Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work
non-commercially, as long as you credit the origin creator
and license it on your new creations under the identical
terms.
LAMPIRAN I
HASIL TRANSKRIP WAWANCARA
Informan 1
Narasumber : Ian Pribadi
Jabatan : News Manager
Teknik pengumpulan data : Wawancara tatap muka Tanggal & waktu : 2 Juni 2016
Tempat : Ruang Kerja Ian Pribadi
1. Apa visi misi perusahaan?
Ian Pribadi: Visi nya adalah untuk menjadi audio content provider yang menguasai pasar Jakarta dan misinya adalah menjadi market leader di sektor industri radio ini. Ya kalo misinya kita gak cuma ingin memberikan hiburan tapi juga informasi kepada konsumen.
2. Kalau visi misi MARI sendiri?
Ian Pribadi: Untuk membangun radio ini sebagai pemimpin pasar di Indonesia, misinya menjadi radio di Jakarta yang bisa melatih dan menciptakan penyiar radio profesional
3. Mengapa ada departemen berita di Radio Mahaka Media? Apa tujuannya?
Apakah ada hubungannya dengan visi misi?
Ian Pribadi: Sebenernya, Mahaka Radio ini kan berbasis musik,hiburan.
adalah pelopor bagi para radio hiburan dalam menyiarkan berita. Sesuai dengan visi misi juga yang mana kita nggak cuma mau ngasih hiburan ke pendengar, tapi mereka juga harus tetap mendapatkan informasi. Gak cuma nampilin hiburan melulu, jadi kita perlu pendengar kita itu membuka wawasannya, walaupun mereka juga pasti punya banyak wawasan. Karena
sebenarnya target kita adalah orang-orang yang lagi di jalan. Maksutnya, ya sekarang kan udah dunia digital, di mana-mana sebenarnya bisa mengakses streaming radio, cuma paling banyak orang yang mendengarkan radio itukan di jalan, di mobil, lagi macet-macetan. Misalnya kalau dulu, dari rumah ke kantor atau sebaliknya itu cuma 45 menit, kalau sekarang kan bisa berjam- jam di jalan. Apalagi yang nyetir, kan gak boleh texting while u driving, jadi intinya adalah sambil mereka di jalan, mereka juga terbuka wawasannya.
Walaupun beritanya itu nggak selengkap di media online atau cetak ya. Jadi intinya adalah mereka harus tau wawasan, selain dapet hiburan mereka juga harus dapet informasi. Ya munkin berangkat dari rumah ke kantor, mereka dengerin, minimal kan “wah –apalagi tentang sepak bola ya- si ini –karena kita kan yang terupdate ya, pagi-pagi, kita kasih tau si Ibrahim Movic dia mau pindah ke MU, kita kasih tau. Jadikan orang surprise, “wah apa nih?”
“oh ternyata dia jadi nih ke MU, atau wah si Mourinho jadi nih pindah ke MU.” Gitu sih, trus kalau dia mau berita selengkapnya ya sampai kantor, dia tinggal browsing, buka berita online. Jadi dikasih teaser berita sama kita, dikasih kabar bahwa ada transfer pemain dan sebagainya.
4. Berapa kali diadakan rapat redaksi?
Ian Pribadi: Sebenernya sih tiap pagi, karena tim pagi nya sendiri dari jam 6 mereka udah di kantor. Jadi ada satu editornya yang mimpin rapat redaksi, jadi dia malem tuh biasanya me-recap kejadiannya apa aja. Jadi walaupun udah di rumah, tapi saya wajibin untuk nonton berita atau nge-check berita.
Jadikan tau nih, berita buat besok apa aja. Yang happening tuh apa, jadi nanti kita bahas. Misalnya tadi malem tentang Lanyala Matalit yang ditangkep, itu update nya masih terus tuh, jadi besok masih Lanyala ya yang naik, fokus di sini. Trus misalnya ada bencana gempa besar dari malem, jadi update terus ya jumlah korban-korbannya. Nah itu jadi yang untuk menentukan apa yang harus di highlight di berita seharian penuh ini. Itu rapat redaksi biasanya untuk tim pagi aja sih. Jadi untuk shift selanjutnya,
newscaster-nya ganti, biasanya hasil rapat redaksinya kan kita tulis di papan tulis, dan nanti editornya bilangin ke mereka bahwa yang di-highliht ini ini dan ini ya. Misalnya besok pagi lagi, editornya akan nambahin lagi tuh, berita-berita mana yang akan diupdate dan dipantau terus perkembangannya.
Jadi setiap pagi kita ada rapat redaksi. Ya meskipun kalau di media cetak, kayak koran, itu rapat redaksi nya pagi dan sore, di tv juga. Kalau kita lebih ke ngobrol aja sih, kan karena ruangannya berdekatan, ngetok-ngetok ke ruangan sebelah dan nanti dibilangin, ntar berita yang diangkat apa aja, jadi kita yang gesit lah. Gak perlu nunggu meeting untuk naikin berita. Karena kita kan berlomba sama waktu, detik dan menit untuk beberapa kali on air.
Kalau cetak kan, deadline sore udah harus di-compile dan tinggal naik cetak, kalau kita harus berjalan terus ngikutin waktu. Komunikasinya gitu, jadi tinggal bilang “berita ini naikin ya” gitu aja sih, rapat redaksinya.
5. Proses SOP di departemen berita MARI?
Ian Pribadi: SOP nya sih sebenernya sama kayak kode etik aja ya. Pertama, harus tau apa berita yang mau dinaikin. Harus tau isi beritanya gak cuma baca berita. Biasanya sih dulu awal-awal mereka baca berita tapi gak tau artinya. jadi mereka harus mengerti berita tersebut. biasanya saya suka ngetest. “eh si Nurdin Halim kenapa tuh?” kalau dia yang cuma baca doang tapi gak ngerti, ya keliatan gelagapannya gitu. Tapi anak-anak sekarang, lebih tau berita ter-uptodate dari pada saya sih. Karena kan saya udah gak editing berita lagi, jadi kadang saya suka nanya ke mereka kasus-kasus yang lagi rame. Pernah ngecek grup, trus ada berita gas elpiji meledak di slipi yang dikira bom, itu ternyata kejadiannya kemarin. Trus saya tanya ke anak- anak kejadiannya gimana, beritanya udah dapet belum. Dijawab sama mereka “oh itu berita kemaren mas’. Jadi mereka yang lebih tau gitu.
Sama itu tadi sih, story selection, editing, recording, editing, auto finalize sama terakhir hearing lagi. Takutnya ada yang salah, un-edit, kadang kan kalau lagi tapping trus mood nya gak bagus, lagi kesel atau gimana, bahasa
kebun binatang suka keluar ya, itu bisa kena sp. Jadi misalnya gak diedit lagi kesel giu trus salah baca berita trus langsung ngomong anj**ng, dan gak diedit, itu masuknya kan on air, dan itu fatal banget. Dan di sini dibiasain kalau lg recording dan kesel, mereka langsung nutupin mulutnya biar gak ngeluarin kata-kata yang macem-macem. Pokoknya di sini departemen kita ini, departemen serius, tapi saya bikin isinya gak serius. Jangan mentang- mentang kerja di departemen serius, trus jadi yang kaku gitu. Semua di sini saya anggap temen, cuman kan ada batesan-batesan dan etika nya lah. Kalau departemennya udah serius, isinya orang-orang yang serius, kerja kan jadi nggak nyaman juga ya. Kalau di sini yaudah santai aja tapi tetep serius. Kita sepakat di sini, yang harus ditingkatin adalah koordinasi, komunikasi, no hard feeling sama kerja yang bener. Koordinasi, komunikasi harus jalan. Trus kalau ditegur ya no hard feeling itu, jangan dimasukkin ke hati, kalau misalnya gak enak-gak enakan mah yaaaa ntar yang ada kita malah kekejar sama yang lain. Kita di sini semuanya asas kekeluargaan.
6. Apa format radio dari Gen FM dan Jak FM? Apakah target audience Gen FM dan Jak FM itu sama?
Ian Pribadi: Beda format. Kalau Jak itu lebih ke a b c, kalau Gen itu kan targetnya b ke bawah sih. Sebenernya sih ke c, tapi biasnya sih ke b. kalau Jak 25-35 utamanya. Tapi biasanya ada sampai 45 yang dengerin juga. Kalau Gen itu, 18-25 anak-anak yang remaja.
7. Kenapa memilih segmentasi tersebut?
Ian Pribadi: Kalo Jak, ya karena pasarnya ke situ, dan dari keputusan kita sama-sama kalo segmentasi Jak itu ya b – c cuma biasnya ke a. Sebenernya kalo Gen ini, ada banyak juga sih eksekutif2 yang dengerin, cuma ya kelasnya aja kita turunin dikit. Kalau Jak, cuma yang ini pelajarnya ada yg suka tapi bukan target utama kita, (tapi kalau mahasiswa, kan karena mereka adalah
target pasar selanjutnya ya, yang akan dengerin siaran di Jak. Jadi, si Jak itu yang lebih eksekutif lah kelasnya lebih ke atas.
8. Apa itu berita radio menurut Mas? Apa sih nilai berita yang dipakai di radio ini?
Ian Pribadi: Berita radio, berita yang disampaikan di radio. Siaran berita di radio sih sebenernya, lebih ke kompilasi bukan kompilasi sih. Lebih ke news flash sebenernya, jadi potongan-potongan berita yang kita naikin, dan kumpulan-kumpulan berita dari yang terjadi di Jakarta, Indonesia dan luar negeri.
Sebenernya sih semua sama, nilai beritanya itu. Cuma ada beberapa yang gak kita masukin di Gen, tapi kita masukkin ke Jak, ada beberapa yang kita masukkin di Gen tapi gak kita masukkin di Jak.
9. Bagaimana strategi peliputan dan konsep berita, jika segmentasi kedua radio tersebut berbeda?
Ian Pribadi: Ada. Cuma sedikit. Kayak misalnya untuk Jak itu, kita ada berita tentang kurs valuta asing/stock exchage di jam siaran sore, jam 5 atau 6. Tapi di Gen gak ada, itu sih bedanya. Differensiasi nya sangat sedikit sih.
Penutupannya berapa, dan yang berhubungan dengan ekonomi dan berita- berita yang agak berat lah. Itu di Jak nyiarin, tapi di Gen belum tentu.
Kecuali kejadiannya sangat luar biasa dan orang harus tau, jadi akan disiarin di Gen juga.
Reporter yang ada di departemen news ini, membuat berita untuk Jak dan Gen fm. Jadi bisa dibilang ya berita di kedua radio tersebut sama. Untuk pencarian berita, kita ngambil dari berita online, dan itupun kita nggak copy paste, jadi kita baca dulu, oh ada berita ini, ini trus baru kita bikin beritanya.
Ya karena kita sama sih sebenernya sama media online, setiap waktu kita update terus, setiap jam kita ada. Jadi ngapain kita nurunin orang ke
lapangan, dan berita nya sudah tersedia di berita online. Biasanya juga kan berita nya sama, kita ambil refrensi nya satu dua tiga media online, trus kita bikin beritanya. Kayak penyiar jaman dulu sih, dia baca koran ada berita apa trus dia compile sendiri, trus disiarin sama dia gitu. Penyiar di sini jarang ada yang bahas berita sih,ya walaupun ada.
10. Berapa kali dalam satu program siaran, segmen berita dan live report disiarkan? Mengapa?
Ian Pribadi: Kalau di prime time, sejam bisa 2x. Kalo Segmen berita di prime time itu ada 4 tema berita, yang utama lokal, nasional/internasional, dan 2 lagi olahraga. Karena berita olahraga itu sangat ditunggu-tunggu sih sama orang. Misalnya result pertandingan semalam itu apa, skornya berapa, karena kan ada orang-orang yang sukanya tidur gak doyan begadang buat nonton bola, mereka akhirnya tau. Walaupun mereka akhirnya baca juga dari sumber lain, cuman ya banyaklah yang terinform dari berita radio ini. Kayak saya, bangun tidur misalnya mandi berangkat gak sempet buka-buka gadget untuk liat berita, atau nonton berita. Jadi dapet berita nya ya dari radio.
11. Bagaimana distribusi berita dan penjadwalan segmen berita di Gen FM dan Jak FM?
Ian Pribadi: Nah ya itu kalo prime time 4, kalau regular time itu 5. Sama kalau weekend, lokal nasional sama olahraga nya 5. Kenapa olahraga nya 3?
Karena biasanya kan kalau weekend itu lebih banyak pertandingan olahraga ya. Tapi kadang juga bisa tergantung, ada berita apa yang lebih bagus dan penting. Kadang di weekend juga bisa berita umumnya 3, yaudah olahraga nya jadi 2 aja.
Jam-jamya kalau di prime time per setengah jam, kalau di reguler per satu jam.
Kalau untuk traffic update, sejam dua kali. Kerja sama dengan mtcpolri dan lewatmana.com. kalau lewatmana.com itu cctv, trus kita juga ada stringer juga. Stringer-stringer itu tim kita yang lagi ada di jalan, jadi jalan yang dia lewatin, trus direport sama dia. Siaran langsung untuk stringer itu tergantung kalau mereka lagi di jalan aja. Biasanya sih mereka di grup, yuk stringer yuk, gue mau jadi stringer nih, lagi di daerah sini. Telfon ya abis ini.
12. Terbagi menjadi berapa desk?
Ian Pribadi: Bukan desk sih sebenernya ya, karena satu reporter ya nyari ke 4 nilai berita itu tadi. Jadi kita ada 2 tim nih sih sebenernya, kalau tim prime time pagi, kita ada satu tim khusus untuk nyiapin berita pagi. Karena kan hype banget deh jadi peak banget nih waktunya kan kejar-kerjaran ya. Jadi butuh tim redaksi untuk input dan naikin berita. Trus si newscasternya bilang ini ada berita ini, tolong dicariin ya, nanti gue nyari yang lain. Jadi mereka saling bantu, bukan olahraga sendiri, ekonomi sendiri, politik sendiri itu enggak. Biasanya kan kita ada anak magang juga, itu mereka juga bantu nyariin. Tolong cariin berita yang bagus-bagus ya. Kalau yang setelah itu, biasanya newscaster nyari berita sendiri, tapi kita ngasih masukan berita mana yang akan dinaikin. Saya juga kan biasanya suka monitorin CNN ya, kayak misalnya yang kemarin Egypt Air jatuh. Yang biasanya dari tv-tv luar udah update duluan, tapi di tv sini kan belum. Langsung kita naikin juga.
13. Siapakah yang melakukan liputan di lapangan? Apa syaratnya?
Ian Pribadi: Mmmm cantik hahaha, syaratnya bisa report kondisi dan suasana di sana. Dan bisa menggali informasi dari narasumber di sana, harus berani orangnya.
14. Apakah ada perbedaan bagi reporter yang ditugaskan untuk berita di radio, dengan berita yang ada di website?
Ian Pribadi: Ada koordinator yang untuk input di situ jadi berita on air, akan naik ke online juga sih. Karena kan berita di website akan bertahan lama ya.
Harus berita yang berbobot.
15. Bagaimana teknik liputannya?
Ian Pribadi: Sebenernya sih gini, kalau untuk ngeliput atau mencari berita kita sebenernya sih nggak nurunin orang ke lapangan ya. Nurunin sih, tapi ada waktu-waktu tertentu yang kita turunin reporter ke lapangan. Misalnya waktu KPK, Bambang Widjayanto sama Abraham Samad ditangkep kan, BW ditangkep di depok, Abraham Samad belum ditangkep, tapi baru mau ditangkep. Itu kan rame di KPK ya, trus ya selain deket, yaudah berangkat deh kita ke KPK. Nah reporternya kita suruh masuk ke dalam buat nyari berita, trus mereka live report. Live reportnya juga di peristiwa-peristiwa tertentu dan kita juga ngirim orang untuk liptan ke undangan-undangan media partner. Nanti hasil reporternya itu ngirim berita ke kita.
16. Bagaiman proses liputan hingga mengolah berita radio? Bagaimana penentuan nilai berita mana yang akan disiarkan? Kenapa?
Ian Pribadi: Kalau untuk nurunin orang ke lapangan kan jarang sekali ya, biasanya si newscaster atau tim redaksinya itu cari berita-berita yang bener- bener berpengaruh ke pada pendengar. Misalnya berita lokal tentang PemProv DKI, memutuskan untuk menghilangkan 3 in 1 di Jakarta, nah itu kan ber-impact buat para pendengar sendiri.
Kalau untuk di website, dalam sehari nih berita bagus nih buat di website, dan kerjasama sama portal berita. Kayak vivanews dan detik, jadi kita kasih
teasernya, headline nya apa trus kita kasih link berita selengkapnya di klik link-nya detik atau vivanews.
17. Apa karakteristik/sifat yang menjadi kelebihan radio, dibanding dengan media lain dari segi pemberitaan?
18. Bagaimana unsur personalitas radio ditampilkan dalam siaran berita di Gen FM dan Jak FM?
Ian Pribadi: Langsung aja nyampe ke pendengar, sama aja sih sebenernya kayak tv. Ya itu dia tadi orang yang lagi di jalan kan target terbesar kita ya.
Karena kan tsl (time spend listener) kan di mobil yang paling banyak. Jadi ya lebih cepet nyampe aja, kalau orang kan mau baca koran, kalau nggak langganan kan agak susah ya, mereka harus nyari dulu ke tukang koran.
Sama sih kayak gadget, buka ke detikcom trus langsung dapet. Nah sama aja kayak radio, kita langsung nge-grab pendengarnya langsung nyampe ke pendengar. Kalau personal sih, lebih ke penyiar ya. Kan kalau newscaster cuma nyampein aja.
19. Format berita apa saja yang disajikan? Mengapa memilih format tersebut?
Ian Pribadi: Highlight, tapi bisa juga bulletin. Kalau highlight kan cuma headline-headline aja. Jadi ngambil unsur cepetnya itu sih.
20. Apa saja nama segmen berita di radio-radio tersebut? Mengapa memilih nama tersebut?
Ian Pribadi: Kalau di Jak itu namanya JakNews, kalau untuk sport itu namanya JakSport. Kalau untuk di Gen, Berita Terkini. Tergantung produk sih,
Departemen ini berdiri sendiri, tapi untuk on air kita istilahnya nebeng sama Jak dan Gen fm. Jadi dia punya brand manager, saya ngajuin nama, nanti dia pilih.
Kenapa? Kalau Jak ya karena itu kan segmen berita, jadi namanya JakNews, dulu awal2 namanya NewsFlash, kalau Gen ya karena dia Indonesia banget, segemennya juga targetnya yang agak ke bawah, jadi ya pake bahasa indonesia aja deh. Karena Gen itu kan slogannya Suara Musik Terkini kan, jadi kenapa nggak pake kata-kata terkini juga buat segmen beritanya. Jadilah Berita Terkini Gen Fm.
21. Berapa berita yang dibuat untuk sebuah program siaran?
Ian Pribadi: 4-5 berita, tapi kita ada advetorial juga, tapi tergantung klien kalau mislanya klien ada yang mau program csr, dan itu sifatnya lebih ke komersial aja sih. Bukan berarti kita dibeli ya. Makanya kita ada segmen khusus, untuk liputan event nya dia. Makanya kita kasih perbedaan, kita kasih bumper khusus untuk bedain mana segmen berita yang dibuat oleh tim news, mana yang advetorial.
22. Bagaimana penyusunan struktur organisasi yang telah diterapkan di News Department Radio Mahaka Media? Apa saja job desc masing-masing?
Ian Pribadi: Untuk saat ini adalah saya sebagai manager, di bawah saya itu ada editor. Di bawah editor itu bercabang dua, satu jr. editor satu lagi traffic coordinator. Sebenernya ada satu lagi untuk online koordinator, itu sementara dipegang sama jr editor. Nah sementara si traffic coor dia ngurusin segala tentang traffic, info lalu lintas. Jadi di bawahnya ada reporter, stringer, jr. newscaster, trus ada internship juga. Jadi intinya……
satu tim ber 10. Mereka pada rangkap sih. Newscaster ada 4. Reporter ada 5.
Pembagian shift untuk newscaster kebagi 2, jadi ada the weekender sama weekdays. Jadi the weekender itu anak weekend, juga siaran di weekday, tapi
cuma beberapa hari aja. Selebihnya mereka masuk di hari libur atau di weekend. Karena mereka butuh libur juga kan, kita nggak mempekerjakan full time 7 hari gitu. Jadi ada yang sr. newscaster, itu untuk siaran prime time pagi. Karena kalau di radio kan primadona nya itu siaran pagi, jadi kita harus jaga nge-keep banget untuk newscaster pagi. Setelah itu ada shift siang yang sejam sekali, trus ada anak sore sampai malam. Sehari itu 23 yang disiarin di Jak dan Gen fm. Traffic.
23. Apakah ada evaluasi?
Ian Pribadi: Ada, biasanya per dua minggu sekali saya air check, itu kalau gak males, dan karena kan ada editor juga. Jadi kalau saya lagi di jalan trus dengerin lalu ada sesuatu yang menurut saya kurang pas, biasanya saya bilang ke editor, itu ada berita yang kurang pas. Atau kadang saya air check satu minggu sekali, tapi secara random. Karena nggak mungkin 23 kali sehari saya dengerin berita on airnya. Saya liat kesalahannya di mana. Biasanya newscaster atau penyiarkan tergantung mood, misalnya penyiar yang biasanya suaranya bagus tapi jadi kalau mood nya lagi jelek kadang ngomongnya suka yang gak kena, jatohnya muter-muter.
25. Pengarahannya? Atau solusinya untuk newscaster yg lagi kinerja nya kurang bagus?
Ian Pribadi: Biasanya saling back up sih, karena kan kita di sini kebanyakan cewek ya, apalagi kalau lagi pms. Salah baca dikit aja ngaruh gitu ke mood- nya dia. Trus lama-lama kesel, makin sering salah ya makin kesel kan dia.
Trus akhirnya yang lain pada nawarin untuk back up. Maksutnya, kita juga ngeliat dari seberapa parah sih. Palingan nanti ditegur, contohnya “itu pemilihan katanya jangan pake yang ini lagi deh” ya kayak gitu ngeliat kesalahannya di mana trus kita evaluasi, nanti kedepannya kan dia koreksi, trus misalnya “intonasi nya jangan terlalu lo mainin deh, biasa aja.”
Biasanya sih langsung ya gak pake rapat evaluasi. Atau kalau nggak, saya ngomong ke editor buat ngasih tau si a dia tadi bacanya kurang pas, trus ntar disampein. Dan kalau untuk evaluasi rutin, waktunya gak kekejar, jadi kita serba tektikel aja deh. Karena kita berhubungan dengan durasi yang detik dan menit.
25. Apa saja yang dievaluasi? Untuk apa?
Ian Pribadi: Result oriented. Untuk hasilnya makin hari makin meningkat.
Karena gini loh, radio kita adalah bukan radio berita – radio hiburan yang pertama kali ada news departmen dan ada siaran beritanya. Radio lain semuanya pada ngekor. Bukannya sombong nih, ya isitilahnya kita pelopornya lah. Tapi kita gak saingan sama radio berita kayak elshinta, karena itu kan udah pasti nyiarin berita-berita ya. Kalau Jak dan Gen kan emang radio hiburan. Misalnya kalo tv ya Metro siangannya sama CNN, tvOne, Kompas TV, dan mereka gak bersaing sama RCTI, SCTV, Indosiar yang kebanyakan program siaran mereka adalah hiburan kayak sinetron gitu.
Tapi mereka tetap ada program-program berita.
Kita setiap 6 bulan sekali ada pa (personal appearance) itu rapotnya anak- anak. Itu semuanya sih mulai dari siaran berita, editing berita, pemilihan berita. Diprosesnya kan gitu. Proses untuk on air nya kan pertama ada story selection, milih-milih beritanya apa aja yang layak naik, trus kedua editing lewat editor. Jadi setelah story selection, kumpul berita apa aja yang mau naik, nah nanti editor yang nyaring. “berita ini gak bagus nih buat naik, ini udah basi nih.” Tapi tetep dengan bahasa yang alus. Trus recording, trus finalized, trus hearing lagi, abis ditaruh di slotnya, kita dengerin lagi ada kesalahan atau enggak. Karena kalau mood nya lagi bagus kan bisa one take, jadi nggak perlu edit-edit lagi. Dan yang saya perhatikan banget itu pronounce-nya, gak usah nama pemain bola, nama negara deh. Trus nama merek mobil. Karena saya orangnya agak perfectionist, semua itu gak boleh salah untuk penyebutan nama. Kayak misalnya merek mobil, tau kan
Peugeout, orang sering nyebutnya pisut atau pesot, tapi nama benernya kan pu-syou. Nah saya maunya mereka nyebutnya ya pu-syou. Kalau prounounce- nya apa, ya harus bener. Jadi biasanya sih ditulis sih nama pengejaannya karena penting banget. Kayak misalnya lagi Paris Saint Germain, tapi dibacanya paris saint jemoin. Karena gini, buat yang cewek-cewek, ya oke mereka gak suka bola tapi seenggaknya pronounce penyebutan nama pemain, atau negara itu harus tau bagaimana penyebutannya yang benar.
Pernah saya nonton suatu program sepak bola, news anchor-nya cewek, dan nyebut nama pemainnya salah. Jadinya saya kayak ngedumel sendiri, “duh gimana sih ini produsernya, bukannya benerin.” Kayak di spanyol ada tim sepak bola namanya Sevilla, double l. Kalau di Spanyol double l itu kan dibacanya w, jadi sewia. Gitu maksutnya, jadi saya kalau nonton tv, acara olahraga dia nyebut nama salah, langsung “yah cupu nih” tapi kalau cewek nyebut nama pemain atau klub bola nya bener, saya salut. Jangan cuma bisa present aja tapi juga harus bisa tau pronounce dengan benar. Jadi pronounce itu penting banget untuk mendapatkan hasil yang, agak sempurna lah.
26. Jika kinerja yang telah direncakan tidak sesuai dengan kinerja sebenarnya, apa langkah-langkah yang dilakukan dalam perbaikan?
Ian Pribadi: Biasanya kan gini, kita sama HR juga ada koordinasi, nanya ada yang butuh trainee atau enggak. Kalau ada ya, saya bilang anak tim news ada yang butuh dilatih lagi, ya maksutnya biar dia ada ilmu juga gitu.
Kadang kita ngambil orang untuk jadi trainer atau ikut kursus public speaking di TALKinc. Karena memang orang HR punya program trainee untuk yang membutuhkan.
Kalau untuk reporter sendiri, saya lebih menekankan ke editornya ya. Kenapa ada berita kayak ini naik, trus kalimatnya ini kok begini banget gitu.
Kesulitannya adalah kalau editornya lagi di jalan atau lagi nyetir, trus tiba- tiba ada yang minta approval buat naikin berita, kalau gak sempet nepi dulu atau cuma baca sekilas kan, kurang teliti. Jadi kadang suka miss di sana sih
editornya. Tapi kalau saya lagi stand by di kantor, ya saya yang check. Jadi saya emang agak cerewet dalam masalah pemilihan kata atau misalnya teaser yang kurang mejual.
Trainee nya gak tentu ya berapa lama per-orangnya, semuanya tergantung kebutuhan dan ketekunan masing-masing orang.
Gini, kalau suaranya kurang berat atau cempreng tapi pronounce, intonasi dan pemilihan berita nya bagus itu biasanya ya gapapa dia lanjut siaran berita. Atau kadang bisa juga kita minta tolong penyiar-penyiar yang ada di sini buat ngelatih olah vokal newscaster.
27. Aspek apa saja yang diperhatikan ketika siaran berita di radio?
Ian Pribadi: Update. Up to date nya, harus dijaga. Intonasi, kalau suara sih otomatis ya. Jadi kita ada training vokal sebelum mereka on air. Sebenernya sih yg penting intonasi. Tau titik di mana, koma di mana , tau kapan ngambil dari atas, dari bawah. Jadi biar enak dengernya.
28. Bagaimana gaya penyiaran berita yang diterapkan di Radio Mahaka Media?
Ian Pribadi: Gaya nya biasa aja sih. Ya present berita biasa aja. Gak kayak penyiar. Misalnya kalau di Bahana Fm, dia present-nya kayak siaran biasa, tapi kalau di sini ya news presenting biasa. Bukan seperti penyiar bacain berita.
29. Apa saja yang dianggap penting dalam presentasi/siaran berita?
Ian Pribadi: Proses seleksinya sendiri kita liat dari wawasannya dia luas apa enggak nih, kalau nggak kebuka, misalnya ditanyain berita yang paling update tuh apa aja, tapi dia a e a e, wah itu wawasan aja gak punya gitu kan, yang ditau cuma gosip selebritis aja. Jadi pertama itu wawasan, kalau
karakter suara itu bisa dibentuk, jadi di sini ada newscaster yang namanya Gaby, dia logat Manado nya masih kental banget. Awalnya lucu gitu pas nyebut namanya dia siapa. Tapi saya tau karakter suaranya dia bagus, pemilihan beritanya juga bagus, nah itu bisa diolah. Sebenernya kalau otak, suara itu kan bisa diolah. Ya kalau dasarnya dia kurang wawasan, tapi kira- kira masih bisa kebuka ya kita latih. Sama passion sih, passion dia di dunia jurnalistik.
