• Tidak ada hasil yang ditemukan

2019.Citra Masyarakat Muslim di Eropa dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropakarya Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "2019.Citra Masyarakat Muslim di Eropa dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropakarya Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

CITRA MASYARAKAT MUSLIM DI EROPA DALAM NOVEL 99 CAHAYA DI LANGIT EROPA KARYA HANUM SALSABIELLA RAIS DAN RANGGA

ALMAHENDRA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu

Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana (S-1) Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh :

MAYA PUSPASARI DWI PUTRI A1A014057

PROGRAM SARJANA (S-1) PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU

APRIL 2019

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Puspasari Dwi Putri, Maya. 2019.Citra Masyarakat Muslim di Eropa dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropakarya Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra.

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Bengkulu. Pembimbing Utama Dr. Sarwit Sarwono, M.Hum., Pembimbing Pendamping Dra. Yayah Chanafiah, M.Hum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui isi teks yang berhubungan dengan usur pembangun novel 99 Cahaya Di Langit Eropa yang berkaitan dengan sosiologi sastra dan untuk mengetahui citra masyarakat muslim di Eropa yang terdapat dalam novel99 Cahaya Di Langit Eropamenggunakan pendekatan sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Hasil penelitian ini berupa deskripsi mengenai masyarakat muslim sebelum abad 21 dan masyarakat muslim di masa sekarang serta citra masyarakat muslim di Eropa yakni anggapan masyarakat non muslim di Eropa bahwa masyarakat muslim sebagai penebar terror dan ISIS,masyarakat muslim sebagai penjunjung poligami, masyarakat muslim sebagai masyarakat yang lemah, citra masyarakat muslim sebagai masyarakat yang ramah, citra masyarakat muslim sebagai masyarakat yang sabar dan citra masyarakat muslim yang memiliki sikap to;eransi antar agama. Novel ini dibuat oleh penulis berdasarkan pengalamannya saat menjelajahi Eropa dalam novel ini pengarang mencoba untuk memperlihatkan sisi masyarakat muslim yang berbeda dari anggapan masyarakat nonmuslim di Eropa.

Kata kunci: Citra, Sosiologi Sastra.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Citra Masyarakat Muslim di Eropa dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Strata-1 Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Bengkulu.

Terwujudnya skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Ridwan Nurazi, S.E., M.Sc., Rektor Universitas Bengkulu.

2. Prof. Dr. Sudarwan Danim, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

3. Dr. Ria Ariesta, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

4. Dr. Didi Yulistio, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

5. Dr. Sarwit Sarwono, M.Hum., pembimbing utama yang telah telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberi arahan dan masukan, serta memberikan motivasi kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

(8)

6. Dra. Yayah Chanafiah, M.Hum., pembimbing pendamping yang juga telah berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberi arahan dan masukan, serta memberikan motivasi kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini berlangsung.

7. Dra. Emi Agustina, M.Hum., penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

8. Drs. Amril Canrhas, M.S., penguji dalam sidang skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik lagi.

9. Agus Joko Purwadi, M.Pd., pembimbing akademik yang telah membimbing dan membantu penulis memecahkan permasalahan yang timbul selama masa perkuliahan dan mengarahakan agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan hasil sebaik mungkin sesuai dengan bakat dan kemampuan penulis.

10. Seluruh bapak/ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah mendedikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi kepada seluruh mahasiswa sehingga terciptanya mahasiswa yang kompeten, ungul, mandiri, dan barakhlak mulia.

11. Mbak Diana, staf bidang administrasi Pendidikan Bahasa Indonesia.

12. Seluruh keluarga besar penulis, yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, menyemangati penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

13. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan seperjuangan Bahtra angkatan 2014 yang telah membantu serta selalu mendukung penulis.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan dari Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Penulis menyadari skripsi yang telah dibuat ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Bengkulu, 2019

Penulis

(10)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI... v

BAB I ... 1

PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Definisi Istilah ... 6

BAB II ... 8

LANDASAN TEORI... 8

2.1 Sosiologi Sastra ... 8

2.2 Sastra sebagai Dokumen Sosial... 12

2.3 Citra Masyarakat ... 14

BAB III... 16

Metodologi Penelitian ... 16

3.1 Metode Penelitian... 16

3.2 Pendekatan... 16

3.3 Data dan Sumber Data... 17

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 17

(11)

3.5 Teknik analisis data ... 18

BAB IV ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

4.1 Sinopsis ... 19

4.2 Analisis Isi Teks Pada Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais Dan Rangga Almahendra. ... 20

4.2.1 Tema ... 20

4.2.2 Tokoh dan Penokohan ... 22

4.2.3 Latar atau Setting ... 26

4.2.4. Alur ... 32

4.2.5. Amanat... 34

4.3. Analisis Citra Masrakat Muslim Di Eropa dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa. ... 35

4.3.1 Masyarakat Muslim di Eropa Sebelum Abad 21. ... 35

4.3.2 Masyarakat Muslim Pada Masa Sekarang. ... 37

4.4.1 Anggapan Masyarakat Eropa Non Muslim Terhadap Masyarakat Muslim dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa. ... 39

4.3.2. Citra Masyarakat Muslim Yang Terdapat Dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa. ... 46

BAB V... 51

PENUTUP... 51

5.1. Kesimpulan... 51

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Rene Wellek, 1990: 3), seorang penelaah sastra harus dapat menerjemahkan pengalaman sastranya dalam bahasa ilmiah dan harus dapat menjabarkannya dalam uraian yang jelas dan rasional. Teks sastra merupakan karya kreatif yang di dalamnya terdapat ideology dan pemikiran manusia. Sastra membicarakan tentang kehidupan manusia dan permasalahannya. Selain itu karya sastra dapat digunakan sebagai dokumen sosial budaya yang menangkap realita dari masa tertentu. Karya sastra mempunyai hubungan dengan masyarakat karena karya sastra merupakan gambaran dari keadaan masyarakat. Hal ini karena dalam karya sastra menampilkan banyak keadaan masyarakat baik berupa peristiwa, tradisi, kemiskinan, ketidakberdayaan, kekerasan dan berbagai gambaran sosial lainnya.Pengarang mengemukakan permasalahan tersebut berdasarkan pengalaman serta pengamatannya terhadap kehidupan.

Salah satu sastra yang banyak diminati adalah novel. Nurgiyantoro (2013:9) menyatakan bahwa novel adalah karya yang mengungkapkan aspek- aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Novel merupakan salah satu karya sastra yang berisi berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh secara sistematikdengan menampilkan unsur cerita yang paling

(13)

lengkap. Novel merupakan karya sastra yang menampilkan gambaran kehidupan mausia yang ada di dalam masyarakat.

Perkembangan novel di Indonesia cukup pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya novel-novel baru yang telah diterbitkan. Novel-novel tersebut memiliki beragam tema dengan isi yang menyangkut masalah sosial yang umumnya terjadi di masyarakat, salah satunya adalah novel 99 Cahaya Di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra. Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa ini merupakan buku kedua yang ditulis oleh Hanum setelah sebelumnya ia telah menerbitkan buku yang berjudul Menapak Jejak Amien Rais.

Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa ditulis Hanum bersama dengan sang suami Rangga dan menjadi novel yang masuk kategori best seller. Banyaknya pembaca yang menyukai novel ini membuat novel ini dibuat dalam versi film.

Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra ini merupakan sebuah novel yang menceritakan tentang perjalanan spiritual pengarang ketika menjelajahi Eropa untuk mencari jejak kejayaan agama Islam. Novel ini mampu membuka mata para pembaca mengenai kejayaan Islam pada di benua Eropa. Islam pernah berkembang dengan pesat dan berjaya di tengah-tengah benua yang terkenal dengan atheisme serta paham- paham lain yang sangat bertentangan dengan ajaran agama Islam.Novel ini menjelaskan bahwa sebagian besar kaum minoritas di suatu negara mengalami kesenjangan sosial yang cukup besar, seperti tokoh Fatma yang sulit mendapatkan pekerjaan hanya karena ia menggunakan hijab. Hal ini dikarenakan adanya kesalapahaman antara masyarakat non muslim di Eropa terhadap agama Islam yang menyebabkan terjadinya beragam konflik sosial, masyarakat non muslim

(14)

cenderung memaknai Islam sebagai penebar terror atau pun pelaku demo yang berujung anarkis. Minoritas Islam di Eropa harus berjuang untuk mengembalikan citra Islam yang keras menjadi lembut. Fatma tetap bersikap santun meski mendengar hujatan dari orang-orang Eropa non muslim, itulah sejatinya Islam, agama yang mencintai kedamaian.

Berbeda dengan keadaan sekarang dimana Islam menjadi minoritas dan cenderung dikucilkan, di masa lalu Islam dan Eropa pernah menjadi pasangan yang serasi. Meskipun menjadi masyarakat minoritas di Eropa Islam mampu memberikan konstribusi yang besar terhadap peradapan Eropa hingga saat ini.

Melalui buku ini pengarang mencoba menggambarkan kesan yang ia dapatkan saat menjelajahi peradaban Islam di Eropa, menceritakan beberapa tempat dimana Islam mempunyai kisah yang cukup menarik di dalamnya.

Novel ini menceritakan pandangan tentang kehidupan masyarakat muslim di Eropa pandangan tersebut memberikan gambaran mengenai pemahaman tentang Islam, seperti ketika masyarakat Eropa non muslim menganggap bahwa Islam hanya mengagungkan poligami, hal ini dikarenakan dalam sejarahnya para sultan dan raja-rajanya memiliki istri lebih dari satu, namun sebenarnya para sultan mempunyai alasan yang baik ketika memutuskan untuk memiliki istri lebih dari satu. Salah satunya adalah untuk menaikkan derajat mereka. Pada kesempatan ini penulis akan membahas mengenai citra masyarat muslim di Eropa yang terdapat dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa.

Citra merupakan sebuah refleksi, bayangan ataupun pantulan. Citra juga dapat dimaknai sebagai pengandaian dan penggambaran yang dihantarkan melalui

(15)

bahasa berupa dalam kalimat-kalimat yang ada dalam karya sastra. Citra tidak dapat diukur secara matematis, tetapi dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk. Seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang datang dari publik dan masyarakat luas pada umumnya.

Novel ini dipilih karena mampu menggambarkan citra masyarakat muslim di Eropa sebagai kaum minoritas dengan cukup jelas serta memaparkan kejayaan Islam di Eropa dimasa lampau yang belum banyak diketahui oleh masyarakat.Selain itu penelitian terhadap citra masyarakat ini menarik untuk diteliti karena mayarakat itu berubah sehingga kesan terhadap suatu hal pun dapat berubah. Seperti yang dilakukan oleh pengarang yang mencoba mengubah anggapan-anggapan yang salah mengenai masyarakat muslim dengan memperlihatkan bagaimana citra masyarakat muslim sesungguhnya yang ia temukan selama melakukan perjalanan.

Untuk mengungkapkan citra masyarakat yang ada dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa karya Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra penulis menggunakan pendekata sosiologi sastra dengan meneliti melalui perspektif teks sastra, yaitu melalui teks yang ada pada novel tersebut.

Penelitian terhadap novel 99 Cahaya Di Langit Eropa dengan mengkaji citra masyarakat muslim sejauh ini masih sangat terbatas, bahkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti di perpustakaan secara manual ataupun melalui jejaring sosial, tidak menemukan adanya penelitian yang serupa ataupun mendekati. Terbatasnya penelitian terhadap citra masyarakat dalam novel ini menjadi pertimbangan bagi penulis untuk meneliti mengenai Citra Masyarakat

(16)

Muslim Di Eropa Dalam Novel 99 Cahaya Dilangit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitianini adalah :

1. Bagaimanakah isi teks novel “99 Cahaya Di Langit Eropa” karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra berdasarkan pendekatan sosiologi sastra?

2. Bagaimana citra masyarakat muslim sebagai kaum minoritas di Eropa dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan isi teks novel yang berhubungan dengan persoalan dan tema yang berkaitan dengan sosial masyarakat dalam novel “99 Cahaya Di Langit Eropa” karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

2. Mengetahui dan mendeskripsikan hasil analisis mengenaicitra masyarakat muslim di Eropa yang terkandung dalam novel “99 Cahaya Di Langit Eropa” karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yang sangat diharapkan oleh penulis ialah sebagai berikut:

(17)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

 Manfaat Teoretis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai analisis terhadap citra masyarakat. Hasil ini dapat dijadikan referensi untuk mendukung dan mengembangkan teori sosiologi sastra.

 Manfaat Praktis

Memperkaya wawasan penulis dan pembaca serta menambah perbendaharaan kajian tentang sastra khususnya pada novel dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

1.5 Definisi Istilah 1. Citra

Citra adalah sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan oleh kata- kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata.

Sementara itu pencintraan adalah sekumpulan citra yang dipergunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indra yang dipergunakan dalam karya sastra , baik dengan deskripsi harfiah maupun secara kias (Abrams salam Sofia, 2009:24). Secara umum dapat diartikan bahwa citra adalah kesan seseorang atau individu terhadap sesuatu yang muncul dari pengetahuan dan pengalamannya

2. Sosiologi Sastra

sosiologi sastra merupakan disiplin ilmu tentang kehidupan masyarakat yang objek kajiannya mencakup fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial yang

(18)

menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam suatu masyarakat (koentjaraningrat dalam kurniawan, 2011:5).

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sosiologi Sastra

Sastra merupakan intuisi sosial yang memakai medium bahasa. Sastra menyajikan kehidupan dan kehidupan sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif manusia, Rene wellek & Austin Warren (1993:109). Sastra merupakan pencerminan masyarakat.

Melalui Karya sastra seorang pengarang mengunggkapkan permasalahan kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Endaswara dalam bukunya Metodologi Pengajaran Sastra, memberi pengertian bahwa sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia, karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi (2003 : 79). Pendapat lain diungkapkan Damono (2003 : 1) menyatakan bahwa sastra menampilkan kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dalam hal ini, kehidupan yang dimaksud mencakup hubungan antar masyarakat, antar masyarakan dengan seseorang, dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Peristiwa dalam batin seseorang yang sering menjadi bahan sastra adalah hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat yang menumbuhkan sikapa sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu.

Sastra sering memililki kaitan dengan intuisi sosial tertentu. Sastra mempunyai fungsi sosial atau manfaat yang tidak sepenuhnya bersifat pribadi.

(20)

Penelitian yang menyangkut sastra dan masyarakat biasanya dikaitkan dengan situasi tertentu atau dengan sistem politik, ekonomi dan sosial tertentu.

Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan itu disebut sosiologi sastra. Dalam pandangan Wolff (Faruk, 1994:4) sosiologi sastra merupakan disiplin yang tanpa bentuk, tidak terdefinisikan dengan baik, terdiri dari sejumlah studi-studi empiris dan berbagai percobaan teori agak lebih general yang masing-masingnya hanya mempunyai kesamaan dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Menurut pendekatan sosiologi sastra, sebuah karya sastra dapat dilihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra tersebut mencerminkan kenyataan. Teori sosiologi sastra tidak hanya digunakan untuk menjelaskan kenyataan sosial yang dipindahkan atau disalin pengarang dalam sebuah karya sastra. Teori ini juga digunakan untuk menganalisis hubungan wilayah pengarang dengan karyanya, hubungan karya sastra dengan suatu kelompok sosial serta gejala-gejala sosial yang timbul di sekitar pengarang dan karyanya. Karya sastra merupakan sebuah dokumen yang mencatat realitas kehidupan sebagai hasil dari pengamatan pengarang. Dimana pengarang menempatkan dirinya sebagai pengamat dari karya sastra yang dihasilkannya, terkadang juga menjadi pelaku dalam karya tersebut. Karena itu, teori sosiologi sastra yang digunakan untuk menganalisis sebuah karya sastra tidak dapat mengabaikan eksistensi pengarang dan pengalaman batinya serta budaya tempat karya sastra itu dilahirkan.

Hubungan sastra dengan kenyataan cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada di luar karya sastra yang diacu oleh karya sastra, pendekatan sosiologi sastra menaruh perhatian pada aspek dokumenter sastra dengan landasan suatu

(21)

pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau poret fenomena sosial. Pada hakikatnya fenomena sosial itu bersifat kongkret, terjadi di sekeliling kita sehari- hari, bisa diobservasi,difoto dan didokumentasikan, kemudian pengarang mengangkat kembali fenomena tersebut menjadi sebuah wacana baru dengan proses kreatif (pengamatan, analisis, interpretasi, refleksi dan imajinasi) menyajikannya dalam bentuk sebuah karya satra. Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan , dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra merupakan disiplin ilmu tentang kehidupan masyarakat yang objek kajiannya mencakup fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial yang menunjukkan hubungan interaksi sosial dalam suatu masyarakat (koentjaraningrat dalam kurniawan, 2011:5).

Rene wellek dan Austin Warren ( 1993: 111) membagi telaah sosiologi sastra menjadi tiga klasifikasi, yaitu:

1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan intuisi sastra, masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang status sosial pengarang, dan ideologi pengarang yang terlibat dari berbagai kegiatan pengarang di luar karya sastra. Pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk sosial.

2. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial, yang menjadi pokok penelahaannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya dengan kata lain menganalisis struktur karya sastra dalam hubungannya antara karya seni dengan kenyataan. Pendekatan yang umun dilakukan sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial.

(22)

3. Sosiologi pembaca dan dampak sosial karya sastra. Pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat, seni tidak hanya meniru kehidupan tapi juga membentuknya.

Klasifikasi di atas tidak jauh berbeda dengan klasifikasi yang dibuat oleh Ian Watt (dalam Sapardi,1978) yang melihat hubungan timbal-balik antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah karya sastra menurut Ian Watt mencakup tiga hal, yaitu:

1. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam pokok ini termasuk juga factor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karyanya.

2. Sastra sebagai cerminan masyarakat, yang di telaah adalah sampai sejauh mana sastra sastra dianggap sebagai cerminan keaadaan masyarakat.

3. Fungsi sosial sastra, yakni seberapa jauh nilai sastra dipengaruhi oleh nilai sosial dan sejauh mana sastra dapat berfungsi sebagai peghibur.

Dari skema atau klasifikasi di atas dapat diperoleh gambaran bahwa sosiologi sastra, yang merupakan pendekatan terhadap sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan, mempunyai sikap yang luas, beragam dan rumit yang menyangkut tentang pengarang, karyanya, serta pembacanya.

(23)

Mengkaji dari berbagai teori sosiologi yang telah dikemukakan para ahli di atas, maka penulis penelitian ini menggunakan sosiologi sastra yang yang dikemukakan oleh Wellek dan Warren ( 1993: 111) yang membagi telaah sosiologi sastra menjadi tiga klasifikasi, meliputi sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca. Peneliti menitik beratkan pada butir kedua yaitu sosiologi karya sastra itu sendiri. Penelitian sosiologi sastra tidak hanya sebatas mengungkapkan bahwa sastra adalah cerminan kehidupan masyrakat atau dokumen sosial. Penelitian ini harus dapat menjawab secara tepat hubungan antara karya sastra dengan kenyataan sosial.

2.2 Sastra sebagai Dokumen Sosial.

Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhdap karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat. Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah mempelajari sastra sebagai dokumen sosial dengan pandangan bahwa sastra merupakan gambaran atau potret fenomena sosial yang bersifat konkret, terjadi di sekeliling kita sehari-hari, bisa diobservasi, difoto, dan di dokumentasikan. Oleh pengarang fenomena itu diangkat menjadi sebuah proses kreatif dalam bentuk karya sastra.Umar Junus mengungkapkan bahwa sastra dapat dilihat sebagai dokumen sosiobudaya, yakni hal yang memaparkan atau menampilkan kenyataan sosio budaya suatu masyarakat pada masa tertentu (Junus, 1986:3). Sastra bisa dilihat sebagai dokumen sosial budaya yang mencatat kenyataan suatu masyarakat pada masa tertentu, sebab karya sastra tidak lahir dari kekosongan sosial budaya.Artinya karya sastra ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan menceritakan kebudayaan yang melatar belakanginya. Hubungan dialektik antara karya sastra dan realitas sosial

(24)

memperkuat anggapan bahwa sastra merupakan salah satu institusi sosial, sastra tidak hanya mendapat pengaruh dari realitas sosial tapi juga dapat mempengaruhi realitas sosial. Apabila realitas itu adalah sebuah peristiwa sejarah, maka suatu karya sastra dapat mencoba menerjemahkan peristiwa tersebut dalam bentuk bahasa dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah sesuai kemampuan pengarang. Karya sastra juga dapat menjadi sarana bagi pengarang untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan tanggapannya mengenai peristiwa sejarah.

Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

1. Sesuatu unsur dalam karya sastra diambil terlepas dari hubungannya dengan unsur lain. Unsur ini secara langsung dihubungkan dengan suatu unsur sosiobudaya karena karya itu hanya memindahkan unsur itu kedalam dirinya.

2. Pendekatan ini boleh mengambil imej atau citratentang ‘suatu’

perempuan, laki-laki, orang asing,tradisi, dunia modern dan lain-lain dalam suatu karya sastra ataupun dalam beberapa karya yang mungkin dilihat dari perkembangannya.

3. Pendekatan ini boleh mengambil motif atau tema, yang keduanya bebeda secara gradual.

Hal terpenting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini sastra dianggap sebagai tiruan masyarakat. Berdasarkan pada penelitian Thomas warton ( penyusunan sejarah puisi inggris yang pertama) menyimpulkan bahwa sastra mempunyai kemampuan merekam ciri-ciri zamannya. Wellek dan Waren (1993:122)

(25)

2.3 Citra Masyarakat

Karya sastra akan mengarahkan pembaca pada pengimajian yang dibuat oleh pengarang yang diungkapkan melalui citra yang menyerupai gambaran terhadap suatu objek. Citra adalah sebuah gambaran pengalaman indra yang diungkapkan oleh kata-kata, gambaran berbagai pengalaman sensoris yang dibangkitkan oleh kata-kata. Sementara itu pencintraan adalah sekumpulan citra yang dipergunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indra yang dipergunakan dalam karya sastra , baik dengan deskripsi harfiah maupun secara kias (Abrams dalam Sofia, 2009:24). Sejalan dengan pendapat di atas Pradopo menyatakan bahwa citra merupakan kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh kata, frasa, atau kalimat (Pradopo, 1990: 78).

. Citra merupakan sebuah pengandaian dan penggambaran yang memicu sebuah anggapan yang dihantarkan melalui bahasa berupa kalimat-kalimat yang ada dalam karya sastra. Citra tidak dapat diukur secara matematis, tetapi dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk terhadap suatu objek. Seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang datang dari publik dan masyarakat luas pada umumnya. Biasanya dasar dari citra adalah nilai kepercayaan yang diberikan kepada individual atau pun kelompok-kelompok tertentu yang merupakan pandangan atau persepsi. Jadi secara umum dapat diartikan bahwa citra adalah kesan seseorang, individu terhadap individu lain, kelompok atau masyarakat yang muncul dari pengetahuan dan pengalamannya.

Sementara itu pencitraan merupakan kumpulan dari citra yang digunakan untuk melukiskan suatu objek yang ada dalam karya sastra, baik secara deskriptif harfiah maupun secara kias. Pencitraan merupakan cara untuk mengungkapkan

(26)

gambaran yang jelas dan menimbulkan suasana khusus untuk menghidupkan gambaran dalam pikiran dan pengindraan. Pencitraan dapat dilakukan dengan berbagai model, salah satunya adalah penelitian mengenai citra masyarakat dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.

Mengingat fokus penelitian ini adalah citra masyarakat muslim, pengertian citra masyarakat perlu diperjelas. Citra masyarakat adalah rupa, gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai suatu masyarakat ataupun pribadi dan kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frasa atau kalimat yang tampak dalam kehidupan bermasyarakat yang tergambar dalam sebuah cerita.

Penelitan terhadap citra ini menganggap teks-teks sastra ini sebagai bukti adanya berbagai jenis persepsi atau pun gambaran dalam masyarakat.

(27)

BAB III

Metodologi Penelitian

3.1 Metode Penelitian

Berdasarkananalisis isi teks dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropakarya Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra , maka penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang di hasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan. Menurut Bogdan dan Taylor dalam moleong ( 1983 :3) penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa data tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dari mereka. Dalam penelitian untuk memahami aspek-aspek sosial yang terdapat dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa ini metode deskriptif kualitatif difungsikan untuk memaparkan data maupun hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata.

3.2 Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra, yaitu pendekatan dalam menganalisis karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan untuk mengetahui makna totalitas suatu karya sastra. Pendekatan sosiologi sastra juga berupaya untuk menemukan keterjalinan kondisi sosial budaya dengan karya sastra serta karya sastra sebagai dokumen sosial.

(28)

3.3 Data dan Sumber Data 1. Data

Data dalam penelitian ini berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kata- kata, frasa, kalimat yang terdapat dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa karya Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra.

2. Sumber Data

Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data objektif, Sumber data yang menjadi objek penelitian ini adalah novel 99 Cahaya Di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, cetakan pertama pada tahun 2011, dengan jumlah halaman sebanyak 414 halaman, diterbitkan oleh PT.

Gramedia Pustaka Utama. Data yang didapat dari novel 99 Cahaya Di Langit Eropaini berupa teks yang berisikan pandangan masyarakat terhadap citra masyarakat muslim di Eropa. Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, dokumen, arsip dan benda-benda lain. Dalam penelitian ini sumber data pokok adalah novel, buku-buku tentang sosiologi sastra serta buku tentang masalah sosial.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah teknik baca dan catat. Pengumpulan data juga dilakukan dengan studi pustaka yaitu dengan cara membaca dan mempelajari objek penelitian yaitu teks novel 99 Cahaya Di Langit Eropakarya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dengan cermat kemudian mencatat hasil analisis guna mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai penelitian ini.

(29)

3.5 Teknik analisis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini, yaitu:

1. Membaca dan memahami isi novel 99 Cahaya Di Langit Eropa

2. Membuat sinopsis novel 99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan RanggaAlmahendra.

3. Menganalisis isi teks novelyang berkaitan dengan unsur pembangun novel menggunakan sosiologi sastra.

4. Menganalisiscitra masyarakat muslim di Eropa dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropakarya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.

5. Menarik kesimpulan.

(30)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sinopsis

Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa merupakan sebuah novel yang menceritakan perjalanan menapaki jejak Islam di Eropa, novel ini tidak hanya berkisah mengenai perjalanan kedua penulis selama di Eropa namun juga mengenai sejarah besar Islam di Eropa yang belum banyak diketahui oleh orang banyak.Kisah ini berawal dari Hanum yang mengikuti suaminya Rangga yang tinggal di Eropa saat mendapat beasiswa program doctoral di Universitas di Austria. Hanum dan Rangga tinggal disana selama 3 tahun, keduanya memiliki kesempatan menjelajahi Eropa secara bersama-sama. Eropa yang tidak hanya sekedar Menara Eiffel, Tembok Berlin, Konser Mozart, dan segala keindahannya yang ada, namun mereka juga menemukan tentang sisi lain lain dari Eropa, ada pesona Islam yang terkubur, ada sejarah kejayaan Islam disana. Islam dan Eropa pernah menjadi saudara yang berjalan berdampingan. Islam pernah berjaya di tahanh tersebut, namun ketamakan manusia membuat dinasti itu runtuh.Di Wina Hanum mengikuti kursus bahasa Jerman,sembari menunggu panggilan pekerjaan, selama kursus itulah Hanum berkenalan dengan Fatma. Seorang wanita asal Turki yang berhasil menggugah jiwa kelana Hanum untuk menjelajahi Islam di Eropa. Fatma bukan hanya sebagai sahabat bagi Hanum namun sekaligus menjadi pemandu wisatanya. Fatma mengenalkan Islam di bumi Eropa yang tidak diketahui oleh orang banyak. Fatma adalah seorang ibu rumah tangga namun Fatma memiliki wawasan yang luas. Mereka pun memutuskan untuk menjelajahi Eropa bersama-sama untuk menapaki jejak Islam yang luar biasa. Namun rencana Hanum untuk menjelajahi Eropa bersama dengan Fatma tidak dapat terlaksana, Fatma menghilang tanpa pemberitahuan. Untuk menepati janjinya pada Fatma, Hanum memutuskan menjelajahi jejak Islam bersama sang suami. Hanum lalu mulai menjelajahi sisi tersembunyi Islam bersama suaminya.

Tempat kedua yang diceritakan penulis adalah Paris, Prancis. Kota ini di kenal city of lights ( Pusat Peraban Eropa). Di Paris, Hanum bertemu dengan seorang ilmuwan di Arab World Institute Paris, seorang ilmuwan yang bernama Marion.

Ia memperlihat bahwa Eropa adalah pantulan cahaya kebesaran Islam. Eropa menyimpan banyak sejarah tentang Islam, seperti kufic-kufic pada keramik yang berada di musse lovre, pada lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus, hijab yang di kenakan Bunda Maria bertuliskan kalimat tauhid laa ilaaha ilallah, dan masih banyak lagi peninggalan sejarah lainya.Dari Paris, mereka selanjutnya menjelajahi Cordoba dan Granada. Cordoba merupakan ibukota Andalusia dimana peradaban Eropa dimulai. Cordoba bukanlah kota Islam yang

(31)

seluruhnya, namun toleransi antar umat beragama menjadi landasanutama kota ini, sehingga membuat kota-kota lain iri. Ilmu pengetahuan bertumbuh dan menginspirasi kota-kota lain. Sementara Granada adalah kota terakhir dimana Islam takluk didaratan Eropa. Ada benteng megah disana, yang menjadi tanda bahwa Islam berjaya pada masa itu.Perjalanan terakhir Hanum dan Rangga dalam mencari jejak Islam di Eropa adalah menjelajahi Istanbul. Istanbul adalah saksi sejarah dimana Islam pernah memiliki masa keemasan. Pada masa itu wilayah Islam lebih luas dari kerajaan Romawi. Di Turki juga terdapat Hagia Sophia, bekas gereja besar dan sempat dijadikan masjid. Namun kini telah dijadikan museum oleh pemerintah.

4.2 Analisis Isi Teks Pada Novel99 Cahaya Di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais Dan Rangga Almahendra.

Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa merupakan novel yang mengandung amanat serta informasi yang menarik bagi pembaca. Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan analisis unsur pembangun dalam novel ini. Unsur-unsur pembangun karya sastra ini secara faktual akan dijumpai jika seseorang membaca karya sastra. Oleh karena itu, unsur yang membangun karya sastra ini digunakan sebagai pengantar untuk menganalisis isi teks yang ada dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa yang kemudian akan digunakan untuk memudahkan penulis dalam menganalisis citra masyarakat muslim yang terdapat dalam novel ini. Namun, tidak semua unsur pembangun novel akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menggunakan unsur pembangun yang berkaitan dengan pendekatan sosiologi sastra. Analisis unsur pembangun karya sastra yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tokoh dan penokohan, tema, alur, latar dan amanat.

Karena kelima unsur tersebut sangat dibutuhkan sebagai penghantar penelitian ini.

4.2.1 Tema

Novel 99 cahaya di langit Eropa ini menceritakan tentang perjalanan kedua penulis yaitu Hanum dan Rangga yang menjelajahi Eropa. Novel ini

(32)

jugamengungkapkan informasi bahwa meskipun sebagai masyarakat minoritas di Eropa, Islam ternyata pernah berkuasa di Eropa, Islam pun berkontribusi terhadap perkembangan Eropa. Namun ketamakan manusia pada akhirnya menghancurkan peradaban tersebut. Kejayaan Islam di Eropa tergambar dalam kutipan berikut :

“ Aku akan memberitahu sedikit sejarah Hanum, Turki negaraku pernah hampir menguasai Eropa Barat. Sekitar 300 tahun yang lalu, pasukan Turki yang sudah mengepung kota Wina akhirnya dipukul mundur oleh gabungan Jerman dan Polandia dari atas bukit ini.” (hlm.42).

Kutipan di atas menceritakan tokoh Fatma yang sedang memberitahu Hanum mengenai sejarah Islam yang hampir menaklukan Wina.

Pasukan Turki yang hampir menaklukkan Wina tersebut dipimpin oleh Kara Mustafa Pasha, namun sang panglima gagal membawa kemenangan sehingga pasukan Turki diserang balik dari Kahlenberg. Fatma tidak hanya membawa Hanum ke Kahlenberg untuk menikmati keindahan Eropa saja tetapi juga menceritakan bagaimana sejarah Islam di Eropa yang tidak diketahui oleh orang banyak.Rasa penasaran Hanum terhadap Islam di Eropa inilah yang akhirnya membuatnya melakukan perjalanan untuk menemukan jejak Islam di Eropa ditemani oleh suaminya Rangga. Dalam perjalanan ini Hanum menemui banyak orang yang menceritakan kehidupan masyarakat muslim di Eropa, masyarakat muslim yang merupakan minoritas dan kerap mendapatkan anggapan yang negatif dari masyarakat non muslim di Eropa seperti yang dialami oleh Rangga yang harus mendengarkan cemooh teman kampusnya Stefan mengenai ajaran agama Islam seperti kutipan berikut :

“Agamamu kurang realistis. Kenapa agamamu menyiksa umatnya dengan segala macam kewajiban? Kalau memang Tuhan itu ada, kalau memang Tuhan itu Maha Pemurah, kenapa Dia menganiaya kalian dengan semua kesulitan itu? Kau harus sembahyang 5 kali sehari. Kau harus puasa

(33)

sebulan setahun. Kau harus pergi haji, berpanaspanasan dan berdesak- desakan seperti yang kulihat di TV. Kenapa harus begitu? Dan kenapa kau harus mau? Itu tidak logis!” (hlm. 215)

Kutipan diatas mempelihatkan bagaimana masyarakat non muslim di Eropa terutama mereka yang atheis cenderung menganggap bahwa ajaran Islam sangat terlalu membatasi dan menyulitkan.

Melalui penjelasan beberapa tema diatas yang menjadi tema utama dalam novel ini adalah mengenai kehidupan masyarakat muslim sebagai minoritas di Eropa. Sebagai masyarakat minoritas, masyarakat muslim sering mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari masyarakat non muslim Eropa. Hal ini karena masyarakat non muslim di Eropa cenderung memiliki pandangan negatif terhadap Islam sehingga mereka kerap bersikap antipati dan cenderung waspada terhadap masyarakat muslim. Pengarang mencoba untuk memperlihatkan bahwa masyarakat muslim sebenarnya tidak seperti anggapan masyarakat non muslim Eropa yang cenderung kearah negatif.

4.2.2 Tokoh dan Penokohan.

Dalam novel ini terdapat banyak tokoh, antara lain adalah Hanum, Fatma, Rangga, Ayse, Latife, Oznur, Erza, Selim, Imam Hashim, Marion, Gomes, Hasan, Sergio, dan Luis. Dalam novel 99 Cahya di Langit Eropa yang menjadi tokoh utama ialah Hanum. Namun, selain tokoh Hanum tokoh Fatma juga sangat berpengaruh dalam cerita 99 Cahya di Langit Eropa. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak waktu penceritaan dalam berbagai peristiwa yang membangun cerita dan merupakan tokoh sentral protagonis yang menggambarkan perwatakan positif.

(34)

Hanum adalah seorang jurnalis, ia memutuskan untuk pindah ke Wina Austria untuk mengikuti sang suami yang mendapatkan beasiswa studi doctoral di sana. Sementara ia menunggu panggilan pekerjaan di sana Hanum memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa jerman, ia pun bertemu dengan Fatma seorang imigran asal Turki. Meskipun sudah tiga tahun tinggal di Austria, dia masih harus mengikuti kursus level A1 seperti Hanum, hal ini karena Fatma tidak bekerja sehingga ia tak punya kegiatan yang mendekatkannya pada komunikasi bahasa jerman sehari-hari. Merasa nyaman karena mendapatkan teman muslim pertamanya di Eropa Hanum dan Fatma semakin dekat dan bersahabat, hingga suatu hari mereka memutuskan untuk menjelajahi kota-kota di Eropa yang menyimpan sejarah mengenai peradaban dan kejayaan Islam. Namun, rencana mereka untuk berpergian berdua tidak dapat dilaksanakan, Fatma harus kembali ke Turki karena anaknya sakit, Hanum pun memutuskan untuk menjelajahi Eropa ditemani sang suami.

Hanum merupakan sosok yangcerdas, dan juga bertanggung jawab, meskipun tidak dapat menemukan keberadaan Fatma, Hanum tetap bertekad untuk menjelajahi Eropa untuk mempelajari serta menemukan jejak kejayaan Islam di Eropa. Ia pun akhirnya memulai perjalanan dengan ditemani oleh sang suami

“Tercatat tiga janji yang belum ia tunaikan hingga kelas jerman berakhir dan dia lenyap meninggalkan ku. Janji pertam adalah menonton bersama semua pertandingan turki dalam acara piala eropa ini. Janji kedua adalah mengajak ku ke Vienna Islamic Center, bertemu seorang imam di sana.

Dan janji ketiga, menjelajah tempat-tempat historis Islam di Eropa.aku tetapkan hati akan ku lunasi janji-janji itu sendiri..” (hlm. 109)

(35)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa karakter tokoh Hanum merupakan seseorang yang memiliki tekad yang sangat kuat. Hanum tetap memutuskan untuk menyelesaikan janji-janji yang telah ia buat bersama dengan Fatma. Meskipun tidak menemui keberadaan Fatma, Hanum tetap memutuskan untuk menjelajahi tempat-tempat yang menyimpan sejarah Islam di Eropa. Selain mempunyai tekad yang kuat dan bertanggung jawab Hanum juga merupakan wanita yang certas serta memiliki rasa ini ingin tahu yang sangat besar. Hal ini tergambar pada kutipan berikut :

“ya, ini pertama kalinya saya ke sini. Masjid paling besar ya, tapi mengapa harus dekat dengan semua itu? Tangan ku kuhamparkan. Aku bingung memilih kata yang lebih halus daripada tempat menggoda syahwat. Rangga yang di samping ku langsung mencubit punggung ku.

Aku tahu pertanyaanku berlebihan, apalagi kami baru berkenalan. Tapi haya pertanyaan itu yang tiba-tiba terbesit di otakku. Hlm 115”

Tokoh Hanum dengan lugas menanyakan hal-hal yang terasa menggajar dan terbesit dalam pikirannya, rasa ingin tahu yang besar membuatnya selalu bertanya hal yang ingin ia ketahui kepada orang lain yang dianggapnya mampu memberikan jawaban meski pun mereka belum lama berkenalan.

Selain tokoh Hanum, dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa ini juga terdapat tokoh sentral yang lain yaitu Fatma seorang perempuan yang merupakan imigran Turki, Fatma adalah orang yang berhasil menggugah jiwa kelana Hanum untuk menysuri jejak Islam di Eropa. Fatma yang notabene hanya seorang ibu rumah tangga itu mengejutkan Hanum dengan wawasannya yang sangat luas tentang sejarah Islam di Eropa.

“ ‘Klau kaulihat, gereja-gereja di Eropa dibangun ratusan tahun lalu.

Dan bisa kaulihat semuanya sangat indah dan memiliki detail yang rumit,

(36)

tentu hal ini tidak mudah dilakukan pada zaman dahulu’ Fatma yang tak bersekolah tinggi ini ternyata memiliki kecermatan yang tinggi. Hlm 37 Aku terpaku, melongo kali ini. Inikah maksud fatma mengajakku ke Kahlenberg? Dia tidak hanya bermaksud memamerkan kecantikan Wina, tapi juga menceritakan sebuah fragmen sejarah panjang Islam di Eropa”.

(Hlm. 43)

Fatma memiliki pengetahuan yang sangat luas meskipun ia tidak berpendidikan tinggi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya penjelasan yang diberikan Fatma kepada Hanum ketika mereka berkeliling. Fatma juga sangat pandai mengaitkan peninggalan sejarah di Wina dengan peradaban Islam di Eropa pada masa lalu. Fatma tidak hanya memperlihatkan bangunan dan pemandangan yang indah di Kahlenberg, tetapi juga menceritakan sejarah Islam yang ada di sana namun juga sejarah mengenai Islam yang hampir menguasai Wina tapi malah diserang balik dari bukit Kahlenberg. Fatma juga membuktikan kecerdasannya dengan mendapatkan nilai terbaik di kelas bahasa jerman yang ia ikuti.

Bukan hanya kecerdasan itu saja Fatma juga memiliki kebesaran hati yang luar biasa, Fatma menunjukkan bagaimana sikap menahan diri agar tidak memancing keributan dan pertikaian. Hal ini terlihat pada kutipan berikut :

“….Tapi bukankah itu menunjukkan kita begitu lemah dan terinjak-injak?

Sanggahku. Fatma diam dan tersenyum lembut, lalu mengambil napas dalam-dalam. “suatu saat kau akan banyak belajar bagaiman bersikap di negeri tempat kau harus menjadi minoritas. Tapi menurut pengalamanku selama ini, aku tak harus mengumbar nafsu dan emosiku jika ada hal yang tidak berkenan di hatiku. Hlm 47”

Kutipan ini membuktikan kebesaran hati seorang Fatma yang menerima cercaan dari kalangan non muslim yang berada di Eropa yang telah menghina Islam dengan mengolok-olok kekalahan Islam dengan menggunakan roti croissant yang berbentuk bulan sabit, roti ini berasal dari Turki dan dianggap sebagailambang dari umat Islam. Namun, Fatma tidak membalas ejekan

(37)

nonmuslim tersebut dengan berdebat, ia justru menegur mereka dengan sangat lembut, bahkan ia mencoba untuk dapat berteman dengan mereka.

4.2.3 Latar atau Setting

Latar yang digunakan dalam penelitian ini adalah latar tempat, dan latar sosial. Berikut analisis latar dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa.

a) Latar Tempat.

Latar tempat dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropaadalah beberapa kota yang ada di Eropa, kota-kota tersebut adalah Wina, Paris, Cordoba, Granada, dan Istanbul. Eropa sendiri merupakan Negara dengan mayoritas non muslim, namun ternyata ratusan tahun yang lalu Islam pernah berjaya di Tanah tersebut, Islam dan Eropa pernah berjalan berdampingan. Berikut ini latar tempat yang ada di dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa karya Hanum Salsabiella Rais dan Rangga Almahendra

1. Wina, Austria.

pertama adalah dari hari pertama Hanum menginjak bumi Eropa untuk mengikuti suaminya yaitu rangga Almahendra yangmendapatkan beasiswa studi doctoral di Wina, Austria. Ketika berada di Austria Hanum mengunjungi bukit Kahlenberg dan istana yang menjadi ikon Wina yaitu Schoenbrunn. Kahlenberg adalah sebuah bukit atau pegunungan, dari kahlenberg para pengunjung dapat melihat cantiknya kota Wina dari ketinggian. Namun bukan hanya itu saja, kahlenberg menyimpan sejarah mengenai sejarah peradaban Islam. Seperti pada kutipan berikut ini :

(38)

Kutipan dalam novel:

“ Kau tahu kenapa aku mengajakmu kesini Hanum?” Tanya Fatma tiba- tiba”

“ Aku perlu memberitahumu sedikit sejarah, Hanum. Turki negaraku , pernah hamper menguasai Eropa Barat. Sekitar 300 tahun lalu pasukan Turki yang sudah mengepung Wina akhirnya dipukul mundur.” (hlm.42) Seperti yang telah dijelaskan oleh Fatma, Kahlenberg merupakan saksi mengenai sejarah peradaban Islam yang hampir menguasai Eropa Barat. Namun, pasukan tersebut dipukul mundur oleh gabungan Jerman dan Polandia dari atas bukit Kahlenberg. Setelah mengunjungi Kahlenberg Fatma juga mengajak Hanum untuk mengunjungi Schoenbrunn dan Museum Kota Wina. Museum ini didirikan untuk mengabadikan sejarah kota Wina. Dalam museum ini terdapat lukisan Kara Mustafa Pasha, ia adalah seorang panglima yang memimpin pasukan ketika mengepung Wina, tindakan Kara Mustafa Pasha yang kejam dimedan perang membuatnya dijuluki sebagai penakluk yang kalah di medan perang, sehingga masyarakat Eropa menggambarkannya sebagai sosok yang menyedihkan.

2. Paris

Latar tempat kedua adalah Paris, yaitu ketika Rangga menghadiri sebuah konferensi di Paris dan Hanum memutuskan untuk ikut dengan suaminya. Paris mempunyai daya tarik yang luar biasa. Inilah kota yang paling terang cahayanya di benua Eropa. Di Paris Hanum bertemu dengan Marion Latimer yang akan menemani Hanum menjelajahi Paris untuk menemukan jejak Islam disana.

Tempat pertama yang dikunjungi Hanum dan Marion di Paris adalah Museum Louvre. Museum dengan koleksi terlengkap di seluruh dunia, Museum ini juga

(39)

mengoleksi lukisan-lukisan karya maestro dunia. Mereka menemukan berbagai macam koleksi yang membuktikan bahwa peradaban Islam saat itu berkembang pesat.

“ Tulisan apa itu ? tanyaku dengan rasa penasaran.”

“Al-‘ilmu syadidun fil bidayah, wa ahla minal ‘asali fin- nihayah.”(hlm.154)

“ Arti kufic ini kurang lebih’ ilmu pengetahuan itu pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya’. Kata Marion melanjutkan.”

(hlm.155)

Kutipan di atas mengungkapkan bahwa Marion dan Hanum menemukan sebuah benda berupa piring yang terdapat tulisan kufic dipinggirannya. Tulisan kufic merupakan seni kaligrafi Arab kuno, sehingga orang dengan pengetahuan biasa akan sulit membacaya. Penemuan Hanum dan Marion ini menunjukkan bahwa peradaban Islam pada saat itu berkembang sangat pesat. Hal kedua yang ditunjukkan Marion kepada Hanum adalah lukisan Bunda Maria yang ternyata juga bertuliskan tulisan Arab kufic.

“ Hey, sepertinya ada inskripsi Arab juga di kain hijab Bunda Maria ini.

Kufic lagi ! pekikku. Apa arti tulisan ini Marion? Kata-kata bijak lagi mungkin?” harap ku.”

“ Yang kau lihat itu bukan Kufic, tapi Pseudo Kufic” (hlm.165)

Selendang bunda maria tersebut ternyata bertuliskan tulisan Pseudo Kufic.

Tulisan tersebut biasanya dibuat oleh non muslim yang mencoba menuliskan inskripsi Arab. Bacaan dari tulisan yang ada diselendang Bunda Maria adalah ‘laa Illaa ha Illallah’ yang diketahui sebagai kalimat paling sakral bagi umat muslim.

(40)

3. Cordoba dan Granada

Setelah mendapatkan banyak informasi mengenai kejayaan Islam di Eropa yang berada di Paris, Hanum pun melanjutkan perjalanan dengan mengunjungi kota ketiga yaitu Cordoba dan Granda. Tujuan Hanum untuk mengunjungi Cordoba adalah untuk melepas rasa penasarannya terhadap Mesquita.Ketika masuk kedalam Mesquita Hanum dan Rangga terkejut melihat kemewahan yang hamper menyerupai kemegahan Masji Nabawi di Madinah.

“ Ketika aku dan Rangga akhirnya masuk ke Mezquita. Aku percaya bahwa Mesquita pernah menjadi masjid terbesar pada masanya.” (hlm.

257)

Mezquita merupakan masjid terbesar pada masa kejayaan Islam di Cordoba, namun sejak runtuhnya dinasti tersebut, Mezquita diubah menjadi sebuah gereja. Cordoba merupakan kota denga ibu sejarah peradaban ilmu pengetahuan dan keharmonisan antar umat beragama ratusan tahun yang lalu.

4. Turki

Tempat pertama yang dikunjungi oleh Hanum dan Rangga ketika berada di Turki adalah Hagia Sophia yang merupakan ikon kemenangan Dinasti Usmaniayah atas Byzantium Romawi. Hagia Sophia adalah Katedral Byzzantium terbesar di Eropa yang kemudian menjdi sebuah masjid, tetapi tetap membiarkan elemen-elemen kekristenan bertengger di sana. Pemerintah Turki saat ini menjadikan Hagia Sophia sebagai museum. Selain Hagia Sophia Hanum juga mengunjungi Top Kapi yang merupakan istana para sultan pada zaman dahulu, berbeda dengan istana lainnya yang ada di Eropa, Top Kapi merupakan istana

(41)

dengan bangunan paling sederhana, hal ini mencerminkan sikap yang rendah hati dan tidak sombong para sultan.

b) Latar Sosial.

Latar sosial dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa menunjukkan bahwa orang Eropa sangat peduli dan detail dengan kehidupannya. Seperti halnya perbedaan agama, dalam sebuah institusi sekuler ataupun perusahaan tidak ada yang menyediakan tempat ibadah dan menjadi tantangan tersendiri, disaat orang Islam sebagai minoritas ingin menjalankan ibadah. Orang Eropa hidup dalam lingkungan atheis yang tidak mengenal Tuhan apalagi tuntunan agama.

Masyarakat muslim sebagai masyarakat minoritas pun kerap mengalami kesulitan, hal ini karena banyaknya kesalahpahaman yang terjadi antara masyarakat muslim dan non muslim di Eropa.

Banyak masyarakat nonmuslim yang memiliki pandangan negatif terhadap masyarakat muslim, terlebih maraknya aksi terorrisme dan aksi demo yang bersifat anarkis yang dilakukan oleh beberapa oknum dengan mengatas namakan Islam, membuat Islamphobia semakin berkembang di Eropa. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan bagi masyarakat muslim terutama yang menggunakan hijab merupakan salah satu dampak dari Islamphobia ini, seperti yang dirasakan oleh Fatma dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa.

Kutipan dalam novel:

“Entah mengapa aku tertarik berdiskusi tentang isu jilbab dan pekerjaan ini dengan Fatma. Rasanya penasaran saja. Di Indonesia, perempuan berjilbab bisa berkarier sampai puncak. Di Eropa? Apalagi di Australia?

Bagi Fatma, meski mendapatkan izin bekerja dari pemerintah dan juga

(42)

dari suaminya, tetap tak ada artinya. Musykil perusahaan di Australia mau menerimanya. Dia harus mengubur dalam- dalam harapannya menjadi perempuan yang mengenal dunia kerja. Sekarang tekadnya hanya satu: menjadi perempuan solehah yang menjaga keluarga dan keharmonisan rumah tangga. Itu saja, katanya”. (hlm. 25)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa adanya ketidakseimbangan sosial terhadap masyarakat muslim di Eropa, terutama bagi mereka yang menggunakan hijab, masyarakat di Eropa cenderung menganggap hijab sebagai hal yang harus diwaspadai. Hal ini diperparah karena ada banyaknya terror bom yang dilakukan oleh oknum-oknum muslim itu sendiri dengan mengatasnamakan jihad, media pun semakin membesar-besarkan sehingga Islamophobia semakin menjalar di Eropa.

