• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keindahan Berdasarkan Tradisi Ilmiah Islam Melauli Metode Burhani Dan Irfani.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keindahan Berdasarkan Tradisi Ilmiah Islam Melauli Metode Burhani Dan Irfani."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH

KEINDAHAN BERDASARKAN TRADISI ILMIAH ISLAM MELAULI METODE BURHANI DAN IRFANI

Oleh: Susie Perbawasari 196102201994032001

UNIVERSITAS PADJADJARAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

Pendahuluan

Tidak bisa kita pungkiri bahwa keindahan itu adalah ciptaan Tuhan, banyak

ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang ciptaan Tuhan yang berkaitan dengan

keindahan, mulai dari keindahan alam, keindahan manusia, bahkan keindahan surga.

Keindahan tersebut bisa dilihat secara empirik melalui pancaindera, ketika

keindahan itu melekat pada objek-objek yang bisa dilihat secara langsung atau pada objek

fisik, tetapi keindahan itu tidak saja pada objek fisik melainkan juga pada objek-objek

nonfisik yang tidak lagi bisa dilihat secara empirik melalui pancaindera tapi diperlukan

akal sebagai alat (sumber) ilmu pengetahuan.

Di sini saya akan mencoba memaparkan keindahan ini dengan menggunakan

metode burhani dan metode irfani.

A. Metode Burhani

Metode Burhani adalah metode yang tidak hanya mengandalkan pancaindera

sebagai alat untuk mengamati objek ilmu, karena dalam tradisi ilmiah Islam objek ilmu

tidak dibatasi hanya pada objek-objek fisik, tetapi juga pada objek-objek nonfisik

(metafisik) yang tidak hanya bisa dilihat oleh pancaindera.

(3)

Untuk melakukan penelitian yang objeknya nonfisik, tidak hanya diperlukan

pancaindera sebagai alat, seperti metode observasi dan eksperimental, tetapi diperlukan

alat lain yaitu akal, karena akal mampu melakukan banyak hal yang tidak bisa dilakukan

oleh pancaindera. Akal mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan indera,

seperti yang dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam kitabnya yang terkenal yaitu Misykat

Al-Anwar. Karena kelebihan yang dimilikinya, akal disebut sebagai sumber ilmu, di

samping sumber-sumber lainnya, seperti indera dan wahyu.

Meskipun akal ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan indera tetapi

tidak menjamin akal itu selalu benar dan akurat, seperti yang dikemukakan oleh

Kartanegara:

“…untuk mengetahui objek-objek nonfisik, ternyata tidak bisa sekaligus jaminan bahwa persepsi akal selalu benar dan akurat. Dibutuhkan syarat-syarat, kaidah-kaidah serta prosedur-prosedur ilmiah tertentu untuk memastikan bahwa persepsi itu akurat. Dari sini muncul metode berpikir yang benar, yang disebut logika (manthiq).” (Kartanegara. 2006:189)

Nina Syam mengemukakan bahwa, sementara ini, para pemikir Muslim

menggunakan tiga macam metode sesuai dengan tingkat atau hierarki objek-objeknya,

yaitu:

(1) Metode observasi (sebagaimana yang digunakan di Barat) atau disebut tajribi,

(2) Metode logis atau demonstratif (burhani), dan

(3) Metode intuitif (irfani).

Yang masing-masing bersumber pada indera, akal dan hati. (Pikiran Rakyat. Senin, 17

(4)

Makalah ini akan membahas masalah keindahan, yang mana keindahan ini

adalah objeknya fisik dan nonfisik, sehingga di samping memerlukan pancaindera juga

memerlukan akal sebagai alat ukurnya. Untuk itu diperlukan metode berpikir logika

yang berdasarkan pada akal, yakni metode Burhani.

Metode Burhani adalah metode logika yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang telah diketahui, sehingga menghasilkan kesimpulan, pengetahuan atau informasi baru, yang sebelumnya tidak atau belum diketahui. Adapun prosedur yang harus diikuti dalam penarikan kesimpulan tersebut, adalah apa yang disebut sebagai silogisme, yang harus mempunyai beberapa bagian pokok, yaitu premis ( mayor dan minor), middle term dan kesimpulan. (Kartanegara. 2006:190)

Keindahan, karena sifatnya nonfisik, maka diperlukan suatu metode berpikir

logis, sehingga diharapkan dapat mengungkapkan realitas dengan tepat, karena terhindar

dari kekeliruan-kekeliruan logis. Logika dikembangkan untuk membangun

argument-atgumen, merumuskan metode-metode, penyangkalan, menemukan kerancuan,

merumuskan teori klasifikasi dan definisi, gagasan-gagasan dasar silogisme, konsepsi

pembuktian dan demontrasi, dan garis-garis besar metode intelektual yang digunakan

dalam pencapaian kebenaran. (Al-Attas. 1995:40)

Sementara Nina Syam berpendapat bahwa:

(5)

Untuk menghindari kesalahan dalam mengambil kesimpulan, maka dalam

makalah ini saya akan mencoba megemukakan mulai dari konsep beserta asumsi-asumsi

yang berkaitan dengan keindahan.

Konsep Keindahan

Keindahan berasal dari kata indah. Secara konseptual indah adalah ‘keadaan enak

dipandang, cantik, bagus benar, elok’. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Keindahan

melekat pada benda yang mempunyai sifat indah, misalnya hasil seni, pemandangan

alam, manusia, rumah, suara, warna, dan sebagainya.

Berbicara tentang keindahan mau tak mau kita harus menengok jauh ke belakang

yaitu ke jaman Yunani Kuno, abad ke-18. Pada saat itu pengertian keindahan telah

dipelajari oleh para filsuf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik”

(Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata

“beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa

Latin “bellum”. Akar katanya adalah “bonum” yang berarti kebaikan kemudian

mempunyai bentuk pengecilan menjadi “bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga

ditulis “bellum”.

Menurut cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu

kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk membedakan ini

dalam bahasa Inggris sering digunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful”

(benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat kedua pengertaian itu

(6)

Beberapa tokoh mendefinisikan keindahan sebagai berikut:

Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat.

(Tolstoy)

Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian

yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseuruhan itu sendiri. Atau, beauty

is an order of parts in their manual relations and in their relation to the whole.

(Baumgarten)

Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles

merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan. Plotinus

mengatakan tentang ilmu yang indah dan kebijakan yang indah. Orang Yunani berbicara

pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Selanjutnya The

Liang Gie menjelaskan, bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide

kebaikan.

Jadi, menurut luasnya keindahan dapat dibedakan menjadi:

1. Keindahan dalam arti luas.

2. Keindahan dalam arti estetik murni.

3. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.

Sedangkan pengertian yang seluas-luasnya meliputi:

- Keindahan seni

(7)

- Keindahan moral

- Keindahan intelektual.

Keindahan merupakan bagian hidup manusia, keindahan tak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Di mana pun, kapan pun, dan siapa pun dapat menikmati keindahan.

Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan

tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.

Suatu kata mempunyai pengertian universal apabila ia mengikat seluruh bawahannya

tanpa kecuali : seperti manusia, tumbuhan, hewan dan lain-lain. Manusia disebut

universal karena dia mengikat semua manusia, baik manusia kulit putih, kulit hitam,

anak-anak, orang dewasa, orang tua, muda dan sebagainya.

Begitu juga dengan tumbuhan dan hewan, yang disebut dengan tumbuhan ataupun hewan

adalah semua tumbuhan dan semua hewan baik yang ada dilaut, didarat, digunung

ataupun diudara.1

Syurga adalah tempat yang indah, belum pernah terlintas dalam benak manusia. ia

begitu indah untuk dibayangkan.... luasnya seluas langit dan bumi

istana-istana yang megah tinggi menjulang mencakar naungan yang terbentang

luas, terbuat dari emas, perak, mutiara dan zamrud, dan segala perhiasan yang

indah-indah. disana terdapat kebun-kebun yang menghijau tua, buahnya lebih manis daripada

1

(8)

madu, lebih lembut dari keju, disana juga terdapat sungai-sungai arak, susu yang tiada

orangpun yang terlarang mengambilnya, tidak memabukkan dan tidak membuat kepala

menjadi pening.

sejuk tetapi tidak dingin yang bersangatan, tidak merasakan teriknya mentari,

disana terdapat pelayan-pelayan muda yang kamu kira mereka mutiara yang bertaburan,

bidadari-bidadari yang sopan dan menundukkan pandangan, tidak liar dan dijadikan tetap

perawan. dipan dipan, pakaian indah-indah, sutra dan kerajaan yang besar mereka saling

kunjung mengunjungi antara penduduk syurga, disana juga terdapat pasar-pasar syurga,

setiap tetangga yang mengunjungi tetangga lain yang lebih megah istananya tiada merasa

iri dan dengki, karena Allah telah mematikan sifat itu, yang ada hanya damai dan salam,

tiada perkataan yang keji dan kotor meluncur dari mulut-mulut penghuninya dan apabila

saudara-saudara di bumi mereka beriman, maka Allah menghubungkan pertalian darah

mereka di syurga....

dan seketika itu kenikmatan itu tiada artinya ketika Allah membuka tirainya dan

memperlihatkan keindahanya dzatnya yang maha Agung...2

Rasulullah SAW pernah menjelaskan keindahan syurga diantaranya adalah :

"Batu batanya dari emas dan perak, perekat (batu-batu) nya berupa misik harum,

kerikilnya berupa permata dan yakut dan tanahnya dari za'faran. Barangsiapa

memasukinya akan mendapatkan kenikmatan dan tidak pernah celaka, kekal tidak mati,

2

ht t p:/ / w w w .indonesia.fait hfreedom .org/ forum / view t opic.php?t =21908& sid=3033c1cb87740bf069d4e20

(9)

pakaiannya tidak akan usang dan selalu awet muda." (Hadits shahih riwayat Ahmad, dan

Tirmidzi).

Rasulullah SAW juga bersabda : "Jika wanita penghuni syurga turun ke dunia ini,

tentu antara langit dan bumi ini akan bersinar, dan bau harumnya akan bersenar

memenuhinya dan mahkota di kepalanya lebih baik daripada dunia dan seisinya." (HR.

Bukhari).3

Keindahan adalah identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan

kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan

mempunyai daya tarik yang selalu bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti

tidak indah.

Pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai

moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan

segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik.

Dalam “Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang

nilai sebagai berkut:

“The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan

yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok)

(10)

Hal itu berarti, bahwa nilai semata-mata adalah realita psikologis yang harus

dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan

pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti

letak kebenarannya.

Tentang nilai itu ada yang membedakan antara nilai subjektif dan nilai objektif,

atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai kemasyarakatan. Tetapi

penggolongan yang penting ialah Nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik

dipandang dari bendanya,nilai instrinsik dari isinya. (Suyadi. 1984:9-10)

Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk

sesuatu hal lainnya ( instrumental/Contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai

alat atau membantu. Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau

sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.

Dari apa yang dikemukakan di atas, dua hal yang bisa kita petik; yaitu keindahan

menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan bisa

bermacam-macam. Selain itu, keindahan sebagai pengertian mempunyai makna yang

relatif, yaitu sangat bergantung pada subjeknya.

Keindahan tidak hanya merupakan perpaduan dari pengamatan pancaindera

semata-mata, tetapi juga merupakan perpaduan pengamatan batiniah. Pengertian

keindahan tidak hanya terbatas pada kenikmatan penglihatan semata-mata, tetapi

(11)

moral, dan agama sebagai unsur keindahan, di samping sudah barang tentu

unsur-unsur lainnya.

Dari premis-premis tersebut kita dapat menarik suatu kesimpulan yang secara

logika benar yang dapat dibuktikan melalui metode-metode penelitian,

pertanyaan-pertanyaan penelitian serta argument-argumen yang berdasarkan pada akal manusia,

tetapi seperti yang telah dijelaskan bahwa akal manusia mempunyai keterbatasan. Oleh

karena itu, diperlukan alat lain yakni hati. Jadi metode yang digunakan tidak hanya

metode tajribi dan burhani, tetapi juga dibutuhkan metode irfani dan metode bayani

sebagai sumber ilmu lainnya.

A. Metode Irfani

Setelah menggunakan metode tajribi dengan pancaindera dan menggunakan

metode burhani dengan akal, ternyata masih diperlukan metode ilmiah lain untuk

kesempurnaan ilmu manusia. Dalam tradisi Islam, selain indera dan akal, masih ada lagi

satu alat pengetahuan yang diakui oleh ilmuwan Muslim yaitu yang disebut hati (qalb)

atau dalam bahasa filsafat disebut intuisi. Akal adalah suatu substansi ruhaniah yang

melekat dalam organ ruhaniah pemahaman yang kita sebut hati atau kalbu, yang

merupakan tempat terjadinya intuisi.

Menurut pandangan ilmuwan Muslim, betapapun hebatnya akal, ia tetap saja ada

batasnya, masih banyak hal besar yang tidak bisa ditangani oleh akal. Karl R. Popper

menemukan makna dari Alif Laam Miim yang mengandung makna filibilisme, bahwa akal

(12)

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan akal adalah:

1. Mengikuti hawa nafsu, kecenderungan, dan keinginan-keinginan.

2. Cinta atau benci buta dan prasangka tak beralasan

3. Takabur (kesombongan)

4. Taqlid buta terhadap pendapat nenek moyang (para pendahulu), mereka yang

memiliki kekuatan, dan pemikiran diri sendiri yang jumud.

(Ghulsyani.1994:111-113).

Maka dari itu, peranan penting ketakwaan dan kesucian hati adalah menjaga

kekeliruan akal. Bagaimanapun, dari ayat-ayat Al-Quran tertentu dan karya-karya Islam,

kita dapat menyimpulkan bahwa efek ketakwaan tidaklah terbatas pada penghilangan

alangan-alangan pengetahuan; tetapi dengan ketakwaan dan penyucian seorang dapat

meraih pengetahuan di atas dan di balik pengetahuan yang diraih lewat pengalaman dan

penalaran. Dalam hal ini ada beberapa ayat Al-Quran yang relevan dengan hal tersebut,

antara lain:

Kami memperlihatkan kepada Ibrahim, dimensi spiritual (malakut) langit dan

bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang

yang yakin.(Al-An’aam:75)

Sebuah hadis Nabi saw. Yang secara universal diterimadan diakui oleh seluruh

kaum muslim mengatakan:

(13)

terpuji, hingga Aku mencintainya. Maka Aku mencintainya, Akulah yang menjadi telinganya, yang dengannya ia mendengar; dan matanya, yang dengannya ia melihat; lidah, yang dengannya ia berbicara; tangan, yang dengannya ia memegang. Jika ia berdoa kepada-Ku, Aku menjawabnya, dan jika ia meminta, Aku memberinya.”

Jadi, dengan iman, manusia bisa membedakan antara yang benar dan yang salah,

karena aktivitas intelektualnya bebas dari kejahata-kejahatan yang disebabkan oleh

ajakan-ajakan dan godaan-godaan buruk.

Kita memahami intuisi sebagai pemahaman langsung akan kebenaran-kebenaran

agama, realitas, dan eksistensi Tuhan, dalam tingkat yang lebih tinggi, intuisi adalah

intuisi terhadap eksistensi itu sendiri. Berkenaan dengan intuisi pada tingkat-tingkat

kebenaran yang lebih tinggi, intuisi tidak datang pada setiap orang yang telah menjalani

hidupnya dengan mengalami kebenaran agama melalui praktik pengabdian kepada Tuhan

secara ikhlas. Intuisi ini datang pada orang yang , dengan pencapaian intelektualnya,

telah memahami hakikat keesaan Tuhan dan arti keesaan ini dalam suatu sistem matafisik

terpadu.

Intuisi ini datang pada orang yang merenungkan secara terus-menerus hakikat

realitas ini, dan, kemudian, selama perenungan mendalam ini dan dengan kehendak

Tuhan, kesadarannya akan dirinya dan keadaan subjektifnya dihapuskan, lalu masuk ke

dalam keadaan kedirian yang lebih tinggi, baka dalam Tuhan. (Al-Attas. 1995:37-38)

Dalam memandang keindahan, tidak hanya akal yang diperlukan tetapi juga hati, maka

metode pencapaiannya pun tidak hanya metode burhani melainkan diperlukan juga

(14)

Karena pengenalan intuitif dapat diibaratkan turunnya sinar kebenaran ke dalam hati

seorang hamba yang bersih, sehingga kebenaran itu hadir dalam dirinya.

Selain dunia indera dan akal sebagai sumber ilmu, para sarjana Muslim juga

menyakini Al-Quran (firman Tuhan) sebagai sumber ilmu yang lainnya.

Al-Ghazali mengklasifikasikan “ilmu agama” dalam dua kelompok: terpuji

(mahmud) dan tercela (madzmum). Yang dimaksud dengan “ilmu agama tercela” adalah

yang tampaknya diarahkan kepada syariah, tapi nyatanya menyimpang dari

ajaran-ajarannya. Selanjutnya, “ilmu agama terpuji” dibagi dalam empat kelompok:

1. Ushul (dasar-dasar; yaitu: Al-Quran, Al-Sunnah, ijma’ atau consensus dan

tradisi (kebiasaan) para sahabat Nabi).

2. Furu’ (masalah-masalah sekunder atau cabang; yaitu: masalah-masalah fiqih,

etika, dan pengalaman mistik.

3. Studi-studi pengantar (qaidah, sharaf bahasa Arab, dan lain-lain).

4. Studi-studi pelengkap (membaca dan menterjemahkan Al-Quran, mempelajari

prinsip-prinsip fiqih, ‘ilm al-rijal atau penyelidikan biografi para perawi

hadis-hadis, dan lain-lain). (Ghulsyani.1994:41)

Keindahan tidak hanya bisa dilihat berdasarkan pengamatan empirik saja, bahkan

mungkin akal pun belum bisa menjangkau keberadaan keindahan yang sifatnya nonfisik,

misalnya keindahan surga, meskipun kita menyakininya, tapi akal bukan satu-satunya alat

yang bisa kita gunakan untuk menangkap realitas-realitas nonfisik. Pasalnya selain akal,

(15)

tersebut, tetapi orang yang hatinya tidak bersih dia tidak akan bisa mengambil manfaat

dari apa yang telah dia peroleh, seperti pernyataan dari Imam Ali bin Abi Thalib: “Orang

yang tidak membersihkan hatinya, dia tidak akan dapat mengambil manfaat dari

inteleknya.”

Melalui sejumlah tanda di dalam Al-Qur`an, Allah memberikan penghargaan

kepada estetika, kecantikan, dan kemolekan, dan memberikan dorongan kepada

hamba-hamba-Nya untuk menikmati itu semua.

Surga adalah Ciptaan Tuhan

Ayat-ayat Al-Qur`an yang berkaitan dengan surga juga berperan sebagai

bimbingan bagi makhluk beriman, karena ayat-ayat itu menguraikan nilai-nilai estetika

dan kecantikan yang Allah sudah pilihkan untuk mereka. Inilah bentuk-bentuk kecantikan

dan estetika yang menyenangkan Allah. Lebih dari itu, Dia sudah berjanji untuk memberi

rahmat kepada hamba-hamba-Nya dengan kemolekan semacamnya kelak di surga. Dalam

cahaya tanda-tanda inilah, orang-orang beriman coba menciptakan satu lingkungan

seperti yang digambarkan terdapat di surga, untuk mereka nikmati sendiri di dunia ini,

sehingga dengan demikian memperoleh pola hidup yang ditandai dengan melimpahnya

keindahan. (Harun Yahya)

Manusia adalah Ciptaan Tuhan

Manusia adalah ciptaan Tuhan, semua ciptaan Tuhan adalah indah, karena

dasarnya adalah kebenaran. Keindahan manusia ini dilukiskan oleh Allah melalui

(16)

Allah, Dia yang telah menciptakan manusia dalam bentuk terindah, juga

memberikan ilham kepada mereka agar mereguk kesenangan dari berbagai macam

kecantikan. Di antara semua ciptaan, hanya manusia saja yang mendapat iradah mengenal

konsep "kecantikan". Manusia tidak saja menikmati barang-barang cantik, tapi juga

berusaha membuatnya.

