PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL
ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI
DALAM STRUCTURED PACKING DAN
DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT
Disusun oleh:
Garry Sinawang
Lutfia
2309100030
2309100136
Dosen Pembimbing:
Krisis Energi Bahan Bakar Fosil Pengembangan Renewable Resources Bioethanol
LATAR BELAKANG
Metode Pengembangan Etanol: Fermentasi - Ekstraktif diharapkan dapat menghasilkan etanol 99% Evaluasi: 1. HETP minimun2. Pressure drop secara
teoritis
3. Jenis adsorbent
Penelitian Lanjutan
Kadar 99% belum tercapai Metode Lanjutan: Distilasi-Adsorpsi
Penelitian
Terdahulu (Mira Dyah) :
Kadar Etanol Tertinggi 73%
PENELITIAN TERDAHULU
Bravo dkk. (1985)
model efisiensi transfer massa pada structured packing
Shi dan Mersmann (1985)
menentukan liquid holdup dengan memperhitungkan luas area penampang packing tempat terjadinya transfer massa Rocha dkk (1996) permodelan untuk desain kolom distilasi Carlo dkk. (2006)
korelasi untuk evaluasi HETP pada kolom
distilasi
Rix dan Olujic (2008)
pressure drop pada berbagai jenis
packing
Orlando Jr. dkk. (2009)
hasil distilat optimum didapatkan dari reflux ratio yang sekecil
mungkin
Mira dan Diyah (2012)
distilasi
menggunakan packed bed steel wool dan adsorpsi dengan silica gel etanol hasil
fermentasi-ekstraktif berupa campuran ethanol, solvent (dodecanol dan octanol), air.
•
Mendapatkan pilihan adsorbent
yang baik untuk proses
adsorpsi.
TUJUAN PENELITIAN
•
Mendapatkan parameter HETP
untuk kolom distilasi
•
Membandingkan pressure drop
pada kolom secara perhitungan
teoritis
2. Mendapatkan pilihan adsorbent yang
lebih baik dari hasil membandingkan
penggunaan tiga jenis adsorbent (silica
gel, CaCl
2dan molecular sieve 3A).
MANFAAT PENELITIAN
1. Menghasilkan parameter optimal
(HETP dan pressure drop) yang
dibutuhkan untuk peralatan
distilasi sehingga dapat
menghasilkan etanol dengan kadar
yang tinggi
METODOLOGI PENELITIAN
Keterangan Ukuran
Diameter kolom distilasi 5 cm Tinggi kolom distilasi 60 cm Volume labu distilasi 500 ml Volume labu adsorpsi 500 ml Diameter kolom adsorpsi 2 cm Tinggi kolom adsorpsi 30 cm
Spesifikasi Kolom Distilasi dan Adsorpsi
DATA KESETIMBANGAN 1-PENTANOL – ETANOL – AIR PADA 101.3 KPA (MARIA J. FERNANDEZ, DKK) (1) 1-pentanol (2) ethanol Temp (K) x1 x2 y1 y2 Temp (K) x1 x2 y1 y2 393.35 0.914 0.075 0.509 0.309 359.95 0.352 0.527 0.013 0.737 376.55 0.716 0.268 0.196 0.657 378 0.805 0.1 0.206 0.264 365.85 0.503 0.465 0.085 0.796 375.25 0.752 0.098 0.158 0.233 358.95 0.301 0.661 0.014 0.9 368.9 0.616 0.221 0.106 0.416 353.55 0.092 0.865 0.009 0.932 354.15 0.117 0.688 0.01 0.771 354.55 0.136 0.793 0.012 0.888 356.45 0.136 0.42 0.01 0.569 355.75 0.193 0.739 0.012 0.886 355.05 0.129 0.569 0.013 0.676 357.55 0.256 0.691 0.014 0.87 357.95 0.26 0.456 0.011 0.602 359.65 0.324 0.617 0.013 0.842 361.65 0.399 0.337 0.055 0.493 361.75 0.412 0.53 0.014 0.82 364.15 0.467 0.25 0.076 0.384 364.95 0.506 0.441 0.074 0.725 366.65 0.522 0.124 0.088 0.211 368.65 0.583 0.351 0.101 0.644 365.85 0.469 0.115 0.095 0.196 378.65 0.803 0.184 0.194 0.502 362.7 0.368 0.207 0.063 0.328 370.65 0.667 0.207 0.104 0.413 360 0.256 0.306 0.046 0.435 362.85 0.452 0.363 0.062 0.558 357.5 0.183 0.396 0.009 0.541
Bahan – bahan yang digunakan
pada penelitian :
1. Etanol 2. Amil alkohol 3. Silica gel 4. CaCl2 5. Molecular sieve 3A
Variabel penelitian:
Distilasi
1. Suhu (rate uap) :
120 °C (4.3059 x 10-4 kg/s)
145 °C (4.8017 x 10-4 kg/s)
160 °C (5.3020 x 10-4 kg/s)
2. Reflux ratio : 0.26 ; 0.92
Adsorpsi
1. Jenis adsorbent : silica gel, CaCl2, dan molecular sieve 2. Daya (rate uap) :
120 °C (1.1617 x 10-3 kg/s)
140 °C (1.5341 x 10-3 kg/s)
Penelitian ini dilakukan pada
Kondisi:
1
. Tekanan 760 mmHg (atmosferik) 2. Feed : etanol - amil alkohol - air Penelitian menggunakan gaschromatography untuk
menganalisa kadar etanol di Laboratorium Energi Gedung Robotika dan Laboratorium Thermodinamika.
D
IAGRAM
A
LIR
P
ENELITIAN
Rate uap Rate liquid Distilasi Mengukur Konsentrasi Etanol Perhitungan HETP dan Pressure DropJenis adsorbent Rate uap Adsorpsi Mengukur Konsentrasi Etanol Kurva Breakthrough
Prosedur Penelitian
Distilasi
Mengulangi untuk variabel rate uap dan reflux ratio yang lain.
Mengecek keadaan peralatan distilasi,
memastikan semua valve tertutup.
Mengisi tangki feed dengan larutan campuran sebanyak 250 ml dengan komposisi 15% etanol, 80% amil alkohol, dan 5% air.
Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.
Menyalakan hot plate
untuk memanasi labu leher dua
Mengatur knop hot plate sesuai dengan rate uap yang ditentukan.
Menampung produk yang dihasilkan dan menganalisa kadarnya
Prosedur Penelitian
Adsorpsi
Mengulangi untuk variabel jenis adsorbent dan rate uap yang lain.
Mengecek keadaan peralatan adsorpsi, memastikan semua valve tertutup.
Mengisi tangki feed dengan larutan hasil distilasi
terbaik sejumlah 100 ml Mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor.
Menyalakan hot plate
untuk memanasi labu leher dua
Mengatur knop hot plate sesuai dengan rate uap yang ditentukan.
Menampung produk yang dihasilkan dan menganalisa kadarnya
TINJAUAN PUSTAKA
Distilasi
Pemisahkan komponen di dalam larutan yang mempunyai titik didih yang berbeda dan untuk larutan yang miscible (saling larut) dan volatile menjadi komponennya masing – masing.
Neraca Massa :
Tabel Karakteristik Serabut Logam (Steel Wool)
Packed Bed
Jenis Packing
Syarat-syarat jenis packing yang baik:
1. Memiliki luas permukaan per volume yang besar
2. Memiliki porositas yang besar
3. Memiliki bulk density yang rendah
4. Tahan korosi
5. Tidak mahal
Packed bed merupakan suatu
silinder panjang, biasanya berdiri tegak dan berisi packing yang diam di dalamnya.
Stainless Steel Wool
Karakteristik Stainless Steel Wool
Diameter 0.001 m
Surface Area 800 m2/m3
HETP (Height of Packing Equivalent to a Theoretical Plate)
HETP sering digunakan untuk mengukur performa kolom packed pada distilasi atau absorbsi
Variabel-variabel yang mempengaruhi HETP : • Tipe dan ukuran packing
• Kecepatan aliran masing – masing fluida • Konsentrasi fluida
• Diameter menara
• Sifat fisis bahan yang difraksinasi
• Perbandingan diameter menara dan diameter
packing
• Pressure drop adalah penurunan tekanan dari satu titik dengan satu titik lainnya pada pipa atau kolom.
• Persamaan Ergun bisa digunakan secara general untuk bilangan Reynolds rendah, intermediate, dan tinggi.
Pressure Drop
• Pada packed bed persamaan pressure
drop dapat dihitung menggunakan
Adsorpsi
• Fluida dikontakkan dengan partikel padat dan bulat yang selektif menyerap (adsorb) komponen tertentu dalam feed.
• Kurva breakthrough merupakan
evolusi/perubahan
konsentrasi larutan dalam fungsi parameter adsorpsi seperti waktu kontak
antara fasa cair dan
padat, konsentrasi pelarut dan temperatur.
• Padatan tersebut biasanya diletakkan dalam sebuah fixed bed, kemudian fluida dialirkan melewati bed hingga padatan tersebut hampir jenuh (saturated).
Rumus Molekul : C5-H12-O Bentuk : liquid
Berat Molekul : 88.15g/mol
Warna : jernih tak berwarna Titik Didih : 137.5°C (279.5°F) Titik Leleh : -79°C (-110.2°F) Suhu kritis : 313°C (595.4°F) Specific Gravity : 0.8146 (Water = 1) Tekanan Uap : 0.4 kPa (@ 20°C)
Kelarutan dalam air : 2.7 g/100 ml pada 22 ⁰C. Kelarutan : Larut dalam aseton.
Larut sebagian dalam air dingin, air panas.
Larut dengan alkohol, eter, dan kebanyakan pelarut organik
Silica Gel
• Merupakan butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat
berpori.
• Mencegah terbentuknya
kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi.
• Memiliki afinitas yang kuat untuk molekul air.
• Ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer.
• Dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis.
• Dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis.
Molecular Sieve
1. Berpori-pori kecil/halus dengan ukuran yang terstandarisasi dan seragam.
2. Dapat dengan selektif "melanjutkan" atau "menangkap" molekul-molekul yang lewat berdasarkan
besar-kecilnya ukuran molekul.
Molecular sieve berdasarkan kemampuan adsorpsinya : • 3A (pore size 3 Å) • 4A (pore size 4 Å) • 5A (pore size 5 Å) • 10x (pore size 8 Å) • 13X (pore size 10 Å) 3. Kemampuannya dalam menangkap
molekul H2O cukup tinggi (20-25% dari berat molekular sieve itu
sendiri).
4. Seperti glycol, dan amine, molecular sieve ini juga bisa diregenerasi
dengan metoda pemanasan dan
HASIL PENELITIAN
Distilasi
Dasar Perhitungan Teoritis yang Didapat (%) Kadar Etanol Suhu Operasi (⁰C)
HYSYS 73.14 80.01
Kurva kesetimbangan sistem etanol-1-pentanol-air
(Maria J. Fernandez dkk) 93.2 80.55
Pada penelitian ini, variabel distilasi yang digunakan antara lain rate uap sebesar: 4.3059 x 10-4 kg/s (suhu operasi 124 °C)
4.8017 x 10-4 kg/s (suhu operasi 145 °C)
5.3020 x 10-4 kg/s (suhu operasi 160 °C)
Proses ditilasi ini juga dilakukan pada dua macam reflux ratio yaitu 0.26 dan 0.92 untuk setiap rate uap.
Pemilihan reflux ratio tersebut untuk mewakili kondisi operasi reflux total dan reflux partial.
Pertimbangan pemilihan rate uap:
Saat penelitian dilakukan pada suhu 80-110 °C
larutan campuran menjadi uap tetapi tidak menuju kolom distilasi bagian atas.
Suhu 124 °C masih di bawah titik didih amil alkohol sehingga saat campuran diuapkan amil alkohol tidak ikut teruapkan.
Suhu 145⁰ C dan 160⁰ C suhu terletak di atas titik didih amil alkohol tetapi diharapkan agar dengan suhu yang cukup tinggi campuran cepat menguap menuju kolom bagian distilasi bagian atas.
Reflux Ratio Rate uap (kg/s) Kadar Ethanol (%vol) 0.92 4.3059 x 10-4 44.6605
0.92 4.8017 x 10-4 69.4336
0.92 5.3020 x 10-4 59.7107
Tabel Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada
Reflux Ratio 0.92
Gambar Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada
Reflux Ratio 0.92 44.6605 69.4336 59.7107 40 45 50 55 60 65 70 1.1897 1.3281 1.4675 K ad ar E tan ol (% vol ) Rate uap x 10-7 (kg/s)
Reflux Ratio Rate uap (kg/s) Kadar Ethanol (%vol) 0.26 4.3059 x 10-4 62.9087
0.26 4.8017 x 10-4 62.3127
0.26 5.3020 x 10-4 59.7107
Tabel Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada
Reflux Ratio 0.26
Gambar Kadar Etanol untuk setiap Rate Uap pada
Reflux Ratio 0.26 62.9087 62.3127 59.7107 40 45 50 55 60 65 70 1.1897 1.3281 1.4675 K ad ar E tan ol (% vol ) Rate uap x 10-7 (kg/s)
Kadar etanol tertinggi di antara dua variabel reflux ratio
0.92 dan 0.26 adalah sebesar 69.4336%, pada kondisi
operasi reflux ratio 0.92 dan rate uap 1.3281 x 10
-7(kg/s).
Pressure Drop
Pressure drop dapat dihitung menggunakan korelasi Ergun.
Evaluasi Pressure Drop
Rate Uap ΔP
(kg/s) (Pa/m) 4.3059 x 10-4 0.0027
4.8017 x 10-4 0.0032
5.3020 x 10-4 0.0037
Tabel Hasil Perhitungan Pressure Drop untuk Setiap Rate Uap menggunakan korelasi Ergun
Berdasarkan referensi Grafik 6.34. pada Treybal, hubungan antara flooding dan pressure drop pada berbagai jenis packed tower dapat dilihat bahwa untuk parameter pressure drop setiap rate uap sudah memenuhi
Pertama Nmin dihitung menggunakan Fenske Equation: di mana
HETP (Height of Packing Equivalent to a Theoretical Plate)
Perhitungan HETP diawali dengan penghitungan jumlah plate
Rmin dicari menggunakan Underwood Equation:
di mana
Nilai q didapatkan dari persamaan:
Kemudian nilai q disubstitusi ke persamaan
(didapatkan nilai ϕ)
Untuk mencari N dapat menggunakan Gilliland Equation:
di mana
HETP didapatkan dari persamaan 𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 = 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑗𝑗𝑗𝑗𝑘𝑘𝑘𝑘𝑗𝑗𝑗 𝑝𝑝𝑘𝑘𝑗𝑗𝑡𝑡𝑝𝑝
• untuk setiap rate uap dan reflux ratio sudah mendekati HETP steel
wool secara teoritis yaitu 0.13 m (data dari www.homedistiller.org) • adanya selisih hasil percobaan dengan teoritis adalah posisi
penataan steel wool saat percobaan sedikit berbeda dengan posisi penataan steel wool saat dilakukan perhitungan secara teoritis.
Kesimpulan HETP:
Reflux ratio 0.92 Reflux ratio 0.26
Rate uap (kg/s) N stages HETP (m) Rate uap (kg/s) N stages HETP (m) 4.3059 x 10-4 7 0.0857 4.3059 x 10-4 7 0.0857
4.8017 x 10-4 7 0.0857 4.8017 x 10-4 6 0.1
5.3020 x 10-4 5 0.12 5.3020 x 10-4 5 0.12
Evaluasi parameter Height of Packing Equivalent to a
Theoretical Plate (HETP)
Adsorpsi
Komposisi Campuran (%) Etanol Air Amil Alkohol
48.89 49.87 1.24
Tabel Komposisi Feed untuk Adsorpsi
Pengambilan sampel tiap variabel dilakukan setiap 15 menit sekali
Dilakukan hingga tidak ada yang produk yang keluar sehingga terjadi perbedaan jumlah sampel pada
Pertimbangan pemilihan suhu 120 °C dan 140 °C adalah :
1. Saat penelitian dilakukan pada suhu 80-110 °C yang terjadi adalah campuran menjadi uap tetapi tidak menuju kolom adsorpsi.
2. Suhu 120 °C masih di bawah titik didih amil alkohol
sehingga saat campuran diuapkan amil alkohol tidak ikut teruapkan dan suhu 140 °C suhu sudah melewati titik didihnya sehingga waktu campuran diuapkan akan ikut teruapkan semuanya.
MetodePemilihan Suhu Suhu Operasi (⁰C)
Titik Didih Etanol (Teoritis) 80
Penelitian 120 dan 140
Tabel Perbandingan Kondisi Operasi Teoritis dan Penelitian
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Silica Gel pada Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C)
Jenis Adsorbent t (menit) %
Etanol Air Amil Alkohol
Silica Gel 0 59.13 40.06 0.81 15 48.46 41.54 10.00 30 30.68 30.04 39.28 45 49.17 46.15 4.69 60 51.91 40.25 7.84
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Silica Gel pada Rate Uap 1.5341 x 10-3 kg/s (T= 140 °C)
Jenis Adsorbent t (menit) %
Etanol Air Amil Alkohol
Silica Gel 0 57.10 42.90 0.00 15 42.93 44.23 12.83 30 57.39 41.65 0.96 45 52.37 46.76 0.87 60 55.02 43.49 1.49
Silica Gel
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0 15 30 45 60 K ad ar E tan ol ( % ) t (menit) Silica Gel T=140 C Silica Gel T=120 C
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan
1. Adanya kapasitas maksimum penyerapan air yang dimiliki
silica gel.
