• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI DAN SEMANGAT KERJA DENGAN BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA. Mohammad Cipto Alim Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MOTIVASI DAN SEMANGAT KERJA DENGAN BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA. Mohammad Cipto Alim Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI DAN SEMANGAT KERJA DENGAN BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA

Mohammad Cipto Alim

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura

Abstract

Entrepreneurial activity is to improve the welfare of society in the sense to further improve people's lives better and quality . Entrepreneurship is very large role in the development of economic growth . The role of entrepreneurship has been tested by the economic crisis that hit Indonesia. To the university as an institution that became one of the community role models to encourage a culture of entrepreneurship . Universities are expected to also be able to create entrepreneurs who are reliable and ready to face all challenges , so as to give a boost to entrepreneurship intentions public , especially students to entrepreneurship as stock later . Based on this background, the purpose of this study was " to determine the motivation and morale through entrepreneurship bagimahasiswa " .

Keywords : Entrepreneurial, Motivation and Moral

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kewirausahaan merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan Masya-rakat dalam arti untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang lebih baik dan bermutu. Kewirausahaan sangat besar peranannya di dalam perkembangan pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, peran mahasiswa khususnya mahasiswa manajemen sangat besar maknanya bagi pengembangan ekonomi nasional. Dengan demikian seharusnya mahasiswa lebih memiliki niat

untuk menjalankan bisnis dengan kemadirian tinggi. (Tjahjono, 2008:2)

Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Peran kewirausahaan telah teruji dengan adanya krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia. Kewirausahaan yang berbasis pada ekonomi rakyat ternyata mampu bertahan dalam situasi yang sulit. Untuk itu perguruan tinggi sebagai lembaga yang

(2)

menjadi salah satu panutan masyarakat dapat mendorong budaya berwirausaha.

Perguruan tinggi diharapkan juga mampu menciptakan wirausaha- wirausaha yang handal dan siap menghadapi segala macam tantangan, sehingga mampu memberi dorongan niat masyarakat khususnya mahasiswa untuk berwirausaha. Mahasiswa sebagai komponen masyarakat yang terdidik, sebagai harapan masyarakat dapat membuka lapangan kerja, dengan menumbuhkan niat berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2)

Mahasiswa diharap dan mampu memiliki jiwa wirausaha yang tinggi, sehingga hal ini akan mampu membuka lapangan kerja yang lebih luas. Dengan kondisi tersebut, maka perguruan tinggi negeri maupun swasta untuk mampu menyiapkan anak didiknya, khususnya jurusan manajemen untuk menjadi wirausaha yang unggul. Mahasiswa, supaya tidak menggantungkan kerja di orang lain, tetapi diperlukan sebuah keberanian untuk membuka usaha sendiri atau berwirausaha. (Tjahjono, 2008:2). Kondisi seperti dijelaskan di atas, tentu menjadikan para mahasiswa berani mengambil keputusan untuk berwirausaha.

Bagi banyak orang, keputusan berwirausaha merupakan perilaku dengan keterlibatan tinggi (high involvement)

karena dalam mengambil keputusan akan melibatkan faktor internal seperti kepribadian, persepsi, motivasi, pembelajaran (sikap), faktor eksternal seperti keluarga, teman, tetangga dan lain sebagainya (norma subyektif). Kemudian mengukur kontrol keperilakuan yang dirasakan (perceived control behavior) yaitu suatu kondisi bahwa orang percaya tindakan itu mudah atau sulit untuk dilakukan dengan memahami berbagai risiko atau rintangan-rintangan yang ada apabila mengambil tindakan tersebut. (Tjahjono, 2008:2)

Di samping itu, menurut pengamat aktivitas kewirausahaan (Entrepreneurial activity) yang relatif masih rendah. Entrepreneurial activity diterjemahkan sebagai individu aktif dalam memulai bisnis baru dan dinyatakan dalam persen total penduduk aktif bekerja. Semakin rendah indek entrepreneurial activity maka semakin rendah level entrepreneurship suatu negara, dan dampaknya pada tingginya pengangguran. Kondisi di atas mengisaratkan betapa masalah pengangguran menjadi masalah yang sangat serius.