Tidak hanya itu, masyarakat non muslim juga sulit untuk melakukan ibadah disana, karena minimnya tempat ibadah bagi umat muslim, seperti Hanum dan Fatma yang akhirnya menggunakan tempat penitipan anak sebagai tempat beribadah saat ditempat kursus, Rangga juga mengalami hal serupa ditempat kuliahnya. Hal ini terlihat pada kutipan dibawah ini:

Kutipan dalam novel:

“Meski Rangga seorang mahasiswa doctoral, dia dibebani begitu banyak pekerjaan mengajar dan urusan administrasi. Mungkin inilah cara pemerintah Austria memanfaatkan semaksimal mungkin scholar yang mereka biayai hidup dan sekolahnya. Sampai-sampai untuk minta waktu mengerjakan sholat Jum’at, Rangga perlu meyakinkan supervisor dan kolega-koleganya bahwa ini adalah ibadah wajib yang tak boleh dia tinggalkan. Bagaimanapun Rangga menjelaskan, sepertinya mereka masih sulit memahaminya.” (hlm. 204-205)

Kutipan di atas menunjukkan bagaimana tokoh Rangga harus beradu argument terlebih dahulu agar bisa melaksanakan ibadahnya, bahkan setelah

(43)

dijelaskan pun masih banyak yang tidak memahami dan menerima penjelasan Rangga, hingga akhirnya Rangga diperbolehkan untuk sholat di ruangan ibadah semua umat beragama.

4.2.4. Alur

Novel 99 Cahaya Di Langit Eropamerupakan sebuah novel yang mengisahkan perjalanan kedua penulis ketika melakukan pencarian jejak kejayaan Islam di Eropa. Alur yang digunakan dalam penceritaan novel ini adalah alur campuran karena pencarian jejak Islam di Eropa yang dilakukan oleh Hanum dan suaminya tidak terlepas dari peristiwa yang terjadi dimasa lalu. Pengenalan cerita berawal dari tokoh Hanum. Seorang jurnalis yang harus pindah ke Wina Austria mengikuti sang suami yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya.

“ Maret 2008, adalah hari-hari pertamaku menginjak bumi Eropa. Aku mengikuti Rangga suamiku yang mendapatkan beasiswa studi doktoral di Wina, Austria.” Hlm 20

Selanjutnya konflik dimulai ketika Hanum dan Fatma memutuskan untuk berkeliling beberapa Negara di Eropa yang menyimpan sejarah kejayaan Islam pada masa lampau, namun secara misterius Fatma menghilang, Hanum pun berusaha untuk mencarinya namun tidak pernah menemukan hasil

“ “Aku ingin sekali berjalan-jalan keliling Eropa sepertimu Fatma, mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang meninggalkan jejak kebesaran Islam, kapan ya aku bisa,” jawabku sambil menyentuh lekuk- lekuk hisan magnet yang berjejer tersebut. “ Hanum ternyata kita mempunyai angan-angan yang sama. Aku baru saja ingin mengajakmumelakukan hal yang sama. Magnet-magnet itu hanya pemberian Latife dan Ezra yang sering berjalan-jalan ke luar negri.

Sekatang aku harus mengumpulkan uang dulu. ( hlm 98)

“Tercatat tiga janji yang belum ia tunaikan hingga kelas jerman berakhir dan dia lenyap meninggalkan ku. Janji pertam adalah menonton bersama semua pertandingan turki dalam acara piala eropa ini. Janji kedua adalah mengajak ku ke Vienna Islamic Center, bertemu seorang imam di sana.

(44)

Dan janji ketiga, menjelajah tempat-tempat historis Islam di Eropa.aku tetapkan hati akan ku lunasi janji-janji itu sendiri..” (hlm. 109)

Pada kutipan ini menceritakan awal perjanjian yang dibuat oleh Hanum dan Fatma ketika Hanum melihat magnet dinding bergabai Negara di Eropa yang tertempel di dinding rumah Fatma saat Hanum mengunjungi rumahnya. Namun beberapa bulan kemudian Fatma menghilang tanpa kabar, ia hanya mengirimkan sebuah pesan yang berisi bahwa Fatma harus pulang ke kampung halamannya karena ada urusan mendesak. Setelah pesan itu tak ada lagi pesan yang diterima Hanum dari Fatma, hal inilah yang kemudian membuat Hanum bertekad untuk menepati janji yang ia buat dengan temannya tersebut meskipun hanya ditemani dengan sang suami, tanpa adanya Fatma seperti awal perjanjian mereka.

Hanum kemudian menjelajahi Eropa ditemani oleh Rangga suaminya.Hanum pun mengunjungi kota-kota yang menyimpan sejarah serta rahasia mengenai kejayaan Islam di Eropa yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas seperti Paris, Cordoba dan Granada. Hanum mempelajari dan menemukan banyak informasi mengenai Islam yang ia dapatkan dari orang-orang yang ia temui. Hanya satu yang belum ia datangi, Turki. Magnet Hagia Shophia di Istanbul yang belum ia peroleh. Hingga akhirnya sebuah pesan email masuk, pesan itu dari Fatma yang menjelaskan alasan mengapa Ia menghilang. Mendapat pesan dari sahabatnya itu Hanum memaklumi keputusan Fatma menghilang pada saat itu. Hanum pun memutuskan untuk melakukan perjalanan mencari jejak kejayaaan Islam sekaligus mengunjungi sahabatnya Fatma.

“ Aku sangat ingin ke Istanbul!”

“ Cocok. Aku sudah cek tiket di internet, ada tiket murah bulan depan.

Bagaimana? Ambil atau tidak” (hlm. 322)

(45)

Kutipan pesan singkat Hanum dan suaminya Rangga ini menjadi sebuah kesepakatan mereka untuk kembali menapaki jejak Islam di Eropa. Turki dan Hagia Sophia adalah tujuan mereka kali ini. Perjalanan Hanum ke Istanbul ini tentu bukan hanya perjalanan untuk mencari sejarah Islam lainnya di Eropa tapi juga untuk menemui sahabatnya Fatma. Istanbul, Turki merupakan kota terakhir yang dikunjungi Hanum untuk mencari jejak kejayaan Islam. Perjalanan Hanum membuatnya semakin mencintai Islam.

4.2.5. Amanat.

Berdasarkan analis pada unsur pembangun novel di atas dapat disimpulkan bahwa isi novel 99 Cahaya Di Langit Eropa ini banyak berisi informasi menarik mengenai kebudayaan orang Eropa serta sejarah Islam di Eropa, dimana Islam pernah begitu berjaya di tanah Eropa. Pesan yang ingin disampaikan penulis mengenai sejarah Islam yang belum banyak diketahui masyarakat umum ini sangat bermanfaat serta menyadarkan kita untuk terus belajar serta tidak melupakan sejarah. Tidak hanya itu, pengarang juga ingin menyampaikan kepada para muslim dan muslimah untuk tidak hanya sekedar menjadi agen Islam biasa yang memperkenalkan jihad dengan cara yang cara kekerasan lalu kemudian mengatasnamakan Islam, sebab hal ini akan membuat semakin banyak orang- orang yang termakan Islamphobia, jadilah agen Islam yang baik, yang menyebarkan senyum, yang tidak membalas hujatan dengan hujatan, yang menegaskan bahwa Islam itu damai. Seperti yang dilakukan oleh fatma dan teman-temannya.

(46)

4.3. Analisis Citra Masrakat Muslim Di Eropa dalam Novel 99 Cahaya Di Langit Eropa.

Berdasarkan analisis isi teks pembangun novel di ataspenulis menemukan bahwa ada dua pandangan mengenai masyarakat muslim dalam novel ini. Pertama pandangang masyarakat non muslim di Eropa terhadap masyarakat muslim di sana. Kedua merupakan citra masyarakat muslim di eropa yang ada dalam teks novel 99 Cahaya Di Langit Eropa. Citra masyarakat muslim di Eropa yang ada dalam novel 99 Cahaya Di Langit Eropa adalah sebagai berikut :

4.3.1 Masyarakat Muslim di Eropa Sebelum Abad 21.

Masyarakat muslim di Eropa merupakan masyarakat minoritas, meskipun sebagai masyarakat minoritas masyarakat muslim ternyata mempunyai peranan yang besar terhadap kemajuan perkembangan di Eropa, selain itu Islam juga sempat berjaya di tanah Eropa yang sekarang lebih dikenal dengan masyarakatnya yang banyak menganut Atheis dan tidak lagi mempercayai adanya Tuhan.

Kejayaan masyarakat muslim di Eropa ini terlihat ketika Fatma menceritakan pada Hanum bahwa Turki pernah hampir menguasai Wina, Austria. Hal ini terdapat pada kutipan novel berikut :

Kutipan dalam novel:

“ Kau tahu kenapa aku mengajakmu kesini Hanum?” Tanya Fatma tiba- tiba”

“ Aku perlu memberitahumu sedikit sejarah, Hanum. Turki negaraku , pernah hamper menguasai Eropa Barat. Sekitar 300 tahun lalu pasukan Turki yang sudah mengepung Wina akhirnya dipukul mundur.” (hlm.42) Pasukan Turki tersebut dipimpin seorang panglima yang bernama Kara Mustafa. Seperti yang telah dijelaskan oleh Fatma, Kahlenberg merupakan saksi

(47)

mengenai sejarah peradaban Islam yang hampir menguasai Eropa Barat. Namun, pasukan tersebut dipukul mundur oleh gabungan Jerman dan Polandia dari atas bukit Kahlenberg.

Tidak hanya hampir menguasai Eropa Barat budaya serta ilmu pengetahuan masyarakat muslim pun banyak digunakan oleh raja-raja serta tokoh berpengaruh Eropa lain. Hal ini terlihat ketika Hanum bertemu Marion di Paris.

Paris Hanum bertemu dengan Marion Latimer yang akan menemani Hanum menjelajahi Paris untuk menemukan jejak Islam disana. Tempat pertama yang dikunjungi Hanum dan Marion di Paris adalah Museum Louvre. Museum dengan koleksi terlengkap di seluruh dunia, Museum ini juga mengoleksi lukisan-lukisan karya maestro dunia. Mereka menemukan berbagai macam koleksi yang membuktikan bahwa peradaban Islam saat itu berkembang pesat.

“ Tulisan apa itu ? tanyaku dengan rasa penasaran.”

“Al-‘ilmu syadidun fil bidayah, wa ahla minal ‘asali fin- nihayah.”(hlm.154)

“ Arti kufic ini kurang lebih’ ilmu pengetahuan itu pahit pada awalnya, tetapi manis melebihi madu pada akhirnya’. Kata Marion melanjutkan.”

(hlm.155)

Ditemukannya tulisan arab kufic ini membuktikan bahwa pada saat itu masyarakat muslim serta kebudayaan-kebudayaan dan pengetahuan Islam memiliki pengaruh yang besar. Sebab pada saat itu masyarakat Eropa mencontoh peradaban yang lebih maju. Selain ditemukn huruf kufic pada piring dan gelas huruf arab kuficini juga ditemukan pada selendang yang dipakai oleh Bunda Maria dan jubah raja pada saat itu.

(48)

Kejayaan islam di Eropa juga terlihat pada bangunan-bangunan yang ada di Eropa salah satunya adalah bangunan Mezquita. Hal ini terlihat ketika Hanum dan Rangga mengunjungi Cordoba dan Granada yang disebut sebagai tempat peradaban Islam yang paling bersinar.

“ Ketika aku dan Rangga akhirnya masuk ke Mezquita. Aku percaya bahwa Mesquita pernah menjadi masjid terbesar pada masanya.” (hlm.

257)

Mezquita merupakan masjid terbesar pada masa kejayaan Islam di Cordoba, namun sejak runtuhnya dinasti tersebut, Mezquita diubah menjadi sebuah gereja. Cordoba merupakan kota dengan sejarah peradaban ilmu pengetahuan dan keharmonisan antar umat beragama ratusan tahun yang lalu.

Selain mezquita bangunan bersejarah lainnya adalah Hagia Sophia yang berada di Turki. Berbeda dengan Mezquita yang merupakan masjid yang diubah menjadi gereja Hagia sophia adalag sebuah gereja yang dijadiakan masjid.

4.3.2 Masyarakat Muslim Pada Masa Sekarang.

Berbeda dengan keadaan dahulu keadaan masyarakat muslim sekarang di Eropa sebagai masyarakat minoritas sangat jauh dari kata berjaya yang disematkan sebelumnya. Sebagai masyarakat minoritas masyarakat muslim kerap dikucilkan dan diejek. Kesalapahaman yang diciptakan media pun semakin membuat masyarakat Eropa berpikiran negatif terhadap masyarat muslim. Hal inilah yang membuat masyarakat muslim sulit untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat Eropa, sehingga memmbuat masyarakat muslim sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Contohnya tokoh Fatma yang tidak dapat pekerjaan hanya karna ia menggunakan hijab.

(49)

Kutipan dalam novel:

“Entah mengapa aku tertarik berdiskusi tentang isu jilbab dan pekerjaan ini dengan Fatma. Rasanya penasaran saja. Di Indonesia, perempuan berjilbab bisa berkarier sampai puncak. Di Eropa? Apalagi di Australia?

Bagi Fatma, meski mendapatkan izin bekerja dari pemerintah dan juga dari suaminya, tetap tak ada artinya. Musykil perusahaan di Australia mau menerimanya. Dia harus mengubur dalam- dalam harapannya menjadi perempuan yang mengenal dunia kerja. Sekarang tekadnya hanya satu: menjadi perempuan solehah yang menjaga keluarga dan keharmonisan rumah tangga. Itu saja, katanya”. (hlm. 25)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa adanya ketidakseimbangan sosial terhadap masyarakat muslim di Eropa, terutama bagi mereka yang menggunakan hijab, masyarakat di Eropa cenderung menganggap hijab sebagai hal yang harus diwaspadai. Hal ini diperparah karena ada banyaknya terror bom yang dilakukan oleh oknum-oknum muslim itu sendiri dengan mengatasnamakan jihad, media pun semakin membesar-besarkan sehingga Islamophobia semakin menjalar di Eropa. Tidak hanya tokoh Fatma di Cordoba Hanum bertemu dengan Hasan yang merupakan seorang muslim dan terpaksa menjadi seorang penjual daging babi.

Selain itu saat ini masyarakat muslim sangat sulit untuk mencari tempat beribadah seperti yang dialami oleh Rangga yang tidak diperbolehkan melakukan ibadah di area kampus.

Kutipan dalam novel:

“Meski Rangga seorang mahasiswa doctoral, dia dibebani begitu banyak pekerjaan mengajar dan urusan administrasi. Mungkin inilah cara pemerintah Austria memanfaatkan semaksimal mungkin scholar yang mereka biayai hidup dan sekolahnya. Sampai-sampai untuk minta waktu mengerjakan sholat Jum’at, Rangga perlu meyakinkan supervisor dan kolega-koleganya bahwa ini adalah ibadah wajib yang tak boleh dia tinggalkan. Bagaimanapun Rangga menjelaskan, sepertinya mereka masih sulit memahaminya.” (hlm. 204-205)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Susanto (1994), polifenol yang memberikan rasa sepat pada biji kakao disebabkan oleh adanya senyawa antosianin dan leukoantosianin sebesar 3% serta katekin

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Debt to Equity Ratio merupakan rasio solvabilitas yang mencerminkan pada kemampuan perusahaan dalam

Tetap semangat, sekaarang Ananda sudah mulai mempelajari Modul 6 di Pembelajaran 1, tentang arti penting semangat dan komitmen kebangsaan kolektif untuk memperkuat NKRI.

Elemen Sirkulasi dan parkir merupakan bagian penting dalam membentuk identitas sebuah kota, kota Berastagi memiliki potensi-potensi ekonomi dan pariwisata yang

keluarga dimana pemenuhan kesehatan meliputi empat aspek yaitu: (1) Pemeliharaan kesehatan berdasarkan persentase indikator yang ada secara keseluruhan maka pada

(9) Kepala Dinas Kabupaten/Kota setelah menerima LMHHO lembar kesatu dari pemegang izin, setiap bulan wajib membuat Daftar Laporan Produksi Hasil Hutan Olahan-Kayu (DLPHHO-K)

Dampak nyata pembangunan sektor pariwisata bagi daerah adalah sebagai salah satu sumber bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Provinsi Kalimantan Barat

Pemberian iradiasi sinar gama pada dosis 10 Gy memberikan pengaruh yang nyata, yaitu penurunan kemampuan kalus mem- bentuk spot hijau (55%) dengan jumlah spot hijau