v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ... i KATA PENGANTAR ... ii SAMBUTAN ... iii DAFTAR ISI ... v PEMAKALAH KUNCI REVITALISASI TEKS-TEKS KEARIFAN LOKAL KEMARITIMAN UNTUK MEMBANGUN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA Darmoko ... 1
PEMAKALAH UTAMA SENI KELAUTAN MEMBANGUN HARMONISASI MANUSIA DENGAN ALAM I Gede Arya Sugiartha ... 15
STRATEGI MASYARAKAT NELAYAN KEDONGANAN MENGHADAPI KEMISKINAN Purwadi Soeriadiredja ... 22
PEMAKALAH PENDAMPING EKSISTENSI PURI AGUNG KARANGASEM DALAM DINAMIKA SOSIAL BUDAYA A.A.A Dewi Girindrawardani ... 41
VARIASI BAHASA SUNDA DI DAERAH PESISIR JABAR SELATAN Asri Soraya Afsari, Teddi Muhtadin ... 50
PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DALAM PRAKTIK PERAWATAN KEHAMILAN DAN PERSALINAN PADA MASYARAKAT PESISIR DI MANGGARAI, NTT Bambang Dharwiyanto Putro ... 57
ANALISIS PEMAKAIAN RAGAM JURNALISTIK DI SMAN 1 ABIANSEMAL: KASUS MENULIS BERITA LANGSUNG I Gusti Ayu Agung Mas Triadnyani, Anak Agung Putu Putra, I Ketut Nama, Ni Putu N. Widarsini, Sri Jumadiah ... 67
vi
IDEOLOGI BUDAYA MARITIM DALAM PIDATO MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
I Gusti Ayu Gde Sosiowati ... 73 CITRA DIRI PADA TEKS VERBAL MEDIA KAMPANYE PILGUB BALI I Gusti Ngurah Parthama, Ni Luh Kade Yuliani Giri ... 82 HEGEMONI BUDAYA DALAM PRAKTIK KEKUASAAN MARITIM
I Ketut Darma Laksana ... 88 SITUS KAPAL U.S.A.T LIBERTY DI PANTAI TULAMBEN DALAM
PERSPEKTIF ARKEOLOGI MARITIM DAN PARIWISATA
I Ketut Setiawan ... 94 KECENDERUNGAN PEMAKAIAN BAHASA BALI SEBAGAI CERMIN IDENTITAS MASYARAKAT DI DAERAH PARIWISATA NUSA DUA I Made Rajeg, Ni Luh Sutjiati Beratha, Ni Wayan Sukarini ... 100 KERAS, KASAR, PEDAS, PENUH GAIRAH KARAKTERISTIK
MASYARAKAT PESISIR DALAM DRAMA ―MALAM JAHANAM‖ KARYA MOTINGGO BUSYE
I Made Suarsa ... 108 GAMBARAN PERJALANAN LAUT A.A. ISTRI AGUNG DAN
SUAMINYA DARI KARANGASEM KE JEMBRANA
I Made Suastika ... 114 PERAIRAN BALI SEBAGAI RUANG BUDAYA DAN PERADABAN
I Putu Gede Suwitha ... 120 MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PELESTARIAN DAN PENGIMPLEMENTASIAN NILAI BUDAYA: PERSPEKTIF
BUDAYA BALI
I Wayan Cika... 128 MELACAK KEBAHARIAN NUSANTARA BERDASARKAN
BUKTI-BUKTI ARKEOLOGIS
I Wayan Srijaya ... 135 REVOLUSI BIRU DAN HUMAN SECURITY NELAYAN DI KUSAMBA KLUNGKUNG
I Wayan Tagel Eddy, Anak Agung Ayu Rai Wahyuni ... 146 MEMAHAMI KATA TUGAS DALAM BAHASA INDONESIA DITINJAU DARI PELONCATAN KATEGORI DAN FUNGSI
vii
TERJEMAHAN ISTILAH KELAUTAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA
Ida Ayu Made Puspani ... 163 FUNGSI DAERAH PESISIR DARI MASA KE MASA DI BALI
(KAJIAN KEPUSTAKAAN)
Ida Ayu Putu Mahyuni ... 172 SISTEM SEWA KONTRAK BERDASARKAN KURS DALAM NIAGA
BANDAR DI BULELENGBALI, PERTENGAHAN ABAD XIX
Ida Ayu Wirasmini Sidemen ... 178 FUNGSI MITOS BHATARA BAGUS BALIAN: PUTRA DEWA DAN PUTRI PENDETA
Ida Bagus Jelantik Sutanegara Pidada ... 186 KONTROVERSIAL PERDAGANGAN KERAMIK KUNO HASIL
PENGANGKUTAN DI LAUT CIREBON JAWA BARAT
Ida Bagus Sapta Jaya ... 197 WISATA BAHARI SEBAGAI DAYA TARIK OBYEK WISATA
POTENSIAL:STUDI KASUS PANTAI SANUR, DENPASAR SELATAN, KOTA DENPASAR-BALI
Ketut Darmana ... 203 PELATIHAN PENULISAN JURNALISTIK BAGI SISWA SMAN 1 KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG
Ketut Riana, S.U, Putu Evi Wahyu Citrawati, I Nyoman Darma Putra,
Made Sri Satyawati, Wayan Teguh ... 212 MITOS TOKOH KEBO IWA DI PANTAI SOKA, TABANAN
Luh Putu Puspawati ... 218 PENGAMAN BATIN SEBAGAI SUMBER GAGASAN PENULISAN
KREATIF JURNALISTIK-SASTRA DI SMAN I PETANG KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG
Maria Matildis Banda, Ida Bagus Jelantik SP, I Made Suarsa,
Sri Jumadiah dan I Komang Paramartha ... 223 ASPEK MODAL DALAM PENULISAN KARYA SASTRA PRAGMATIS Maria Matildis Banda, Sri Jumadiah ... 232 AMA DAN EMANSIPASI WANITA
Ngurah Indra Pradhana ... 242 VARIASI POLA DESKRIPSI PADA ISTILAH BUDAYA BALI PADA TEKS BERBAHASA INGGRIS
viii
PERDAGANGAN ANTAR PULAU OLEH MASYARAKAT BALI KUNO PADA ABAD IX-XIV MASEHI: KAJIAN EPIGRAFIS DAN TAPONIMI Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, Kristiawan ... 253 REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM SAMPUL NOVEL TEENLIT INDONESIA
Ni Luh Putu Ari Sulatri, Ni Made Andry Anita Dewi ... 260 AKTIVITAS KEMARITIMAN PADA MASA BALI KUNA
Ni Luh Sutjiati Beratha, I Wayan Ardika... 266 PENGGUNAAN KENJŌGO MŌSHIWAKE ARIMASEN DAN MŌSHIWAKE
GOZAIMASEN DALAM DRAMA BERBAHASA JEPANG
Ni Made Andry Anita Dewi, Silvia Damayanti ... 275 MENCERMATI KEHIDUPAN REMAJA BERMASALAH DI KOTA
DENPASAR-BALI
Ni Made Wiasti, Ni Luh Arjani, I Ketut Kaler ... 282 PENGAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA JEPANG MAHASISWA DALAM KELAS CHUJOKYU KAIWA (Studi Kasus Mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Udayana)
Ni Putu Luhur Wedayanti, Choleta Palupi Titasari ... 289 BENTUK IKONIK KELAUTAN DALAM NOVEL SUARA SAMUDRA KARYA MARIA MATILDIS BANDA
Ni Putu N. Widarsini ... 294 TATA CARA PENULISAN DAN FUNGSI SURAT RESMI, SERTA
ANALISIS PERMASALAHAN DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA
Ni Wayan Arnati ... 301 PENINGGALAN ARKEOLOGI DI WILAYAH DESA ADAT KEMONING MERUPAKAN PENGARUH CORAK BUDAYA HINDU/INDIA SEBAGAI AKIBAT HUBUNGAN SECARA MARITIM
Ni Wayan Herawathi ... 318 PARIWISATA BUDAYA: MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERIMBANG ANTARA PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN BALI
Nyoman Reni Ariasri ... 324 KEPERCAYAAN DALAM SIKLUS KEHIDUPAN PADA MASYARAKAT SUNDA PESISIR (KECAMATAN PAMEUNGPEUK, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT)
ix
JEJAK AWAL KEMARITIMAN PADA CADAS LIANG PU‘EN DI LEMBATA NTT
Rochtri Agung Bawono, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, Kristiawan, Coleta Palupi Titasari... 337 PURI TAMAN SABA : SIMBOLISASI PENDIDIKAN SENI BUDAYA BALI Sulandjari ... 343
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III 337 Denpasar, 25-26 September 2018
JEJAK AWAL KEMARITIMAN PADA CADAS LIANG PU’EN DI LEMBATA NTT
Rochtri Agung Bawono, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi, Kristiawan, Coleta Palupi Titasari
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana rabawono@gmail.com
ABSTRAK
Lembata merupakan pulau di sebelah timur Pulau Flores yang terletak di wilayah Wellacea. Wilayah ini sejak masa Plestosen telah terpisah dengan pulau-pulau di sekitarnya. Lembata sebagai salah satu pulau-pulau di Kepulau-pulauan Nusa Tenggara merupakan salah satu jembatan penghubung (land bridge) dalam konteks migrasi manusia dari kepulauan Asia Tenggara ke Australia. Jejak-jejak migrasi yang sangat penting untuk diungkap yaitu jejak maritim.
Jejak kemaritiman di Lembata dibuktikan oleh temuan pahatan cadas (petroglyph) Liang Pu‘en Desa Hingalamamengi. Terdapat beberapa pahatan perahu dengan bentuk yang beragam. Banyaknya pehatan perahu menunjukkan bahawa budaya maritim telah mendarah daging pada masyarakat Lembata sejak dulu. Demikian juga perahu sebagai satu-satunya alat transportasi untuk bersubsistensi di lautan dan bermigrasi antarpulau.
Kata kunci: maritim, petroglyph, pahatan perahu, subsistensi, migrasi 1. Pendahuluan
Lembata merupakan salah satu gugusan pulau di Nusa Tenggara yang dahulu disebut Pulau Kawela atau Lomblen. Luasan Pulau Lembata yaitu 1.266,39 km² yang pesisirnya merupakan batas alam dengan daratan lainnya (www.id.wikipedia.org). Jika menilik pada lokasinya yang terletak di Nusa Tenggara maka Pulau Lembata pada Masa Plestosen merupakan wilayah yang tidak tergabung dengan Paparan Sunda ataupun Paparan Sahul tetapi merupakan Wallacea yang terpisah setiap pulau-pulaunya.
Masyarakat Lembata sangat akrab dengan kehidupan maritim misalnya di pesisir selatan terdapat Desa Lamalera dan Lamakera yang terdapat tradisi perburuan mamalia laut (cetacean). Tradisi berburu ini diduga sudah ada sejak 400 tahun yang lalu bahkan lebih (Salim, 2011) yang biasa disebut Nuang Leva atau Lamaholot yang berarti musim berburu. Tradisi berburu ini menggunakan senjata yang tradisional dan perahu tradisional yang disebut paledang.
338 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III Denpasar, 25-26 September 2018
Perahu selain sebagai sarana berburu, juga satu-satunya alat transportasi antarpulau. Keberadaan sarana ini kemungkinan besar sudah digunakan saat migrasi awal manusia memasuki Pulau Lembata yang secara geografis memang terpisah dengan pulau lainnya sejak Masa Plestosen.
Penelusuran jejak-jejak maritim di Lembata perlu dilakukan untuk mengetahui bukti tentang pola migrasi dan pola subsistensi masyarakat pada masa lalu sehingga eksistensinya dapat diketahui oleh masyarakat masa kini.
2. Metodologi
Dalam Teori Interaksi Simbolik dijelaskan bahwa keberadaan manusia selalu memberikan makna untuk berkomunikasi. Menurut George Herbert Mead menjelaskan bahwa manusia bertindak berdasarkan makna simbolis yang muncul dalam situasi tertentu yang tercermin dalam pikiran, diri, dan masyarakat (West dan Turner, 2008). Melalui media apapun manusia dapat menciptakan karya yang dapat dimaknai sehingga memudahkan berkomunikasi dengan individu lain. Petroghlyph merupakan bukti adanya eksistensi masyarakat masa lalu untuk dapat dimaknai dan berkomunikasi dengan generasi sesudahnya sehingga jejaknya terekam hingga saat ini.