Beberapa pihak menyoal keberadaan lulusan perguruan tinggi saat ini (Siswoyo, 2009: 114). Menurut Hendarman, Direktur Kelembagaan Dikti Depdiknas menyatakan

(3)

”data pengangguran terdidik di Indonesia menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin rendah kemandirian dan semangat kewirausahaan-nya.” Pemerhati kewirausahaan menyatakan bahwa sebagian besar lulusan Perguruan Tinggi adalah lebih sebagai pencari kerja (job seeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan job creator).

Hal ini disebabkan sistem pembelajaran yang diterapkan di berbagai perguruan tinggi saat ini, yang umumnya lebih terfokus pada ketepatan lulus dan kecepatan memperoleh pekerjaan, dan memarginalkan kesiapan untuk menciptakan pekerjaan Ciputra (dalam Direktorat Kelembagaan Dikti, 2009) menyatakan: ” Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu jangan hanya diajarkan bagaimana bisa bekerja dengan baik, tetapi dipacu untuk bisa menjadi pemilik dari usaha-usaha sesuai latar belakang ilmu mereka,”.

Pendidikan harus dijalankan dengan kreatif. Pendidikan kewirausahaan harusnya membekali mahasiswa untuk mandiri dan tidak berorientasi menjadi pencari kerja ketika yang bersangkutan menyelesaikan studinya. Hal ini menurut Sadino (2008) dalam Siswoyo (2009: 115) mengatakan sebagai dampak dari sistem pendidikan Indonesia yang kebanyakan masih

menggunakan prinsip belajar untuk tahu, bukan untuk melakukan sesuatu.

Fenomena di atas seharusnya dapat dijadikan bahan pemikiran, bagaimana agar dapat menciptakan lapangan kerja baru yang dapat menampung karyawan, tidak lagi berpikir untuk mempersiapkan diri menjadi calon karyawan yang mencari pekerjaan, terutama bagi individu yang terdidik, misalnya mahasiswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas,maka dapat dirumuskan bahwa pentingya motivasi, dan semangat kerja melalui berwirausaha di kalangan mahasiswa.

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Wirausaha

Pengertian wirausaha lebih lengkap dinyatakan oleh Schumpeter adalah

entrepreneur as the person who destroys the existing economic order by introducing new products and services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials. ( Buchari Alma, 2004:21). Jadi menurut Schumpeter wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang

(4)

baru ataupun bisa pula dilakukandalam organisasi bisnis yang sudah ada.

Para ekonom klasik, termasuk Karl Marx, mengidentifikasikan wirausaha sebagai kapitalis (wirausaha-kapitalis). Sedangkan para ekonom lainnya, mengidentifikasi wirausaha sebagai seorang pekerja khusus pengelola perusahaan (wirausaha manajer/pekerja). (Röpke, 1995:16) .

Wirausaha adalah kemampuan seseorang dalam menciptakan nilai tambah dengan kreativitas dan inovasi dengan segala keberanian untuk menanggung segala resiko dengan visi yang jelas, lebih menyukai untuk mencoba sesuatu tanpa banyak beralasan.

Motivasi

Menurut Russell M. Knight (1983), dalam studinya di Kanada motivasi seorang wirausaha tidak hanya financial incentive , tetapi oleh keinginan untuk melepaskan diri dari lingkungan yang tidak sesuai, disamping guna menemukan arti baru bagi kehidupannya. Faktor motivasi tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

1. The forign refugee. Peluang-peluang ekonomi dinegara lain yang lebih menguntungkan sering kali mendorong orang untuk meninggalkan negaranya yang tidak stabil secara politis untuk berwirausaha disana.

2. The corporate refugee. Pekerja-pekerja yang tidak puas dengan lingkungan perusahaannya merasa bahwa kepuasan kerjanya akan meningkat dengan memolai dan menjalankan bisnis sendiri.

3. The parental (paternal) refugee. Banyak individu yang memperoleh pendididkan dan pengalaman dari bisnis yang dibangun oleh keluarganya sejak ia masih anak-anak. Mereka biasanya akan berusaha untuk mencoba bisnis lain daripada yang selama ini dikerjakan oleh keluarga.

4. The feminist refugee. Para wanita yang merasa telah mendapatkan perlakuan diskriminatif dibandingkan kaum pria, baik dalam sistem pendidikan, lingukngan perusahaan, maupun dalam masyarakat, akan berusaha membuktikan bahwa dirinya mampu. Caranya dengan mendirikan sendiri perusahaan.

5. The housewife refugee. Para ibu rumah tangga yang pada awalnya sibuk mengurus rumah tangganya mencoba membantu suaminya dalam keuangan karena kebutuhan-kebutuhan anak-anak yang makin dewasa makin besar. Mereka biasanya akan mencoba bisnis kecil-kecilan dengan dibantu oleh anggota keluarga lainnya.

(5)

6. The society refugee. Anggota masyarakat yang tidak setuju dengan kondisi lingkungannya biasanya akan mencoba usaha yang tidak terikat dengan lingkungan yang ada.

7. The educational refugee. Banyak orang yang gagal dalam studinya atau mereka yang tidak cocok dengan sistem pendidikan yang ada menjadi terpacu untuk berwirausaha.

Banyak faktor yang dapat memptivasi seseorang menjadi wirausaha, salah satu kunci untuk dapat mengetahui faktor tersebut adalah dengan memahami apa yang orang butuhkan. Orang dapat dimotivasi oleh apa saja, tetapi tidak semuanya dimotivasi oleh sesuatu yang sama.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian

library reseach dan studi pustaka yang mengemukakan kajian teori tentang bagaimana menumbuhkan motivasi dan semangat kerja mahasiswa dalam berwirausaha.

PEMBAHASAN

Karakteristik Kewirausahaan

Wirausahawan yang unggul mampu menciptakan kreativitas dan inovasi sebagai dasar untuk hidup, tumbuh dan berkembang

umumnya memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang merupakan proses jangka panjang berdasarkan pengalaman dan pendidikan. Beberapa karakteristik yang melekat pada diri wirausahawan (Zimmerer, and Scarborough, 1998; Kuratko & Hoodgets, 2007) sebagai berikut:

1. Desire for responsibility

Wirausaha yang unggul merasa bertanggungjawab secara pribadi atas hasil usaha yang dia lakukan. Mereka lebih dapat mengendalikan sumberdaya sumberdaya yang dimiliki dan menggunakan sumberdaya tersebut untuk mencapai cita-cita. Wirausaha yang berhasil dalam jangka panjang haruslah memiliki rasa tanggung jawab atas usaha yang dilakukan. Kemampuan untuk menanggung risiko usaha se perti: risiko keuangan, risiko teknik adakalanya muncul, sehingga wirausaha harus mampu meminimalkan risiko.

2. Tolerance for ambiguity

Ketika kegiatan usaha dilakukan, mau-tidak mau harus berhubungan dengan orang lain, baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok bahan, pemasok barang, penyalur, masyarakat, maupun aturan legal formal. Wirausaha harus mampu menjaga dan mem pertahankan hubungan baik dengan stakeholder.

(6)

Keberagaman bagi wirausaha adalah sesuatu hat yang biasa. Kemampuan un tuk menerima keberagaman merupakan .suatu ciri khas wirausaha guna menjaga kelangsungan hidup bisnis atau perusahaan dalam jangka panjang. 3. Vision

Wirausaha yang berhasil selalu memiliki cita-cita, tujuan yang jelas kedepan yang harus dicapai secara terukur. Visi merupakan filosofi, cita-cita dan motivasi mengapa perusahaan hidup, dan wirausaha akan menterjemahkan ke dalam tujuan, kebijakan, ang garan, dan prosedur kerja yang jelas. Wirausaha yang tidak jelas visi kedepan ibarat orang yang berjalan tanpa arah yang jelas, se hingga kecenderungan untuk gagal sangat tinggi.

4. Tolerance for failure

Usaha yang berhasil membutuhkan kerja keras, pengorbanan baik waktu biaya dan tenaga. Wirausaha yang terbiasa dengan kreativitas dan inovasi kadangkala atau bahkan sering mengalami ketidakberhasilan. Proses yang cukup panjang dalam mencapai kesuksesan tersebut akan meningkatkan kepribadian toleransi terhadap kegagalan usaha.

5. Internal locus of control

Didalam diri manusia ada kemampuan untuk mengendalikan diri yang dipengaruhi oleh internal diri sendiri. Wirausaha yang unggul adalah yang

memiliki kemampuan untuk

mengendalikan diri dari dalam dirinya sendiri. Kerasnya tekanan kehidupan, persaingan binis, perubahan yang begitu cepat dalam dunia bisnis akan meningkatkan tekanan ke jiwaan balk mental, maupun moral dalam kehidupan kesehari an. Wirausaha yang mampu mengendalikan dirinya sendiri akan mampu bertahan dalam dunia bisnis yang makin komplek.

6. Continuous Improvement

Wirausaha yang berhasil selalu bersikap positif, mengangap pengalaman sebagai sesuatu yang berharga dan melakukan perbaikan terus-menerus. Pengusaha selalu mencarihal-hal baru yang akan memberikan manfaat balk dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Wirausaha memiliki tenaga, keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif yang akan membawa konsekuensi menguntungkan dimasa depan.

7. Preference for moderate risk

Dalam kehidupan berusaha, wirausaha selalu berhadapan dengan intensitas

(7)

risiko. Sifat wirausaha dalam menghadapi resiko dapat digolongkan ke dalam 3 macam sifat mengambil resiko, yaitu Risk Seeking (orang yang suka dengan risiko tinggi), Moderat Risk (orang yang memiliki sifat suka mengambil risiko sedang), dan Risk Averse (orang memiliki sifat suka menghindari risiko). Pada umumnya wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan untuk memilih risiko yang moderate/sedang, di mana ketika mengambil keputusan memerlukan pertimbangan yang matang, hal ini seja lan dengan risiko wirausaha yang apabila mengalami kegagalan di tanggung sendiri. Wirausaha akan melihat sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman pribadi yang disesuaikan dengan perubahan lingkungan (Zimmerer, and Scarborough, 1998) 8. Confidence in their ability to success

Wirausaha umumnya memiliki keyakinan yang cukup tinggi atas kemampuan diri untuk berhasil. Mereka memiliki kepercayaan yang tinggi untuk meiakukan banyak hal dengan baik dan sukses. Mereka cenderung untuk optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisme, biasanya berdasarkan kenyataan. Tanpa keyakinan kepercayaan untuk sukses

dan mampu menghadapi tantangan akan menurunkan semangat juang dalam melakukan bisnis.

9. Desire for immediate feedback

Perkembangan yang begitu cepat dalam kehidupan usaha wirausaha untuk cepat mengantisipasi perubahan yang terjadi agar mampu bertahan dan berkembang. Wirausaha pada umumnya memiliki keinginan untuk mendapatkan respon atau umpan balik terhadap suatu permasalahan. Persaingan yang begitu ketat dalam dunia usaha menuntut untuk berpikir cerdas, cepat menanggapi perubahan. Wirausaha memiliki kecenderungan untuk mengetahui sebaik apa ia bekerja dan mencari pengakuan atas prestasi secara terus-menerus.

10. High energy level

Wirausaha pada umumnya memiliki energi yang cukup tinggi dalam melakukan kegiatan usaha sejalan dengan risiko yang ia tanggung. Wirausaha memiliki semangat atau energi yang cukup tinggi dibanding kebanyakan orang. Risiko yang harus ditanggung sendiri mendorong wirausaha untuk bekerja keras dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Bergairah dan mampu menggunakan

(8)

daya geraknya, ulet tekun dan tidak mudah putus asa.

11. Future orientation

Keuntungan usaha yang tidak pasti mendorong wirausaha selalu melihat peluang, menghargai waktu dan berorientasi kemasa depan. Wirausaha memiliki kecenderungan melihat apa yang akan dilakukan sekarang dan besuk, tidak begitu mempersoalkan apa yang telah dilakukan kemarin. Wirausaha yang unggui selalu berusaha memprediksi perubahan dimasa depan guna meningkat kan kinerja usaha. 12. Skill at organizing

Membangun usaha dari awal memerlukan kemampuan mengor-ganisasi sumber daya yang dimiliki berupa sumber-sumber ekonomi berujud maupun sumber ekonomi tak berujud untuk mendapat manfaat maksimal. Wirausaha memiliki keahlian dalam melakukan organisasi balk orang maupun barang. Wirausaha yang unggul ketika memiliki kemampuan portofolio sumber daya yang cukup tinggi untuk dapat bertahan dan berkembang.

13. High Commitment

Memunculkan usaha baru

membutuhkan komitmen penuh yang tinggi agar berhasil. Disiplin dalam

bekerja dan pada umumnya wirausaha membenamkan diri dalam kegiatan tersebut guna keberhasilan cita-citanya. Scarborough, et.all (2006) mengungkap kan step, langkah terakhir seorang wirausaha untuk meningkat kan kreativitas pendorong kewirausahaan adalah “work, work, work,….”

