan pengujian hipotesis.

BAB IV: HASIL DAN ANALISIS

Bab ini memuat deskripsi variabel penelitian, hasil penelitian yang

terdiri dari analisa deskripsi statistik, dan analisa pengujian hipotesis.

BAB V: PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori konflik dengan turunannya berupa teori SAT (Source, Accelerator, Trigger) Ichsan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sabagai berikut: a) Pendapatan rata-rata yang diperoleh responden

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah ultisol sebagai media tanam, berbagai jenis bahan kompos yaitu sampah pasar; jerami padi, limbah tanaman

Sutomo Surabaya tahun 2009, dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia ibu dan paritas terhadap kejadian pre eklampsia dengan nilai

Kegiatan pengabdian masyarakat pembangunan webiste nagari sebagai sarana promosi daerah Nagari Sungai Nyalo Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan telah

Interpretasi biplot kanonik untuk pemetaan provinsi berdasarkan prestasi mahasiswa TPB IPB sebagai data asal dengan seleksi peubah memberikan gambaran bahwa

Hampir dapat disamakan dengan pemaparan tersebut di atas, gerakan perlawanan rakyat Cirebon pada dasarnya dimotori dan dipimpin oleh tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah