• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Celebrity Worship Dengan Citra Tubuh Pada Mahasiswi Penggemar K-pop Di UIN Ar-Raniry Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Hubungan Celebrity Worship Dengan Citra Tubuh Pada Mahasiswi Penggemar K-pop Di UIN Ar-Raniry Banda Aceh"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

Chairul Niswah Ristiarni NIM. 180901084

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

2021/2022

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb

Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segenap kekuatan dan kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini.

Shalawat terhatur kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan bagi umatnya. Terima kasih yang berlimpah penulis ucapkan kepada seluruh pihak yang membuat penulis menyelesaikan karya ini.

1. Kepada Bapak Dr. Muslim, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Ar- raniry atas kebijakan-kebijakan yang diterapkan dalam memipin Fakultas Psikologi UIN Ar-raniry.

2. Kepada Bapak Dr. Safrilsyah, S.Ag.,M.Si selaku Wakil Dekan I bidang Akadmik dan Kelembagaan yang telah membantu bidang akademik mahasiswa juga sebagai pengguji I dalam seminar dan sidang munaqasyah skripsi yang telah membantu meberikan masukan sehingga skripsi ini maksimal.

3. Kepada Ibu Misnawati, S.Ag., M.Ag. Ph.D selaku Wakin Dekan II bidang administrasi dan Keuangan, yang telah membantu dalam administrasi mahasiswa.

4. Kapada Bapak Drs. Nasruddin, M.Hum sebagai Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada mahasiswa

5. Kepada Bapak Julianto, S.Ag., M.Si selaku ketua prodi Fakultas Psikologi UIN Ar-raniry atas segala kemudahan yang diberikan pada penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas Psikologi.

(6)

vi

6. Kepada Ibu Cut Rizka Aliana, S.Psi, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Psikologi UIN Ar-Raniry, yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada mahasiswa.

7. Kepada Bapak Harri Santoso, S.Psi., M.Ed selaku penasehat akademik yang telah membantu banyak hal dan meluangkan waktu hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada Ibu Fatmawati, S.Psi., B.Psych(Hons), M.Sc selaku dosen pembimbing I yang bersedia memberikan arahan, bimbingan, dukungan dengan penuh kesabaran, pengertian dan keikhlasan dalam menyusun karya ini.

9. Kepada Bapak Muhammad Haikal, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing II yang bersedia memberikan arahan, bimbingan, dukungan dengan penuh kesabaran, pengertian, keikhlasan dan meluangkan banyak waktu dalam menyusun karya ini.

10. Kepada Ibu Ida Fitria, S.Psi., M.Sc selaku dewan penguji II yang telah memberikan banyak saran dan bimbingan kepada penulis dalam proses penyelesaikan skripsi ini dari ujian seminar proposal, seminar hinggan ujian skripsi.

11. Seluruh Dosen dan seluruh civitas akademik Fakultas Psikologi UIN Ar-raniry yang telah memberikan bekal ilmu yang berharga serta mendidik dan membantu dengan iklas dan tulus.

12. Para staf pengelola Fakultas Psikologi UIN Ar-raniry, para staf perpustakaan Fakultas Psikologi UIN Ar-raniry dan para staf perpustakaan UIN Ar-raniry atas bantuan dan kerjasama yang diberikan.

(7)

vii

13. Terima kasih kepada Bapak tercinta Bachtiar AB (Alm) yang selalu menjadi motivasi saya untuk menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi lingkungan sekitar, terimakasih telah menebarkan cintanya kepada saya.

14. Terima kasih kepada Ibu Rahmani selaku ibu yang telah memberikan dukungan serta doa tiada henti, memberikan motivasi sehingga penulis mampu sampai ke tahap akhir penyelesaian program S1 ini.

15. Terimakasih kepada Chairul Niswah Ristiarni diri saya sendiri, telah sekuat tenaga berusaha dan berjuang menghadapi semua lelah, letih fisik dan mental.

16. Terimakasih kepada saudara kandung Meta Minami Ristiarni dan Yesifa Aulika Bachtiar Putri (Alm) yang telah memberikan semangat, bantuan dan juga motivasi dalam melakukan revisi dalam penelitian ini.

17. Terimakasih kepada keluar besar Nenek Laweng (nenek tercinta), ibu Rosniar, Bapak Ridwan Yusuf, Bapak Susanto, Ibu Mauliana, Ibu Dini Yoti dan zil dharis muqhayasya yang telah memberikan dukungan serta motivasi untuk penulis.

18. Terimakasih kepada teman terbaik, yaitu Putri Hidayati, Sahira Assabiqa, Sy.

Chalisa Humaira dan Rizki Maulana yang telah menemani, memberikan semangat, bantuan dan cerita-carita indah yang diukir bersama-sama. Semoga dimasa depan kalian sukses dan menggapai mimpi lainya.

19. Terimakasih kepada para Sahabat terbaik, yaitu Oppie, Nazella, Zuhra, Nisa, Upa, ijun dan liza. Terima kasih atas cerita dan momen bahagia di setiap waktu, terima kasih atas waktu sembilan tahun bersama dan menjadi tempat pulang paling baik setelah rumah, semoga kalian sukses dan menggapai mimpi lainnya.

(8)

viii

20. Terimakasih kepada teman-teman Fakultas Psikologi UIN Ar-raniry angkatan 2018 lainnya untuk bantuan dan perhatiannya.

21. Terimakasih kepada Biro UIN Ar-raniry yang telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktu untuk penelti melakukan penelitian.

22. Terimakasih kepada seluruh partisipan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi ini. Terimakasih banyak atas kontribusi yang diberikan, semoga Allah memudahkan segala urusan orang-orang yang memudahkan urusan orang lain.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan, masukan dan dukungan do’a selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap kekurangan dalam karya ini dapat diperbaiki dengan saran dan kritik yang positif.

Banda Aceh, 21 Desember 2022 Peneliti

Chairul Niswah Ristiarni

(9)

ix DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

1. Manfaat Teoritis ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Citra Tubuh ... 13

1. Definisi Citra Tubuh ... 13

2. Aspek-Aspek Citra Tubuh ... 15

3. Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh ... 17

B. Celebrity Worship ... 19

1. Definisi Kecenderungan celebrity worship ... 19

2. Aspek-Aspek Kecenderungan celebrity worship ... 21

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan celebrity worship ... 23

4. Dampak Kecenderungan celebrity worship... 24

C. Hubungan Antara Celebrity Worship dengan Body Image ... 25

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 28

B. Identitas Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 29

1. Kecenderungan celebrity worship ... 29

2. Citra tubuh ... 29

(10)

x

D. Populasi dan Sampel ... 30

1. Populasi Penelitian ... 30

2. Sampel Penelitian ... 30

E. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Validitas, Daya Beda Aitem dan Rehabilitas ... 37

1. Uji Validitas ... 37

2. Uji Daya Beda Aitem ... 40

3. Uji Reliabilitas ... 42

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44

1. Pengolahan Data ... 44

2. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Deskripsi Data Penelitian ... 48

B. Hasil Penelitian ... 50

BAB V ... 60

PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Populasi Penelitian... 30

Tabel 3. 2. Skor Item skala…..……..….…….……….……….……….34

Tabel 3. 3 Blue Print Skala Kecenderungan celebrity worship………...35

Tabel 3. 4 Blue Print Body Image………..37

Tabel 3. 5 Koefisien CVR Skala Kecenderungan celebrity worship………39

Tabel 3. 6 Koefisien CVR Skala Citra Tubuh………40

Tabel 3. 7 Koefisien Daya Beda Aitem Skala Kecenderungan celebrity worship ... 41

Tabel 3. 8 Koefisien Daya Beda Aitem Skala citra tubuh ... 42

Tabel 3. 9 Klasifikasi Reliabilitas Alpha Cronbach ... 43

Tabel 3. 10 Blue Print Akhir Skala Kecenderungan celebrity worship……………43

Tabel 3. 11 Blue Print Akhir Skala citra tubuh ………44

Tabel 4. 1 Data Demografi Subjek Berdasarkan Fakultas………...49

Tabel 4. 2 Data Demografi Subjek Penelitian Kategori Usia………..50

Tabel 4. 3 Deskripsi Data Penelitian kecenderungan celebrity worship…………. …….51

Tabel 4. 4 Kategorisasi Skala Kecenderungan celebrity worshi……… …….52

Tabel 4. 5 Deskripsi Data Penelitian Skala Citra Tubuh………53

Tabel 4. 6 Kategorisasi Skala Citra Tubuh………54

Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas……….………..55

Tabel 4. 8 Hasil Uji Linieritas Hubungan………...………..55

Tabel 4. 9 Uji Hipotesis Data Penelitian….………..56

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 kerangka Konseptual………27

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keputusan Dekan Fakultas Psikologi UIN Ar-raniry mengenai Pembimbing

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Fakultas Psikologi UIN Ar-Raniry Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian dari Tempat Peneltian

Lampiran 4 Surat Keaslian Penelitian

Lampiran 5 Skala penelitian Kecenderungan celebrity worship

Lampiran 6 Tabulasi Data Penelitian Kecenderungan celebrity worship Lampiran 7 Skala Penelitian Citra Tubuh

Lampiran 8 Tabulasi Data Penelitian Citra Tubuh Lampiran 9 Hasil Penelitian

Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup

(14)

xiv

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN CITRA TUBUH PADA MAHASISWI PENGGEMAR K-POP DI UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh mahasiwi penggemar K-pop. penelitian ini meggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kolerasi. Subjek penelitian ini sebanyak 336 orang yaitu mahasiswi aktif UIN Ar-raniry Banda Aceh dengan pengambilan sampel purposive sampling. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala kecenderungan celebrity worship yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan dari Celebrity Attitude Scale yang dikembangkan oleh McCutcheon et al (2003) dan skala citra tubuh yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan pada Multidimensional Body Self Relation Questionnare- Appearance Scale (MBSRQ- AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik product moment pearson. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien sebesar r =0,777 dan p = 0,000 yang berarti terdapat hubungan positif kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiwi penggemar K-pop di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Hal ini terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan semakin tinggi kecenderungan celebrity worship maka semakin tinggi citra tubuh dan semakin rendah kecenderungan celebrity worship maka semakin rendah pula citra tubuh.

Kata kunci : Kecenderungan celebrity worship, Citra tubuh, Mahasiwi, Penggemar K-pop

(15)

xv

CELEBRITY WORSHIP'S RELATIONSHIP WITH BODY IMAGE IN FEMALE K-POP FANS AT UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between kecenderungan celebrity worship and the body image of K-pop fans. This research uses a quantitative approach with a collation method. Subjek penelitian ini sebanyak 336 orang yaitu mahasiswi aktif UIN Ar-raniry Banda Aceh dengan pengambilan sampel purposive sampling. The measuring instruments used in this study are the kecenderungan celebrity worship scale created by the researcher himself based on the Celebrity Attitude Scale developed by McCutcheon et al (2003) and the body image scale created by the researcher himself based on the Multidimensional Body Self Relations Questionnare- Appearance Scale (MBSRQ-AS) proposed by Cash (in Cash & Pruzinsky, 2002). Data analysis was performed using pearson's product moment technique. Based on the results of data analysis, a coefficient value of r = 0.777 and p = 0.000 was obtained, which means that there is a positive relationship between kecenderungan celebrity worship and body image in K-pop fans at UIN Ar-Raniry Banda Aceh. There is a difference between this study and previous research which showed that the higher thu kecenderungan celebrity worship, the higher the body image and the lower the kecenderungan celebrity worship, the lower the body image.

Keywords : Kecenderungan celebrity worship, Body image, Female College Student, K-pop Fans

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa umumnya memasuki usia dewasa awal yaitu antara 18-25 tahun.

Pada masa ini, mahasiswa bertanggung jawab atas tahap perkembangan dan kehidupan untuk mencapai usia dewasa (Hulukati & Djibran, 2018). Dewasa awal adalah periode transisi yang diusulkan antara masa remaja dan masa dewasa yang umumnya ditemukan di negara maju. Masa dewasa awal ini juga merupakan masa dimana para dewasa muda dapat mengeksplorasi siapa diri mereka dan akan menjadi apa kedepannya (Arnett, 2000). Papalia dan Martorell (2018) menyatakan bahwa di masa dewasa awal, selain menjaga penampilan seseorang juga terdapat tanggung jawab untuk berbagi kehidupan dengan orang lain. Namun, jika tidak berhasil mengembangkan tugas dengan benar, mereka mungkin mengalami perasaan kesepian dan keterasingan emosional.

Pada masa dewasa awal, penampilan merupakan tolak ukur dari konsep kecantikan yang sempurna khususnya bagi perempuan, seperti bentuk tubuh ideal yang langsing, penampilan yang sempurna, dan wajah yang cantik merupakan konsep dari bentuk tubuh yang ideal. Studi menunjukkan bahwa wanita Asia cenderung merasakan lebih banyak tekanan untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan sosial yang ada di masyarakat (Sasaki et al., 2014). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dove dan dipublikasikan dalam Indonesian Beauty Confidence Report pada tahun 2017, dikemukan bahwa 84% wanita Indonesia tidak

(17)

mengetahui betapa cantiknya diri mereka sebenarnya dan 72% wanita Indonesia berpikir bahwa untuk mencapai kesuksesan maka seorang perempuan harus mencapai atau memenuhi standar kecantikan tertentu (Rochimawati & Puspitasari, 2018).

Banyak perempuan yang sudah menginternalisasi standar kecantikan sosial yang beredar di masyarakat menganggap berat badan dan bentuk tubuh mereka sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima (Fallon & Rozin, 1985). Tujuan yang tidak realistis, seperti penampilan selebriti berdampak negatif pada persepsi terhadap penampilan tubuh (Morrison et al., 2004). Dalam psikologi, persepsi seseorang tentang penampilan tubuhnya disebut citra tubuh.

Citra tubuh merupakan sikap perasaan puas atau tidak puas yang dimiliki individu tertentu terhadap tubuhnya sendiri yang melahirkan penilaian positif atau negatif terhadap diri sendiri. Menurut Honigram dan Castle (dalam Januar & Putri, 2007) citra tubuh merupakan gambaran mental seseorang terhadap bentuk tubuh dan ukuran tubuh, bagaimana seseorang memiliki penilaian terhadap dirinya atas persepsi orang lain mengenai bentuk tubuh dan ukuran tubuhnya. Menurut Cash, citra tubuh dapat dianggap sebagai persepsi dan sikap seseorang terhadap diri mereka sendiri, tetapi tidak hanya dalam hal penampilan fisik (dalam Cash &

Pruzinsky, 2002).

Citra tubuh tidak hanya terbatas pada aspek fisik, tetapi juga melibatkan aspek psikologis. Citra tubuh mengacu pada persepsi diri tentang tubuh dan sikap terhadap diri sendiri, termaksud pikiran, keyakinan, perasaan dan perilaku (Cash &

(18)

Pruzinsky, 2002). Citra tubuh dianggap sebagai pemikiran dinamis dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengalaman interpersonal, kepribadian, norma sosial dan budaya, juga kecenderungan celebrity worship (Mountford et al., 2015). Persepsi terhadap citra tubuh biasanya berkembang semasa remaja dan berlanjut hingga dewasa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Papalia (2018) bahwa perasaan wanita dewasa awal terhadap tubuhnya adalah penting, namun citra tubuh yang positif sulit dipertahankan karena dibandingkan dengan orang lain, seperti terjadinya stres dan perubahan gaya hidup.

Citra tubuh positif adalah pandangan terhadap tubuh yang merasa puas akan tubuh yang baik mengenai ukuran tubuh dan bentuk tubuh baik tertentu ataupun keseluruhan, sehingga merasa percaya diri ketika berhadapan dengan orang banyak, tidak merasa bersalah juga puas akan bentuk dan ukuran tubuh yang dimilikinya tetapi citra tubuh yang positif akan sulit dipertahankan karena adanya perbandingan dengan yang lain (Diana, 2011). Citra tubuh negatif adalah tidak merasa puas akan dirinya sendiri, menimbulkan harga diri yang rendah, dan merasa dirinya tidak berharga. Citra tubuh negatif biasanya dirasakan dalam jangka waktu yang panjang untuk dipertahankan.

Individu pada umumnya sering merasa terlalu gemuk atau terlalu kurus dari ukuran tubuh yang sebenarnya, selalu ingin mengubah bentuk tubuh dengan cara diet atau olahraga yang berlebihan. Pada kehidupan sosial seringkali membuat kurang percaya diri, malu jika bertemu dengan orang banyak, bahkan sering menanyakan bentuk dan ukuran tubuh kepada teman atau keluarganya, maka tidak jarang penyimpangan perilaku makan terjadi (Diana, 2011).

(19)

Pandangan terhadap citra tubuh tidak lepas dari pengaruh media seperti televisi, majalah, hingga internet yang memperlihatkan figur-figur dengan postur tubuh yang tinggi, putih, mulus, dan badan yang proposional. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Boon dan Lomore (2001) berdasarkan hasil penelitian mereka, minat yang kuat terhadap selebriti dalam hidup seseorang, terutama pada idola pop terjadi pada individu muncul pada usia dewasa awal dengan persentase sebesar 75%.Maka dalam memenuhi kebutuhan rekreasi dan psikologi hati, mahasiswa melibatkan selebriti dalam dirinya, selebriti dianggap sebagai pemenuhan fantasi mengenai adat budaya, gaya, hingga etika yang mereka tampilkan di kehidupan nyata mereka sendiri (Anwar, 2018).

Kata selebriti mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) selebriti adalah orang yang terkenal atau masyhur, pada umumnya selebriti mempunyai penggemar. Penggemar adalah salah satu kunci sukses selebriti, semakin banyak penggemar yang dimiliki seorang selebriti, maka semakin sukseslah mereka . Seorang penggemar memiliki antusias yang berbeda.

Seperti halnya penggemar idol Korea Selatan.

Apriliani dan Setiawan (2019), menyatakan bahwa mahasiswa menjadi penggemar drama Korea, musik pop Korea, dan film karena terdapat ketertarikan terhadap aktor dan aktris yang memiliki visual yang memukau dan sesuatu hal baru dan berbeda. Dunia hiburan di Korea Selatan sangat mendominasi hingga di luar Korea itu sendiri seperti dari segi musik, drama, film, bahkan produk kecantikan yang sangat diminati orang asing, khususnya orang Indonesia. Musik di Korea Selatan dikenal dengan istilah K-pop (Korean Pop) yaitu genre musik yang

(20)

diklasifikasikan berdasarkan genre yang terinspirasi oleh jenis gaya musik lainnya, seperti pop barat, rock, jazz, R&B, electronik, dan hip-hop (Anggraini, 2021).

Pop fans atau K-popers adalah sebutan bagi penggemar yang mengagumi idola yang berkarya pada bidang musik Korea Selatan. Para penggemar biasanya menyukai satu atau lebih idola K-pop. Pada akhir tahun 2018 penggemar K-pop terdaftar dalam fans club bertambah sebesar 22% atau 16,07 juta yang mulanya berjumlah 73,12 juta orang pada tahun 2017, menjadi 89,19 juta orang, jumlah ini tersebar dalam 1843 fans club di 113 negara, laporan terbaru dari Korea Foundation pada 2020 terdapat 100 juta anggota di 1.835 klub terkait Korean Wave di seluruh dunia. Hal ini menandai peningkatan 5,45 juta anggota dari tahun sebelumnya (Muthiasp, 2021).

Para penggemar akan cenderung mengikuti perkembangan musik terbaru asal Korea Selatan tersebut, bahkan tidak sedikit dari mereka yang tergabung dalam komunitas tertentu atau disebut fandom. Fandom dapat di artikan sebagai fans club setiap idol Korea, setiap grub idol atau solois Korea memiliki nama fandom resmi masing-masing, seperti grub EXO yang memiliki nama fandom EXO_L, BTS yang memiliki nama fandom ARMY, BlackPink yang memiliki nama fandom BLINK, NCT dengan nama fandom NCTZEN, IU yang memiliki nama fandom Uaena dan lainnya (Mahanani, 2020).

Rasa cinta para penggemar diekspresikan dengan cara yang berbeda. Mulai dari membeli karya musik idola secara digital atau membeli album fisik mereka. Banyak juga penggemar yang menantikan penampilan idol kesayangan mereka di Indonesia. Indonesia sendiri sudah menjadi negara yang sering dikunjungi oleh para

(21)

idol K-pop. Setelah pandemi berlangsung protokol covid mulai dilonggarkan maka pemerintahan Indonesia sudah mengizinkan beberapa artis dari luar negeri termasuk artis Korea Selatan, sederet artis K-pop yang telah diumumkan akan konser seperti NCT, Red Velvet, BlackPink, dan sederet selebriti lainnya yang belum diungkapkan namanya (Andriani, 2022).

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh IDN Times terhadap 580 responden melalui sarana elektronik di seluruh wilayah Indonesia dari Desember 2018 hingga bulan Januari 2019, diperoleh hasil bahwa mayoritas penggemar K-pop adalah perempuan dengan persentase sebesar 92,1% dan laki-laki sebesar 7,9%. Persentase menunjukan bahwa perempuan lebih banyak menggemari K-pop dari pada laki- laki. Demografi usia para penggemar juga beragam yaitu 10-15 tahun adalah 9,3%, 15-20 tahun adalah 38,1%, 20-25 tahun adalah 40,7%, dan > 25 tahun adalah 11,9%. Maka dapat dilihat proposi anak muda lebih tinggi. Dari hasil penelitian terhadap penggemar K-pop sangat beragam, mulai dari pelajar atau mahasiswa sebesar 66,1%, swasta 21,2%, dan pengusaha 4,7% (Triadanti, 2019).

Mahasiswi yang telah mengalami kecanduan budaya Korea akan melakukan apa saja untuk dapat menjangkau artis idola dengan berbagai cara seperti menunjukan identitasnya sebagai penggemar K-pop, menggunakan bahasa Korea yang menunjukan mereka sebagai penggemar dan mengikuti gaya idol yang digemari (Olivia & Eka, 2019). Seperti yang lakukan oleh Aida yang berasal dari Aceh, ia membuat dance challenge di akun tiktok miliknya menggunakan salah satu lagu K-pop dari TREASURE yang di pakai oleh seluruh kalangan termaksud pemilik lagu tersebut yaitu para anggota TREASURE (Frida, 2022). Hal ini juga

(22)

dibuktikan para penggemar lain dari hasil wawancara peneliti berdasarkan yang dilakukan pada tiga mahasiswi khususnya mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Berikut hasil wawancara yang telah dilakukan.

Cuplikan wawancara 1:

“ Suka K-pop ya sekitar empat tahunan juga, ngikuti mereka segala macam kegiatannya tu aku nontonin, kebetulan aku suka BTS yang fandomnya ARMY kan itu aku suka liatin mereka apalagi sekarang orang tu udah punya instagram, walaupun mereka cowo tapi mereka tu tetap diet olahraga atau apalah yang membuat badan meraka bagus, itu aku jadi semangat juga untuk melakukannya, masak ia idol kita melakukan olahraga kita engak, lagipun kan itu baik juga buat diri sendiri kan terus kalo untuk pakaian atau barang-barang yang orang orang tu endors tu kalo ada uang lebih aku belik sih salah satunya tu kayak airphone yang permember gitu jadi aku beli itu, lagi pun itu juga kepakek, kalo yang gak penting kali aku gak belik sih” (AU, wawancara personal 27 Agustus 2022).

Cuplikan wawancara 2:

“Aku suka K-pop tu ya waktu covid an soalnya gabut di rumah terus coba- coba nontonin dramanya filmnya, musiknya, ya seru,abestukan aku cari-cari tahu tentang orang tu makanya aku yang awalnya Cuma nonton drakor abestu dah sukak idol K-pop juga, jadi waktu covid berat badan aku sempat naik terus aku pernah beberapa hari ikuti diet IU yang lumayan ekstrem kan, makannya tu Cuma ubi susu atau protein shake terus apel gitu dalam sehari Cuma makan itu, kebayang lah gimana lemesnya, bertahan di aku Cuma beberapa hari aja soalnya ya gak sanggup, karna makananya di luar kemampuan aku, jadi kalo di suruh diet itu lagi paling Cuma beberapa hari aja aku sanggup oiy, tapi kan liat badan orang tu bagus-bagus kecil-kecil gitu kayak yang drama it’s okay not to be okay yang pemeran ceweknya pingganya tu kecil kali jadi pakek bajunya bagus lah kan aku penggen karna kan kayak bagus jadi kek gitu tapi kalo coba diet yang gak sehat gitu aku kurang rekom lebih baik kayak olahraga di banyakin sih” (NE, wawancara personal 28 Agustus 2022)

Cuplikan wawancara 3:

“Aku streaming mv nya terus pernah juga ikot-ikot vote, terus langganan buble biar komunikasi dengan idolnya. Aku ngikutin gaya hidupnya tu cuma kayak pas nonton drakor gitu kan, terus ada kebiasaan dia yang aneh atau yang aku suka dah tu aku ikutin, tapi Cuma bentar-bentar aja kalau lagi suka kali ma drakor tu gak yang selamanya, karna lupa apa kebiasaanya kalo dah lama kalo untuk yang lain kayak pakaian an tu kek pengen juga ikutin tapi gak sampek jadi gaya hidup aku sih man pengen pas dilihat abestu tetap gak dibuat juga atau gak kebelik lah tapi kadang ada juga yang kebelik atau model-modelnya agak mirip gitu aja sih selain

(23)

tu aku tetap jaga badan aja walaupun orang bilang-bilang aku kurus gitu tapi aku gak nanggapin” (CN, wawancara personal 28 Agustus 2022)

Berdasarkan data yang diperoleh, terlihat bahwa citra tubuh pada mahasiswi salah satunya dipengaruhi oleh terjadinya kecenderungan perilaku pemujaan terhadap idola. Terlihat dari mahasiswi yang mengikuti pola hidup dari idolanya, meluangkan waktu untuk melihat idola walaupun dalam keadaan singkat dan mereka akan mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh idolanya walaupun itu berbahaya. Mahasiswi juga memiliki keinginan untuk menjadi seperti idolanya.

Rasa cinta dan kekaguman yang dimiliki penggemar terhadap idolanya sering disebut sebagai kecenderungan celebrity worship. Menurut McCutcheon et al.

(2003) kecenderungan celebrity worship merupakan hubungan interaksi satu arah yang dikembangkan oleh individu terhadap idolanya dan menimbulkan obsesi terhadap idolanya, perilaku ini akan terlibat dan bertransisi ke dalam kehidupan sehari-hari individu tersebut, karena akan menimbukan rasa dekat dengan idolanya.

Contoh fenomena kecenderungan celebrity worship oleh penggemar adalah keinginan untuk mengidentifikasi selebritas dengan tubuh yang indah dan ideal.

Para penggemar ini melakukan berbagai cara untuk memiliki tubuh seperti idola, tak jarang hingga kehilanggan nafsu makan (Maltby et al., 2005). Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa fenomena kecenderungan celebrity worship berdampak pada citra tubuh penggemar. Maltby dkk (2005) menjelaskan bahwa ada tiga komponen kecenderungan celebrity worship, yaitu: entertainment-social, intence personal feeling, dan borderline pathological.

Dilihat dari fenomena yang terjadi serta temuan berdasarkan hasil beberapa penelitian yang diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara

(24)

kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiswi penggemar K-pop di UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, agar penelitian memiliki sasaran yang jelas, maka peneliti merumuskan masalah yaitu adakah hubungan antara kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiswi penggemar K-pop di UIN Ar-Raniry Banda Aceh?.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiswi penggemar K-pop di UIN Ar- Raniry Banda Aceh.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah referensi dalam bidang psikologi perkembangan, psikologi sosial dan psikologi klinis, khususnya kepada pembaca tentang mengetahui hubungan antara kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiswi penggemar K-pop di UIN Ar-Raniry. Selain itu juga di harapkan mampu menambah ranah keilmuan dan sumber tela’ah untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran citra tubuh mengenai dewasa awal yang memiliki kecenderengan kecenderungan celebrity worship

(25)

b. Sebagai bahan referensi bagi dewasa awal penyuka K-pop (fans K-pop) khusunya mengenai citra tubuh. Hal ini bertujuan agar mahasiswi memiliki gambaran citra tubuh yang positif daripada citra tubuh yang negatif, meskipun mereka mengidolakan seseorang

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini didasarkan pada beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya yang memiliki karakteristik yang relatif sama dalam hal tema, meskipun terdapat perbedaan dalam kriteria subjek, jumlah, posisi variabel penelitian dan metode analisis yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2019) mengenai hubungan kecenderungan celebrity worship dan body image pada remaja yang mengidolakan K-pop. Pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional dengan sampel 111 siswa SMP 45 Bandung. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi winstep for windows. Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dari penelitian yang akan diteliti yaitu, subjek pada penelitian tersebut adalah siswa SMP yang berlokasi di Bandung, sedangkan subjek penelitian yang akan diteliti adalah Mahasiswi UIN Ar-Raniry, yang berlokasi di Banda Aceh.

Studi yang dilakukan Ho, Lee, dan Liao (Ho et al., 2016) mengenai pengaruh keterlibatan remaja perbandingan dengan teman dan selebriti di situs jejaring sosial.

Metode yang digunakan yaitu survei pena-kertas, dengan populasi 1.156 siswa remaja dan sampel 1.059 siswa singapura, analisis data menggunakan regresi linier

(26)

hirarki. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada metode penelitian dan juga lokasi penelitian berlangsung.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Shabahang, et al. (2020) mengenai kecenderungan celebrity worship dan body image pada mahasiswa di Iran, dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dan korelasi. Populasi berjumlah 300 mahasiswa pada Fakultas Seni dan Arsitektur Universitas Guilan dengan sampel 280 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan metode convenience sampling dan teknik analisis data secara korelasi dan struktural. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada metode pengambilan sampel penelitian dan juga populasi.

Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Tresna et al., (2021) mengenai kecenderungan celebrity worship dan body image di antara para remaja putri penggemar girl band K-pop. Pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, pengumpulan data dilakukan secara online melalui platform twitter dengan membagikan link pada penggemar girl grup K-pop partisipan dalam penelitian ini 414 remaja putri dengan kisaran umur 18-22 tahun, analisis data menggunakan Korelasi Spearman. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada total sampel dan lokasi pengambilan data.

Penelitian yang dilakukan oleh Azizah dan Kristiutami (2020) mengenai kecenderungan celebrity worship dan body image pada siswa SMK Tangerang, penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian analitik (surve). Populasi berjumlah 162 siswa dengan sampel 126 siswa berdasarkan kriteria yang sudah dipilih. Pengambilan sampel menggunakan non probability

(27)

sampling dengan metode purposive sampling, analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada total sampel dan lokasi pengambilan data.

Dari beberapa penelitian di atas, sejauh ini belum ditemukan penelitian yang membahas atau mengkaji hubungan langsung antara kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiswi penggemar K-pop di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Oleh karena itu, penelitian ini benar dapat dipertanggungjawabkan keaslian.

(28)

13 BAB II

LANDASAN TEORI A. Citra Tubuh

1. Definisi Citra Tubuh

Definisi citra tubuh menurut Honigam dan Castle (dalam Januar & Putri, 2007) adalah gambaran mental individu tentang bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan membuat penilaian, apa yang dipikirkan seseorang tentang ukuran dan bentuk tubuh mereka terhadap penilaian orang lain yang mana belum tentu benar mempresentasikan keadaan yang aktual namun merupakan hasil penilaian diri yang bersifat subjektif.

Citra tubuh menurut Hoyt (dalam Na & Rahardjo, 2008) diartikan sebagai sikap seseorang terhadap tubuhnya dari segi ukuran, bentuk, maupun estetika berdasarkan evaluasi individu dan pengalaman efektif terhadap atribut fisiknya.

Citra tubuh bukan suatu yang tetap, tetapi berubah-ubah. Pembentukannya dipengaruhi oleh persepsi, imajinasi, emosi, lingkungan, dan pengalaman fisik.

Dengan demikian, proses komparasi sosial pasti terjadi dalam bentuk citra tubuh.

Sedangkan, menurut Chaplin (2005) mengartikan citra tubuh yaitu seseorang mengenai dirinya dihadapan orang lain dan bagi orang lain. Begitu juga dengan apa yang dikemukakan oleh Papalia dkk (2009) bahwa citra tubuh adalah gambaran diri dan penilaiani terhadap penampilan fisik. Thomson (2001) mengungkapkan bahwa citra tubuh adalah penilaian terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan aspek tubuh lainnya yang mengarah pada penampilan seseorang.

(29)

Berscheid (dalam Papalia & Olds, 2008) menyatakan bahwa dewasa yang memiliki persepsi positif terhadap citra tubuh lebih mampu menghargai dirinya sebagai seseorang yang berkepribadian cerdas, asertif, dan menyenangkan. Decey dan Kenny (dalam Andea, 2010). Mengemukakan bahwa persepsi citra tubuh akan menghambat perkembangan kemampuan interpersonal dan kemampuan membangun hubungan yang positif dengan individu lainya.

Selain itu, menurut Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002), citra tubuh adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya, yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Citra tubuh bisa bersifat positif atau negatif tergantung pada bagaimana individu tersebut bereaksi terhadapnya. Citra tubuh mencakup persepsi diri dalam kaitannya dengan tubuh, termasuk pikiran, keyakinan, dan perasaan dari komponen-komponen ini terkait dengan kepuasan dan ketidaktpuasan terhadap keadaan bentuk tubuh yang dimiliki.

Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh adalah pandangan seseorang terhadap bentuk tubuhnya sendiri, termasuk perasaan dan sikap yang timbul dari penampilan tersebut. Dari beberapa teori para ahli di atas, definisi citra tubuh yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) karena teori ini umum digunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan definisi, aspek dan faktor citra tubuh secara kompleks.

(30)

2. Aspek-Aspek Citra Tubuh

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai citra tubuh pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self Relations Quastionnaire-Appearance Scales (MBSRQ –AS) yang dikemukakan oleh Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002). Terdapat lima aspek tubuh menurut Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) sebagai berikut:

a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan)

Aspek ini mengukur penilaian penampilan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik, memuaskan atau tidak memuaskan terhadap penampilan secara keseluruhan.

b. Appearance orientation (orientasi penampilan)

Dalam hal ini, perhatian individu terhadap penampilan dan upaya yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan diri.

c. Body areas satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)

Mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh tertentu seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (kaki, paha, pinggul), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan) dan penampilan secara umum.

d. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)

Mengukur tingkat kecemasan individu terhadap kegemukan, persepsi berat badan individu yang ditampilkan melalui perilaku aktual, kecenderungan diet untuk menurunkan berat badan, kebiasaan membatasi makan.

(31)

e. Self classified weight (kategori ukuran tubuh)

Mengukur bagaimana individu mepersepsikan dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

Sedangkan menurut Thomson (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) dalam citra tubuh menggambarkan tiga aspek yaitu:

a. Persepsi terhadap bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan

Bentuk tubuh merupakan simbol ego individu, karena individu dinilai oleh orang lain dan diri mereka sendiri. Selain itu, bentuk tubuh serta baik buruknya penampilan fisik dapat menimbulkan perasaan senang atau tidak puas terhadap bentuk tubuh itu sendiri.

b. Perbandingan dengan orang lain

Terdapat penilaian terus menerus, sehingga menciptakan prasangka untuk dirinya sendiri dengan orang lain, yang menjadi perbandingan pribadi adalah ketika harus membandingkan penampilan diri sendiri dengan penampilan orang lain.

c. Sosial budaya

Individu dapat menilai reaksi terhadap orang lain, apabila orang itu menarik secara fisik, maka akan muncul gambaran pikirkan yang menunjukan hal baik untuk menilai dirinya.

Dari aspek-aspek yang telah dijabarkan di atas, peneliti memilih aspek yang dikemukakan oleh Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) yang terdiri appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), dan self-classified weight

(32)

(pengkategorian ukuran tubuh). Aspek tersebut digunakan peneliti sebagai acuan untuk mengukur citra tubuh pada dewasa awal karena berdasarkan wawancara yang dilakukan, perilaku subjek menunjukan aspek yang dikemukakan oleh Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002).

3. Faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh

Berbagai macam penampilan fisik yang dianggap menarik atau tidak, banyak ditentukan oleh pandangan diri sendiri dan orang lain. Para ahli mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi citra tubuh seseorang. Menurut Cash dan Pruzinsky (2002) faktor citra tubuh sebagai berikut:

a. Jenis kelamin

Ketidakpuasan tubuh sering terjadi antara wanita dan laki-laki. Pada umumnya wanita cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih rendah dan dapat dikatakan memiliki citra tubuh negatif.

b. Media massa

Tiggeman (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media massa dapat memberikan gambar figur tubuh seseorang yang dapat mempengaruhi persepsi citra tubuh seseorang. Media massa merupakan pengaruh kuat dalam budaya sosial.

c. Hubungan interpersonal

Seseorang memiliki kecenderungan untuk membandingkan dirinya dengan orang lain dan pendapat yang diterima dapat mempengaruhi persepsi dirinya, yang mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan.

(33)

Faktor lainnya di ungkapkan dalam penelitian yang berbeda (Maltby et al., 2005), terdapak faktor kecenderungan celebrity worship yang mempengaruhi citra tubuh yaitu keinginan para penggemar adalah berempati kepada selebriti yang memiliki tubuh yang indah dan ideal, karena para penggemar melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang diidolakannya, tak jarang hingga penurunan nafsu makan

Sedangkan menurut Thompson (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) faktor-faktor pembentukan citra tubuh pada diri individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Pengaruh berat badan dan persepsi gemuk atau kurus.

Keinginan-keinginan untuk menjadi berat badan tetap optimal dengan menjaga pola makan yang teratur, sehingga persepsi terhadap citra tubuh yang baik akan sesuai dengan keinginannya.

b. Budaya.

Pengaruh sekitar lingkungan dari individu dan bagaimana cara budaya mengkomunikasikan norma-norma tentang penampilan fisik, dan ukuran tubuh yang menarik.

c. Siklus hidup.

Pada dasarnya individu menginginkan bentuk tubuh seperti masalalu. Dan menginginkan bentuk tubuh yang lebih baik dari sekarang.

d. Masa kehamilan.

Proses dimana individu bisa menjaga masa tumbuh kembang anak dalam kandungan, tanpa ada peristiwa dalam kehamilan.

(34)

e. Sosialisasi.

Pengaruh dari teman sebaya dan menjadikan individu ikut terpengaruh di dalamnya.

f. Konsep diri.

Gambaran individu terhadap dirinya, yang meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.

g. Peran gender.

Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi citra tubuh individu, sehingga menjadikan individu lebih cepat atau tidaknya terpengaruh.

h. Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu.

Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap tubuhnya yang dapat diikuti dengan sikap yang buruk.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan faktor citra tubuh yang dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin, media massa, hubungan interpersonal, persepsi bentuk tubuh, budaya, dan masa kehamilan.

B. Celebrity Worship

1. Definisi Kecenderungan celebrity worship

Kecenderungan celebrity worship merupakan suatu pengabdian individu atau kelompok kepada satu tokoh atau lebih dalam posisi terpapar media dan status publik (Dewi & Indrawati, 2019) . Pada unsur penyerapan (absorption) individu mengadopsi identitas psikologis dari seorang selebriti untuk membangun rasa identitas dan rasa kepuasan diri. Dinamika kekuatan motivasi dapat mendorong penyerapan ini, yang pada akhirnya dapat membawa kecanduan, mengarah ke

(35)

perilaku ekstrem sehingga individu tetap puas dengan hubungan parasosialnya (Maltby et al., 2005).

Menurut McCutcheon et al. (2003) kecenderungan celebrity worship adalah bentuk hubungan sepihak antara seseorang dengan artis idolanya dimana seseorang menjadi terobsesi dengan selebriti. Yue dan Cheung (dalam April et al., 2012) mendefinisikan kecenderungan celebrity worship sebagai subsesi dari idol worship dan merupakan seseorang yang dikenal secara luas serta memiliki berpengaruh tinggi terhadap masyarakat dan media. Chapman (dalam Sunarni, 2015) mendefinisikan kecenderungan celebrity worship sebagai sindrom kecanduan obsesif terhadap artis dan segala sesuatu yang berhubungan dengan artis tersebut.

Sheridan et al. (2007) menyatakan bahwa kecenderungan celebrity worship telah menjadi perhatian peneliti psikologis. Dari dua penelitian kecil, kini berkembang menjadi literatur kecenderungan celebrity worship. studi pertama meneliti hubungan antara kecenderungan celebrity worship dengan kecanduan dan studi kedua meneliti hubungan antara kecenderungan celebrity worship dengan kriminalitas. Kecenderungan celebrity worship dimaksud untuk menjadi sebuah kontinum.

Maltby, Houran, dan McCutcheon (dalam Sheridan et al., 2007) dengan menggunakan CAS untuk mengukur kecenderungan celebrity worship, mengaitkan tiga komponen kecenderungan celebrity worship yaitu entertainment- social, Intense-personal-feeling, Borderline-pathological tendency dengan tiga dimensi kepribadian Eysenck. (ekstraversi, neurotisime dan psikotisme). Lebih khusus lagi, hubungan positif ditemukan antara kecenderungan celebrity worship

(36)

yang didorong oleh hiburan sosial dan ekstraversi, kecenderungan celebrity worship yang di dorong oleh kepribadian yang intens-personal dan neurotisime, dan kecenderungan celebrity worship yang didorong oleh pemikiran dan perilaku patologis dengan psikotisme (Sheridan et al., 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan celebrity worship adalah hubungan satu arah antara individu dengan artis idola yang mempengaruhi media secara besar-besaran, sehingga menyebabkan individu menjadi terobsesi dan kecanduan dengan artis idolanya dengan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Definisi kecenderungan celebrity worship dari McCutcheon et al. (2003) digunakan dalam penelitian ini karena berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan, teori juga sering digunakan oleh peneliti sebelumnya untuk menjelaskan definisi, aspek, dan juga faktor kecenderungan celebrity worship secara kompleks.

2. Aspek-Aspek Kecenderungan celebrity worship

Menurut McCutcheon et al. (2003) terdapat tiga komponen kecenderungan celebrity worship, yaitu:

a. Entertainment-social

Dalam hal ini, individu memandang idolanya sebagai hiburan sosial. Individu akan tertarik untuk mendapatkan informasi terbaru tentang selebriti, termasuk kehidupan pribadi mereka. Orang-orang yang suka membicarakan mereka sebagai ekspresi ketertarikan bakat yang dimiliki oleh selebriti tersebut. Para penggemar K- pop biasanya memiliki komunitas atau istilahnya fandom. Fandom adalah forum tempat penggemar idola atau artis tertentu untuk saling berbagi informasi terkait

(37)

idola mereka. Selain itu juga mereka biasanya berbincang terkait aktivitas yang dilakukan oleh idola favorit mereka.

b. Intense-personal-feelin

Dalam konteks ini, perasaan pribadi yang intens didefinisikan sebagai pemikiran yang dimiliki seseorang terhadap artis idolanya, meskipun orang tersebut sedang tidak ingin memikirkan idolanya. Individu terobsesi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan selebrti idolanya. Perilaku impulsif dan kompulsif terhadap apapun yang berhubungan dengan bintang idolanya. Seorang K-pop fans yang sudah berada di tahap ini pasti tidak akan ragu untuk membeli album atau bahkan produk yang berhubungan dengan idolanya.

c. Borderline-pathological tendency

Borderline-pathological ditandai dengan pemikiran individu yang tidak rasional dan tidak terkendali tentang idolanya. Individu juga akan bersedia melakukan apa saja termasuk hal-hal ilegal yang didiktekan oleh idola favorit mereka, ini adalah aspek yang paling ekstrem.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan menggunakan aspek-aspek kecenderungan celebrity worship menurut McCutcheon et al. (2003) yaitu, hiburan sosial, perasaan yang intens, dan borderline-patologis. Aspek tersebut digunakan peneliti sebagai acuan untuk mengukur kecenderungan celebrity worship pada dewasa awal, karena berdasarkan wawancara yang dilakukan, perilaku subjek menunjukan aspek yang dikemukakan oleh McCutcheon et al (2003).

(38)

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan celebrity worship

Menurut McCutcheon dkk (2002) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku kecenderungan celebrity worship, yaitu:

a. Umur

Kecenderungan celebrity worship pada umumnya terjadi di kalangan remaja antara usia 11 tahun hingga 17 tahun dan berkurang setelahnya.

b. Pendidikan

Kecenderungan celebrity worship biasanya dilakukan oleh orang-orang dengan tingkat kecerdasan rendah. Orang dengan tingkat kecerdasan tinggi melihat melalui kepribadian orang yang mereka kagumi, atau orang yang cerdas melihat bahwa idola kurang cerdas dari mereka sendiri dan karenanya kurang mengagumi mereka.

c. Keterampilan sosial

Kecenderungan celebrity worship terjadi pada orang-orang dengan keterampilan sosial rendah dan kecenderungan celebrity worship merupakan pengisi kesenjangan yang terjadi dalam hubungan yang nyata.

d. Jenis kelamin

Pria dan wanita dapat menyukai idola dalam konteks yang berbeda, namun intensitas untuk menyukai idola biasanya lebih tinggi pada kaum wanita.

Sementera itu, Swami dkk (2011) mengungkapkan bahwa terdapat faktor lain yang berhubungan dengan kecenderungan celebrity worship, yaitu:

a. Aspek religiusitas

Glock dan Stark (dalam Ancok & Suroso, 2004) menjelaskan religiusitas sebagai rangkaian aktivitas manusia yang melibatkan keyakinan, emosi, dan

(39)

perilaku yang secara serius dan sadar selaras dengan ajaran agamanya. Aspek religiusitas pada faktor ini terkait dengan tingkatan religiusitas individu.

b. Kepribadian

Kepribadian disini diartikan sebagai perilaku individu atau penggemar yang terpengaruh oleh idolanya.

4. Dampak Kecenderungan celebrity worship

Menurut Sansone dan Sansone (2004) kecenderungan celebrity worship mempunyai dampak bagi penggemar sebagai berikut :

a. Dissociation

Tingkat kecenderungan celebrity worship yang rendah tidak terkait dengan kecenderungan fantasi atau disosiasi. Namun, kecenderungan celebrity worship yang moderat dikaitkan dengan kecenderungan imajinasi. Demikian pula, kecenderungan celebrity worship tingkat tinggi dikaitkan dengan kecenderungan untuk berfantasi dan melepaskan diri.

b. Tendecies toward addiction

Hubungan kecenderungan celebrity worship memiliki hubungan positif antara dua fenomena kecenderungan celebrity worship dan kecenderungan.

Dengan demikian, semakin tinggi kecenderungan celebrity worship maka semakin kecanduan pula.

c. Criminalty

Dalam studi tersebut, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecenderungan celebrity worship dengan kejahatan. Jadi, dapat dikatakan

(40)

bahwa semakin tinggi kecenderungan celebrity worship, maka semakin besar pula tingkat kemungkinan seseorang untuk melakukan kejahatan.

d. Complusive buying

Dalam penelitian tentang hubungan antara kecenderungan celebrity worship, materialisme, dan pembelian komplusif, hasilnya menunjukkan bahwa materialisme dan pembelian komplusif berhubungan dengan kecenderungan celebrity worship.

e. Depression and anxienty

Para peneliti menemukan bahwa peningkatan kecenderungan celebrity worship dikaitkan dengan kesehatan mental yang lebih buruk secara keseluruhan. Secara khusus, responden dengan tingkat kecenderungan celebrity worship yang lebih tinggi memiliki tingkat kecemasan, depresi, gejala somatik, dan disfungsi sosial yang lebih tinggi, serta kepuasan hidup yang lebih rendah dan emosi yang kurang positif. Gejala-gejala ini dimediasi oleh neurotisme.

C. Hubungan Antara Celebrity Worship dengan Body Image

Kecenderungan celebrity worship dipengaruhi oleh kebiasaan seperti melihat, mendengar, membaca dan mempelajari tentang hidup selebriti secara berlebih hingga dapat menimbulkan empati, obsesi, dan asosiasi sehingga menimbulkan kesesuaian diri terhadap idola (Maltby et al., 2005). Masalah yang sering dihadapi dewasa awal adalah mereka sering tidak puas dengan tubuh sendiri, yang menyebabkan mereka membandingkan atau mengidentifikasi diri dengan orang- orang di sekitar, maupun dengan orang lain seperti tokoh idola yang ia sukai.

(41)

Esther (dalam Mukhlis, 2010) menemukan beberapa fakta yaitu 62% subjek ingin menurunkan berat badan setelah menonton acara fashion show dan penampilan para artis di televisi dan 75% subjek ingin membaca artikel tentang bentuk tubuh langsing melalui media lain. Maka ketidakpuasan dengan citra tubuh mereka. Sayangnya, tidak semua nilai yang disampaikan oleh tokoh idola bernilai positif, salah satunya adalah bentuk tubuh ideal yang sulit dipahami oleh dewasa awal dalam dalam perubahan identitas untuk mengetahui bagaimana mereka dimasa depan. Berusaha melakukan apapun untuk meniru penampilan karakter tokoh idola mereka, meskipun hal tersebut tidak mudah.

Sheridan et al (2007) menyimpulkan bahwa seseorang yang mengagumi selebriti cenderung mengidentifikasi diri dengan selebriti tersebut. Maka, mengidolakan perilaku kecenderungan celebrity worship bisa mempengaruhi berbagai hal dalam kehidupan seseorang seperti halnya mengenai citra tubuh.

Seseorang yang telah terobsesi pada idola mereka akan merasa perlu untuk mengubah tubuh agar mempunyai bentuk tubuh yang ideal. Mereka juga membandingkan tubuhnya dengan selebriti dan menganggap diri mereka kurang menarik daripada selebriti favorit mereka. Hal ini membuat terjadinya ketidakpuasan terhadap tubuh sendiri dengan menurunkan berat badan yang dimiliki (Aruguete et al., 2014).

Pada penelitian Close dan Giles (2007) cara pandang terhadap tubuh dipengaruhi pertumbuhan fisik yang berkembang. Tayangan pada media massa dapat membuat kecenderungan untuk membandingkan bentuk tubuh dengan orang lain. Pada saat ini tayangan artis K-pop sangat populer hal ini terdapat proses

(42)

melihat, mendengar, membaca dan mempelajari gaya hidup selebriti oleh individu secara berlebihan, sehingga menimbulkan empati, obsesi dan asosiasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seseorang yang mengalami pemujaan selebriti yang tinggi maka akan sulit mengatasi, menguasai tubuh sendiri sebagai bentuk yang baik. Mereka akan merasa tidak cukup karena belum memenuhi citra tubuh seperti idolanya, sebaliknya jika seseorang yang mengalami pemujaan selebriti rendah maka ia akan mudah mengontrol diri dalam menguasai citra tubuh pada dirinya sendiri tanpa merasa khawatir terhadap citra tubuh yang ditampilkan oleh idola favoritnya. Berikut adalah kerangka konseptual mengenai hubungan antara kecenderungan celebrity worship dan citra tubuh.

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiswi penggemar K-pop di UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Gambar 2. 1. Bagan Hubungan Celebrity Worship dan Citra Tubuh

Variabel X Variabel Y

ariabel Y Kecenderungan

celebrity worship Body Image

Citra Tubuh

(43)

28 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk melihat sejauh mana variasi- variasi dalam suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi dari faktor lain (Azwar, 2018). Metode penelitian yang digunakan adalah korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hubungan antara variabel dinyatakan dengan indeks tunggal yang disebut koefisien korelasi.

Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang hubungan antar variabel atau untuk menunjukkan besar kecilnya hubungan antar kedua variabel.

Dalam penelitian ini, metode korelasional bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecenderungan celebrity worship dengan citra tubuh pada mahasiswi penggemar K-pop di UIN Ar-Raniry.

B. Identitas Variabel Penelitian

Variabel merupakan karaktersitik pada individu atau benda yang menunjukkan adanya perbedaan nilai atau kondisi yang dimiliki (Mulyatiningsih, 2012). Berikut adalah identifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Variabel bebas (X) : celebrity worship 2. Variabel terikat (Y) : citra tubuh

(44)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah definisi mengenai penjelasan variabel yang sudah di rumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati (Azwar, 2018). Adapun definisi operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah:

1. Kecenderungan celebrity worship

Kecenderungan celebrity worship adalah perilaku obsesi penggemar untuk selalu terlibat dalam kehidupan selebriti yang digemari sehingga terbawa dalam kehidupan sehari-hari. Celebrity worship dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kecenderungan celebrity worship menurut McCutcheon (2003), yang terdiri dari aspek social entertaiment, intense personal feeling, dan aspek bordeline pathologycal.

2. Citra tubuh

Citra tubuh adalah sikap yang dimiliki terhadap diri yang dapat bersifat positif dan negatif tergantung bagaimana individu menyikapinya. Citra tubuh dalam penelitian ini diukur menggunakan skala yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek citra tubuh menurut Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002), yang terdiri dari aspek appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance orientation (orientasi penampilan), body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh), overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk), dan self- classiefied weight (pengkatagorian ukuran tubuh).

(45)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi diartikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2018). Dalam populasi, kelompok subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah mahasiswi UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang berjumlah 12.293 mahasiswi (Biro UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2022).

Tabel 3.1.

Populasi Penelitian

No Fakultas Jumlah Populasi Per Fakultas

1. Syariah dan Hukum 2. Tarbiyah

3. Ushuluddin dan Filsafat 4. Dakwah dan Komunikasi 5. Adab dan Humaniora 6. Ekonomi dan Bisnis Islam 7. Sains dan Teknologi

8. Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintah 9. Psikologi

1.497 5.025 613 927 815 1.141 831 501 498

Jumlah 12.293

Sumber: Biro UIN Ar-Raniry Banda Aceh (2022) 2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasi (Azwar, 2018). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara purposive sampling.

Purposive sampling yaitu teknik penggambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti mengenai sampel-sampel yang paling sesuai dan di anggap dapat mewakili suatu populasi (Sugiyono, 2017).

(46)

Penentuan jumlah sampel ini mengacu pada tabel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael dengan pengambilan tingkat kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95% (Sugiyono, 2017). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 12.293 mahasiswi, dilihat dari tabel Isaac dan Michael maka jumlah sampel yang digunakan sebanyak 336. Sampel yang di ambil dilihat melalui karakteristik yang telah di tentukan sebagai berikut:

a. Mahasiswi aktif UIN Ar-Raniry b. Responden menyukai K-pop c. Berjenis kelamin perempuan

d. Responden termasuk dalam katagori dewasa awal, yaitu rentang usia 18-25 tahun.

E. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Administrasi Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan skala penelitian yaitu kecenderungan celebrity worship dan skala citra tubuh yang nantinya akan digunakan untuk mengambil data responden. Kemudian skala penelitian tersebut terlebih dahulu melewati uji validitas oleh expert review. Setelah pengujian selesai, peneliti menyiapkan skala dalam bentuk google form yang akan disebarkan melalui jaringan pribadi, aplikasi WhatsApp dan Instagram. Adapun beberapa administari yang harus disiapkan oleh peneliti yaitu surat izin penelitian untuk UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

(47)

2. Pelaksanaa Uji Coba (try out) Alat Ukur

Pelaksanaan melakukan uji coba alat ukur pada mahasiswi selain sampel penelitian yang mendekati karakteristik. Uji coba dilakukan pada 60 responden, penarikan sampel uji coba dilakukan secara acak dimana setiap sampel merupakan mahasiswi penggemar K-pop. Pelaksanaan uji coba (try out) berlangsung pada tanggal 23 November sampai 26 November 2022 melalui penyebaran skala yang dilakukan secara online dan dibantu oleh teman dengan memberikan skala penelitian kepada subjek yang memenuji kriteria, yaitu dengan membagikan link forms/d/e/1FAIpQLSegvf7f8uNn5Q59cZeDZwSDJtT3NCmgond4FdRbOH_AOn yang berisi item pernyataan kedua skala tersebut. Setelah skala kembali terkumpul, peneliti melakukan skoring dan analisis kedua skala dengan bantuan program SPSS versi 26.0 for windows.

3. Pelaksanaan Penelitian

Proses pengumpulan data penelitian berlangsung selama 7 hari, yaitu mulai tanggal 29 November 2022 sampai dengan 05 Desember 2022. Sebelum melakukan penelitian, skala diberikan kepada 336 orang subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian, yaitu mahasiwi aktif UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang menggemari K-pop. Selanjutnya setiap subjek diberikan dua skala psikologi dengan total 76 butir aitem, yang terdiri dari 31 aitem kecenderungan celebrity worship dan 45 aitem citra tubuh. Adapun penyebaran skala dilakukan dengan online 1FAIpQLScztL9wbs0_ yaitu google form yang ditunjukan kepada mahasiswi UIN Ar-Raniry yang penggemar K-pop. Setelah skala terkumpul dengan

(48)

jumlah yang dibutuhkan, maka proses pengumpulan data dihentikan dan penelitian dilakukan ke tahap berikutnya.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Persiapan Alat Ukur Penelitian

Tahap ini, peneliti diminta untuk mempersiapkan alat ukur berupa skala psikologi. Pada penelitian ini alat ukur yang digunakan yaitu, skala kecenderungan celebrity worship berdasarkan aspek dari McCutcheon (2003) dan skala citra tubuh berdasarkan aspek dari Cash (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) Skala dalam penelitian ini menggunakan jenis skala likert yaitu skala yang biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi individu maupun kelompok tentang fenomena sosial yang diteliti. Dengan skala likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan. Adapun pernyataan yang disajikan terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable.

Pernyataan favorable merupakan pernyataan yang bersifat mendukung aspek-aspek dalam variabel, sedangkan pernyataan unfavorable terdiri dari pernyataan yang tidak mendukung aspek sdari variabel (Azwar, 2016). Pada skala ini terdiri dari aitem favorable dan unfavorable dengan menggunakan 4 pilihan jawaban yang diberi yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (ST), sangat tidak sesuai (STS) dengan tidak memakai jawaban ragu-ragu karena dapat menimbulkan kecenderungan subjek dalam menjawab ragu-ragu bagi subjek yang

(49)

tidak pasti dengan jawaban. Penilaiannya bergerak dari empat sampai satu untuk aitem favourable dan dari satu sampai empat untuk aitem unfavourable.

Tabel 3. 2 Skor Item skala

Berikut adalah skala yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Skala Kecenderungan celebrity worship

Kecenderungan celebrity worship dapat diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan teori yang dikembangkan oleh McCutcheon (2003) yaitu:

1. Entertainment-social

Dalam hal ini, individu memandang idolanya sebagai hiburan sosial. Individu akan tertarik untuk mendapatkan informasi terbaru tentang selebriti, termasuk kehidupan pribadi mereka. Orang-orang yang suka membicarakan mereka sebagai ekspresi ketertarikan bakat yang dimiliki oleh selebriti tersebut. Para penggemar K- pop biasanya memiliki komunitas atau istilahnya fandom. Fandom adalah forum tempat penggemar idola atau artis tertentu untuk saling berbagi informasi terkait idola mereka. Selain itu juga mereka biasanya berbincang terkait aktivitas yang dilakukan oleh idola favorit mereka.

2. Intense-personal-feeling

Dalam konteks ini, perasaan pribadi yang intens didefinisikan sebagai pemikiran yang dimiliki seseorang terhadap artis idolanya, meskipun orang tersebut sedang tidak ingin memikirkan idolanya. Individu terobsesi dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan selebrti idolanya. Perilaku impulsif dan kompulsif terhadap

Jawaban Favorable Unfavorable

SS (Sangat Setuju) S (Setuju)

TS (Tidak Setuju)

STS(SangatTidak Setuju)

4 3 2 1

1 2 3 4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kurikulum Prodi S-1 Perbankan Syariah yang mengacu pada KKNI maka SDM perbankan syariah (Bankir Syariah) wajib memiliki beberapa kompetensi lulusan

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pemanfaatan koleksi digital Arab dengan pemenuhan informasi rujukan Islam pengguna untuk hasil nilai

1) Bagi akademisi, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam kegiatan mengajarnya maupun dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan efektivitas kerja dengan peningkatan kinerja aparatur sipil

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa faktor yang mempengaruhi minimnya minat calon mahasiswa memilih prodi studi agama-agama

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan pengeluaran perkapita dan status gizi buruk terhadap kemiskinan sehingga dapat terlihat kantong kemiskinan dan masalah

Hasil dari penelitian tersebut bahwa dalam perusahaan terjadi hambatan karena Elhanief Konveksi baru memiliki konsumen dan tergolong minim dari Banda Aceh dan

Hasil penelitian secara keseluruhan yang dinilai berdasarkan total persentase efektivitas pembelajaran sebesar 79,3% yang berada dalam katagori efektif, serta didukung