Allah, Dia yang telah menciptakan manusia dalam bentuk terindah, juga

memberikan ilham kepada mereka agar mereguk kesenangan dari berbagai macam

kecantikan. Di antara semua ciptaan, hanya manusia saja yang mendapat iradah mengenal

konsep "kecantikan". Manusia tidak saja menikmati barang-barang cantik, tapi juga

berusaha membuatnya.

Di dalam al-Qur'an Dia menyatakan bahwa karunia-Nya,

"Katakanlah, 'Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?' Katakanlah, 'Semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja di hari kiamat)…." (al-A'raaf : 32)

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, yang hendak Kami uji (dengan perintah dan larangan), dan Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (Al-Ihsan:2)

(17)

Alam adalah Ciptaan Tuhan

Beberapa ayat dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa Allah telah menciptakan

alam. Alam merupakan ciptaan Allah. Jadi, alam merupakan keindahan, karena

keindahan dasarnya adalah kebenaran, dan tidak ada ciptaan Allah yang tidak

berdasarkan kebenaran. Ayat-ayat tersebut antara lain:

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diatur-Nya menjadi sumber-sumber di bumi, kemudian ditumbuhkannya dengan air itu tanaman-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering, lalu Kami melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijaikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (Az Zumar:21)

Allah, Dia-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan, dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.(Ar Ruum:48)

Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(An Naml:88)

Dengan berpedoman kepada ayat-ayat Al-Quran dan Hadis sebagai sumber

ilmu, Al-Quran tentu saja, sebagai mana alam semesta, adalah sumber pengetahuan yang

luas dan dalam, serta mencakup berbagai aspek, yang untuk memahaminya dengan benar

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Attas, Syed Muhammad Naquib.1995. Islam dan FilsaSains.Bandung: Mizan

Ghulsyani, Mahdi. 1994. Sains menurut Al-Quran. Bandung: Mizan.

Kartanegara, Mulyadhi. 2006. Reaktualisasi Tradisi Islam. Jakarta: Baitul Ikhsan.

Nataatmadja, Hidayat. 1994. Krisis Manusia Modern. Surabaya: Al-Ikhsan.

Widagdo, Djoko. 1991. Ilmu Budaya Dasar.Jakarta: Bumi Aksara.

Sumber lain:

Surat kabar Pikiran Rakyat

ht t p:/ / w w w .parapem ikir.com / articles/ 6482/ 1/ Part ial/ Page1.ht ml

http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=21908&sid=3033c1cb87 740bf069d4e2092ac063a3

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya diatur bahwa untuk pendaftaran peralihan hak atas tanah karena pemindahan hak yang dibuktikan dengan akta PPAT tidak diperlukan syarat berupa dokumen lain

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 4 perusahaan Tobacco Manufacturers yang go public dan terdaftar di PT Bursa Efek Indonesia tahun 2005 – 2008, sedangkan jenis

L ahan pasang surut dengan topografi yang datar dan air selalu tersedia sangat sesuai untuk usahatani khususnya padi, tetapi dalam penggunaannya terdapat beberapa m asalah seperti

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah seorang guru fisika di SMAN 1 Tapaktuan, maka dapat diketahui bahwa soal-soal semester itu adalah soal yang dibuat

Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang menyebutan bahwa “Setiap orang dilarang merusak, memotong, menghancurkan, dan/atau mengubah Rupiah

Telah dilakukan penelitian tentang fenomena dielektroforesis menggunakan sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap

Seperti telah diuraikan di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah banyaknya anak dan remaja yang mengakses internet dengan pola konsumsi yang cukup sering

Sebelum 1 Januari 2015, suatu pengendalian atas entitas anak dianggap ada bilamana Perusahaan menguasai secara langsung atau tidak langsung lebih dari 50% (lima puluh persen) hak