1
Pada era modern saat ini perkembangan dunia industri mengalami banyak kemajuan, misalnya dari segi industri makanan dan minuman yang sangat mudah sekali di minati oleh kalangan masyarakat, karena minuman dan makanan merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, salah satu lokasi yang bisa dikatakan memiliki potensi yang besar bagi pelakon usaha untuk menawarkan usaha di bidang makanan dan minuman adalah di Cikarang.
Cikarang merupakan salah satu tempat dimana banyak perusahaan berdiri di kawasan industri Sebagai salah satu wilayah yang menjadi objek vital nasional maupun perusahaan yang berdiri di luar kawasan industri. Hal itu mendorong banyaknya masyarakat yang berkunjung ke Cikarang untuk memperbaiki perekonomian. Adanya keadaan tersebut membuat para pelakon usaha membuka usaha nya dalam bidang makanan dan minuman yang diyakini usaha tersebut akan berkembang karena semakin banyaknya penduduk yang tinggal di Cikarang.
Didukung juga dengan kondisi di kota Cikarang yang sangat panas maka dari itu usaha minumanlah yg dipercaya memiliki potensi usaha yang sangat bagus.
Semakin ketatnya persaingan usaha di bidang yang sejenis membuat perusahaan harus memikirkan cara bagaimana agar tetap unggul dalam memasarkan produknya. Banyak pelaku usaha yang berinovasi untuk pengembangan usahanya untuk meningkatkan keuntungan dengan menggali informasi sebanyak-banyaknya sebagai inspirasi ide untuk memodifikasi produknya guna memenuhi kebutuhan konsumen. Saat ini, jika konsumen memutuskan untuk membeli produk dari suatu pasar dan mendapatkan respon positif dari pasar itu sendiri, maka suatu industri dapat dikatakan tetap eksis.
Persaingan bisnis yang semakin ketat di bidang sejenis telah memaksa perusahaan untuk memikirkan cara agar tetap terdepan dalam pemasaran produk.
Perusahaan perlu berpikir dan bertindak cepat agar tidak kalah dengan perusahaan lain, sehingga banyak perusahaan yang sangat memperhatikan keinginan masyarakat yang membeli produk. Hal ini karena konsep cara untuk mencapai tujuan perusahaan adalah memahami apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar sasaran, serta memberikan kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing (Kotler, 1997).
Oleh karena itu, kesimpulan terbaik individu tentang pembelian didasarkan pada kebutuhan dan keinginannya.
Citra merek akan menjadi pandangan awal masyarakat untuk menentukan keputusan pembelian produk. Karena citra merek suatu perusahaan merupakan evaluasi awal merek oleh konsumen. Citra merek dapat diartikan sebagai rangkaian ingatan di benak konsumen tentang merek, baik yang positif maupun yang negatif. Citra yang positif atau negatif lebih mudah dikenal oleh konsumen sehingga produsen selalu berusaha mempertahankan, memperbaiki, dan meningkatkan citra merek produknya di mata konsumen. Citra merek yang positif memberikan manfaat bagi produsen dan memungkinkan konsumen untuk lebih memahami. Dengan kata lain, konsumen akan memutuskan bahwa mereka memilih untuk membeli produk dengan citra yang baik. Kebalikannya juga benar, jika citra merek negatif, konsumen akan sering mempertimbangkannya lebih jauh saat membeli produk (Mamang & Soopiah, 2013:338). Semakin baik citra merek suatu produk, maka semakin tinggi keputusan konsumen untuk membeli produk tersebut.
Kualitas produk merupakan salah satu faktor penting yang mendukung terwujudnya citra merek masyarakat, karena semakin baik kualitas produk maka semakin baik pula citra merek produk tersebut. Sehingga masyarakat lebih mudah untuk memutuskan produk mana yang layak untuk dibeli. Menurut Kotler &
Armstrong (2007:41), kualitas produk merupakan senjata strategis yang potensial untuk mengalahkan pesaing. Oleh karena itu, hanya perusahaan dengan kualitas produk terbaik yang dapat memenangkan persaingan komersial, sehingga pengaruh yang dirasakan perusahaan dapat berkembang pesat dibandingkan dengan perusahaan lain. perusahaan yang mampu menguasai hal tersebut akan
mampu bertahan untuk waktu yang lama. Keunggulan-keunggulan dari perusahaan yang mengeluarkan produk yang berkualitas dapat mudah diketahui oleh konsumen dan akan menimbulkan suatu kesadaran akan merek produk tersebut.
Persepsi harga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran dan biasanya dijadikan sebagai bahan pertimbangan konsumen untuk membeli produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2008), persepsi harga adalah biaya yang dikenakan untuk suatu produk atau jasa, atau jumlah nilai yang ditukarkan pelanggan untuk keuntungan memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Persepsi harga adalah nilai produk yang dinyatakan dalam mata uang. Penetapan persepsi harga yang baik dapat menunjang stabilitas perusahaan, di sisi lain persepsi harga juga dapat menjadi pertimbangan masyarakat dalam memutuskan untuk membeli produk. Jika persepsi harganya tepat, banyak konsumen akan memutuskan untuk membeli produk perusahaan, yang akan meningkatkan penjualan. Persepsi harga biasanya menjadi faktor penentu dalam mengambil keputusan pembelian.
Salah satu bisnis yang sedang berkembang di Cikarang saat ini adalah minuman dalam bentuk kemasan. Pada awalnya masyarakat Indonesia hanya mengenal minuman yang dikemas dalam kemasan seperti air mineral, teh atau minuman kesehatan, namun dengan berkembangnya gaya hidup masyarakat, banyak jenis minuman yang dapat langsung dikonsumsi. Salah satunya adalah Chatime yang merupakan terobosan terbaru di bidang minuman bubble tea.
Minuman Chatime membawa perusahaan waralaba dari Taiwan ini untuk dikenalkan pertama kali di Indonesia. Konsep teh yang digunakan oleh Chatime di Indonesia telah digunakan di Taiwan sejak lama dan bukanlah hal yang baru.
Nama Chatime berasal dari bahasa Mandarin, dimana "cha" berarti teh dan "time"
berarti waktu, sehingga diartikan sebagai waktu yang baik untuk minum teh.
Kemunculan Chatime disambut baik oleh masyarakat Indonesia dan melahirkan pesaing-pesaing baru yang menawarkan produk sejenis, sekaligus menghidupkan kembali sensasi minuman bubble tea yang populer beberapa tahun lalu, masuknya Chatime ke pasar bubble tea juga merupakan franchise asal Taiwan. Satu, merek lokal. Chatime berkembang pesat di Indonesia, beberapa
pesaing yang dinilai cukup kuat di pasar bubble tea antara lain Xingfutang, street boba, rapid and Hophop, dan LupLup yang mulai beroperasi pada tahun 2000 (www.kompas.com, 2012).
minuman bubble tea saat ini sedang banyak diminati masyarakat, khususnya anak muda. Research Market Allied menunjukkan bahwa penjualan bubble tea diperkirakan akan meningkat sebesar 7,40% dari tahun 2017 hingga 2023.
Menurut data yang dirilis oleh Research Market Allied, tidak mengherankan jika banyak pesaing juga memproduksi minuman bubble tea, namun Chatime ini berhasil mengalahkan 5 pesaingnya lainnya yang sudah lebih lama berproduksi.
Chatime menjadi produk yang sangat terkenal di kota Cikarang, sehingga faktor Brand Image (citra merek) menjadi perhatian utama dalam penelitian ini.
Chatime merupakan salah satu dari sekian banyak merek minuman bubble tea di Bekasi yang sangat direkomendasikan untuk menemani waktu santai bersama teman ataupun keluarga maupun saat sedang dalam waktu beraktifitas.
Chatime berhasil mengimbangi seniornya di pasar, bahkan Citra merek Chatime lebih menonjol dibandingkan dengan produk minuman bubble tea lainnya. yang membedakan Chatime dari pesaingnya adalah Chatime tidak menggunakan tea instan seperti minuman bubble tea umumnya. Chatime menawarkan berbagai seri varian antara lain Mellow Milk Tea yang menjadi menu andalan Chatime, Oriental Pop Tea, QQ Jelly, Smoothies Series, Energetic Healthy Juice, Fresh Tea, Chatime Special Mix, Coffee, dan Mousse. Menu kopi dan smoothies yang disediakan Chatime sebagai variasi menu lain bagi konsumen yang ingin menikmati minuman selain tea.
Keunggulan produk Chatime terbentuk karena varian rasa yang banyak dan enak, persepsi harga yang terjangkau, serta kualitas bubble yang baik. Citra merek Chatime ini sudah dikenal oleh penggemar minuman bubble tea.
Terciptanya Brand image yang positif akan menimbulkan keputusan pembelian konsumen.
Kualitas produk Chatime sendiri sangat bagus. Selain persiapan yang baik, sebagian besar bahan baku yang digunakan Chatime di Indonesia didatangkan langsung dari Taiwan, seperti teh dan sirup, untuk menjaga kualitas asli teh
Taiwan. Chatime juga dikenal sebagai minuman yang enak, dengan ukuran porsi yang pas, kemasan yang praktis, minuman yang higienis, dan umur simpan yang lama.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Top Brand Fase 1. Chatime mencatatkan diri sebagai minuman bubble tea paling populer karena Chatime berhasil menduduki peringkat pertama dibandingkan dengan pesaing lainnya.
Chatime telah berhasil menjadi Top brand award pada kategori minuman Bubble tea mutiara di Indonesia. data dapat dilihat dari tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Peningkatan Presentase Penjualan Minuman Bubble Tea Tahun 2020-2021
MEREK 2018 2019 2020 2021
Chatime 44,8% 56,0% 57,5% 52,4%
Hop-hop 30,74% 12,5% 12,4% 12,5%
Lup-lup 6,31% 11,9% 11,5% 10,3%
Chill bubble tea - 4,5% 5,4% 9,2%
Quickly 2,01% 3,1% 2,7% 2,1%
Sumber: Top Brand Award, 2021
Berdasarkan tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa Chatime setiap tahunnya mengungguli minuman bubble tea lainnya dengan perbedaan Top Brand Award yang cukup jauh. Top Brand Index mengartikan bahwa merek produk yang memiliki tingkat penjualan tertinggi tiap tahunnya. Maka akan mendapatkan kategori top pada brand kategori minuman tertinggi. Hop-Hop berada pada posisi kedua dari Chatime dengan jumlah index 12,5%. Saat ini Chatime bisa disebut memenangkan persaingan dengan minuman bubble tea lainnya. indikasi awal bahwa Chatime memiliki strategi penjualan yang baik. Chatime pada tahun 2017 menjadi Index yang pertama namun pada tahun 2018 mengalami penurunan tetapi masih menjadi top brand award pertama.
Keputusan membeli Chatime ini juga dipengaruhi oleh persepsi persepsi harga masyarakat. Keputusan untuk membeli produk Chatime tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas produk dan citra merek, tetapi juga oleh persepsi persepsi harga oleh masyarakat. Kesenjangan penelitian yang ditemukan oleh Mokoagouw (2016) pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Persepsi harga yang di banderol oleh Chatime berkisar antara Rp.15.000 sampai dengan Rp.35.000. Persepsi harga yang terbilang mahal dibandingkan produk lainnya, Namun banyak juga yang berpendapat bahwa dengan persepsi harga yang telah ditetapkan sesuai dengan kualitas yang diberikan oleh Chatime. Kemudian, bagaimana dengan konsumen bubble tea yang ada di kota Bekasi dalam memutuskan pembelian. Apakah konsumen membeli Chatime hanya karena kualitas produk, citra merek dan alasan lain adanya persepsi harga, sebab persepsi harga produk yang ditawarkan oleh Chatime relatif mahal, sehingga membuat konsumen berpikir, persepsi harga akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi konsumen dalam memutuskan pembeliannya.
Brand image adalah tanggapan konsumen akan suatu merek yang didasarkan atas baik dan buruknya merek yang diingat konsumen. Citra merek merupakan keyakinan yang terbentuk dalam benak konsumen tentang obyek produk yang telah dirasakanya, Keller (2013:3). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indrianto et al (2018) yang berjudul “Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk Dan Persepsi harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada Amdk Ades (Studi pada Konsumen Air Minum Dalam Kemasan ADES di Yogyakarta)”.
Menunjukkan bahwa penjelasan tentang brand image diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Citra merek adalah persepsi konsumen terhadap merek suatu produk yang dibentuk dari informasi yang didapatkan konsumen melalui pengalaman menggunakan produk tersebut. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel Citra Merek, Kualitas Produk, dan Persepsi harga secara bersama- sama berpengaruh dan signifikan terhadap Keputusan Pembelian AMDK Ades pada tingkat signifikansi 0,000 < 0,005.
Faktor penunjang lainnya dari Citra merek yang mempengaruhi keputusan pembelian adalah kualitas produk. Kualitas produk hal penting yang harus dimiliki oleh sebuah produk, Sehingga produsen dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas agar dapat menarik perhatian konsumen dan memenangkan pasar. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Akrim Ashal Lubis (2018) yang berjudul “Pengaruh Persepsi harga dan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian Surat Kabar pada Pt. Suara Barisan Hijau Harian Orbit Medan”. Menunjukan bahwa Kualitas produk memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
Selain kedua faktor Citra merek dan kualitas produk terdapat faktor yang menjadi pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk yaitu persepsi harga. Menurut penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Dewi Rosa Indah (2019) yang berjudul “Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Persepsi harga terhadap Keputusan Pembelian Produk Hand and Body Lotion Vaseline (Studi Kasus pada Mahasiswa Universitas Samudra)”
menyatakan bahwa Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial, citra merek, kualitas produk dan persepsi harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian atas produk hand and body lotion Vaseline. Selain itu, hasil penelitian menyatakan bahwa citra merek, kualitas produk dan persepsi harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada produk tersebut.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji fenomena yang terjadi di masyarakat, sehingga penelitian ini lebih terarah. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk Dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Bubble Tea Chatime”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Saat ini, bisnis minuman kemasan Indonesia sangat berkembang. Salah satu bisnis minuman yang paling populer adalah bubble tea. Menurut laporan dari (okezone.com), pasar minuman teh di Indonesia masih sangat besar, dengan banyak pemain asing yang menempati posisi dominan. Salah satunya adalah
minuman Boba yang sangat populer dari Taiwan. Di Indonesia, minuman ini disebut bubble tea. Pada saat yang sama, merek asing yang berkembang juga datang dari Taiwan, seperti Chatime. Kemudian ada pemain merek lokal yang dikenal dengan berbagai merek, yaitu Haus, Indonesia Iced Tea, dan Menantea.
Menurut penelitian Ratih Widya Lestari (2018) yang berjudul “Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk dan Persepsi harga Terhadap Pembelian Sepatu Converse”, apabila suatu perusahaan dapat bersaing dan mempertahankan eksistensinya maka dapat dikatakan berhasil. perusahaan “Keputusan Mahasiswa Stiesia Surabaya diterbitkan oleh Jurnal Ilmu dan Penelitian Manajemen, ISSN:
24610593. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel citra merek, kualitas produk, dan persepsi harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian.
Hasil ini menunjukkan bahwa ketika citra merek, kualitas produk dan persepsi harga meningkat maka keputusan pembelian akan meningkat.
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan diatas, maka rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah Citra merek berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian minuman bubble tea Chatime?
2. Apakah Kualitas Produk berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian minuman bubble tea Chatime?
3. Apakah Persepsi harga berpengaruh secara parsial terhadap Keputusan Pembelian minuman bubble tea Chatime?
1.3 BATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan masalah tentang citra merek, kualitas produk dan persepsi harga terhadap keputusan pembelian Chatime di Bekasi dengan memberikan 100 kuesioner kepada masyararakat Cikarang, Bekasi yang pernah membeli minuman bubble tea Chatime. penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2021 - Agustus 2021.
1.4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui pengaruh Citra merek secara parsial terhadap keputusan pembelian minuman bubble tea Chatime.
2. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas produk secara parsial terhadap keputusan pembelian minuman bubble tea Chatime
3. Untuk mengetahui pengaruh Persepsi harga secara parsial terhadap keputusan pembelian minuman bubble tea Chatime.
1.5 MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademis maupun praktis. Adapun penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut :
1) Manfaat Akademis
Dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang sewaktu- waktu dapat digunakan dengan memberikan informasi khususnya dibidang pemasaran.
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sebagai bekal dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama dibangku kuliah.
Dan juga sebagai bahan pembelajaran, pemahaman, dan proses dalam menganalisis suatu permasalahan tentang Citra Merek, Kualitas Produk Dan Persepsi harga Terhadap Keputusan Pembelian Minuman Bubble tea Chatime.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Untuk mempermudah dalam penulisan ini, maka pembahasan dilakukan secara komprehensif dan sistematik meliputi :
a) BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat/kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
b) BAB II : KAJIAN/TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung penulisan skripsi ini yang meliputi uraian secara teoritis terhadap masalah penelitian.
Beberapa pokok bahasan diantaranya adalah tentang keputusan pembelian, Citra Merek, Kualitas Produk dan Persepsi harga, penelitian terdahulu dan hipotesis.
c) BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, desain penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.
d) BAB IV : HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi tentang deskripsi data dan analisis, hasil uji statistic beserta penjelasan dan interprestasi dari hasil-hasil yang didapatkan.
e) BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan, saran, keterbatasan beserta gambaran untuk penelitian berikutnya.