14. Flexibility

Perubahan yang begitu cepat dalam dunia usaha mengharuskan wirausaha untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan apabila tetap ingin berhasil. Kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan merupakan modal dasar dalam berusaha, bertumbuh dan sukses. Fleksibilitas berhubungan dengan kolega seperti; kemampuan menyesuaikan diri dengan perilaku wirausaha lain, kemampuan bernegosiasi dengan kolega mencerminkan kompetensi wirausaha yang unggul.

Motivasi

Menurut Merle J. Moskowits: Motivasi adalah inisiasi dan pengarah tingkah laku, dan studi tentang motivasi adalah merupakan studi tentang ilmu tingkah laku manusia.

(9)

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja

1. Faktor Bawaan (heredity)

Seseorang bekerja keras karena faktor bawaan seperti halnya bermain pada masa anak. Bekerja adalah bentuk aktivitas yang melibatkan fungsi fisik dan mental dalam upaya mendapatkan kepuasan (Mc. Gregor).

2. Faktor Kebutuhan Manusia

Besar kecilnya usaha mencapai tujuan dipengaruhi oleh mendesak-tidaknya kebutuhan individu terhadap sesuatu. Makin mendesak kebutuhannya (needs) makin besar motif (dorongan) sehingga makin besar usaha untuk mencapainya. 3. Faktor Kepuasan Kerja

Sumber kepuasan kerja (satisfier atau motivator):

- Prestasi kerja

- Penghargaan/pengakuan - Pekerjaan itu sendiri - Tanggung jawab - Kemajuan

- Pengembangan potensi individu. Sumber ketidakpuasan kerja adalah:

- Kebijakan (policy) organisasi dan administrasi - Cara-cara pengawasan - Upah - Hubungan - Kondisi kerja - Keamanan kerja - Status

Pemaknaan terhadap“kerja” secara utuh

- Bekerja adalah ibadahnya manusia - Bekerja adalah kesempatan mengabdi

dan menjadi berguna bagi - keluarga,masyarakat dan negara. - Pekerjaan adalah karunia Tuhan yang

patut disyukuri dengan cara bekerja - sebaik-baiknya.

- Bekerja dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.

Penerapan “hadiah” dan “hukuman” Penerapan pemberian hadiah (reward) dan hukuman (punishment) yang tidak konsisten dan tidak tepat bisa berakibat menurunnya motif kerja karyawan.

Asumsi pimpinan terhadap staf (bawahan)

Mc. Gregor mengemukakan Teori X dan Teori Y

Teori X :

a. Rata-rata karyawan malas tak suka bekerja.

b. Karyawan cenderung tak berambisi meraih prestasi optimal dan menghindar dari tanggung jawab.

(10)

c. Karyawan suka dibimbing, diperintah, diawasi dalam bekerja.

d. Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dari pada tujuan organisasi.

Teori Y :

a. Karyawan rata-rata rajin bekerja dan merasa kesal kalau tak bekerja.

b. Umumnya karyawan suka memikul tanggung jawab dan mencari metode kerja yang terbaik.

c. Umumnya karyawan berusaha mewujudkan tujuan organisasi, dengan memberi kontribusi sebesar-besarnya dalam pencapaian tujuan.

Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-`ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan.

Ciri-ciri seorang wirausaha adalah: - Percaya diri

- Berorientasikan tugas dan hasil - Pengambil risiko

- Kepemimpinan - Keorisinilan

- Berorientasi ke masa depan - Jujur dan tekun

Sifat-sifat seorang wirausaha adalah: - Memiliki sifat keyakinan,

kemandirian, individualitas, optimisme.

- Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki inisiatif. - Memiliki kemampuan mengambil

risiko dan suka pada tantangan. - Bertingkah laku sebagai pemimpin,

dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.

- Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas. - Memiliki persepsi dan cara pandang

yang berorientasi pada masa depan. - Memiliki keyakinan bahwa hidup itu

sama dengan kerja keras.

Sikap Wirausaha

Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:

(11)

Disiplin

Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

Komitmen Tinggi

Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri

maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya. Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadap konsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.