3. Pembahasan
Pulau Lembata yang terdapat di wilayah Wallacea merupakan wilayah penghubung antara Daratan Asia dengan Benua Australia. Temuan terbaru menunjukkan bahwa Pulau Flores telah dihuni oleh Homo erectus dan Homo
floresiensis sejak 800.000 tahun lalu berdasarkan temuan fosil dan artefak di
Cekungan Soa dan Leang Bua Manggarai (Jatmiko 2015a; 2015b). Demikian juga di Gua Lene Hara Timor Leste terdapat temuan artefak mata kail dari kerang yang menunjukkan bahwa masyarakat di Pulau Timor sudah melangsungkan eksploitasi lautan untuk bersubsistensi kurang lebih 45.000 tahun lalu (O‘Connor et al, 2005; Langley and O‗Connor: 2016). Bukti temuan di antara dua wilayah di barat dan timur Pulau Lembata memberikan asumsi bahwa Pulau Lembata juga merupakan salah satu jembatan penghubung migrasi manusia masa lalu menuju Benua
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III 339 Denpasar, 25-26 September 2018
Australia yang hanya dapat dilalui melalui jalur laut karena pulau-pulau yang terpisah sejak Masa Plestosen hingga Holosen saat ini.
Lebih menarik bahwa Gua Lene Hara memiliki petroglyph berupa kedok muka pada dinding gua, sehingga memiliki persamaan dengan temuan baru di Lembata yaitu Situs Liang Pu‘en Desa Hingalamamengi dengan keragaman pahatan yang melimpah. Secara umum pahatan di Liang Pu‘en berupa kedok muka (wajah), orang, perahu, ular, dan pahatan geometris (Bawono, dkk.2018). Temuan baru lainnya di Lembata yaitu Situs Tene Koro berlokasi di Uaq Loroq dekat Desa Dolulolong di pesisir utara Lambaste. Jenis seni cadas (pictograph) yang ditemukan adalah sebuah perahu dengan warna putih yang dihasilkan oleh suatu pigmen pewarna (S.O‘Connor et al. 2018). Belum diketahui secara pasti usia kedua situs tersebut, tetapi merujuk pada beberapa sebarannya di Nusantara diperkirakan berusia 3.500 -2.000 tahun yang lalu yang merupakan karya masyarakat Austronesia.
Penggambaran perahu yang terdapat di Situs Liang Pu‘en memperlihatkan bentuk yang beragam. Salah satunya pahatan perahu hanya dua garis yang agak melengkung dan dibagian dalamnya terdapat garis-garis vertikal mempertemukan dua garis horizon tersebut. Bagian atas bidang tersebut terdapat pahatan manusia yang seolah-olah sedang melangkah atau berlari. Pada bidang yang lain terdapat gambaran perahu serupa berupa garis lengkung horizon yang dipotong-potong oleh garis vertikal.
Bentuk perahu yang lebih menarik yaitu dipahatkan lengkungan panjang dengan garis-garis vertikal pada bagian dalamnya, sedangkan pada salah satu bagian ujung (depan) dipahatkan bentuk menyerupai kepala kuda. Pada bagian atasnya terdapat seorang manusia yang melakukan aktivitas memancing (?).
340 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III Denpasar, 25-26 September 2018
Pahatan bagian tengah perahu tersebut masih menjadi dugaan yang kemungkinan digambarkan sebagai papan dinding perahu (planked boat) ataukah hiasan pada dinding luar perahu. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penggambaran aktivitas manusia yang dipahatkan diatas perahu mendukung dugaan kuat bahwa perahu tersebut bukan perahu arwah, tetapi merupakan perahu yang difungsikan untuk sarana transportasi atau cara bersubsistensi dalam berburu binatang laut. Terlebih lagi penggambaran dua lengkungan seolah memperlihatkan aktivitas sedang memancing di tengah lautan. Posisi kaki yang tidak lurus ke bawah merupakan penggambaran sempurna bahwa aktivitas di laut selalu dipengaruhi oleh gelombang sehingga keseimbangan tubuh selalu diperlukan. Demikian juga kebahagian ketika mendapatkan binatang buruan juga mencerminkan gambaran posisi kaki yang tidak lurus ke bawah.