30. Apakah ada pedoman dan standar dalam membawakan berita? Apa saja?
31. Apa saja yang dilakukan sebelum melakukan siaran berita?
Ian Pribadi: Biasanya sih newscasternya baca dulu berita yang mau disiarin itu apa, trus palingan latihan-latihan baca berita aja sih. Buat newscaster baru, awal-awal sih mereka melakukan senam muka, tapi makin ke sini ya nggak lagi. Kayak misalnya abis pergantian shift, dari pagi ke siang, nah newscaster nya belum coba ngomong atau bacain berita, itu biasanya dia senam muka dulu. A I u e o biar rahangnya lebih luwes aja. Dulu persiapan mereka sebelum baca berita ya lama, sekarang sih udah enggak. Ya paling beritanya dibaca-baca dulu ya.
32. Bagaimana menciptakan theater of mind dalam siaran berita?
Ian Pribadi: Kalau theater of mind itu biasanya sih penyiar ya, karena kan gini. Kalau dalam membacakan berita itu kita kan udah punya standart nya kan, jadi ya bacanya…. Emosi sebenernya nggak diperluin ya, Misalnya gini deh kalau penyiar itu dia butuh banget theater of mind nya, karena kan dia ngebuilt apa yang dia omongin juga dijelasin nih, nah kalo kita kan bacain.
Kalau newscaster itu mem-present kan berita, kalau menurut saya sih nggak butuh theater of mind. Kalau theater of mind di audio ya emang sih dimainin banget, tapi biasanya itu penyiar. Kayak misalnya nih, banjir di kampung pulo kedalamannya udah sampai 3 meter, nah walaupun dia komunikasinya 1 arah tapi tetep dia kan berinteraksi dengan para pendengarnya, dia
ngejelasin apa yang dia omongin. Kalau kita kan nggak, kita cuma ngebacain berita.
33. Apakah ada unsur emosi dalam melakukan siara berita? Mengapa?
34. Bagaimana menimbulkan emosi ketika melakukan siaran berita?
Ian Pribadi: Nah kalau emosi itu… emosi juga kita enggak yah. Kalo misalnya news anchor di tv itu, dia ngejelasin tentang musibah, atau berita kematian, itu biasanya kan mereka gak boleh senyum tuh. Begitu juga abis ngeberitain berita bencana dan selanjutnya bacain berita tentang konser, nah itu gak boleh tuh abis ngebawain berita sedih, pas closing ngeliat gambar, emosi dan air mukanya langsung berubah itu gak boleh. Jadi mereka harus closing, jeda dulu dengan raut muka yang simpati, gitu. Nah kalau di newscaster kita di program siaran radio, ya semua sama aja. Karena kita cuma nge-present berita. jadi emosi di sini sih nggak kita pake.
Informan 2
Narasumber : Sasha Annisa
Jabatan : Senior Editor & Newscaster Teknik pengumpulan data : Wawancara tatap muka Tanggal & waktu : 2 Juni 2016
Tempat : Ruang Kerja Ian Pribadi
1. Aspek apa saja yang diperhatikan ketika siaran berita di radio?
Sasha Annisa: Lebih ke suara sih, karena udah pasti dan otomatis karena kan kita radio. Trus sama fisik sih itu aja. Gak perlu penampilan kan, karena nggak keliatan juga. Hehehe. Suara, fisik, karena biasanya fisik kan mempengaruhi suara. Kalau kita flu, suara jadi bindeng. Selain dari materi bahan siarannya.
suara yang oke sebagai newscaster
2. Bagaimana gaya penyiaran berita yang diterapkan di Radio Mahaka Media sebagai radio hiburan?
Sasha Annisa: Untuk di Gen dan Jak, meskipun kita radio anak muda, konsep membawakan beritanya kita itu tetap serius sih. Cuma hanya lebih santainya lebih di intonasi, gak serius dan kaku. Kalau pemilihan katanya itu baku.
Nggak kita selipin kata-kata "eh lo tau nggak sih." itu enggak. Karena itu kan lebih ke bahasa si penyiar ya. Baku tapi intonasi nya santai.
3. Apa saja yang dianggap penting dalam presentasi/siaran berita?
Sasha Annisa: Hal-hal penting menguasai isi berita. itu otimatis sih, karena itu yang bikin lo "mahal" karena lo kan jadi tau apa yang terjadi di dunia ini.
Maksutnya berarti secara pribadi itu harus kaya informasi, lo tau banyak hal, dan itu udah mutlak. Paling enggak, minimalnya ya tau apa yang sedang terjadi di indonesia. Itu secara ilmu pengetahuan ya, si newscaster itu harus tau banyak hal. Kedua sensitif sama isu yang lagi berkembang, mana kira- kira berita yang akan ramai mana yang enggak. Punya dasar-dasar jurnalistik, tau apa aja 5w+1h, tau nilai-nilai berita, mana yang bisa dijadiin berita mana yang bukan, sama…. bisa baca. Hahaha udah itu aja sih.
4. Seberapa pentingkah gaya siaran atau presentasi berita? Kenapa?
Sasha Annisa: Kalo tv itu sangat penting karena semua gesture dari atas sampai bawah, air muka dan cara penyampaiannya dia itu kan keliatan ya.
Sedangkan kalau di radio itu sifatnya selintaskan, orang lagi di jalan mungkin kita sekali nyampein berita harus langsung orang tau apa maksudnya. Jadi...
skill intonasi, balik lagi ke kemampuan intonasi sama kemampuan penekanan- penekanan yang harus dia punya. Misalkan untuk berita yang mengabarkan orang meninggal dunia, itu kan berarti nggak ceria nada suaranya. Jadi dia harus bisa nempatin nada suaranya harus agak sedikit berat, intonasinya harus agak sedikit pelan, beda sama kalau misalkan berita "Indonesia meraih medali emas", itu kan sebuah informasi yang bahagia.
5. Bagaimana menciptakan theater of mind dalam siaran berita?
Sasha Annisa: Cara untuk menciptakan theater of mind itu dengan intonasi suara, penekanan-penekanan tanda baca, emosi simpati terhadap berita tersebut.
6. Apakah ada unsur emosi dalam melakukan siara berita? Mengapa?
Sasha Annisa: Pasti ada emosi sih, dan radio pasti menciptakan theater of mind kan. Nah kita sebagai si newscasternya akan masuk ke dalam theater of mind yang sudah melekat di radio. Tinggal gimana kita nyampeinnya aja.
7. Apakah ada pedoman dan standar dalam membawakan berita? Apa aja?
Apa pertimbangan membuat standar tersebut?
Sasha Annisa: Sebenernya kita gak ada standar suara yang oke itu gimana.
Soalnya setiap newscaster itu punya ciri khas dan karaketernya masing- masing. Ada suara yang berat, ada yang ringan, intinya ketika dia menyampaikan berita, intonasi dan cara berceritanya itu nyampe ke pendengar. Itu aja sih. ketika intonasinya jelas, trus pembacaan kalimatnya itu jelas, penyampaian delivery message nya itu jelas, gak ada yang masalah sih.
8. Apa saja yang dilakukan sebelum melakukan siara berita?
Sasha Annisa: Karena kalau di sini, newscaster itu harus nyari berita sendiri kan ya, di-edit kalimatnya sesuai dengan kesepakatan yang kita sepakati bersama, maksutnya di news Jak dan Gen itu kalimatnya harus begini loh kalau di news, bahasanya baku dan harus mudah dimengerti oleh semua kalangan pendengar. Lalu diserahkan kepada editor, kalau udah approve, baru boleh naik on air. Dengan materi yang dia baca.
10. Berarti beda ya sama reporter?
Sasha Annisa: Kalau reporter itu….. dia turun ke jalan. Kalau reporter….
Hmmm sebenernya kita penyebutannya sama sih, reporter sama newscaster, tapi kalau reporter tuh dia lebih ke… mmmh… apa namanya… laporan di jalan. Tapi kalau di tim news kita, laporan di jalan tuh dia via order-an klien untuk event-event. Kecuali event-event besar seperti yang kemarin, Jokowi
sama Ahok diarak dari Monas ke mana, atau kejadian Bom Sarinah kemarin, itu nanti kita nerjunin reporter untuk memantau langsung kondisi dan situasi di sana. Tapi basically mereka nyari berita sendiri, mereka edit sendiri, begitu udah di approve sama editor baru berita dan si newscasternya dibolehin on-air.
11. Berarti repoter dan newscaster di sini sama-sama mencari berita ya?
Sasha Annisa: Iya sama-sama nyari berita. penyebutannya sama sih sebenernya, cuma newscaster itukan lebih ketika mereka berada di ruangan siaran dan menyiarkan berita. kalau reporter kan ketika dia terjun di lapangan atau mencari berita. cuma ya di sini, orangnya ya dia-dia juga.
Sama aja.
12. Berarti reporter buat berita di website sama?
Sasha Annisa: Iya sama, misalnya hari ini lagi ada demo nih di sebelah, tentang Ahok, bikin demo panggung rakyat. Itu kita on air naik, materi secara online-nya juga naik. Kita punya tim untuk naikin berita di online. Dan itu semua lewat editor, kalau editor udah oke, lempar. Editor oke lempar.
13. Proses pembuatan berita?
Sasha Annisa: Kan kita… liat semua portal berita yah, kayak misalkan buat naik jam setengah 5, berarti jam 4.15 itu udah selesai berita. jadi yang dibutuhin itu skill pemilihan berita lo. Kalau lo sensitif dan peka sama berita- berita bagus, ya cepet selesai kerjaan lo. Jadi kita copy paste dari media, trus kita edit pake bahasa kita sendiri, tidak menghilangkan 5w+1h berita yang ada di portal, dan dari sekian banyak berita yang dipilih cuma 5, dari sekian paragraf cuma dibuat jadi 2 paragraf, jadi segitu intisarinya sih berita radio.
Udah selesai dikirim ke editor, editor approve, udah deh langsung on air.
Udah prosesnya gitu doang.
14. Hambatannya?
Sasha Annisa: Hambatannya paling kalo beritanya lagi pada jelek dan apesnya dia udah keburu lewat slot siarannya, jadi dia nggak keburu on air.
Tapi kita sangat tegas sih kalau untuk urusan itu. Kalo lo sampe nggak bisa siaran itu, bisa kita kasih surat peringatan. Karena mau gimana pun caranya, lo harus tetap on air. Jadi ya itu dia skill dia cari berita, dan kecepatan dan ketepatan dia memperkirakan dapet berita dan proses pengolahan beritanya, dengan durasi tapping segini, kira-kira kekejar nggak nih, buat siaran jam segini. Itu yang harus dipunyai setiap newscaster di sini sih.
15. Kalau untuk deadline nya gimana?
Sasha Annisa: Sehari itu kita minimal 7 sampai 10 berita lah buat di online, karena untuk berita-berita yang di online, kita milih berita yang besar aja.
Kalau untuk berita yang on air, itu kita sehari 23 kali naik. Sekali naiknya 5 berita. 23 dikali 5 berita berapa tuh? Ya banyak pokoknya hehe….
16. Sekali program siaran , berapa kali on air?
Sasha Annisa: mmm…. Pokoknya kita setiap jam prime time pagi, naik setiap setengah jam sekali aja. Jadi dari jam 7, 7.30, 8, 8.30 itu kita naik terus tuh.
Setelah jam 10 sampai jam 4 sore, itu kita siaran satu jam sekali. Jam 10, 11, 12 dan seterusnya sampe jam 4. Begitu masuk ke jam prime time sore, itu kita udah main setengah jam lagi tuh. 4.30, 5, 5.30 dan seterusnya sampe jam 8 baru siaran berita terakhir di jam 9.
17. Kenapa yang di prime time setiap setengah jam sekali, yang di program reguler satu jam sekali?
Sasha Annisa: Karena kebutuhan. Namanya juga prime time, pusat orang- orang dengerin radio itu di pagi hari dan sore hari. Dan kita ingi memenuhi kebutuhan mereka untuk mendapatkan berita lebih cepet aja. Jadi setiap satu jam sekali, mereka udah dapet paling enggak 10 informasi kan. Kalau di jam- jam siang, nggak sepadet di jam pagi dan sore yang ngedengerinnya.
18. Apakah ada evaluasinya? Kapan?
Sasha Annisa: Setiap bulan sih, kita selalu ada meeting evaluasi. Lebih ke secara personal, kita nilai mereka. Misalnya lo bulan ini….. karena kan gini, ketika lo on air, di jam lo itu berarti jam lo, itu show lo. Bagus jeleknya, ya akan itu nama lo. Karena setiap akhir siaran kita nyebutin nama kan. Jadi kita juga harus tanggung jawab sama yang terjadi di jam lo. Ketika itu beritanya bagus, orang akan lebih inget sama lo ketika berita-berita yang lo bawain tuh bagus dibanding ketika lo bawain berita-berita cemen. Ya walaupun beritanya bakal disaring juga sih sama si editor. Secara personal sih mereka akan dievaluasi setiap bulan. Dari cara penyampaiannya, kalau buat yang baru-baru sih kita masih penilaiannya tentang lo masih kaku apa enggak, intonasinya masih belum bisa main tuh, lo masih belum bercerita, lo cuma baru ngebaca nggak bercerita. Tapi untuk newscaster-newscaster yang udah lama, lebih kepada… kalau evaluasi lebih kepada…. Gimana nih lo bulan ini ngerasa gimana atau lo ada ide apa, kita harus buat apa, lebih ke gitu sih. Kalau yang personally banget kan ada di PA, personal appearance yang setiap 6 bulan sekali. Kalau untuk evaluasi tim news nya, kita sebenernya ada weekly report sih. Jadi setiap minggu nya masing-masing newscaster akan mereport apa yang dialamin, tentang teknis alat kah, atau ada masalah apa gitu. Jadi setiap minggu kita report ke news manager.
19. Kalau ada staf yang kurang gimana?
Sasha Annisa: Karena pasti yang masuk sini, udah melewati tes baca, tes intonasi, kalau mereka nggak oke. Ya enggak. Karena kalau
Tapi semua kita komitmen sih, jadi apapun yang terjadi di dalam booth siaran, itu tanggug jawab lo. Karena itu show lo. Mau nanti setelah selesai siaran marah-marah, jengkel karena lagi nggak mood, ya silahkan. Tapi begitu masuk booth, mic nyala, itu loh harus udah 100% serius untuk menyelesaikan siaran dengan baik.
20. Pasti ada suatu masa, seorang newscaster itu performa nya gak baik, itu gimana?
Sasha Annisa: Bentuknya hanya teguran di PA sih, malah belum pernah sih ada yang ditegur karena on air nya jelek. Biasanya sih lebih ke disiplinnya aja sih, misalnya dateng telat. Kalau untuk teknik siaran sih, jarang ya soalnya di proses penyaringan pas awal masuk dulu tuh udah ketat banget.
Bacanya bagus, intonasinya bagus ya dia bisa siaran. Kalau ada kurang dikit aja, ya mending kita pilih aman aja. Mending nggak usah siaran. Karena kebutuhannya untuk on air, mau nggak mau dia pasti akan on air.
21. Distribusi berita di Jak FM dan Gen FM?
Sasha Annisa: Sama, itu sama. Kecuali di jam….. 6 sore. 6 atau 6.30 gitu ya aku lupa. Kalau di Jak di jam itu ada IHSG. Itu tentang saham, kalau di Gen nggak ada. Selebihnya semuanya sama. Meskipun di Gen pendengarnya muda-muda, tapi kita juga pengin mulai ngedidik, lo tuh mesti tau apa yang terjadi di sekitar lingkungan lo. Lo harus tau berita juga, gitu.
22. Kenapa Jak dewasa, dan Gen untuk remaja?
Sasha Annisa: Sebenernya sih jawabannya simpel, kita kan di bawah mahaka nih. Dan kita udah punya radio buat anak muda, yaudah kita ngejar juga radio buat dewasanya. Sebenernya lebih pengin nge-grab banyak pendengar dari berbagai kalangan sih.
23. Bagaimana melakukan gaya siaran yang baik dan bisa diminati oleh banyak orang? Terutama bagi target audience Radio Mahaka Media?
Sasha Annisa: Itu tadi, dia punya intonasi yang bagus, cara bacanya jelas, dan bercerita. Jadi sekali ngebacain, orang langsung masuk pesennya.
Langsung nyampe beritanya ke pendengar.
24. Kapan rapat redaksi tim news?
Sasha Annisa: Setiap pagi. Kita tentuin berita-berita mana aja yang mau naik hari ini. Misalnya berita ini belum basi nih buat naikin si BCA Open, ini berita kita naikkin selama seminggu ya. Atau misalnya yang terbaru, si La Nyalla ketangkep, hari ini tetap ada updatenya ya. Misalnya hari ini udah disidangkah apa gimana, trus si Jessica udah masuk tahap P21, udah masuk sidang, dipantau terus.
25. Nilai berita?
Sasha Annisa: Dasar-dasar jurnalistik kan ada nilai-nilai berita yang layak diangkat yah, itu yang kita pelajarin banget. Dan itu yang harus dikuasai oleh editor juga. Kan nilai berita itu kan misalnya update, mempengaruhi orang banyak. Dan itu yang kita terapin.
26. Pembagian tugas atau shift?
Sasha Annisa: Awalanya karena kebutuhan ya, karena sehari itu kita harus 23 kali on air, kalau satu orang on air dari pagi sampai siang, kasian dia.
Berbusa mulutnya, meledak otaknya, kasian. Hehehe jadi dalam sehari 23 kali on air, kita butuh berapa orang… oke kita perkecil, misalnya sehari itu kita butuh 3 orang. 3 orang nggak mungkin dia dari senin sampai sabtu. Jadi kita butuh berapa orang lagi nih? Lebih ke gitu sih, pembagiannya lebih disesuaikan berdasarkan kebutuhan. Karena kebutuhannya 23 kali di senin sampai jumat, dan 10 kali on air di sabtu minggu. Akhirnya kita punya tim yang isinya 10 orang. 10 orang itu dibagi, jadi ada 3 shift. Shift pertama itu jam 6.30 sampai 2.30, trus 2.30 sampai jam 18.00 dan shift terakhir itu 18.00 sampai 21.00. Biasanya satu shift itu ada 2 orang. Satu untuk newscaster, satu lagi untuk traffic. Reporter itu kecuali ada tugas lapangan. Jadi kalau ada peristiwa apa, dan ada orang yang lagi nggak bertugas di kantor trus kita kirim dia ke lapangan. Jadi orang yang di kantor tetep tugas untuk on air, yang di lapangan tetep report ke kita juga. Misalnya hari ini kita ngirim 4 orang, ada yang di BCA Open, ada yang di SK-II, satu lagi ada di.. mana aku lupa. Nah itu mereka yang di luar jam hari ini masuk, gitu.
27. Apa kelebihan radio dibanding media penyiaran lainnya?
Sasha Annisa: Cepat. Tapi jaman sekarang apapun bisa cepet sih, kecuali surat kabar yah. Online dia bisa langsung ngetik dan bisa langsung dinaikkin beritanya. Begitu pun tv, dari dulu pun kita kenal sama yang namanya siaran langsung, begitu radio juga sih. Cuma kelebihannya kita bisa menjangkau mereka yang lagi ada di jalan. Kalau tv kan mereka harus di rumah, atau ya mungkin aja sih mereka nonton tv di jalan, tapi kayaknya kalo nonton tv di jalan kan nggak semuanya ya. Tapi kalau denger radio kan masih bisa terkonek dengan aktivitas mereka yang nggak harus ngeliatin layar kaca.
28. Format berita di Jak FM dan Gen FM?
Sasha Annisa: Kalau di sini format beritanya sangat singkat, kita sekali naikin itu cuma 5 berita. Dan satu berita hanya sekitar 2 paragraf. Bener- bener sifatnya itu selintas, news highlight. Jadi kita membantu mereka untuk tau yang ter-update. Kalau mereka mau yang lebih ter-update, ya mereka tinggal googling. Kan kita udah ngasih tau nih awalnya. Kayak misalkan kemarin ketok palu 1 Juni libur giu kan, kita langsung naikkin 1 Juni ditetapkan libur, presiden menetapkan 1 Juni sebagai hari libur nasional karena bertepatan dengan hari pancasila. Udah gitu doang. Istilahnya cuma lead-nya aja gitu. Nah dengan itu kan merwka jadi lebih tau dulu, paling enggak ya tau kalau 1 juni itu libur.
Berarti nggak ada bulletin ya yang nerangin beritanya secara lebih jelas?
Oh enggak itu nggak ada kok.
29. Nama segmen berita? Kenapa?
Sasha Annisa: Kalau di gen Berita Terkini, karena kan gen ituu… Suara Musik Terkini hehe jadi disamain aja sih, jadi biar tetep masuk ke konsep radio masing-masing. Dan itu kayaknya lebih gampang diterima kalau berita terkini. Sementara kalau di Jak kan, kita memang pendengarnya AB+ dewasa muda dan mereka pekerja, dan agak-agak eksklusif, lebih masuk kalau kata- katanya tuh NewsJak. Kalau Berita Terkini, terlalu santai untuk mereka. Jadi kita samain sama pendengar juga.
30. Struktur organisasi?
Sasha Annisa: Yang pertama itu ada news manager, Mas Ian. Di bawahnya itu ada aku (Sasha) editor, di bawah editor itu ada junior editor. Dia itu yang akan mantau news di weekend. Lalu ada online coordinator sekaligus traffic coordinator. Baru setelah itu ada newscaster atau reporter.
31. Komunikasi dan menciptakan sense of belonging?
Sasha Annisa: Sebenernya sih alhamdulillahnya, kita sebenernya nyebutnya bukan tim sih tapi lebih ke… geng. Hahaha karena kan cewek semua gitu kan, jadi deket banget. Ada cowok pun jadi ikutan rumpi karena di sini kebanyakan kan cewek. Jadi gampang banget untuk nyalurin komunikasi nya, udah kayak temen aja gitu. Lebih enak gitu jadinya komunikasinya, karena udah segitunya jadi temen. Maksutnya, gap antara atasan dan bawahan tuh nggak begitu…. Kerasa gitu. Tim nya adalah as a friend. Dan udah sangat tau tanggung jawab masing-masing gitu. Alhamdulillah sih dari pertama departmen ini berdiri… itu tahun… 2009, kita selalu dapet timnya yang enak dan asik. Walaupun ada yang keluar masuk, tapi tetep bisa adapatasi sama kita.
32. Bagaimana unsur personalitas radio ditampilkan dalam siaran berita di Gen FM dan Jak FM?
Sasha Annisa: Kalau segi personalitas dari newscaster ke pendengar ya susah. Karena kita sebatas hanya menyampaikan memenuhi kebutuhan lo mengenai berita terbaru. Udah gitu aja.
Informan 3
Narasumber : Icha Wardhani
Jabatan : Reporter & Newscaster Teknik pengumpulan data : Wawancara tatap muka Tanggal & waktu : 2 Juni 2016
Tempat : Ruang Kerja Ian Pribadi
1. Apa saja job desc yang dilakukan untuk seorang reporter di Mahaka Media?
Icha Wardhani: kalau gue kan di traffic, basically nelfon orang NTMC buat liat cctv mereka kondisi di jalanan tuh kayak gimana. Trus kadang-kadang kan nyari jalur alternatif kalau lagi di mana macet, dikasih jalan alternatifnya lewat mana. Kalau di news juga nyari-nyari berita untuk yang di on air nanti, dibacain pas tapping mau on air. Ya basic sih.
2. Apakah ada perbedaan bagi reporter yang ditugaskan untuk berita di radio, dengan berita yang ada di website?
Icha Wardhani: Enak sih sebenernya, berita di online atau web itu kan harus detail dong, dan kalau berita di web yang dapetin sumber beritanya dari web berita lain harus nyertain sumber. Biasanya kita nyari berita yang tema nya sama tapi dari beberapa portal. Misalnya tentang si Yuyun kemarin itu, jadi kita nyari berita di Metro TV itu gimana, di CNN beritanya gimana. Nah dari dua portal itu tadi kita pilih kira-kira berita mana yang oke. Basically sih kita copy paste, tapi kita rombak lagi. Bisanya kalimat yang dipake untuk berita di web itu aktif, si ini berkata bla bla bla, nah kalau kita si ini menyatakan bahwa…. Nah kita tuh biasanya kayak gitu. Itu yang bikin kita beda ya kita
harus merombak lagi tata bahasanya agar kita gak plagiat. Dan kita kan gak bisa nyebutin sumbernya dari mana kan soalnya terbatas sama durasi.
3. Apa itu berita radio? Apa nilai berita yang dipakai?
Icha Wardhani: Nilai berita yang dipakai ketika memilih berita adalah biasanya di papan tulis situ ada list berita apa aja yang booming tiap weekend nya, sama ngeliat headline berita yang terjadi di sekeliling kita (proximity). Liat berita-berita yang lagi rame diperbincangin orang di twitter, path.
4. Bagaiman proses liputan hingga mengolah berita radio? Bagaimana teknik liputannya?
Icha Wardhani: Kita nyari berita dari web sih, sama dari tv. Kalau tv kita liatnya di MetroTV sama tvOne, itu juga liatnya dari running text, apa sih berita-berita yang lagi hits sekarang tuh. Trus dari web kita liat di MetroTV, liputan6, cnn, sportnya juga dari Goal dan Macanbola. Yang ngebedain sih pengolahan bahasanya. Jadi setelah kita dapet beritanya, beritanya itu kita olah lagi sesuai dengan tata bahasa berita radio.
5. Apa karakteristik/sifat yang menjadi kelebihan radio, dibanding dengan media lain dari segi pemberitaan?
Icha Wardhani: Sebenernya yang gak ada visualnya itu susah, tapi kita bisa membangun imajinasi orang.
6. Gimana cara membangun imajinasi orang tersebut?
Icha Wardhani: Memakai kalimatnya yang benar, tata bahasanya yang bisa langsung dimengerti tanpa berfikir panjang. Dan teasernya harus oke dan bikin pendengar tuh penasaran buat mendengar beritanya.
7. Format berita apa saja yang disajikan? Mengapa memilih format tersebut?
Icha Wardhani: Kita pokoknya depannya itu teaser, trus nanti berita selanjutnya ada bulletin. Jadi dalam satu segmen berita itu, ada teaser dan bulletin.
10. Bagaimana distribusi berita?
Icha Wardhani: Sama sih, kita bikin berita buat Gen dan Jak fm. Tapi kalau yang di Jak itu kadang kita ada beda yang di sore, kita nambahin berita nilai tukar rupiah, atau saham.
11. Kan beda segmen?
Icha Wardhani:Iya itu tadi kayak kalau Gen kan lebih ke anak remaja/muda ya. Makanya kita gak pernah naikin berita nilai tukar rupiah atau saham.
Karena menurut kita itu diperuntukkan untuk audiene Jak ajalah, di Gen gak perlu. Tapi berita-berita politik gitu mereka listen juga sih.
LAMPIRAN II
TABEL OBSERVASI
Tabel Observasi di Mahaka Radio Integra
Tempat : Kantor Mahaka Radio Integra, Jak FM dan Gen FM, Menara Imperium Lt. P7 Metropolitan Kuningan
Tanggal observasi : Kamis, 2 Juni 2016 Waktu : 10.00 – 15.00 WIB
Hasil Pengamatan
Kantor Mahaka Radio Integra
-
Mahaka Radio Integra beralamat di GedungMenara Imperium Metropolitan Kuningan, Super Blok Kav. No. 1 Jl. HR. Rasuna Said, Jakarta.
Kantornya berada di Lt. P7. Pintu masuk kantor Mahaka Radio Integra berwarna transparan, dan didominasi dengan warna hijau serta segala hiasan Gen FM. Begitu masuk ke dalam ruangan, akan langsung bertemu dengan resepsionis yang berada di sebelah kiri pintu masuk, dan ruang rapat di sebelah kanan pintu masuk.
-
Kantornya memiliki 2 lantai. Lantai bawahdigunakan untuk ruang tunggu, 2 buah ruang siaran dan juga ruang redaksi program radio.
-
Ruang siaran Gen FM dan Jak FM bersebelahan.Ruaang siaran Gen FM didominasi warna hijau dan ada standing banner di depannya. Ruang redaksi program radio Gen FM berada di sebelah kiri dan hanya dipisahkan oleh sebuah tangga. Sedangkan
tepat disebelah ruan siaran Gen FM, terdapat ruang siaran Jak FM yang didominasi warna biru tua. Redaksi program radio Jak FM juga berada di sebelah kanan ruang siaran Jak FM.
Ruang Redaksi Departemen Berita MARI
-
Ruang redaksi departemen berita MARI berada dilantai 2. Begitu sampai di lantai 2, akan langsung terlihat ruang redaksi departemen ini yang ditandai dengan banyaknya meja-meja para staf yang dipisahkan dengan kubikel-kubikel.
-
Untuk ruangan Ian Pribadi (news manager),terpisah dengan meja kubikel para staf departemen berita. Ian memiliki ruangan tersendiri, dengan tembok warna biru muda. Di dalam ruangannya terdapat papan tulis putih yang berisikan time table rencana kerja dari departemen berita MARI.
-
Ruang siaran berita radio berada tepat di serong kiri ruang news manager, ruangannya tidak terlalu besar, hanya ada kursi dan meja yang diisi dengan mixer dan alat rekaman.