Jujur

Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran

(12)

mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan oleh wirausahawan. Kreatif dan Inovatif

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

Mandiri

Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya

ketergantungan pihak lain

dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap

mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.

Realistis

Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

Semangat kerja

Hasley (2001) menyatakan bahwa semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan kekerasan yang memungkinkan seorang karyawan untuk menghasilkan kerja yang lebih baik tanpa menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan antusias ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha kelompok sekerjanya, dan membuat karyawan tidak mudah kena pengaruh dari luar, terutama dari orang-orang yang mendasarkan sasaran mereka itu atas

(13)

tanggapan bahwa satu-satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya darinya dan memberikan sedikit mungkin kerugian.

Sedangkan Siswanto (2000, p.35), mendefinisikan semangat kerja sebagai psikologis seseorang. Semangat kerja dianggap sebagai keadaan psikologis yang baik bila semangat kerja tersebut menimbulkan kesenangan yang mendorong seseorang untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Nitisemito (2002, p.56), definisi dari semangat kerja adalah seseorang yang menunjang dirinya untuk melakukan pekerjaan lebih cepat dan lebih baik di dalama sebuah perusahaan.

Aspek-aspek Semangat Kerja

Aspek-aspek semangat kerja perlu untuk dipelajari karena aspek-aspek ini mengukur tinggi rendahnya semangat kerja. Menurut Maier (1999, p.180), Seseorang yang memiliki semangat kerja tinggi mempunyai alasan tersendiri untuk bekerja yaitu benar-benar menginginkannya. Hal ini mengakibatkan orang tersebut memiliki kegairahan kualitas bertahan dalam menghadapi kesulitan untuk melawan frustasi, dan untuk memiliki semangat

berkelompok. Menurut Maier (1999, p.184), ada empat aspek yang menunjukkan seseorang mempunyai semangat kerja yang tinggi, yaitu :

a. Kegairahan

b. Kekuatan untuk melawan frustasi c. Kualitas untuk bertahan

d. Semangat kelompok

PENUTUP Kesimpulan

Motivasi dan semangat kerja sangat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap minat wirausaha seseorang khususnya para mahasiswa. Materi kewirausahaan memberikan ilmu pengetahuan mengenai wirausaha sangatlah penting untuk diajarkan oleh para pendidik khususnya para dosen pengajar mata kuliah kewirausahaan tersebut kepada mahasiswa. Disatu pihak ini menjadi sebuah tantangan bagaimana caranya untuk menumbuhkan jiwa berwirausaha terhadap orang banyak,namun dilain pihak ini menjadi sebuah keharusan bagi para pendidik untuk memperkenalkan, mengajarkan, dan memberikan ilmu pengetahuan mengenai wrausaha dan bagaimana kita bisa terjun ke dunia tersebut dalam hal ini dunia usaha itu sendiri.

(14)

Saran

Sebagai mahasiswa, pengetahuan tentang kewirausahaan memang harus dimiliki, karena memang setiap mahasiswa memperoleh mata kuliah tentang kewirausahaan. Namun untuk menumbuh-kan jiwa wirausahawan terhadap setiap orang khususnya para mahasiswa memang sangat sulit, apa lagi bisa sampai terjun ke dunia tersebut yaitu dunia usaha. Dalam hal ini peran pendidik sangatlah penting untuk

memperkenalkan bagaimana sebenarnya dunia usaha tersebut. Untuk itu, mengajarkan ilmu pengetahuan tentang wirausaha tidak hanya berdasarkan teori, akan tetapi harusnya lebih pada pengimplementasiannya. Karena setiap orang khususnya para mahasiswa memiliki cara pandang tersendiri mengenai hal bagaimana ia bisa terjun dan memerankan peran sebagai wirausahawan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Avin Fadilla Helmi, Modul Kewirausahaan, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. 2007

Buchari, Alma, Kewirausahaan, Bandung :Alfabeta. 2009 Daft, Richard, Manajemen, Salemba 4, 2006.

Irawan, Andi, Kewirausahaan UKM Pemikiran dan Pengalaman, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007

Kuntjoro Mudrajad, Modul MK Kewirausahaan, Yogyakarta: FE UGM.. 2008 Kasali Rhenald, dkk, Modul Kewirausahaan, Bandung : Hikmah. 2010

Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2007

Referensi

Dokumen terkait