Penggambaran makhluk pada bagian hulu dapat kita telusuri pada perahu-perahu nusantara, sebagai contoh jukung di Bali yang bagian hulunya digambarkan bentuk kepala ikan cucut yang lincah. Bentuk menyerupai kepala kuda pada bagian hulu perahu merupakan hal yang sangat menarik, karena kuda merupakan binatang darat sehingga sedikit memiliki perbedaan bentuk penggambaran dengan jukung di Bali. Makna atas kuda pada manusia pemahatnya kemungkinan memposisikan kuda sebagai binatang tunggangan (sarana transportasi darat) yang memiliki kelincahan dan kecepatan, sehingga harapan atas penggambaran tersebut yaitu perahu yang ditumpangi tersebut dapat lincah dan cepat bergerak ketika berada di lautan. Walaupun penggambaran tersebut sebagai bentuk pemaknaan, tetapi penggambaran tersebut sangat menarik jika dapat ditelusuri bentuk asli perahu yang masih memberikan gambaran-gambaran pada hulu perahu yang dihasilkan oleh masyarakat pada masa lalu. Makna tersebut secara visual mudah dicerna oleh penikmat seni cadas tersebut, baik pada masa lalu maupun masa kini.
Lukisan dan pahatan perahu yang terdapat di Lembata merupakan salah satu bukti budaya maritim sudah dikenal masyarakat pada masa lalu. Perahu sebagai sarana transportasi antarpulau difungsikan untuk bermigrasi ke wilayah luar dan masuk Lembata. Demikian juga perahu dapat difungsikan sebagai sarana bersubsistensi di laut guna mendapatkan binatang buruannya.
Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III 341 Denpasar, 25-26 September 2018
4. Simpulan
Lukisan (pictograph) dan pahatan (petroglyph) perahu yang terdapat di Lembata menunjukkan eksistensi masyarakat masa lalu terkait budaya maritim. Situs-situs tersebut sebagai bukti jejak awal maritim hingga saat ini yang dapat ditemukan. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mencari jejak maritim yang lebih tua dibanding situs-situs yang sudah ditemukan.
5. Ucapan terima kasih
Terima kasih kami haturkan kepada Ketua LPPM dan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang telah mendanai Penelitian Unggulan Program Studi (PUPS) pada Tahun Anggaran 2018.
Daftar Pustaka
Bawono, R.A, N K P Astiti Laksmi, Kristiawan, dan CP Titasari. 2018. Eksplorasi Tinggalan Arkeologi di Desa Hingalamamengi Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur. Laporan Penelitian. Tidak diterbitkan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Lembata
Jatmiko, 2015a.‖Situs Kobatuwa, Cekungan Soa (Flores Tengah): Padang Artefak Batu‖ dalam Flores dalam Lintas Budaya Prasejarah di Indonesia Timur. Hal: 19-37. Jakarta: Galangpress.
Jatmiko, 2015b.‖Liang Bua Gua Hunian Manusia Purba Homo Floresiensis‖ dalam Flores dalam Lintas Budaya Prasejarah di Indonesia Timur. Hal: 19-37. Jakarta: Galangpress.
Langley, M.C. and S. O‗Connor. 2016. An Enduring Shell Artefact Tradition from Timor-Leste: Oliva Bead Production from the Pleistocene to Late Holocene at Jerimalai, Lene Hara, and Matja Kuru 1 and 2. PLoS ONE 11(8).
O‘Connor, Sue, Julien Louys. Shimona Kealy. Hendri A. F. Kaharudin. 2018. ―Unusual Painted anthropomorph in Lembata island extends our
understanding of rock art diversity in Indonesia‖ dalam Artikel Rock Art
Research.
O‘Connor, Sue, Mattew Spinggs, dan Peter Veth. 2005. ―On the Cultural History of the Aru Islands: Some Conclusions‖ dalam Terra Australia Vol 22. p: 307-314.
Salim, Dafiudin. 2011. ―Konservasi Mamalia Laut (Cetacea) di Perairan Laut Sabu Nusa Tenggara Timur‖. Jurnal Kelautan Vol. 4 No. 1. Hal: 24-41.
342 Seminar Nasional Bahasa dan Budaya III Denpasar, 25-26 September 2018
West, Richard dan Lynn H Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis