• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dadiyono Amat Pawiro Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dadiyono Amat Pawiro Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Optimasi Biaya dan Waktu dalam Penyusunan Jadwal Pelaksanaan

Proyek (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung Pusat Kegiatan

Mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang)

Dadiyono Amat Pawiro

Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

E-mail: [email protected]

Suharyanto

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

E-mail: [email protected]

Pranoto Samto Atmojo

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275

E-mail: [email protected]

Abstract

Execution of conctruction project executed to pass selected project management system from planning phase until operation phase. Unfavorable scheduling system can cause the project to be inefficient. Execution of a construction project often needs to accelerate the duration of the project. Every effort to expedite the implementation of the project in general will result in increased project costs. This provides the necessary conditions so that the business dilemma that the project can be completed with optimum cost and time. The intention and purpose of this research is to accelerate the execution time by using the method of CPM overtime, so we get the optimal time and cost. This research method by forming a linear equation of the trajectory of the crisis and then analyzed by linier program LINDO. The results on the building construction

projects the PKM Universitas Diponegoro obtained optimum time of 133 days with a total cost of Rp. 6,252,074,822,-.

Keywords: Optimization, Project scheduling. Abstrak

Pelaksanaan suatu proyek konstruksi dilaksanakan melalui sistim manajemen proyek tertentu mulai dari tahap perencanaan sampai pengendalian. Penjadwalan yang kurang baik dapat menyebabkan proyek menjadi tidak efisien. Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi sering terjadi kebutuhan untuk mempercepat durasi proyek. Setiap usaha untuk mempercepat pelaksanaan proyek pada umumnya akan mengakibatkan kenaikan biaya langsung proyek. Hal ini memberikan kondisi yang dilematis sehingga diperlukan usaha agar proyek dapat diselesaikan dengan biaya dan waktu yang optimal. Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah mempercepat waktu pelaksanaan proyek dengan cara penambahan jam kerja menggunakan metode CPM, sehingga didapatkan waktu dan biaya yang optimal. Metode penelitian ini dengan membentuk persamaan linier dari lintasan krisis kemudian dianalisis dengan program linier LINDO. Hasil penelitian pada proyek pembangunan gedung PKM Universitas Diponegoro diperoleh waktu yang optimum 133 hari dengan biaya total Rp. 6,252,074,822,-.

(2)

Pendahuluan

Proyek konstruksi memiliki karakteristik unik yang tidak berulang. Kegiatan proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung pada lokasi tertentu, dengan alokasi sumber daya yang terbatas, dengan waktu yang tertentu/terbatas dan hasilnya bersifat unik (Hariyanto, 2003). Proyek juga memiliki tujuan khusus tertentu dan diselesaikan dengan mengikuti persyaratan yang jelas, waktu pengerjaan proyek dibatasi dengan saat dimulai dan selesainya. Selain itu, proyek juga memiliki batasan anggaran keuangan dan juga batasan sumberdaya, yaitu material, tempat, tenaga kerja, metode pelaksanaan dan peralatan. Sumberdaya direncanakan untuk mencapai sasaran proyek dengan batasan waktu, biaya dan mutu. Proyek yang siap dibangun, diupayakan sudah ditetapkan batasan teknis, waktu dan biaya. Menurut Kerzner (1989), terdapat tiga hal yang penting dalam proyek, yaitu mutu, biaya dan waktu. Waktu dan biaya merupakan dua hal yang penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu, karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan waktu pelaksanaan pekerjaan.

Pada setiap pelaksanaan proyek perlu adanya penanganan manajemen penjadwalan proyek yang baik. Suatu proyek dikatakan baik jika penyelesaian proyek tersebut efisien ditinjau dari segi waktu, biaya dan mutu. Dalam pelaksanaan suatu proyek sering kali timbul suatu pilihan dalam menentukan sumberdaya yang tepat. Setiap pilihan yang ditetapkan akan bermuara pada waktu, biaya dan mutu dari suatu proyek yang pada akhirnya akan berpengaruh pada waktu penyelesaian dan biaya keseluruhan proyek. Penjadwalan merupakan bagian dari perencanaan proyek konstruksi, dari penjadwalan akan tampak uraian pekerjaan, durasi setiap kegiatan, waktu mulai dan akhir kegiatan dan hubungan antar masing-masing kegiatan. Dengan diketahuinya kurun waktu pelaksanaan proyek, sering kali timbul pertanyaan apakah waktu penyelesaian proyek tersebut sudah optimal, atau dapatkah waktu penyelesaian proyek dipercepat (Soeharto, 1999). Untuk mengestimasi waktu dan biaya dalam sebuah proyek perlu dilakukan optimasi. Optimasi biasanya dilakukan untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada serta meminimalkan kendala namun tetap memperoleh hasil yang optimal.

Percepatan waktu pelaksanaan proyek pada umumnya akan mengakibatkan kenaikan biaya langsung proyek dibanding waktu pelaksanaan

normal, tetapi dapat juga membesarnya biaya langsung justru lebih kecil dari pada total biaya tidak langsung sehingga akan terjadi tawar menawar antar waktu dan biaya. Hal ini memberikan kondisi yang dilematis sehingga diperlukan usaha agar proyek dapat dilaksanakan dengan biaya dan waktu yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengoptimasi penjadwalan proyek dengan mempercepat waktu pelaksanaan dengan biaya percepatan yang minimum untuk menentukan waktu dan biaya total yang optimal dengan menggunakan metode Critical Path

Method (CPM).

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian terapan. Proses penelitian dari perumusan masalah, kajian pustaka, pencarian proyek untuk dijadikan media penerapan masalah, olah data dan pembahasan. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data proyek berupa Time Schedule dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dari PT. Jayaarnikon yang menangani pembangunan Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Diponegoro (PKM Undip) Semarang. Dari data proyek tersebut dapat ditentukan lintasan kritis dan kegiatan kritis serta dihitung biaya langsung percepatan dan cost slope. Kemudian disusun model matematisnya dan dianalisis dengan menggunakan program linier LINDO.

Hasil dan Pembahasan

Biaya pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Universitas Diponegoro berdasarkan RAB proyek diluar PPN adalah sebesar Rp. 6.255.263.161,-. Biaya pelaksanaan pekerjaan merupakan biaya fisik pekerjaan sesuai dengan harga pekerjaan yang dibuat oleh kontraktor diluar PPN, biaya ini juga merupakan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan dalam kondisi normal. Biaya pelaksanaan pekerjaan merupakan jumlah dari biaya material, biaya peralatan, upah pekerjaan sebesar Rp. 5.879.963.161,- dan

overhead sebesar Rp. 375.300.000,- Waktu

pelaksanaan normal adalah 135 (seratus tiga puluh lima) hari kalender.

Berdasarkan jaringan kerja (NWP) dengan waktu normal dan float dari setiap kegiatan dapat diketahui lintasan kritis dan kegiatan – kegiatan kritis. Perhitungan float tiap kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1.

(3)

Tabel 1. Perhitungan total float dan free fload

No Uraian kegiatan

Waktu (hari)

