• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Prawirokusumo (1990) ilmu usaha tani memperlajari bagaimana membuat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN KEPUSTAKAAN. Prawirokusumo (1990) ilmu usaha tani memperlajari bagaimana membuat dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

10

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Usaha Tani

Usaha tani merupakan organisasi dari alam, kerja dan modal yang di tujukan bagi produksi di lapangan pertanian (Hermanto,1993). Menurut Prawirokusumo (1990) ilmu usaha tani memperlajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada suatu usaha peternakan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh manajer atau keluarga pertanian atau peternak tersebut. Ilmu usaha tani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi (Soekartawi,2006). Atas dasar pengertian ini dapat dikatakan bahwa usahatani ini menyelidiki cara seorang petani sebagai pengusaha, menyusun, mengatur dan menjalankan perusahaan itu.

Corak usahatani dibedakan menjadi dua bagian yaitu: (1) Pertanian rakyat yaitu pertanian yang diusahakan sebagai pertanian keluarga, dimana hasil produksinya berupa bahan makanan utama, (2) Perusahaan pertanian yaitu usaha pertanian untuk memproduksi hasil tertentu dengan sistem pertanian seragam dibawah manajemen terpusat dengan mempergunakan metode-metode ilmiah dan teknis pelaksanaan yang efesien dengan tujuan utama mencapai keuntungan sebesar-besarnya (Mubyarto,1989).

2.2 Usaha Ternak

Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pebangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik,

(2)

11

dimana pasar domestik akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Semakin meningkatnya pendapatan penduduk maka permintaan produk-produk peternakan mengalami peningkatan. Peternakan merupakan bagian dari usaha pertanian dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik berupa tanah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Usaha ternak merupakan unsur kegiatan produksi dalam ekonomi peternakan dengan memeperhatikan efesien dan kelanggengan keuntungan dengan tujuan akhir untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Kemudian menurut Rasyaf (1994), usaha ternak adalah kegiatan memlihara hewan ternak untuk dibudidayakan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut.

Usaha ternak domba secara keseluruhan merupakan gabungan dari 4 subsistem usaha peternakan, yaitu subsistem agribisnis hulu dengan kegiatan pokoknya yaitu menghasilkan sarana produksi peternakan dan usaha pembibitan beserta usaha perdagangannya. Subsistem ke 2 adalah subsistem budidaya agribisnis dengan kegiatan di dalamnya yaitu usaha penggemukan atau peningkatan produktivitas ternak. Subsistem ke 3 adalah subsistem agribisnis hilir dengan kegiatan didalamnya yaitumengolah dan memperdagangkan hasil ternak diantaranya industri pemotongan,pengalengan daging,penyamakan kulit dan industri berbahan dasar kulit beserta kegiatan perdagangannya. Subsistem ke 4 adalah subsistem jasa penunjang yang berfungsi menunjang kegiatan di subsistem lainnya, misalnya perbankan, asuransi, transportasi, jasa konsultasi, serta kegiatan penelitian dan pengembangan (Sodiq dan Abidin,2008).

Usaha ternak tradisional dipandang sebagai suatu alternatif pendapatan tambahan para petani dalam upaya mengoptimasi pemanfaatan tenaga kerja keluarga petani (Atmadilaga,1975). Ditambahkan pula, bahwa usaha ternak

(3)

12

tradisional adalah suatu kegiatan usaha dalam memanfaatkan ternak dengan cara statis menurut tradisi yang telah ada, tanapa sepenuhnya mengikuti prinsip ekonomi.

Kondisi peternakan rakyat dalam pemeliharaan ternak pada umumnya merupakan suatu pemanfaatan yang nantinya diharapkan bisa memberikan keuntungan bagi petani yang mengusahakannya. Keuntungan tersebut berupa kesempatan dalam memanfaatkan waktu kosong, pemanfaatan hasil ikutan, dan juga kesempatan kerja bagi buruh tani untuk mendapatkan upah buruh (Atmadja,1972). Keuntungan dalam pemanfaatan waktu kerja kosong dalam usaha ternak domba juga dapat dioptimalkan dengan cara penentuan skala usaha ternak yang optimal.

2.3 Ternak Domba

Domba adalah hewan ruminansia kecil. Secara umum, klasifikasi domba adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Genus : Ovis Spesies : Ovis aries.

Domba yang dipelihara oleh masyarakat Indonesia umumnya merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang memiliki tingkat daya adaptasi yang baik pada iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Sumoprastowo (1987), mengatakan bahwa domba lokal mempunyai perdagingan yang sedikit dan disebut juga domba kampung atau domba negeri.

(4)

13

Domba lokal memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, lambat deawasa, hasil karkas relatif sedikit, warna bulu tidak seragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam. Bobot badan dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan persentase karkas 44-49 %. (Tiesnamurtin,1992). Menurut Sugeng (1987) secara umum jumlah makanan hijauan untuk domba dewasa yaitu sebanyak 10 % berat hidup, dan makanan penguat diberikan sebanyak 1%.