Hasil kadar etanol yang kurang tinggi disebabkan beberapa faktor:
Gambar Kurva Moisture
Equilibrium untuk Silica Gel
Suhu RH Kapasitas maksimum air yang diserap (mL) (⁰C) (%) Teoritis Actual
120 25.45 8.95 9.81 140 13.98 2.44 6.97
Tabel Perbandingan Kapasitas Air yang Diserap Silica Gel
2. Suhu regenerasi berada di bawah suhu uap campuran silica gel.
Silica gel memiliki suhu
Molecular Sieve 3A
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A pada
Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C)
Jenis Adsorbent t(menit) %
Etanol Air Amil Alkohol
Molecular Sieve 3A 0 2.19 97.51 0.30 15 8.78 31.35 59.87 30 47.11 44.20 8.70 45 42.64 32.41 24.95 60 50.86 48.48 0.66 75 49.98 48.26 1.75
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A pada
Rate Uap 1.5341 x 10-3 kg/s (T= 140 °C)
Jenis Adsorbent t(menit) %
Etanol Air Amil Alkohol
Molecular Sieve 3A 0 47.89 38.04 14.07 15 59.75 38.38 1.87 30 48.68 43.22 8.10 45 27.85 53.16 19.00 60 18.83 80.89 0.28
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0 15 30 45 60 75 K ad ar E tan ol (% ) t (menit) Molecular Sieve T=140 C Molecular Sieve T=120 C
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan
Suhu regenerasi molecular sieve 3A yang berada pada kisaran 140-250 °C sehingga air yang sudah terserap pada molecular sieve 3A teruapkan kembali.
Suhu Kapasitas maksimum air yang diserap (mL) (⁰C) Teoritis Actual
120 2.01 1.39
140 11.39
Tabel Perbandingan Kapasitas Air yang Diserap Molecular Sieve
Pada hasil percobaan pada suhu 140 °C terjadi selisih dengan perhitungan teoritis, hal ini disebabkan karena karena saat percobaan ada sebagian air yang tidak
terserap oleh molecular sieve 3A tetapi hilang pada sambungan antara labu leher dua dan kolom adsorpsi
Calcium Chloride (CaCl
2)
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan CaCl2 pada Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C)
Jenis Adsorbent t(menit) %
Etanol Air Amil Alkohol
CaCl2 0 49.25 37.94 12.80 15 58.92 38.59 2.49 30 77.54 17.59 4.86 45 57.09 35.19 7.72 60 60.53 39.18 0.29 75 60.66 38.36 0.98 90 55.46 43.67 0.87 105 38.18 61.54 0.28
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan CaCl2 pada
Rate Uap 1.5341 x 10-3 kg/s (T= 140 °C)
Jenis Adsorbent t(menit) %
Etanol Air Amil Alkohol
CaCl2 0 61.42 38.30 0.28 15 42.11 55.86 2.03 30 11.21 86.00 2.78 45 0.36 68.06 31.58 60 0.24 94.79 4.97 75 0.51 73.37 26.12 90 0.33 97.17 2.50
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan CaCl2 Setiap 15 Menit
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 0 15 30 45 60 75 90 105 120 K ad ar E tan ol (% ) t (menit) CaCl2 T=140 C CaCl2 T=120 C
Kesimpulan Hasil Pemilihan Adsorbent
Adsorbent terbaik adalah molecular sieve 3A pada suhu 120 °C
Komposisi Campuran (%) Etanol Air Amil Alkohol
69.32 26.4 4.28
Tabel Komposisi Feed untuk Adsorpsi pada Keadaan Terbaik
Tabel Komposisi Hasil Adsorpsi dengan Molecular Sieve 3A pada
Rate Uap 1.1617 x 10-3 kg/s (T= 120 °C)
Jenis Adsorbent t(menit) %
Etanol Air Amil Alkohol
Molecular Sieve
0 76.44 23.56 0.00 15 76.44 23.56 0.00 30 81.23 8.62 10.15 45 63.32 31.79 4.88
Gambar Kadar Etanol pada Komposisi Hasil Adsorpsi dengan
Molecular Sieve 3A Setiap 15 Menit pada Keadaan Terbaik
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 0 15 30 45 K ad ar E tan ol (% ) t (menit) Molecular Sieve T=120 C
KESIMPULAN
1. Hasil dari penelitian pada bagian distilasi didapatkan etanol dengan kadar tertinggi pada variabel rate uap 1.3281 x 10-7 (kg/s) dan reflux
ratio 0.92 yaitu sebesar 69.4336% v/v.
2. HETP kolom untuk tiap rate uap dan reflux ratio sekitar 0.0875 – 0.1 m. 3. Pressure drop tiap rate uap dan reflux ratio masih memenuhi
ketentuan secara teoritis.
4. Adsorpsi yang paling baik menggunakan molecular sieve 3A dengan kadar etanol sebesar 81.23% v/v.
SARAN
Melakukan perbaikan alat distilasi maupun adsorpsi dengan cara melakukan penyambungan kolom dengan labu leher dua secara permanen.