• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS KEKERABATAN BAHASA MAKASSAR DAN BAHASA SELAYAR DI SULAWESI SELATAN (SEBUAH PENDEKATAN LEKSIKOSTATISTIK) YULIRATUTIYANA PO5OO2O4OO1 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS KEKERABATAN BAHASA MAKASSAR DAN BAHASA SELAYAR DI SULAWESI SELATAN (SEBUAH PENDEKATAN LEKSIKOSTATISTIK) YULIRATUTIYANA PO5OO2O4OO1 PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2007"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

KEKERABATAN BAHASA MAKASSAR DAN BAHASA SELAYAR DI SULAWESI SELATAN (SEBUAH PENDEKATAN

LEKSIKOSTATISTIK)

YULIRATUTIYANA PO5OO2O4OO1

PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2007

(2)

ABSTRAK

Yuliratutiyana, Kekerabatan Bahasa Makassar dan Bahasa Selayar di Sulawesi selatan (Pendekatan Leksikostatistik) (dibimbing oleh A. Kadir Manyambeang dan Hamzah Machmoed).

Studi betujuan untuk: 1) membuktikan Kekerabatan antara bahasa Makassar dan bahasa Selayar , 2) memberikan perbandingan antara bahasa Makassar dan bahasa Selayar dalam kajian leksikon, 3) menentukan derajat atau tingkat kekerbatan kedua bahasa tersebut dengan cra menghitung waktu pish dan usia kedua bahsa itu dengan menggunakan pendekatan leksikostatistik.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah; kosa kata bahasa Makassar dan kosa kata bahasa Selayar. Data tersebut merupakan data sekunder yang diperoleh melalui wawancara koresponden. Selanjutnya data analisis diperole h kesimpulan sebagai berikut:

Bahasa Makassar dan bahasa Selayar mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat erat. Terbukti dari prosentase kata kerabat yang telah dihitung yakni 74 % dari 300 gloss yangdiperhitungkan. Bahasa Makassar dan bahasa Selayar merupakan bahasa tunggal sekitar 2 (dua) abad yang lalu. Bahasa Makassar dan bahasa Selayardiperkirakan mulai berpisah dari satu bahasa proto kira-kira 200 tahun lalu.

(3)

vi

ABSTRACT

Yuliratutiyana, The Relation between Makassar langua ge and Selayar Ianguage in South Sulawesi (A Lexicostatistic approach) (supervised by A. Kadir Manyambeang, and Hamzah Machmoed)

This study aims 1) to prove the relation between Makassar language and Selayar Ianguage 2) to compare between Makassar language and Selayar Ianguage on lexicon study 3) to determine the degree of the relation of both languages by counting the time separation and the age of those languages by using lexicostatistic approach.

Data in this research are vocabularies of Makassar language and vocabularies of Selayar Ianguage. The data(s) are the core data that obtained by interviewing correspondents. From the data analysis, we get the following conclusions:

From Makassar language and Selayar Ianguage genetically are closely related . It is proved by the procentage of word relation which is around 74 %. This means that both languages have been separated since two centuries ago.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Persetujuan Pembimbing ... ii

Kata Pengntar ... iii

Abstrak ... v

Abstract ... vi

Daftar Isi ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian .... ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Leksikostatistik ... 8

1. Batasan Pengertian ... 8

2. Asumsi Dasar Leksikostatistik ... 10

3. Teknik Leksikostatistik ... 13

B. .Bahasa Makassar ... 13

1. Struktur Bahasa Makassar ... 14

C. Bahasa Selayar ... 29

2. Struktur Bahasa Selayar ... 29

D. Kerangka Kerja ... 38

(5)

viii

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 40

a. Kabupaten Selayar ... 40

b. Kabupaten Gowa ... 41

B. Metode Dan T eknik ... 42

C. Populasi ... 45

D. Sample ... 45

E. Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Metode Pendekatan Leksikostatistik dan Aplikasinya dalam Proses Perhitungan Kekerabatan Bahasa Selayar dan Bahasa Makassar ……….. 47

B. Data Hasil Penelitian ... 49

BAB V SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

Bahasa adalah wahana untuk menyampaikan maksud, pikiran, dan perasaan; bahasa adalah alat komunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis.

Komunikasi bahasa merupakan komunikasi maksud, pikiran, dan perasaan antara manusia dengan sesamanya. Hidup bersama kelompok manusia lainnya perlu saling komunikasi. Tanpa komunikasi, sekelompok manusia tidak ubahnya onggokan batu-batuan saja dan tidak akan ada sesuatu pun yang tercipta. Oleh karena itu, hidup bersama perlu saling be rtukar pikiran memecahkan persoalan, saling memberi dorongan semangat, saling mengingatkan, saling menyampaikan informasi dan lain -lain. Komunikasi yang baik akan memperlancar proses integrasi perkembangan bersama; sebaliknya komunikasi tidak lagi sempurna apabila penyampaian ungkapan tidak dimengerti atau disalahtafsirkan lawan bicara.

Garis-garis Besar Haluan Negara menggaris bawahi beberapa hal, antara lain (1) pembinaan bahasa Indonesia dilaksanakan dengan mewajibkan penggunaanya secara baik dan benar, (2) pembinaan bahasa daerah (BD) dilaksanakan dalam rangka pengembangan bahasa Indonesia untuk memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia serta khasanah kebudayaan Nasional sebagai salah satu sarana identitas Nasional. Bahasa-bahasa daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi dan dijamin oleh Undang-undang.

(7)

2

Sebagai bahasa daerah, dia berfungsi sebagai : (1) lambang kebanggaan daerah;

(2) lambang identitas daerah; dan

(3) alat penghubung didalam keluarga dan masyarakat daerah.

Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, dia berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa Nasional, (2) bahasa pengantar di Sekolah Dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan (3) pendukung kebudayaan daerah.