Menurut Tomaszewska et al.(1993), ternak domba mempunyai Beberapa keuntungan dilihat dari segi pemeliharaannya, yaitu cepat berkembangbiak, dapat beranak lebih dari satu ekor dan dapat beranak dua kali dalam setahun, berjalan dengan jarak yang lebih dekat saat digembalakan sehingga mudah dalam pemberian pakan, pemakan rumput, kurang memilih pakan yang diberikan dan kemampuan merasa tajam sehingga lebih mudah dalam pemeliharaan, sumber pupuk kandang dan sebagai sumber keuangan untuk membeli keperluan peternak atau memenuhi kebutuhan rumah tangga yang mendadak.

Menurut Suradisastra (1993), ternak domba di Indonesia mempunyai peranan yang kompleks didalam sistem pertanian. Selain menghasilkan bahan pangan hewani, domba juga menghasilkan pupuk untuk menyuburkan tanah sebagai sumber pendapatan peternak, memenuhi kebutuhan material adat dan dan hiburan petani. Adapun keuntungan memelihara domba menurut Davendra (1993) antara lain sebagai pendapatan tambahan, menyediakan protein hewani (susu dan daging), sebagai tabungan sehingga menciptakan rasa aman dan tenang ketika sewaktu-waktu membutuhkan biaya yang cukup tinggi untuk dikeluarkan.

(5)

14 2.3.1 Pakan Ternak Domba

Pakan bagi ternak domba dari sudut nutrisi merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam menunjang kesehatan, pertumbuhan dan reproduksi ternak. Pakan sangat esensial bagi ternak domba karena pakan yang baik akan menjadikan ternak sanggup melaksanakan kegiatan serta fungsi proses dalam tubuh secara normal. Pada batasan minimal, makanan bagi ternak domba berguna untuk menjaga keseimbangan jaringan tubuh dan membuat energi sehingga mampu melaksanakan peran dalam proses metabolisme (Murtidjo, 1993).

Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).

Pakan yang diberikan jangan sekedar dimaksudkan untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus benar-benar bermanfaat untuk kebutuhan hidup, membentuk sel-sel baru, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk produksi (Widayati dan Widalestari, 1996).

2.3.2 Kesehatan dan Penyakit

Pengertian umum dari hewan yang sakit adalah setiap penyimpangan dari kondisi normalnya. Pengertian lebih spesifik, hewan sakit adalah suatu kondisi yang ditimbulkan oleh individu hidup atau oleh penyebab lainnya, baik yang diketahui atau tidak, yang merugikan kesehatan hewan tersebut. Hewan yang sakit dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain mekanis, termis, kekurangan nutrisi, pengaruh zat kimia, faktor keturunan dan sebagainya (Akoso, 1996).

Penyakit hewan dapat diklasifikasikan menurut agen penyebabnya yaitu sebagai berikut:

(6)

15

a. Mikroorganisme (bakteri, virus, protozoa dan riketsia) b. Parasit (eksternal dan internal)

c. Gangguan metabolis (termasuk kekurangan gizi) d. Jamur

e. Keracunan (tanaman, hewan beracun dan bahan makanan) f. Neoplasma (kerusakan sel atau jaringan tubuh)

g. Luka fisik

(Williamson dan Payne, 1993)

2.4 Analisis Usaha Ternak

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya.

Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994) gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Analisis usaha mutlak dilakukan bila seseorang hendak memulai usaha. Analisis usaha dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha tersebut menguntungkan atau merugikan. Analisis usaha memberi gambaran kepada peternak untuk melakukan perencanaan usaha. Dalam analisis usaha diperlukan beberapa asumsi dasar.

(7)

16

As4umsi dasar dapat berubah sesuai dengan perkembangan waktu (Supriadi, 2009).

2.5 Konsep Pendapatan

Pendapatan dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai hasil berupa uang atau hal materi lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas. Sedangkan pendapatan rumah tangga adalah total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. (Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Pendapatan merupakan penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi.

2.6 Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2004), dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil, (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan

(8)

17

biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan suatu unsur penerimaan dan pengeluaran usaharani tersebut. penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses produksi tersebut (Ahmadi, 2001). Produksi berkaitan dengan peneriamaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses produksi tersebut (Mubyarto, 1989).

Menurut Noegroho, et al (1991), menyatakan bahwa pendapatan usaha ternak menggambarkan imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor- faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal yang diinvestasikan kedalam usaha tersebut. Pendapatan bersih usaha tani merupakan selisih antara pendapatan kantor dan pengeluaran total tanpa memperhitungkan tenaga kerja keluarga petani, bunga modal sendiri dan pinjaman. Analisis pendapatan dapat memberikan bantuan untuk mengukur keberhasilan usaha dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usahatani dalam satu tahun.

2.7 Biaya Variabel

Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan yang tidak dapat dihindarkan dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Pengeluaran atau biaya bagi perusahaan adalah sebagai nilai input yang digunakan untuk memproduksi suatu output tertentu. Pengeluaran perusahaan adalah semua uang yang dikeluarkan sebagai biaya produksi (Kadarsan, 1995).

(9)

18

Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi ataupun sedangkan perubahan variabel merupakan biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan volume produksi (Kasmir, 2008) Biaya produksi merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha ternak. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau biaya variable. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan untuk sarana produksi dan berkali-kali dapat dipergunakan. Biaya tetap ini antara lain berupa lahan usaha, kandang, peralatan yang digunakan dan sarana transportasi. Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan secara berulang-ulang yang antara lain berupa biaya pakan, upah tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan eralatan, obat-obatan, vaksinasi dan biaya-biaya lain berupa biaya penerangan atau listrik, sumbangan, pajak usaha dan iuran (Siregar, 2007).

2.8 Skala Usaha

Pendapatan yang tinggi dapat diperoleh dengan skala usaha yang besar dan didukung oleh pengoperasian usaha yang efisien. Masalah yang berhubungan dengan minimalisasi biaya salah satunya adalah skala usaha ternak, dimana peternak harus memutuskan tentang besar dan volume usaha ternaknya. Peternakan perlu mempertimbangkan besar dan volume usaha untuk memperoleh skala usaha yang ekonomis (Noegroho et al,. 1991).

Usahaternak domba di pedesaan masih dikelola sebagai usaha campuran dengan manajemen masih berbasis sumberdaya lokal yang tersedia di lokasi, dan merupakan alternative usaha dengan biaya rendah (low external input). Usahaternak domba di pedesaan masih dikelola sebagai usaha campuran dengan manajemen masih berbasis sumberdaya lokal yang tersedia di lokasi, dan merupakan alternative usaha dengan biaya rendah (low external input).

(10)

19

Pengaturan produksi dalam mendukung kinerja pendapatan peternak secara kontinu belum dilakukan, khususnya dalam menentukan skala usaha. Penelitian target kelayakan skala usaha dilakuakan terhadap 20 peternak domba (survey) terstruktur untuk mengetahui kinerja usahaternak dan faktor-faktor penentu yang diduga berpengaruh terhadap skala usaha. Hasil penelitian menujukkan bahwa skala usaha ternak model pembibitan di pedesaan masih rendah (6,05 ekor/peternak), dengan pemilikan induk 2,31 ekor/peternak, dan rataan penjualan sebanyak 3,05 ekor/tahun, serta kinerja ekonomi sebesar Rp.776.315,00/peternak/tahun. Hasil analisis faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap skala usahaternak adalah jumlah induk yang dipelihara sangat nyata berpengaruh (P<0,01) dalam meningkatkan skala usaha (Priyanto, 2008).

Pengaturan produksi dalam mendukung kinerja pendapatan peternak secara kontinu belum dilakukan, khususnya dalam menentukan skala usaha. Pendapatan usaha ternak sangat di pengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh (Soekartawi, 1995).

2.9 Tenaga Kerja

Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus-menerus dalam seminggu yang lalu (maksudnya seminggu sebelum pencacahan). Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (working-age population). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang dimuat dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki-laki atau wanita

(11)

20

yang sedang dalam dan / atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna mengasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), bahwa tenaga kerja dalam usaha tani dibedakan menjadi dua macam yaitu berdasarkan asal dan jenisnya. Berdasarkan asalnya tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Sehingga untuk mengatasinya digunakan jumlah tenaga kerja setara pria atau hari kerja pria (HKP) Tingkat produktivitas tenaga kerja akan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah jenis kelamin, umur, pengalaman kerja, alat bantu yang diberikan serta upah dan waktu bekerja (Rodjak, 2006). Menurut Mubyarto (1989) untuk menambah pengetahuan dan mengubah pola piker tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal saja tetapi dapat juga melalui pendidikan non formal. Untuk mengubah pola piker tersebut perlu diadakan lebih banyak pendidikan non formal berupa penyuluhan (Kartasapoetra, 2001).

Tenaga kerja adalah penduduk yang mempunyai umur di dalam batas usia kerja. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut dimaksudkan agar definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap Negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing Negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antara Negara menjadi tidak sama. Umur produktif berkisar antara 15-65 tahun, sedangkan umur 0-14 tahun dan 65 tahun keatas termasuk tidak produktif (Mubyarto, 1989).

Untuk mengetahui potensi tenaga kerja harus dilipatkan pencurahan dalam satu tahun kerja untuk seorang pria akan bekerja selama 300 hari kerja (HK)

(12)

21

dalam satu tahun, tenaga kerja wanita 226 HK setahun dan anak-anak 140 HK setahun. Satu tenaga kerja pria yang bekerja 8 jam per hari sama dengan 1 HKP. Satu tenaga kerja wanita sama dengan 0,75 HKP dan anak-anak setara dengan 0,5 HKP (Pujianto, 2008).

2.10 Pengalaman Bekerja

Bahwa semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktifitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang, Siregar (2009). Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan/pendidikan yang dimilikinya menyebabka. keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. (Ahmadi,2003) dalam Siregar (2009).

2.11 Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu :

(1) Arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional (2) Neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal

(13)

22

(3) Pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya). Winartha (2006) menyebutkan bahwa dalam analisis pedapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.

Referensi

Dokumen terkait