RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMAN 1 Sebatik Tengah Mata Pelajaran : PPKN
Kelas/Semester : X / 1 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
KD : 3.1 dan 4.1 Pertemuan ke : 1
Materi : Sistem Pembagian Kekuasaan Negara
A, TUJUAN
Melalui model pembelajaran Discovery Learning dan kecakapan abad 21, peserta didik dapat memahami dan menganalisis system pembagian kekuasaan Negara Republik Indonesia, selanjutnyah menyajikan hasil analisis kerja kelompok (LKPD).
B, LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Media :
Worksheet atau lembar kerja (siswa)
Lembar penilaian
Alat/Bahan :
LCD Proyektor/ Slide presentasi (ppt)
Laptop & infocus
PENDAHULUAN Guru menyapa peserta didik (melakukan perkenalan diri) dan memberi salam dan berdoa
Guru mengecek kehadiran peserta didik dan memberi motivasi
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran tentang topik yang akan diajarkan
Guru menyampaikan garis besar cakupan materi dan langkah pembelajaran melalui pemaparan Power Point
KEGIATAN INTI
Kegiatan Literasi Peserta didik diberi motivasi dan panduan untuk melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali. Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan terkait materi Sistem Pembagian Kekuasaan Negara (paparan Power point) dan video acar
Critical Thinking Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menanyakan yang belum dipahami, dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Pertanyaan ini harus tetap berkaitan dengan materi Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Collaboration Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan, mengumpulkan
informasi, mempresentasikan ulang, dan saling bertukar informasi mengenai Sistem Pembagian Kekuasaan Negara
Communication Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok atau individu secara klasikal, mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian ditanggapi kembali oleh kelompok atau individu yang mempresentasikan
Creativity Guru dan peserta didik membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari terkait Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Peserta didik kemudian diberi kesempatan untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dipahami
PENUTUP Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar
Guru menyapaikan materi dan mekanisme pembelajaran yang akan dibahas untuk pertemuan selanjutnyah
Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya dan berdoa
C, PENILAIAN
- Sikap : Lembar pengamatan, - Pengetahuan : LK peserta didik, - Ketrampilan: Kinerja & observasi diskusi
Sebatik Tengah, 10 Juli 2022 Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran
RUSIA, S.Pd AKBAR NOVALIANSYAH, S.Pd
NIP. 19780805 200502 2 005 NIP. 19901125 201503 1 003
BAHAN AJAR
SISTEM PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
A. Macam-macam kekuasaan
kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain supaya melakukan tindakan-tindakan yang dikehendaki atau di perintahkannya
menurut john locke sebagai mana dikutip oleh riyanto (2006:273)bahwa kekuasaan negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam,yakni sebagai berikut.
JOHN LOCKE
https://www.biography.com/people/john-locke-9384544
a) kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-undang
b) kekuasaan eksekutif, yaitu untuk melaksanakan undang-undang, termasuk kekuasan untuk mengadili setiap pelanggaran undang-undang
c) kekuasan federatif, yaitu kekuasan untuk melaksanakan hubungan luar negeri
selain john locke, ada tokoh lain yang berpendapat tentang kekuasaan negara, yaitu mentesquieu.sebagaimana dikutif oleh riyanto (2006:273)
MONTESQUIEU
https://kids.britannica.com/students/article/Montesquieu/275917
a) kekuasaan legisletif, yaitu kekuasaan untuk membentuk atau membuat undang-undang b) kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang
c) kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undnag termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang
Kesimpulan kekuasaan negara
Membuat/membentuk
Menjalankan / melaksanakan
Hubungan Menegakkan
Undang-undang
B. Pembagian kekuasaan secara horizontal 1. Pembagian kekuasaan secara horizontal
Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan yang dilakukan pada tingkatan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah berdasarkan fungsi lembaga-lembaga tertentu.
Pembagian kekuasaan pada tingkar pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah amandemen UUD 45. Pergeseran yaitu dari tiga kekuasaan (legislatif, eksekutif, yudikatif) menjadi enam kekuasaan negara yaitu:
a) Kekuasaan eksekutif, merupakan kekuasaan negara untuk menjalankan undang-undang dan presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 45.
b) Kekuasaan legislatif, merupakan kekuasaan untuk membentuk undang-undang. Kekuasaan ini dipegang oleh badan legislatif yang sering disebut Dewan Perwakilan Rakyat.
c) Kekuasaan yudikatif, merupakan kekuasaan negara untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi.
d) Kekuasaan konstitutif, merupakan kekuasaan negara untuk mengubah dan menetapkan UUD 45 dan dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
e) Kekuasaan eksaminatif/inspektif, merupakan kekuasaan yang berkaitan dnegan penyelenggaran pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
f) Kekuasaan moneter, merupakan kekuasaan negara untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga sistem pembayaran serta memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral di Indonesia.
2. Pembagian kekuasaan secara vertikal
Pembagian kekuasaan secara vertikal menyebabkan adanya hubungan dan koordinasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul sebagai akibat dari penerapan asas desentralisasi atau otonomi daerah. Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendirinya dengan pengawasan dari pusat.
L E G I S L A T I F
E K S E K U T I F
Y U D I K A T T I F
M O N E T E R E
K S A M I N A T I F K
O N S T I T U T I F
PRESIDEN/WAKIL
MENTERI/SETINGKAT MENTERI
GUBERNUR/WAKIL
DESA/LURAH CAMAT
WALIKOTA/BUPATI
LAPISAN MASYARAKAT
RW dan RT
LKPD 1.3.1
Nama satuan pendidikan : SMA Negeri 1 Sebatik Tengah
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Kelas/semester : X/I
Materi ajar : Sistem pembagian kekuasaan Negara Republik Indonesia
Tugas kelompok :
Nama Kelompok :
Setelah kalian membaca dan memahami materi tentang pembagian kekuasaan Negara, Bentuklah 5 kelompok diskusi bersama teman-temanmu yang berjumlah 5 orang.
Kemudian sharing dan diskusikan artikel tersebut.
Langkah-langkah kegiatan diskusi:
1. Guru meminta masing-masing kelompok untuk menentukan ketua kelompoknya masing-masing
2. Guru meminta masing-masing anggota kelompok memberikan tanggapan terkait dengan materi yang diberikan oleh kelompok penyaji.
3. Masing-masing kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya secara bergiliran di depan kelas.
JAKARTA, KOMPAS.com - Kasus yang menimpa mantan Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Irman Gusman dinilai menambah panjang daftar lembaga negara yang terjerat korupsi. Peneliti senior Statesmanship and Political Campaign (PARA Syndicate) Jusuf Suroso menilai, banyak lembaga yang saat ini sudah terjangkiti korupsi. "Berbicara tentang korupsi sudah sangat menyedihkan. Kasus Irman menunjukkan lembaga di negara ini tidak ada yang bersih," ujar Jusuf dalam diskusi "Irman Gusman dan Bobroknya Moral Elite Politik" di Jakarta, Jumat (23/9/2016). Jusuf memaparkan, korupsi sudah terjadi di berbagai lembaga, mulai dari kementerian, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung, kepolisian. Lalu, Kejaksaan Agung, Badan Pemeriksa Keuangan, Bank Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, hingga DPD. Korupsi di berbagai lembaga negara ini, menurut Jusuf, terjadi karena tindakan tersebut telah membudaya dalam lingkungan kerja para pejabat publik. Ini dianggap sebagai suatu kelaziman, sehingga dilakukan terus-menerus. "Karena berjalan sepanjang waktu, entah sejak kapan. Itu jadi kebiasaan berbuat jahat dan jadi perilaku sebagian besar pejabat publik," ucap Jusuf. Padahal, pejabat publik merupakan representasi negara dalam menjalankan pemerintahan. Untuk itu, Jusuf meminta para pejabat publik menghindari praktik korupsi yang banyak terjadi di lembaga negara. Selain itu, ia juga meminta KPK tetap melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap tindak pidana korupsi yang dilakukan penyelenggara negara. "Sukses tidaknya negara ini berpulang kepada penyelenggara negaranya," kata Jusuf. Irman Gusman ditetapkan sebagai tersangka penerima suap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Sabtu (17/9/2016). Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan, Irman diduga menerima uang sebesar Rp 100 juta yang diberikan oleh Direktur Utama CV Semesta Berjaya, Xaveriandy Sutanto terkait pemberian rekomendasi kepada Bulog. Tujuannya, agar Bulog memberikan jatah impor gula kepada CV Semesta Berjaya di Sumatera Barat.
Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "Kasus Irman Gusman Perpanjang Daftar Lembaga Negara Terjerat Korupsi", http:/nasional.kompas.com/read/2016/09/23/18593761/kasus.irman.gusman.perpanjang.daftar.lembaga.negara.terjerat.k orupi.Penulis : Dimas Jarot Bayu
KASUS IRMAN GUSMAN PERPANJANG DAFTAR LEMBAGA
NEGARA TERJERAT KORUPSI
Jawablah Pertanyaan dibawah ini !
1 Mengapa terjadi tindak penyelewengan kekuasaan oleh pejabat negara ?
2 Bagaimana dampak terjadinya tindak penyelewengan kekuasaan oleh pejabat negara
3 Bagaimana solusi untuk terjadinya tindak penyelewengan kekuasaan oleh pejabat
negara ?
PENILAIAN SIKAP SOSIAL
1. Penilaian Sikap
Penilaian Sikap (penilaian diri)
Coba sekarang kalian renungi diri masing-masing, apakah perilaku kalian telah mencerminkan warga negara yang selalu menghormati hak asasi manusia? Bacalah daftar perilaku di bawah ini, kemudian isi kolom kegiatan dengan rutinitas yang biasa dilakukan (selalu,sering , kadang-kadang, tidak pernah), serta berikan alasan dilakukannya perilaku itu. Ingat kamu harus mengisinya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
No Cotoh perilaku SL SR KD TP Alasan
1 Bertutur kata yang sopan kepada orang lain.
2 Senyum dan mengucapkan salam ketika bertemu teman dan guru.
3 Memberi sedekah kepada orang yang membutuhkan.
4 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
Keterangan: Sl :Selalu, Sr :Sering, Kd: Kadang-kadang, Tp:Tidak pernah.
Pedoman Penskoran:
1. Untuk pernyataan positif, yaitu nomor 1,2,3,4. Skor 4 jika selalu, skor 3 jika sering, skor 2 jika kadangkadang, skor 1 jika tidak pernah.
Interval Nilai Kualitatif
81-100 Sangt baik ( A)
70-80 Baik (B)
50-69 Cukup (C)
0-50 Kurang (D)
FORMAT PENILAIAN SIKAP SOSIAL
Mata Pelajaran : PKn
Kelas / Semester : X IPA 1 /Ganjil
Materi Pokok : Nilai-nilai Pancasila dalam kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan
No Nama Siswa Bertutur
kata sopan
Senyum dan mengucapkan
salam
Memberi sedekah
Tidak memaksakan
kehendak
Predikat
1 ANISA 2 DARMAWATI
3 DAVIN RAMADHAN PUTRA 4 ELYANA
5 ISWAN 6 IZAN ZAHRAN 7 KASMAWATI
8 MELKIOR PALI HAYON 9 MOHAMMAD AFENDY 10 MUH ZIKRIL HIDAYAT 11 MUHAMMAD FAJRIN 12 MUHAMMAD HAIKAL 13 MUHAMMAD ISWANSYAH 14 NARWARAIHANA
15 NELLY AGUSTIN
16 NUR AINN NATASYAH N.
17 NUR FARAH AIN 18 PUTRI AULIA 19 RENDY SAPUTRA 20 RISWAN
21 RIVALDO BENNY SYAHPUTRA 22 RIZKA SELVI FADLINA
23 SURADEN 24
Sebatik Tengah, Guru Mata Pelajaran,
AKBAR NOVALIASYAH, S.Pd
NIP. 19901125 201503 1 003
FORMAT PENILAIAN SIKAP SPIRITUAL
Mata Pelajaran : PPKn
Kelas / Semester : X IPA 1 / Ganjil
Materi Pokok : Hubungan sturukturan dan fungsional pemerintah pusat dan daerah
NO NAMA SISWA
INDIKATOR PENILAIAN
Predika t
Deskripsi dalam Raport Ketaatan
beribadah
Berperilaku
syukur
Berdoa
Beragama ToleransiSB PB SB PB SB PB SB PB
1 ANISA 2 DARMAWATI
3 DAVIN RAMADHAN PUTRA 4 ELYANA
5 ISWAN 6 IZAN ZAHRAN 7 KASMAWATI
8 MELKIOR PALI HAYON 9 MOHAMMAD AFENDY 10 MUH ZIKRIL HIDAYAT 11 MUHAMMAD FAJRIN 12 MUHAMMAD HAIKAL 13 MUHAMMAD ISWANSYAH 14 NARWARAIHANA
15 NELLY AGUSTIN
16 NUR AINN NATASYAH N.
17 NUR FARAH AIN 18 PUTRI AULIA 19 RENDY SAPUTRA 20 RISWAN
21 RIVALDO BENNY SYAHPUT 21 RIZKA SELVI FADLINA 22 SURADEN
23 24
Sebatik Tengah,
Guru Mata Pelajaran,
AKBAR NOVALIASYAH, S.Pd