Sejalan dengan pokok-pokok pikiran di atas, bahasa-bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan daerah yang berfungsi sebagai bahasa pergaulan di daerahnya masing-masing yang dipandang sebagai unsur kebudayaan Nasional. Oleh karena itu, pembinaan bahasa daerah sangat diperlukan karena dapat:

(1) memperkaya bahasa Indonesia

(2) mengenal corak dan struktur masyarakat Indonesia

(3) dengan mengenal beberapa aspek bahasa daerah, misalnya kesamaan tema, gaya bahasa, dan ragam kesusasteraannya lewat karya sastra. Bahasa daerah merupakan unsur budaya Nasional sehingga diberi peluang untuk hidup berdampingan dengan bahasa Indonesia, misalnya : bahasa daerah Madura, Jawa, Bugis, Makassar.

Sulawesi Selatan memiliki empat etnis yang menempati wilayahnya masing-masing. Yaitu etnis Mandar yang menempati wilayah Sulawesi Barat, etnis Bugis yang menempati wilayah terbanyak di daerah Sulawesi Selatan yaitu

(8)

Maros, Pangkep, Barru, Bone, Soppeng, Sidrap, dan Pinrang. Etnis Toraja yang menempati wilayah Tana Toraja, sebagian Enrekang, sebagaian Polmas. Etnis Makassar menempati wilayah Gowa, Jeneponto, Takalar, Bantaeng, sebagian besar Bulukumba.

Salah satu bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan adalah bahasa daerah Makassar yang merupakan bagian dari unsur kebudayaan nasional yang perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai asset budaya daerah dan nasional.

Bahasa Selayar, yang meskipun belum ada penelitian yang valid mengenai hal tersebut, tetapi secara social da pat dikatakan bahwa masyarakat Selayar mengakui bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Selayar.

Sehubungan dengan pendapat di atas, bahasa daerah yang ada di Sulawesi Selatan khususnya Bahasa Makassar, ada dua pendapat, yaitu :

(1) Persepsi yang menyetujui bahwa bahasa Makassar terdiri dari 5 dialek yaitu dialek Lakiung , dialek Turatea, dialek Bantaeng, dialek Konjo, dan dialek Selayar.

(2) Persepsi yang menganggap bahwa dialek Konjo dan dialek Selayar bukan lagi bahasa Makassar melainkan sudah merupakan bahasa tersendiri.

Pengelompokan bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan menurut peta bahasa yang dikeluarkan oleh “The Australia Academy of the Humanitas”

menunjukkan pengelompokan yang lebih ditekankan pada situasi geografis.

Pengelompokan tersebut adalah :

(9)

4

(1) Bugis, terdiri dari : Luwu, Wajo, Palakka, Enna?, Soppeng, Sidenreng, Pare-pare dan Sawitto.

(2) Makassar terdiri dari: Lakiung,Turatea, Bantaeng,Konjo dan Selayar (3) Mandar terdiri dari: Balangnipa, Majene, Botteng, Tappalang.

(4) Saqdan Toraja terdiri dari: Rongkong, Makki, Mamasa, Mappa Pama, Kesuq, Rantepao, Makale, Sillanan, Gandang Batu dan Sangalla.

(5) Mamuju

(6) Masserenpulu terdiri dari : Endekang, Duri, dan Maiwa.

(7) Seko

(8) Pitu Ulunna Salu

Pengelompokan itu belum dapat memberikan informasi yang jelas dan tuntas mengenai tingkat atau derajat kekerabatan antara bahasa tersebut, karena penelitian tentang perbandingan bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan khususnya Bahasa Makassar dan Bahasa Selayar hampir belum pernah diteliti.

Khusus untuk itu penelitian ini akan memerikan dua bahasa yakni Bahasa Makassar (BM) dan Bahasa Selayar (BS), kedua bahasa ini sangat menarik perhatian peneliti. Oleh karena itu, peneliti perlu melihat hubungan kedua bahasa tersebut dari pendekatan linguistic bandingan histories.

B. Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang timbul yaitu :

a. Adakah saling pengertian antara penutur bahasa Makassar dan bahasa Selayar?

(10)

b. Bagaimana perbandingan kosa kata antara Bahasa Makassar dan Bahasa Selayar?

c. Bagaimana tingkat kekerabatan antara Bahasa Makassar dan Bahasa Selayar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

a. membuktikan apakah kedua bahasa sasaran itu benar-benar berkerabat b. memberikan bandingan antara Bahasa Makassar dan Bahasa Selayar

yang terbatas pada leksikon yaitu kosa kata dasar.

c. Menemukan derajat atau tingkat ke kerabatan kedua bahasa sasaran dengan cara menghitung waktu pisah dan usia kedua bahasa sasaran yang menggunakan pendekatan leksikostatistik yang diaplikasikan langsung dengan data 200 kosa kata Swadesh.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat praktis yang langsung dapat dinikmati dari hasil penelitian adalah penambahan informasi pada ilmu-ilmu bahasa khususnya bidang leksikostatistik.

Selain itu, data-data hasil kajian leksikostatistik tentang kekerabatan bahasa Makassar dan bahasa Selayar ini akan dapat dimanfaatkan oleh peneliti-peneliti lain dalam upaya pemerkayaan budaya yang berguna bagi pembinaan dan pengembangan bahasa-bahasa daerah di Indonesia sesuai dengan amanat Undang- undang Dasar Tahun 1945.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan kita, memiliki peranan yang penting. Keberagaman bahasa yang kita miliki patut kita lestarikan dan kembangkan. Terutama dialek-dialek yang ada di daerah Sulawesi Selatan ini, yang jumlahnya belum dapat diketahui secara pasti.

Keraf ( 1980 ) mengutarakan fungsi dan peranan bahasa sebagai berikut:

1. Bahasa sebagai alat untuk berekspresi diri untuk menarik perhatian orang lain untuk membebaskan diri dari semua tekanan emosi, untuk mengungkapkan cita rasa seni dan sebagainya.

2. Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi

3. Bahasa sebaai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social, untuk bersosialisasi

4. Bahasa sebagai alat untuk mengadakan control social, untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang-orang lain.

Selanjutnya bahwa, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi harus dibina dan dikembangkan karena :

1. Komunikasi yang jelas merupakan hal yang berarti dalam hampir setiap usaha manusia, baik secara bersama -sama maupun secara perorangan; manusia makin bersandar diri, makain mampu berefleksi diri, berdaya kritik, berkebabasan diri, dan mencapai ilmu pengetahuan yang makin tinggi;

2. Komunikasi adalah landasan setiap usaha.

(12)

Beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, baik yang dilakukan oleh pakar bahasa dalam negeri maupun luar negeri. Para pakar tersebut, antara lain, Palengkahu dan kawan-kawan (1974) pernah melaksanakan penelitian kebahasaan di Sulawesi Selatan dengan judul Peta Bahasa Sulawesi Selatan. Hasil penelitian tersebut selain menentukan batas-batas dialek bahasa Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja, juga menetapkan dialek- dialek bahasa Makassar atas lima buah, yakni (1) Lakiung, (2) Turatea, (3) Bantaenng, (4) Konjo, dan (5) Selayar. Kemudian, empat tahun berikutnya , Syahruddin Kaseng (1978) melakukan penelitian terhadap bahasa Makassar dengan judul Kedudukan dan Fungsi Bahasa Makassar di Sulawesi Selatan.

Penelitian ini juga menetapkan lima dialek sama seperti penelitian sebelumnya.

Penentuan kelima dialek bahasa Makassar tersebut dari kedua penelitian di atas memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan yang menonjol adalah tidak ditemukannya alat ukur pengelompokan yang dipakai, seperti persepsi masyarakat terhadap bahasaranya, pemahaman timbal balik, leksikostatistik, ataukah alat-alat ukur yang lain.

Grimes and Grimes (1987) telah melaksanakan satu penelitian kebahasaan di Sulawesi Selatan dengan judul Language Of South Sulawesi. Penelitian ini berhasil menetapkan 83 dialek dari 35 bahasa daerah di Sulawesi Selatan. Salah satu kelebihan penelitian ini adalah jelasnya alat ukur yang digunakan sehingga ditetapkan bahwa isolek Konjo dan Selayar sebagai bahasa tersendiri. Namun, hasil penelitian ini diragukan oleh beberapa kalangan pakar ba hasa karena terkait dengan anggapan bahwa penelitian ini hanya dikembangkan sebagai misi dari

(13)

8

lembaga penyandang dana yaitu Summer Institute of Linguistic (SIL) yang mengembangkan agama Kristen di Indonesia melalui jalur penelitian bahasa.

A. Leksikostatistik

1. Batasan Pengertian

Di samping istilah leksikostastik dikenal juga istilah lain yaitu glotokronologi (Glottochronology) yang juga mengandung pengertian yang kira-kira bertumpang tindih. Pada dasarnya kedua istilah itu sebenarnya memiliki pengertian yang agak berlainan, ssejurang-kurangnya menyangkut sasaran akhir yang akan dicapai. Mengingat bahwa dalam kenayataannya kedua istilah itu mempunyai hubungan yangsangat erat dan saling melengkapi, maka sering kali pula keduanya disamakan saja.

Namun demikian dapat diberikan suatu pegangan mengenai pengertian dasar masing-masing istilah itu.

Pengertian pokok antara kedua istilah itu dapat dirumuskan sebagai berikut :

(1). Leksikostatistik adalah teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistic, untuk kemudian berusaha menetapkan penelompokan itu berdasarkan prosentase kesaman dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.

(2). Glotokronologi adalah suatu teknik dalam linguistik histories yang berusaha mengadakan pengelompokan dengan lebih mengutamakan perhitungan waktu (time depth) atau perhitungan usia bahasa-bahasa

(14)

kerabat. Dalam hal ini usia bahasa tidak dihitung secara mutlak dalam suatu tahun tertentu, tetapi dihitung secara umum, misalnya mempergunakan stuan ribuan tahun (millennium).

Dalam kenayataan kedua bidang itu selalu dipakai secara bergandengan karena untuk menghitng usia bahasa dengan teknik glotokronologi harus dipergunakan leksikostatistik. Sebaliknya untuk mengaakan pengelompokan bahasa dengan metode leksikostatistik tersirat juga masalah waktu, yangmenjadikan landasan bagi pengelompokan itu.

Sebab itu untuk selanjutnya daam mengadakan pengelompokan bahasa- bahasa, kedua istilah itu dipakai dengan pengertian yang sama. Dengan demikian leksikostatistik atau glotokronologi dapat dibatasi sebagai : suatu teknik yang berusaha menemukan keterangan -keterangan (data - data) untuk suatu tingkat waktu yang agak tua dalam bahasa guna menentukan usia bahasa dan pengelompokan bahasa -bahasa.

Dengan demikian yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul, dan bagaimana hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya. Seperti halnya dengan metode histories komparatif lainnya teknik ini dikembangkan terutama untuk bahasa -bahasa yang tidak meiliki naskah-naskah kuno.

Beberapa metode sudah dikembangkan terlebih dahulu untuk mengadakan pengelmpokan bahasa-bahasa guna mengetahui tingkat kekerabatan antar bahasa. Tetapi metode-metode tersebut tidak dapat

(15)

10

dipakai untuk menghitung ertanya hubungan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya. melalui korespondensi fonemis dapat ditentukan fonem proto mealui rekonstruksi fonemis, morfen proto melaluirekonstruksi atas fonem-fonem proto yang terdapat pada sebuah bentuk, dan dapat ditentukan pula usia relative unsure-unsur bahasa dan tahap deferensiasi dialek-dialek. Dengan kata lain dapat ditetapkan hirarki perpisahan antara bahasa-bahasa kerabat, tetapi metode-metode itu tidak memungkinkan para ahli mengatakan dengan pasti kapan bahasa-bahasa itu bedrpisah satu dari yang lain.

Jauh sebelum ahli-ahli sanggup menetapkan tahap-tahap deferensiasi bahasa, Edwar Sapir dalam Gorys Keraf (1984), telah berhasil menentukan hubungan kronologis dari unsur-unsur kebudayaan dengan mempergunakan data-data linguistis. Penetapan itu didasarkan atas asumsi dasar (basic assumption) yang menyatakan bahwa perubahan bunyi dan pergeseran makna dalam suatu jangka waktu yang lama telah mengaburkan arti morfem asli.

2. Asumsi Dasar Leksikostatistik

Dari penelitan-penelitian yang dilakukan terhadap pelbagai bahasa, akhirnya deperoleh empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa atau secara tepatnya bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih.

(16)

Asumsi-asumsi dasar tersabut adalah :

(1). Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagaian lainnya

Asumsi ini sebenarnya sudah dikenal sebeumnya dalam pengelompokan bahasa-bahasa, yaitu dalam metode kosa katadasar..

Konsep mengenai kosa kata dasar itu diambil oleh metode leksikostatistik yang kemudian diadakan perincian-perincian yang lebih tegas. Yang dimaksud kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar pertama (I) ini adalah kosa kata dasar (perbendaharaan kata dasar atau basic vocabulary). Kosa kata dasar ini merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa, dan sekaligus merupakan unsur -unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa.

Kosa kata dasr ini meliputi : a. kata-kata ganti

b. kata-kata bilangan

c. kata-kata mengenai anggota badan (dan sifat atau aktivitasnya) d. alam dan sekitrnya.

e. alat-alat perlengkapan sehari-hari yang sudah ada sejak permulaan (2). Retensi (ketahanan) kosa katadasar dalam konstanssepanjang masa.

Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa kosa kata yang ada dalam suatu bahasa, suatu prosentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1000 tahun. Kalau asumsi ini diterima, maka implikasinya

(17)

12

adalah bahwa dari 200 kosa kata dasar yang dimiliki sebuah bahasa, sesudah 1000 tahun akan bertahan sekian prosen, dan dari sisanya sesudah 1000 tahun kemudian akan bertahan lagi prosentase yang sama.

(3). Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama.

Asumsi ketiga ini telah diuji dalam 13 bahasa, di antaranya ada yang memiliki naskah-naskah tertulis. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan antara 86,4 – 74,4 %, atau dengan angka rata-rata 80,5 %. Tentu saja hal iu tidak dapat diartikan bahwa semua bahasa akan bertahan dengan prosentase rata-rata tersebut

(4). Bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut.

Asumsi dasar keempat merupakan konsekuensi logis dari asumsi dasar kedua dan ketiga. Asumsi ini berlaku dengan syarat bahwa tidak ada hal-hal yang memperlambat atau mempercepat pemisahan kata.

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, lita dapat menghitung usia atau waktu pisah bahasa A dan B kalau diketahui prosentasie kata kerabat kedua bahasa itu. Karena dalam tiap 1.000 tahun kedua bahasa kerabat itu masing-masing akan kehilangan kosa katadasarnya dlam prosentase yang sama, maka waktu pisah antara kedua bahasa itu harus dibagi dua. Misalnya

(18)

prosentase kata kerabatnya adalah 80,5 %, maka waktu pisah kedua bahasa adalah 500 tahun yang lalu.

3. Teknik Leksikostatistik

Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka diambil lagkah- langkah tertentu. Langka h-langkah tersebut sekaligus merupakan teknik- teknik metode leksikostatisti. Di antara langkah-langkah yang sangat yang sangat diperlukan adalah :

(1). Mengumpulkan kosa kata dasar bahasa kerabat

(2). Menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa adalah kata kerabat (cognate)

(3). Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa

(4). Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang lebih tepat.

B. Bahasa Makassar

Bahasa Makassar yang merupakan bahasa yang hidup dan menjadi alat komunikasi masyarakat pemakainya, bahkan menjadi pendukung kebudayaan di Sulawesi Selatan, cukup luas daerah lokasi pemakaiannya. Bahasa ini menjadi bahasa kedua sesudah Bahasa Bugis di Sulawesi Selatan. Bahasa ini dipergunakan di bahagian Selatan Jazirah Sulawesi Selatan. Batas-batasnya dapat ditarik suatu garis panjang mulai dari pantai Labbakang di Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) , yang terletak sekitar 4 45’LS, menuju ke timur kemudian membelok ke jurusan Tenggara melalui Camba bagian Selatan di Kabupaten Maros, terus

(19)

14

menyusuri di pinggir Selatan sekitar Teluk Tanete Bulukumba. Lalu menerobos ke Timur sampai ke pantai Kajang dan Teluk Bone. Dari Teluk Bone ini, bahasa Makassar menyusur pantai ke timur menyeberang ke kabupaten Selayar. Disini bahasa Makassar membelok ke Selatan menyusuri belahan timur kepulauan Tambolongan dan Kayuadi serta mencakup sebagain besar pulau-pulau Tanah Jampea dan Kalao. Seluruh wilayah sebelah Barat garis batas itu dengan pulau- pulau yang tersebar di muara Selat Makassar, merupakan wilayah pemakaian Bahasa Makassar.

Bahasa Makasssar memegang peranan yang penting dalam masyarakat Makassar sejak berabad-abad sampai sekarang. Peran ini sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa resmi kerajaan Gowa. Bahasa Makassar dipakai sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, dalam perundang-undangan, dan juga dipakai sebagai pengantar dalam ilmu dan kebudayaan ( Manyambeang, 1979 : 3).

1. Struktur Bahasa Makassar 1.a Fonologi

1.a.1. Khasanah Fonem

Berdasarkan posisi lidah dan hambatan da lam alat tutur, fonem bahasa Makassar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Vocal

Posisi Lidah Depan Tengah Belakang

tinggi i u

(20)

tengah e o Rendah

a Konsonan

Titik Cara atikulasi artikulasi

labial alveolar alveovalatal velar glotal

hambat p

b

t d

c j

k g

geser s h

nasal m n ñ ?

lateral l

getar r

luncuran w y

1.a.2. Distribusi

a. Fonem dapat berkedudukan pada awal kata b. Fonem dapat berkedudukan pada akhir kata c. Fonem dapat berkedudukan pada tengah kata 1.b Morfologi

1.b.1 Afiksasi

Merupakan salah satu pr oses morfologi, yaitu proses penggabungan morfem bebas (kata dasar) dengan morfem afiks (imbuhan).

a. Prefiks atau awalan, posisinya di muka morfem bebas (bentuk dasar):

a.1 prefiks (ak-), dengan alomorf-alomorfnya, contoh :

ak + golok akgolok bermain bola

(21)

16

ak + baju akbaju berbaju

ak + bakrak akbakrak berbedak

a.2 prefiks (mak-), dengan alomorf-alomorfnya, contoh :

mak + jeknek makjeknek mandi

mak + baju makbaju berbaju

mak + cincin maccinci? bercincin

a.3 prefiks (aN-), dengan segala alomorf-alomorfnya, contoh :

an + kana a?kana mengatakan

an + jala anjala menjala

a.4 prefiks (maN-),

Arti yang dikandung prefiks maN-, sama dengan prefiks aN-. Beda keduanya hanya terletak pada penggunaannya. Prefiks maK-, dan dan maN- biasanya terpakai dalam bahasa sastra, sedang prefiks aK - dan aN -, biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari.

a.5 prefiks (tak-)

tak + ukirik tak-ukirik tertulis

tak + runtuk takruntuk tertumbuk tak + a?kak taka?kak terangkat

(22)

tak + tapik takrapik dapat sampai

a.6 prefiks (paK -)

prefiks paK- akan mengalami perubahan bentuk dan pengucapan yang juga merupakan alomorf -alomorf, apabila kata dasar yang dihubunginya berawalkan fonem: / p, t, c, s, b, d, g, k, j, n, ñ, m, l, r /. alomorf -alomorf tersebut sebagai berikut:

1) konsonan akhir prefiks paK- , akan berubah menjadi “tebal”

dengan fonem awal kata dasar yang dihubunginya, apabila fonem awal kata dasar tersebut: / p, t, c, k, s/. :

pap + pasa? pappasa? pesan

pat + to?kok patto?kok atap

pac + cinik paccinik penglihatan

pak + kiok pakkiok panggilan

pas + sare passare pemberian

2) paK-, beralomorf paK, apabila fonem awal kata dasar yang dihubunginya, / b,d, g, j, n, ?, m, l, r, o, u /.

pak + ba luk pakbaluk jualan

pak + de?ka pakde?ka penumbuk

(23)

18

pak + guru pakguru pengaduk

pak + niak pakniak adakan

pak + maik pakmaik hati

pak + lumba paklumba perlombaan

pak + ra?kak pakra?kak penutup

a.7 prefiks (paN -)

a.7.1. paN-. Beralomorf pan-, apabila fonem awal kata dasarnya / t, d, r, n, j, s /.:

pan + tama pantama masukkan

pan + rauk panrauk peraut

pan + jaik panjaik alat jahit

pan + sikkok panñikkok pengikat

a.7.2 paN-, beralomorf pan-, apabila fonem awal kata dasarnya, / k, g, n, i, e, a, o, u /.

pan + nai pa??a i kesukaan

(24)

pan + isarak pa??isarak peralatan

pan + arak pa??arak pencium

pan + okek panñokek pembor

pan + ulu pa??ulu hulu

a.8 prefiks (piN -)

a.8.1 piN- beralomorf pim -, apabila fonem awal kata dasarnya / p, b /.

pim + patampulo pimpatampulo empat puluh kali

pim + bali pimbali sebelah-menyebelah

a.8.2 piN- beralomorf pin-, apabila fonem awal kata dasarnya /t, r/.

pin + tallu (n) pintallu? tiga kali

pin + rua (n) pinrua dua kali

a.9 prefiks (si-)

Prefiks ini mengandung arti “sama” :

siN + rupa sinrupa sama bentuk

siN + lakbu sillakbu sama panjang

(25)

20

siN + kebok sinkebok sama putih

a.10 prefiks (saN)

prefiks ini mngandung arti sama dengan arti prefiks siN --, yaitu : sama

a.11 prefiks (paka -)

prefiks ini mengandung arti “jadikan”

paka + lompo pakalompo jadikan besar

paka + cokmok pakacokmok jadikan gemuk

paka + jai pakajai jadikan banyak

a.12 prefiks (tar (a)-)

prefiks ini mengandug arti :

a.12.1 ‘dalam keadaan’

tar (a) + unte taraunte terpilin

a.12.2 ‘sudah di…..’

tar (a) + alle taralle terambil

a.12.3 ‘dapat di….’

tar (a) + a?kak tara?kak terangkat

(26)

a.13 prefiks (ka -)

ka + mallak-mallak kamallak-mallak menakutkan

ka + melek-melek kamelek-melek menggelikan

a.14 prefiks (tin -)

tin + allo ti?allo berjemur,bersantai b. Sufiks atau akhiran, posisinya di belakang morfem bebas ( bentuk dasar) b.1 sufiks (-i) mengandung arti :

b.1.1 melakukan pekerjaan dengan menggunakan alat yang disebut dalam kata dasar

batu + i batui lempari dengan batu b.1.2 beri

cekla + i ceklai beri garam

golla + i gollai beri gula

b.1.3 berulang-ulang

sambila + i sambilai lempari

tobok + i toboki tikam

b.1.4 jadikan

leklen + i lekleni hitami

gannak + i gannaki cukupi

b.1.5 cari

kutu + i kutui cari kutunya

(27)

22

b.1.6. gosok dengan

sabu? + i sabu?i sabuni b.1.7 menyatakan arah

ma?e + i ma?e i datangi ke sana seppek + i seppeki dekati

b.1.8 menyatakan suatu hal

sumpa + i sumpai sumpahi

alle + i allei leraikan

su?ke + i su?kei bukakan to?kok + i to?koki tutupi

b.2 sufiks (-ang)

sufiks ini mengandung arti : b.2.1 menyatakan arah

ulu + an ulua? arahkan

b.2.2 alat untuk

bulek + an buleka? usungan

b.2.3 menyatakan tempat

solon + an solo?a? selokan

labu + an labua? labuhan

b.2.4 yang biasa di ...

inun-inun + an inu?-inuna? minuman

(28)

kanre-kanre + an kanre-kanrea? makanan b.2.5 menyatakan lebih

tinggi + an tinggia? lebih tinggi

bajik + an bajika? lebih baik

leklen + an lekle na? lebih hitam b.2.6 yang dikenakan sesuatu

allo + an alloa? jemuran

sassa + an sassaa? cucian

jaik + an jaika? jahitan

b.3. sufiks (-a)

sufiks ini selalu diikuti persona - i –

ma?e + a + i ma?eai nanti-nanti dia pergi b.4. s ufiks (-ma)

sufiks ini mengandung arti “sudah”

erok + ma + ak erokmak saya sudah mau gassing + ma + ak gassimmak saya sudah sembuh b.5 sufiks (-mi)

- mi dapat juga dipandang sebagai satu sufiks tersendiri dengan arti sama denga n lah.

alle + mi allemi ambillah

erang + mi erammi bawalah

c. Infiks (sisipan), posisinya di tengah morfem bebas (bentuk dasar)

(29)

24

c.1 (-um-)

s + um + ayak sumayak terbang melandai c.2. (-im-)

s + im + ombalak simombalak berlayar c.3. (-a l-)

g + al + akruk galakruk berbunyi gaduh c.4. (-ar-)

k + ar + ankan kara?ka? genggam c.5. (-in-)

p + in + ankak pina?kak generasi c.6. (-a n-)

c + an + incin caninci? semacam cincin pada kail

c.7. (-ul-)

s + ul + ampe sulampe menyandang d. konfiks ( kombinasi afiks, prefiks, sufiks )

d.1. (ak-ang)

ak + bali + an akbalia? bersamaan terjadi d.2. (ak-i)

ak + kana + i akkanai selalu berkata d.3. (an-ang)

an + sambe + an ansambea? menggantikan an + sekre anñekrea? menyatukan

(30)

d.4. (an-i)

al + leklen + i allekle?i menghitami am + panrak + i ampanraki merusakkan

d.5. (mak-ang)

mak + bali +an makbalia? bersamaan terjadi

d.6. (mak-i)

mak + kana + i makkanai (selalu) berkata d.7. (man-ang)

man + sambe +an manñambea? menggantikan d.8. (man-i)

mal + leklen + i mallekle?i menghitami d.9.(ni-an)

ni + bali + an nibalia? dilawan d.10. (ni-i)

ni + lakbui + i nilakbui dipanjangkan ni + kuniki + I nikuñiki dikunyiti d.11. (na-ang)

na + bali + an nabalia? dilawan d.12. (na-i)

na + leklen + i nalekle?i dihitami na + kunik + i nakuñiki dikunyiti

(31)

26

d.13 (pi-i)

pi + ponto + i pipontoi dipakaikan gelang pi + baju + i pibajui pakaikan baju d.14 (nipi-i)

nipi + baju + i nipibajui dipakaikan baju d.15 (napi-i)

napi + baju + i napibajui dipakaikan baju oleh d.16 (ampi-i)

ampi + baju + i ampibajui memakaikan baju

d.17 (pin-i)

pin + tallu(n) + i pintallu?i jadikan tiga kali d.18 (nipin-i)

nipin + tallu (n) + i nipintallu?i dijadika n tiga kali d.19 (napin-i)

napin + tallu (n) + i napintallu?i dijadikan tiga kali oleh d.20 (pa-i)

pa + baju + i pabajui pakaikan baju d.21 (nipa-i)

nipa + baju + i nipabajui dipakaikan

baju

d.22. (napa-i)

napa + baju + i napabajui dipakaikan baju oleh

(32)

d.23. (ampa -i)

ampa + baju + i ampabajui memakaikan baju

d.24. (pak-i)

pak + kana + i pakkanai katai d.25. (nipa-i)

nipa + kana + i nipakkanai dikatai d.26. (napa-i)

napak + kana + i napakkanai dikatai oleh d.27. (ampak-i)

ampak + kana + i ampakkanai mengatai d.28. (si-i)

si + boko + i sibokoi saling membelakangi si + sakri + i sisakri saling

menyampingi d.29. (pasiN -i)

pasil + lompo + i pasillompoi samakan besarnya

pasin + kamma + i pasinkammai samakan d.30 (nipasiN-i)

nipasil + lompo + i nipasillompoi disamakan besarnya d.31. (napasiN-i)

napasil + lompo + i napasillompoi disamakan besarnya oleh

(33)

28

d.32 (ampasiN -i)

ampasil + lompo + i ampasillompoi menyamakan besarnya d.33. (pasaN-i)

(sama artinya pasiN-i) d.29 d.34 (piti-i)

piti + pau + pau + i pitipau-paui sembarang dibicarakan d.35 (appak-ang)

appak + bali + an appakbalia? menyamakan pada dua pihak

d.36 (nipa k-ang)

nipak + bali + an nipakbalia? disamakan pada dua pihak

1.b.2. Struktur Morfem

(a). Morfem : morfem bebas dan morfem terikat (b). Kata : kata dasar berimbuhan

/baluk/ “jual” /akbaluk/ “ berjualan /pakbaluk/ “penjual”

/nibaluk/ “dijual”

/takbaluk/ “terjual”

(c) reduplikasi : perulangan utuh, perulangan parsial

(d) pemajemukan : pemajemukan utuh, pemajemukan dengan perubahan fonologis.

1.c. Sintaksis

(34)

Struktur kalimat dasar S - P - O

O - S - P S - P

C. Bahasa Selayar

Bahasa Selayar saat ini masih diperdebatkan apakah berupa bahasa atau dialek. Pada prinsipnya bahasa Selayar memiliki beberapa persamaan dengan bahasa Makassar. Perbedaannya terletak pada beberapa kosa kata yang memiliki arti yang sama dalam bahasa Indonesia tapi dalam bahasa Makassar maupun bahasa Selayar penyebutannya berbeda. Jumlah pemakai bahasa Selayar cukup banyak, yaitu meliputi beberapa kecamatan yang ada di kabupaten Selayar. Yakni di kecamatan Bontosikuyu, kecamatan Pasimara nnu, kecamatan Pasimasunggu, kecamatan Bontomate’ne.

2. Struktur Bahasa Selayar 2.a. Fonologi

2.a.1 Khasanah fonem

Berdasarkan posisi lidah dan hambatan da;am alat tutur, fonem bahasa Makassar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Vocal

Posisi Lidah Depan Tengah Belakang

(35)

30

tinggi i u u

tengah e

e

o

rendah a

?

Konsonan

Titik Cara atikulasi artikulasi

labial alveolar alveovalatal velar glotal

hambat p

b

t d

c j

k g

?

geser s h

nasal m n ñ ?

lateral l

getar r

luncuran w y

2.a. 2. Distribusi

(a) Semua konsonan dapat menduduki posisi pada awal kata (b) semua konsonan dapat menduduki posisi pada tengah kata (c) semua konsonan dapat menduduki posisi pada akhir kata (d) semua vokal dapat menduduki posisi awal

2.a.3 Struktur rangkaian ruas

/ab-/, /ac-/, /ad-/, /ag-/, /ak-/, /al-/, /ap-/, /as-/, /at-/

2.b. Morfologi

2.b.1. Afiksasi

(36)

(a) Prefiks

a.1. Prefiks (ak-) apabila diikuti oleh bentuk dasar yang dimulai dengan fonem / b, d, g, j, k, l, p, s, dan t/ maka fonem /k/pada prefiks ak- berubah dan berasimilasi dengan fonem yang mengawali menjadi fonem /ab-, ac-, ad-, ag-, ak-, al-, ap-, as-, dan at-/

ak + boya abboya mencari ak + bise akbise mendayung

ak + kelong akkelong menyanyi

a.2. Prefiks (al-) beralomorf al- apabila fonem awal kata dasar kata yang dihubunginya/ l /

al + lari allari berlari

al + lamung allamung bertanam

a.3. Prefiks (am-) proses morfofonemik yang dialami oleh prefiks am- adalah alomorf bila kata dasar yang dimasukinya berawalan / m /

am + menteng ammenteng berdiri am + muliang ammuliang pulang

a.4. Prefiks (an-) prefiks an- beralomorf an apabila fonem awal kata dasarnya / a / dan beralomorf an- apabila fonem awal kata dasarnya / i /

an + alle a?alle mengambil

an + iri a?iri bertiup

(37)

32

prefiks aN - bila diikuti oleh bentuk dasar yang dimulai dengna fonem konsonan / b, d, k, g, m, j, p, s, t / maka dapat berasimilasi antara awalan dengan fonem tersebut sehingga fonem / N / itu menjadi luluh dan fone m yang muncul adalah / m, n, ñ, dan ? /. Prefiks aN - mengalami perubahan fonem menjadi /am-/ apabila bentuk dasar diawali dengan fonem / b, p, dan m /, fonem / b dan p / akan menjadi luluh.

Contoh:

an + tulis annulisi menulis an + tempa anñempa memukul

dan fonem vocal / a, i, u, e, o/ berubah menjadi fonem nasal / n / dan /ngng/

contoh :

an + garisi angarisi menggaris an + ganggu angganggu menganggu

contoh di atas terjadi perubahan fonem pada an- menjadi fonem nasal / n /, hal ini terjadi karena fonem / g / pada bentuk asal adalah konsonan bersuara, sama dengan fonem yang dinasalkan, sedangkan konsonan / k / luluh karena fonem / k / adalah konsonan yang tidak bersuara yang harus disesuaikan dengna fonem nasal yang bersuara. Konsonan / k / dan / g / bernasal / n / karena sama-sama velar. Vocal / a, i, u, e, o / mengalami proses nasalisasi yang disesuaikan dengan fonem yang terdekat yaitu fonem / ? /. Prefiks an- mengalami perubahan fonem, apabila bentuk

(38)

dasar diawali fonem / c, s, dan j /, maka prefiks an- menghaislkan fonem nasal / ñ /.

Contoh :

an + campuruk anñampuruk mencampur an + sakbu anñakbu menyembunyikan a.5. Prefiks (as-)

as + suro assuro menyuruh

as + sare assare memberi

a.6. Prefiks (at-)

at + timbo attimbo bertumbuh

at + tanruk attanruk bertanduk

a.7. Prefiks (paN-) apabila prefiks paN- dipadukan dengan bentuk dasar yang berfonem awal / j / dan / s /, maka fonem / n / pada prefiks paN- berubah menjadi fonem nasal / ñ /

pa + janjang pa nnjanjang penonton pa + jaik pa nnjaik penjahit a.8. Prefiks (pak-)

pak + ocok pakocok pembajak

pak + dengka pakdengka penumbuk a.9.Prefiks (tak-)

tak + balek takbalek terbalik tak + bingkung takbingkung tercangkul a.10. Prefiks (si-)

(39)

34

si + tau sitau seorang

si + sondok sisondok sesendok a.11. Prefiks (pi-/pin)

pin + tallung pintallung tiga kali pin + ruang pinruang dua kali a.12 Prefiks rangkap (paka-)

paka + sekrek pakasekrek mempersatukan paka + lambusuk pakalambusuk meluruskan a.13. Prefiks rangkap (lapaka-)

lapaka + langkara lapakalangkara dipertinggi lapaka + gammara lapakagamara mempercantik a.14 Prefiks rangkap (appaka-)

appaka + lohe appakalohe memperbanyak appaka + sinara appakasinara memperterang a.15. Prefiks rangkap (pasi-)

pasi + lehe pasilehe sama banyank pasi + dakki pasidaki sama lengket a.16 Prefiks rangkap (ripakasi-).

ripakasi + bakka ripakasibakka disamakan besarnya ripakasi + lambere ripakasilamber disamakan panjangnya (b) Sufiks

b.1. sufiks (-a / -ang)

sassa + ang sassaang cucian

(40)

bissai + ang bissaiang cuciang b.2. sufiks (-i)

rokok + i rokoki bungkusi

lingkai + i lingkaii jalani

(c) Konfiks

c.1. konfiks (lapa-i)

lapa + jokjok + i lapajokjoki menunjukkan lapa + unduruk + i lapaunduruki diundurkan c.2. . konfiks (lapaka -i)

lapaka + langkara + i lapakalangkarai dipertingi lapaka + lammoro + i lapakalammoroi dipermudah c.3. . konfiks (appaka -i)

appaka + baji + i appakabaji memperbaiki appaka + sanjata + i appakasanjatai mempersenjatai c.4. . konfiks (la -i)

la + keok + i lakeoki dipangil

la + gakgara + i lagakgarai dibentak c.5. . konfiks (ka-ang)

ka + bosi + ang kabosiang kehujanan ka + akba + ang kaakbaang kebajiran c.6. . konfiks (aN-a ng)

(41)

36

an + rokok + ang anrokokang membungkuskan an + alle + ang analleang mengambilkan c.7. . konfiks (aN-i)

an + rokok + i anrokoki membungkusi am + bambang + i ambambangi memanasi c.8. . konfiks (ri-i)

ri + alle + i riallei diambil

ri + bingkung + i ribingkungi dicangkul c.9. . konfiks (ri-i)

ri + alle + i riallei diambil

ri + bingkung + i ribingkungi dicangkul c.10. . konfiks (si-i)

si + janjang + i sijanjangi bertemu muka si + datala + i sidatalai berlarian c.11. . konfiks (a k-i)

ak + bise + i akbisei meandayung ak + baluk + i akbaluki menjual c.12. . konfiks (ripaka -i)

ripaka + bajik + i ripakabajiki diperbaiki ripaka + tallang + i ripakatalangi ditenggelamkan c.13. . konfiks (nala-i)

nala + nganre + i nalanganrei ingin makan nala + tinroi + i nalatinroi ingin tidur

(42)

c.14. . konfiks (as-i)

as + saasa + i assassai mencuci as + suro + i assuroi menyuruh c.15. . konfiks (lak-i)

lak + lampa + i laklampai hendak pergi lak + muliang + i lakmuliangi hendak pulang c.16. . konfiks (pasi-a ng).

Pasi + sokkok + ang pasisokkokang sama-sama diikat Pasi + turuk + ang pasiturukang kesepakatan bersama 2.b.2 Struktur morfem

(a) morfem : morfem terikat dan morfem bebas

(b) kata : kata dasar berimbuhan

/boya/ ‘cari’

/akboya/ ‘mencari’

/niboya/ ‘dicari’

/pakboya/ ‘pencari’

(c) reduplikasi : perulangan seluruh dan sebagian (d) pemajemukan : kata kerja majemuk

2.b.3 Sintaksis Struktur kalimat dasar terikat

S - P - O

(43)

38

O - S - P S - P

D. Kerangka Kerja

Penelitian ini didasarkan pada berbagai buku acuan, baik yang bersifat teori maupun yang berupa hasil penelitian. Sebagai kerangka teori, peneliti mengambil acuan utama Linguistik Bandingan Historis (Gorys Keraf, 1983) dan Linguistik Komparatif ( Abd. Syukur, 1985 ). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan leksikostatistik. Adapun variabel-variabel bahasa dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan umur informan.

(44)

Kerangka Kerja

PENUTUR BAHASA MAKASSAR

DATA BAHASA

PENUTUR BAHASA SELAYAR

FONOLOGI FONOLOGI

MORFOLOGI MORFOLOGI

PERBANDINGAN ANTARA BAHASA MAKASSAR DENGAN BAHASA SELAYAR

Referensi

Dokumen terkait

Pola tersebut tampaknya tidak hanya berlaku (bisa terjadi) pada varietas padi yang disukai tikus, tetapi juga pada varietas padi yang kurang disukai tikus, dengan syarat jika

formula tablet floating efervesen ranitidin HCl dengan menggunakan kombinasi xanthan gum dan guar gum dan untuk mengetahui pengaruh kombinasi xanthan gum dan guar

Siswa yang merokok memiliki pengetahuan tentang rokok, bahaya dari merokok rendah atau kurang, sehingga dibutuhkan untuk diadakan kegiatan sosialisasi kesehatan di

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari jumlah responden sebanyak 96 orang yang telah diwawancarai ada sebanyak 49 orang (51,0%) jumlah responden yang

Tahap pemulihan “Recovery” merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembalikan arsip yang terdapat pada organisasi agar digunakan kembali. Pemulihan berkaitan dengan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh metode pembelajaran simulasi terhadap motivasi belajar

Hasil interpretasi kondisi geologi seperti gambaran bentang alam, sebaran produk gunung api muda dan sedimen klastiknya serta dinamika struktur geologi (kinematika sesar dan

PCT dapat diinduksi tanpa adanya infeksi bakteri, ini dapat terjadi pada kejadian traumatis parah atau di situasi, terlepas dari fokus bakteri spesifik, dibebani oleh