Paling cepat Paling lambat Total float

Free float Ket. Mulai Selesai Mulai Selesai

D ES EF LS LF TF FF

A Pekerjaan pematangan tanah

1 Pekerjaan persiapan K1 14 0 14 0 14 0 0 Kritis

2 Pekerjaan pematangan tanah K2 7 14 21 14 21 0 0 Kritis

B Pekerjaan pendopo

1 Pekerjaan tanah dan pondasi K3 7 21 28 21 58 30 0

2 Pekerjaan beton bertulang K4 14 28 42 58 72 30 0

3 Pekerjaan atap K5 21 42 63 72 93 30 0

4 Pekerjaan pasangan dan plesteran K6 14 63 77 93 114 37 0

5 Pekerjaan plapon K7 7 77 84 114 121 37 0

6 Pekerjaan lantai K8 7 84 91 121 128 37 0

7 Pekerjaan cat-catan K9 7 91 135 128 135 37 0

C Pekerjaan rg. UKM, rg. diskusi, selasar dan tangga

1 Pekerjaan tanah dan pondasi K10 14 21 35 21 35 0 0 Kritis

2 Pekerjaan beton bertulang K11 35 35 70 35 70 0 0 Kritis

3 Pekerjaan atap lantai 1 dan 2 K12 14 70 84 70 84 0 0 Kritis

4 Pek. pasangan dan plesteran lantai 1 dan 2 K13 14 84 98 84 98 0 0 Kritis

5 Pekerjaan plapon lantai 1 dan 2 K14 14 98 112 98 112 0 0 Kritis

6 Pekerjaan keramik lantai 1 dan 2 K15 14 98 112 98 125 13 0

7 Pekerjaan kusen lantai 1 dan 2 K16 14 112 126 112 126 0 0 Kritis

8 Pekerjaan saniter K17 9 126 135 126 135 0 0 Kritis

9 Pekerjaan cat-catan dll. K18 10 112 135 125 135 13 13

D Pekerjaan musholla

1 Pekerjaan tanah dan pondasi K19 7 21 28 21 72 44 0

2 Pekerjaan beton bertulang K20 14 28 42 72 86 44 0

3 Pekerjaan atap K21 14 42 56 86 100 44 0

4 Pekerjaan pasangan dan plesteran K22 7 56 63 100 107 44 0

5 Pekerjaan plapon K23 7 63 70 107 114 44 0 6 Pekerjaan keramik K24 7 70 77 114 121 44 0 7 Pekerjaan kusen K25 7 77 84 121 128 44 0 8 Pekerjaan saniter K26 7 84 135 128 135 44 44 9 Pekerjaan cat-catan dll. K27 7 84 135 128 135 44 44 E Pekerjaan kantin

1 Pekerjaan tanah dan pondasi K28 7 21 28 21 51 23 0

2 Pekerjaan beton bertulang K29 14 28 42 51 65 23 0

3 Pekerjaan atap K30 14 42 56 65 79 23 0

4 Pekerjaan pasangan dan plesteran K31 14 56 70 79 93 23 0

5 Pekerjaan plapon K32 7 70 77 93 100 23 0 6 Pekerjaan keramik K33 7 77 84 100 121 37 0 7 Pekerjaan kusen K34 7 84 91 121 128 37 0 8 Pekerjaan saniter K35 7 91 135 128 135 37 37 9 Pekerjaan cat-catan dll. K36 7 91 135 128 135 37 37 F Pekerjaan halaman

1 Saluran pas. B belah dan pelat penutup K37 14 63 77 93 114 37 0

2 Urugan sirtu halaman K38 14 77 91 107 121 30 0

3 Paving blok dan kantin K39 14 91 135 121 135 30 30

G Pek. mekanikal & elektrikal 1 Instalasi penerangan gedung

a. Lantai 01 K40 7 84 91 84 114 23 0

b. Kabel power K41 14 91 105 114 128 23 0

c. Lantai 02 K42 7 105 135 128 135 23 23

2 Instalasi air bersih

a. Lantai 01 K43 7 77 84 100 107 23 0

b. Lantai 02 K44 7 84 91 114 121 30 0

c. Ruang pompa K45 7 91 98 121 128 30 0

d. Ruang shaft K46 7 98 135 128 135 30 30

3 Water tower (atap) K47 14 91 135 128 135 30 30

4 Instalasi air bersih halaman K48 7 84 91 121 128 37 0

5 Instalasi air bekas, kotor, dan vant lt. 1 dan 2 K49 7 77 84 114 121 37 0 6 Penangkal petir jenis konvensional K50 7 91 135 128 135 37 37 7 Pemadam api ringan

a. Lantai 01 K51 2 112 114 125 133 19 0

b. Lantai 02 K52 2 114 135 133 135 19 19

8 Instalasi air condition

a. Lantai 01 K53 3 112 115 125 135 20 0

b. Lantai 02 K54 2 115 135 133 135 18 18

(4)

Dari jaringan kerja NWP dan perhitungan float dapat diketahui kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam lintasan kritis adalah:

1. Pekerjaan persiapan/K1

2. Pekerjaan pematangan tanah/K2

3. Pekerjaan tanah dan pondasi (rg. UKM, rg. diskusi)/K10

4. Pekerjaan beton bertulang/K11 5. Pekerjaan atap/K12

6. Pekerjaan pasangan dan plesteran/K13 7. Pekerjaan plafon/K14

8. Pekerjaan kusen/K16 9. Pekerjaan saniter/K1

Percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan pada penelitian ini dilakukan dengan menambah jam kerja dari waktu kerja yang telah ditetapkan untuk setiap harinya. Percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan dilakukan hanya untuk kegiatan yang berada di lintasan kritis, tidak semua kegiatan dipercepat.

Hasil perhitungan waktu normal, biaya normal, waktu crash, biaya crash dan cost slope dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Waktu dan biaya kondisi normal dan crash

Kegiatan Normal Crash Cost slope (Rp) Waktu (hari) Biaya langsung (Rp) Waktu (hari) Biaya langsung (Rp) K2 7 17.044.700,31 6 21.914.614,68 4.869.914,37 K3 7 3.157.326,38 6 4.059.419,63 902.093,25 K4 14 9.675.719,67 11 13.822.456,67 1.382.245,67 K5 21 31.721.614,20 16 46.827.144,77 3.021.106,11 K10 14 57.950.582,28 11 82.786.546,11 8.278.654,61 K11 35 228.775.012,53 27 333.357.875,40 13.072.857,86 K12 14 87.061.895,40 11 124.374.136,30 12.437.413,63 K13 14 269.319.838,75 11 384.742.626,80 38.474.262,68 K14 14 60.356.325,00 11 86.223.321,43 8.622.332,14 K15 14 127.800.882,70 11 182.572.689,60 18.257.268,97 K16 21 24.593.145,10 11 35.133.064,43 3.513.306,44 K17 9 5.336.236,40 7 7.707.897,02 1.185.830,31 K18 10 62.866.634,13 8 88.013.287,78 12.573.326,83 K28 7 3.652.303,38 6 4.695.818,63 1.043.515,25 K29 14 5.209.715,67 11 7.442.450,96 744.245,10 K30 14 18.554.467,80 11 26.506.382,57 2.650.638,26 K31 14 6.122.115,00 11 8.745.878,57 874.587,86 K32 7 3.679.525,00 6 4.730.817,86 1.051.292,86 K37 14 23.942.016,00 11 34.202.880,00 3.420.288,00 K38 14 2.682.750,00 11 3.832.500,00 383.250,00 K39 14 18.349.800,00 11 26.214.000,00 2.621.400,00 K40 7 26.765.000,00 6 34.412.142,86 7.647.142,86 K41 14 3.870.000,00 11 5.528.571,43 552.857,14 K42 7 19.855.000,00 6 25.527.857,14 5.672.857,14 K43 7 1.845.000,00 6 2.372.142,86 527.142,86 K44 7 1.382.500,00 6 1.777.500,00 395.000,00 K45 7 10.300.000,00 6 13.242.857,14 2.942.857,14 K46 7 885.000,00 6 1.137.857,14 252.857,14 1 0 0 2 14 14 3 21 21 42 136 136 7 35 35 11 70 70 15 84 84 23 98 98 27 112 112 38 126 126 K1 K2 K10 K11 K12 K13 K14 K16 K17 7 14 14 35 14 14 14 14 9

(5)

Untuk menganalisa percepatan waktu pelaksanaan proyek kita harus mengurai jaringan kerja (NWP) kedalam lintasan-lintasan kegiatan, sehingga dapat diketahui lintasan kritis yaitu lintasan dengan waktu penyelesaian yang terpanjang. Lintasan kegiatan:

K1→K2→K10→K11→K12→K13→K14→K16 →K17 merupakan lintasan kritis. Gambar 1 berikut menunjukan lintasan kritis.

Berdasarkan diagram jaringan kerja (NWP) dan Gambar 1 diatas serta waktu normal dan cost slope pada Tabel 2 maka dibuatkan model matematis sebagai berikut: a. Fungsi tujuan Min Z = 0 X1 + 4869914,37 X2 + 8278654,61 X10 + 13072857,86 X11 + 12437413,63X12 + 38474262,68 X13 + 8622332,14 X14 + 3513306,44 X16 + 1185830,31 X17 b. Fungsi batasan MPA1 = 0 X1 – MPA1 + MPA2 = 14 X2 – MPA2 + MPA10 = 7 X10 – MPA10 + MPA11 = 14 X11 – MPA11 + MPA12 = 35 X12 – MPA12 + MPA13 = 14 X13 – MPA13 + MPA14 = 14 X14 – MPA14 + MPA16 = 14 X16 – MPA16 + MPA17 = 14 X17 – MPA17 + SAP17 = 9 SPA17 = T X1 ≤ 0 X2 ≤ 1 X10 ≤ 3 X11 ≤ 8 X12 ≤ 3 X13 ≤ 3 X14 ≤ 3 X16 ≤ 3 X17 ≤ 2

Dengan T = waktu penyelesaian proyek yang diinginkan

Hasil perhitungan model matematik dengan beberapa waktu penyelesaian proyek perlu disederhanakan dalam bentuk tabel. Hasil yang berupa biaya langsung total percepatan dan percepatan waktu kegiatan ditampilkan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Waktu dan kegiatan yang dipercepat Waktu penyelesaian

proyek (hari)

Biaya langsung percepatan (Rp)

Kegiatan-kegiatan yang dipercepat

Nilai Xi Keterangan

135 0 Xi = 0 Keg. Normal

130 12.911.580,00 X16 = 3

X17 = 2

Kegiatan K16 dipercepat 3 hari Kegiatan K17 dipercepat 2 hari

126 42.617.460,00 X2 = 1

X10 = 3 X16 = 3 X17 = 2

Kegiatan K2 dipercepat 1 hari Kegiatan K10 dipercepat 3 hari Kegiatan K16 dipercepat 3 hari Kegiatan K17 dipercepat 2 hari

123 68.484.454,00 X2 = 1

X10 = 3 X14 = 3 X16 = 3 X17 = 2

Kegiatan K2 dipercepat 1 hari Kegiatan K10 dipercepat 3 hari Kegiatan K14 dipercepat 3 hari Kegiatan K16 dipercepat 3 hari Kegiatan K17 dipercepat 2 hari

117 145.015.300,00 X2 = 1 X10 = 3 X11 = 3 X12 = 3 X14 = 3 X16 = 3 X17 = 2

Kegiatan K2 dipercepat 1 hari Kegiatan K10 dipercepat 3 hari Kegiatan K11 dipercepat 3 hari Kegiatan K12 dipercepat 3 hari Kegiatan K14 dipercepat 3 hari Kegiatan K16 dipercepat 3 hari Kegiatan K17 dipercepat 2 hari

112 210.379.600,00 X2 = 1 X10 = 3 X11 = 8 X12 = 3 X14 = 3 X16 = 3 X17 = 2

Kegiatan K2 dipercepat 1 hari Kegiatan K10 dipercepat 3 hari Kegiatan K11 dipercepat 8 hari Kegiatan K12 dipercepat 3 hari Kegiatan K14 dipercepat 3 hari Kegiatan K16 dipercepat 3 hari Kegiatan K17 dipercepat 2 hari

109 325.802.400,00 X2 = 1 X10 = 3 X11 = 8 X12 = 3 X13 = 3 X14 = 3 X16 = 3 X17 = 2

Kegiatan K2 dipercepat 1 hari Kegiatan K10 dipercepat 3 hari Kegiatan K11 dipercepat 8 hari Kegiatan K12 dipercepat 3 hari Kegiatan K13 dipercepat 3 hari Kegiatan K14 dipercepat 3 hari Kegiatan K16 dipercepat 3 hari Kegiatan K17 dipercepat 2 hari

(6)

Tabel 4. Waktu percepatan dan biaya total proyek Waktu (hari) Biaya langsung normal (Rp) Biaya langsung crash (Rp) Overhead (Rp) Biaya total (Rp) Keterangan 135 5.879.963.161,- 0,- 375.300.000,- 6.255.263.161,- Normal 134 5.879.963.161,- 1.185.830,- 372.520.000,- 6.253.668.991,- 133 5.879.963.161,- 2.371.661,- 369.740.000,- 6.252.074.822,- Optimum 132 5.879.963.161,- 5.884.967,- 366.960.000,- 6.253.541.435,- 130 5.879.963.161,- 12.911.580,- 361.400.000,- 6.254.274.741,- 129 5.879.963.161,- 17.781.495,- 358.620.000,- 6.256.364.656,- 126 5.879.963.161,- 42.617.460,- 350.280.000,- 6.272.860.621,- 123 5.879.963.161,- 68.484.454,- 341.940.000,- 6.290.387.615,- 120 5.879.963.161,- 105.796.695,- 333.600.000,- 6.319.359.856,- 117 5.879.963.161,- 145.015.300,- 325.260.000,- 6.350.238.401,- 112 5.879.963.161,- 210.379.600,- 311.360.000,- 6.401.702.761,- 109 5.879.963.161,- 325.802.400,- 303.020.000,- 6.508.785.561,- Untuk menentukan waktu serta biaya yang

optimum selain biaya percepatan perlu juga diperhitungkan adanya biaya tidak langsung atau

overhead dan biaya langsung normal. Biaya

tidak langsung (overhead) perhari sebesar Rp. 2.780.000,-. Besarnya biaya percepatan dan biaya overhead serta biaya total untuk masing- masing waktu penyelesaian proyek ditampilkan pada Tabel 4.

