ABSTRAK
FAKTOR – FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT JAMUR PADA KULIT
Jimmy Tanmadibrata, 2006. Pembimbing I : Winsa Husin, dr., Msc., M.Kes. Pembimbing II: Dian Puspitasari, dr., SpKK.
Mikosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit ini umumnya kronis dan bisa rekuren tetapi jarang fatal. Insidensi mikosis superfisial cukup tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas. Penyakit jamur pada kulit berdampak negatif bagi manusia, baik dari segi produktivitas perorangan, dan gangguan kosmetik.
Timbulnya infeksi jamur pada kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi, diantaranya adalah kekebalan tubuh yang menurun, kegemukan dan berkeringat banyak, iklim dan kelembaban yang tinggi, faktor kebiasaan dan gaya hidup, penggunaan obat – obat imunosupresan, dan beberapa faktor lainnya.
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk dapat lebih mendalami faktor- faktor yang mempengaruhi penyakit jamur kulit, serta mempelajari lebih lanjut mekanisme terjadinya suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit infeksi jamur pada kulit sebenarnya dapat dicegah, dengan meningkatkan kebersihan tubuh dan kesadaran akan perlunya pencegahan dari faktor - faktor predisposisi yang mempermudah jamur untuk tumbuh. Kata Kunci : Faktor – faktor predisposisi, Mikosis.
ABSTRACT
PREDISPOSITION FACTORS OF SKIN MYCOSIS
Jimmy Tanmadibrata, 2006. 1st tutor : Winsa Husin, dr., Msc., M.Kes. 2nd tutor : Dian Puspitasari, dr., SpKK. Mycosis is a disease caused by fungi. This disease commonly chronic and reccurent but less fatal. Superficial skin mycosis incidence in Indonesia is high enough, because it infects lots of people. Mycosis on the skin has negative effects, such as decreasing of the individual productivity, and cosmetic disturbances.
The occurance of skin mycosis is influenced by some predisposition factors, such as: insufficient or depressed immune system, high climate and moisture, habits and life style, the immunosupresing drug users, and others.
The aim of this literature study is to learn further about the predisposition factors that influenced the skin mycosis, and also learn about the mechanism how could this disease accurs.
The skin mycosis could be prevented .Increasing the body hygiene, and prevention of these predisposition factors are main points.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... ...i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ...ii
SURAT PERNYATAAN ... ...iii
ABSTRAK ... ...iv
ABSTRACT ... ...v
KATA PENGANTAR ... ...vi
DAFTAR ISI... ...viii
DAFTAR GAMBAR ... ...x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... ...1
1.1. Identifikasi masalah ... ...2
1.3. Maksud dan Tujuan ... ...2
1.4. Kegunaan ... ...2
1.5. Metodologi penelitian ... ...3
1.6. Tempat dan waktu penelitian ... ...3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi ... ...4
2.2. Anatomi Kulit secara histopaologik ... ...4
2.2.1. Lapisan Epidermis ... ...5
2.2.2. Lapisan Dermis ... ...6
2.2.3. Lapisan Subkutis ... ...7
2.3. Fisiologi kulit ... ...7
2.3.1. Fungsi proteksi ... ...8
2.3.2. Fungsi absorbsi ... ...9
2.3.3. Fungsi eksresi ... ...9
2.3.4. Fungsi persepsi ... ...10
2.3.5. Fungsi pengaturan suhu tubuh ... ...10
2.3.6. Fungsi pembentukan pigmen ... ...10
2.3.7. Fungsi keratinisasi ... ...11
2.3.8. Fungsi pembentukan vitamin D ... ...11
2.4. Tinjauan Mikrobiologi ... ...12
2.4.1. Mikosis kutan ... ...14
2.4.2. Mikosis superfisialis ... ...25
2.5. Faktor predisposisi ... ...32
2.5.1. Menurunnya kekebalan tubuh ... ...34
2.5.2. Kegemukan dan berkeringat banyak ... ...35
2.5.3. Iklim dan kelembaban tinggi ... ...36
2.5.4. Faktor kebiasaan dan gaya hidup ... ...36
2.5.5. Penggunaan obat ... ...37
BAB III PEMBAHASAN ... ...41
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan ... ...45
4.2. Saran ... ...45
DAFTAR PUSTAKA ... ...46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Penampang histopatologi kulit manusia ... ...12
Gambar 2.2 Tinea Pedis ... ...16
Gambar 2.3 Tinea Manum ... ...17
Gambar 2.4 Tinea Unguium... ...19
Gambar 2.5 Tinea Kruris ... ...20
Gambar 2.6 Tinea Korporis ... ...22
Gambar 2.7 Tinea Kapitis ... ...25
Gambar 2.8 Tinea Versikolor ... ...26
Gambar 2.9 Piedra... ...28
Gambar 2.10 Tinea Nigra Palmaris ... ...29
Gambar 2.11 Otomikosis ... ...30
RIWAYAT HIDUP
Nama : Jimmy Tanmadibrata
Nomor Pokok Mahasiswa : 0110174
Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 11 Juli 1983
Agama : Katholik
Nama Ayah : Untung Tanmadibrata
Nama Ibu : Taty Nirmala
Alamat : Jl. Gunawan no: 8 Bandung 40171
Riwayat Pendidikan :
Lulus SD Taruna Bakti, Bandung, 1995 Lulus SMP Santo Aloysius, Bandung, 1998 Lulus SMU Santo Aloysius, Bandung, 2001
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikosis adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh jamur (Dorland, 1996).
Jumlah penduduk Indonesia dewasa ini bertambah dengan pesatnya. Pertambahan penduduk ini berbanding lurus dengan angka kejadian penyakit di Indonesia, khususnya penyakit jamur pada kulit. Sebagian masyarakat Indonesia kurang peduli akan pentingnya kebersihan pada permukaan kulit tubuhnya, yang semestinya lebih mendapat perhatian, karena kulit berhubungan langsung dengan lingkungan luar tubuh. Indonesia adalah salah satu negara beriklim tropis, dengan kelembaban udara dan curah hujan cukup tinggi, yang merupakan salah satu faktor pencetus pertumbuhan jamur.
Antara tahun 2002 – 2003, sekitar 35% dari total pasien yang datang ke bagian kulit RSCM terkena infeksi jamur. Usia mereka kebanyakan antara 25 – 44 tahun. Sementara di Jakarta Skin Centre, dr. Kusmarinah, SpKK. mencatat sejumlah pasien infeksi jamur kuku yang datang pada saat penyakitnya sudah lanjut. Masalah infeksi jamur menempati posisi ke dua dari seluruh penyakit kulit di dunia. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut tidak hanya menyerang suatu golongan, namun dapat menyerang siapa saja baik laki-laki atau perempuan, anak-anak atau dewasa, dimana dan kapan saja di rumah, di kantor, di sekolah bahkan di tempat paling bersih sekalipun (Kompas Cyber media, 2005).
Biasanya jamur sangat menyukai daerah yang lembab dan berminyak. Semakin lembab dan berminyak, semakin subur jamur itu tinggal. Jadi, tak heran bila daerah yang kena infeksi jamur adalah bagian lipatan kulit dan permukaan kulit yang mudah lembab (Harian Republika, 2004). Beberapa
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Penyakit infeksi jamur pada kulit dapat terjadi bila terdapat faktor – faktor predisposisi seperti menurunnya kekebalan tubuh, kegemukan dan berkeringat banyak, iklim dan kelembaban yang tinggi, kebiasaan dan gaya hidup, penggunaan obat, dan faktor lainnya. Kebersihan tubuh seseorang dan kesadaran akan perlunya pencegahan dari faktor - faktor predisposisi yang mempermudah jamur untuk tumbuh adalah sangat penting, karena dengan demikian pertumbuhan jamur di kulit dapat dihambat.
Jamur dapat tumbuh pada kulit apabila kecepatan pertumbuhan jamur melebihi epidermal turn over kulit.
4.2 SARAN
Pengobatan pada infeksi jamur kulit superfisial, selain dengan terapi, perlu dihindari faktor – faktor predisposisi yang mempermudah jamur itu tumbuh.
DAFTAR PUSTAKA
Adelaide Mycology. 2001. http://www.mycology.adelaide.edu.au/gallery/ photos/nigra1.gif nigra1.bmp. 4 Agustus 2005
Asri B. Sjuhada. 2004. Kaki perlu perawatan khusus. http://search.jawapos.com/index.php?act=detail_s&f_search=sjuhad a&id=95529. 5 September 2005
American Institute of Preventive Medicine. 2003. Vaginal yeast infection. http://www.healthy.net/scr/article.asp?ID=1607. 4 Agustus 2095
Benny E. Wiryadi. 1993. Mikrobiologi kulit. Dalam: Suria Djuanda; Mochtar Hamzah; Siti Aisah. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman: 19 – 22
Bisnis Indonesia. 2004. Tiga faktor jadi penyebab tumbuhnya jamur di kulit. http://www.dnet.net.id/kesehatan/beritasehat/detail. php?id= 1966, 16 Agustus 2005
Doctor Fungus. 2001. Piedra. http://www.doctorfungus.org/ mycoses/ kumarlother/piedra.htm. 16 Agustus 2005
Dorland. 1996. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Halaman: 1197 Downing D. T., Stewart M. E., Wertz P. W., Strauss J. S. 2003. Lipid of
epidermis and the sebaceous glands In: T. B. Fitzpatrick, A. Z. Eisen, K. Wolff, I. F. Freedberg, K. F. Austen, editors: Dermatology in General Medicine. 6th ed. New York: Mc Graw – Hill. P. 211 - 216
Emedicine. 2004. Vaginal infection. http://www.emedicinehealth.com /articles/6895-1.asp. 4 Agustus 2005
Epstein E. H., Goldsmith L. A. 2003. Structure and development of skin In: T. B. Fitzpatrick, A. Z. Eisen, K. Wolff, I. F. Freedberg, K. F. Austen, editors: Dermatology in General Medicine. 6th ed. New York: Mc Graw – Hill. P. 88 – 96
Euclid. 2001. Mycosis. http://euclid.dne.wvfibernet.net/~jvg/ Bio208/ skin%20photos/TinPed1.jpg. 4 Agustus 2005
Goldstein A. O., Goldstein B. G. 2001. Infeksi jamur superfisial dalam: Dermatologi Praktis. Jakarta: Hipokrates. Halaman: 99 – 129
Guyton and Hall. 1997. Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Edisi 9. Halaman: 1151 – 1152, 547, 555
Hari Sukanto. Imunologi dermatofitosis. 2001. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 7 (3): 95 – 105
Hawke library. 2002. Otomycosis. Http://eac.hawkelibrary.com/ slideshow.php?set_albumName=otomycosis. 16 Agustus 2005
Holbrook K. A., Wolff K. 2003. The structure and development of the skin In: T. B. Fitzpatrick, A. Z. Eisen, K. Wolff, I. F. Freedberg, K. F. Austen, editors: Dermatology in General Medicine. 6th ed. New York: Mc Graw – Hill. P. 97 - 138
Indropo Agusni. 2001. Mekanisme kerja kortikosteroid topikal. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 13 (3):156 – 160
Jackson S. M., Elias P. M. 2003. Skin as organ of protection In: T. B. Fitzpatrick, A. Z. Eisen, K. Wolff, I. F. Freedberg, K. F. Austen, editors: Dermatology in General Medicine. 6th ed. New York: Mc Graw – Hill. P. 241 – 241
Kobayashi George S., Martin Ann G. 2003. Fungal disease with cutaneous involvement In: T. B. Fitzpatrick, A. Z. Eisen, K. Wolff, I. F. Freedberg, K. F. Austen, editors: Dermatology in General Medicine. 6th ed. New York: Mc Graw – Hill. P. 2420 – 2451
Kompas Cyber Media. 2002. Meredakan gatal. http://www.dnet.net.id/ kesehatan/beritasehat/detail.php?id=9473, 16 Agustus 2005.
Kusmarinah Bramono. 2005. Kesehatan. http://kompas.com/kesehatan/list-lalu.cfm?chcatid=6, 16 Agustus 2005
Kusmarinah Bramono. 2004. Menyerang saat kekebalan tubuh menurun. www.republika.co.id . 4 Agustus 2005
Kusmarinah Bramono. 2004. Tiga faktor penyebab tumbuhnya jamur di kulit. http://dnet.net.id/kesehatan/beritasehat/detail.php?id=1966. 4 Agustus 2005
M. D. Hans. 2001. Fungal Infection. http://www.nedermatology. com/education/fungal.html. 9 Agustus 2005
Max Joseph Herman. 2001. Penyakit hubungan seksual akibat jamur, protozoa, dan parasit. Cermin Dunia Kedokteran, 130 (8): 12- 16
Mc Ginnis M. 2002. Mycosis manifestation. http://parasito.montpellier wived.com/index.php?page= myco. 4 Agustus 2005
Mc Ginnis M. 2001. Structure and function of the skin. http:// www.beauty_cosmetic_guide.com/skin_structure_function.htm. 4 Agustus 2005
Mc Ginnis M. 2001. Skin structure. http://smartplay.net/ouch/ injuries/ woundcare/structure.html. 4 Agustus 2005
Merck. 2000. Mycosis manifestation. http://a248.e.akamai.net/7/248/430/ 20031008051147/www.merck.com/mrkshared/mmanual/plates/p113 _2_3.jpg. 4 Agustus 2005
Muhamad Sulhi. 2003. Ajang Diskusi teman – teman Sukoharjo. http://forums.cjb.net/sukoharjo-post-16.html#top. 4 Agustus 2005
Nairn M., Helbert M. 2002. The organs and tissues of the immune system In: Immunology for medical students. 1St edition. China: Mosby. P. 103, 158
Pelita. 2005. Infeksi jamur, penyakit nomor dua di dunia. http://kompas.com/ kesehatan/list-lalu.cfm?chcatid=6. 4 Agustus 2005
R. S. Siregar. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman: 10 – 34
Saum B. 2003. Yeast infection: candidiasis, pityriasis (tinea) versicolor In: T. B. Fitzpatrick, A. Z. Eisen, K. Wolff, I. F. Freedberg, K. F. Austen, editors: Dermatology in General Medicine. 6th ed. New York: Mc Graw – Hill. P. 2452 – 2464
Schrier. 2002. Tinea versicolor. http://cnserver0.nkf.med.ualberta.ca/cn/ Schrier/Vol5/10-62%20copy.jpg. 4 Agustus 2005
Sri Adi Sularsito. 1993. Histopatologi kulit. Dalam: Suria Djuanda; Mochtar Hamzah; Siti Aisah. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman: 23
Stingl G., Hausen C., Wolff K. 2003. Biology and function of epidermis and appendages In: T. B. Fitzpatrick, A. Z. Eisen, K. Wolff, I. F. Freedberg, K. F. Austen, editors: Dermatology in General Medicine. 6th ed. New York: Mc Graw – Hill. P. 160 – 169
Suria Djuanda. 1993. Hubungan kelainan kulit dan penyakit sistemik. Dalam: Suria Djuanda; Mochtar Hamzah; Siti Aisah. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman: 263, 266, 267, 268
Suwandi Yesaya. 2004. Infeksi jamur di daerah genital. http://www.vision.net.id/rubrik.php?id . 4 Agustus 2005
Tray. 2003. Dermatology. http://tray.dermatology.uiowa.edu/DIB/Tinea Capit-002.jpg. 4 Agustus 2005
Unandar Budimulja. 1993. Morfologi dan cara membuat diagnosis. Dalam: Suria Djuanda; Mochtar Hamzah; Siti Aisah. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman: 25- 89
Utah med. 2000. Tinea. http://umed.med.utah.edu/ MS2/derm/lect6/slide 40.jpg. 4 Agustus 2005
Utah med. 2000. Tinea. http://umed.med.utah.edu/MS2/derm/lect6/slide 42.jpg. 4 Agustus 2005
WHO. 2002. Diabetes mellitus. http://www.msu.edu/user/eisthen /dm3.html., 16 Agustus 2005