Hubungan antara biaya total dan waktu pelaksanaan ditunjukkan pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Hubungan biaya total dan waktu pelaksanaan proyek.

Dari hasil optimasi biaya percepatan seperti yang ditampilkan pada Tabel 4 dan Gambar 2 terlihat jika waktu penyelesaian proyek dipercepat hingga kurang dari 130 hari, biaya percepatan akan meningkat/naik lebih besar. Sehingga apabila proyek dipercepat dengan waktu kurang dari 130

hari biaya percepatan akan jauh lebih besar dari pada pengurangan biaya tidak langsung (overhead).

Kesimpulan

Berdasarkan hasil optimasi biaya percepatan, biaya normal dan biaya overhead maka diperoleh waktu dan biaya yang optimal, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4 dan Gambar 2. Waktu penyelesaian proyek yang optimal adalah 133 hari dengan biaya total Rp. 6.252.074.822,-. waktu pelaksanaan proyek 2 hari lebih cepat dari waktu normal 135 hari atau 1,48% dan efisiensi biaya yang diperoleh sebesar Rp. 3.188.339,- dari biaya normal Rp. 6.255.263.161.25 atau 0,051%. Sedangkan kegiatan yang mengalami percepatan yaitu pekerjaan saniter.

Daftar Pustaka

Hariyanto, Bambang, 2003. Perencanaan Waktu

dan Biaya Proyek Konstruksi dengan Trade-Off,

Tesis Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Kerzner, H., 1989. Project Management, A System

Approach to Planning, Schedulling and

Controlling, Van Nostrand Reinhald.

Siswanto, 2007. Operations Research, Jilid 2. Erlangga, Jakarta.

Soeharto, Iman, 1999. Manajemen Proyek (dari

Konseptual sampai Operasional), Jilid I, Edisi 2,

Erlangga, Jakarta. Biaya Optimum

Gambar

Tabel 4. Waktu percepatan dan biaya total proyek  Waktu  (hari)  Biaya langsung normal (Rp)  Biaya langsung crash (Rp)  Overhead (Rp)  Biaya total (Rp)  Keterangan  135  5.879.963.161,-  0,-  375.300.000,-  6.255.263.161,-  Normal  134  5.879.963.161,-  1.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis SWOT aspek produksi, dapat disusun strategi sebagai pedoman untuk meningkatkan kinerja produksi dari UKM Batik di Kampung Batik Laweyan.

Pada tahap ini menunjukkan hasil bahwa dengan berat sendiri tanah, Sheet Pile dan beban traksi, pada bagian tebing jalan akan mengalami pergerakan total sebesar

Semarang menggunakan masukan berupa sensor DHT22 untuk membaca nilai suhu dan kelembapan udara pada kumbung budidaya jamur tiram, telah berhasil menonitor dan

Penelitiain menghitung total perubahan garis pantai yang telah terjadi dari tahun 2010 hingga 2020 serta menghitung perubahan abrasi dan akresi yang terjadi pada

Biaya yang dikeluarkan model Economic Production Quantity dalam kasus produksi barang yang tidak sempurna dan pengerjaan kembali serta pengembalian barang tanpa

Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui bahwa perlakuan Udang Putih berformalin yang direndam dengan larutan lengkuas 20% selama 60 menit dalam penyimpanan

kelompok mencit yang diberi ekstrak Annona muricata dapat bertahan hidup lebih lama dari pada kelompok kontrol yang tidak diberi pengobatan apapun, Untuk rata rata

11 Penelitian ini mengalami keterbatasan yaitu tidak terdapat kelompok kontrol yang hanya diberi pakan standar tanpa diberi perlakuan apapun sehingga tidak dapat