• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EKSPERIMENTAL KERTAS DAUR ULANG DARI LIMBAH AMPAS TEBU DAN PELEPAH PISANG DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETATE (PVAc) TERHADAP KUAT SOBEK KERTAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI EKSPERIMENTAL KERTAS DAUR ULANG DARI LIMBAH AMPAS TEBU DAN PELEPAH PISANG DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETATE (PVAc) TERHADAP KUAT SOBEK KERTAS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TEKNIK LINGKUNGAN

STUDI EKSPERIMENTAL KERTAS DAUR ULANG DARI LIMBAH AMPAS TEBU DAN PELEPAH PISANG DENGAN PENAMBAHAN POLYVINYL ACETATE (PVAc) TERHADAP

KUAT SOBEK KERTAS

Galih Suganda

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa Jl. Inspeksi Kalimalang No.9 Cibatu, Cikarang Selatan, Kab. Bekasi, Jawa

Barat 17530

E-mail: galihsuganda94@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh peningkatan limbah organik yaitu ampas tebu dan pelepah pisang yang tidak dikelola dengan baik oleh masyarakat. Penggunaan kantong plastik yang semakin meningkat selama pandemi, mengakibatkan banyak masalah bagi lingkungan. Maka dari itu limbah organik dimanfaatkan sebagai bahan kertas daur ulang, sebagai alternatif cara mengurangi pemakaian kayu pada pembuatan kertas. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses pembuatan kertas daur ulang dengan variasi komposisi ampas tebu dan pelepah pisang, mengetahui jenis klasifikasi kertas dan pengujian kuat sobek kertas daur ulang. Metode pada penelitian ini menggunakan metode kuantitatif eksperimental. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu proses pembuatan kertas daur ulang yang menggunakan cetakkan kertas ukuran A4 (210 x 297 mm) dengan 5 variasi komposisi sampel yaitu sampel ke-1 (80% KB: 10% air: 10% PVac), sampel ke- 2 (80% AT: 10% air: 10% PVac), sampel ke-3 (80% PP: 10% air: 10% PVac), sampel ke- 4 (30% KB: 30% AT: 20% air: 20% PVac) dan sampel ke-5 (30% KB: 30% PP: 20% air:

20% PVac). Dari 5 variasi komposisi tersebut memperoleh jenis klasifikasi kertas yang berbeda diantaranya yaitu kertas coated woodfree, kertas coated groundwood, kertas unbleached paperboard, kertas kraft dan kertas bleached paperboard dengan mengkomparasikan penelitian terdahulu dan TIP 0404-36 Paper Grade Classification terhadap penelitian ini. Dari hasil penelitian ini dilakukan pengujian kuat sobek kertas menggunakan metode Elmendorf yang sesuai dengan SNI 0436:2009. Hasil pengujian tersebut di dapat nilai kuat sobek diantaranya yaitu sampel ke-1 430,2 mN, sampel ke-2 1690,5 mN, sampel ke-3 1060,8 mN, sampel ke-4 5026,4 mN dan sampel ke-5 803,2 mN.

Kata Kunci: Limbah Ampas Tebu, Limbah Pelepah Pisang, Kertas Bekas, Kertas Kemasan Pangan dan Ketahanan Sobek Kertas.

(2)

Abstract

This research was motivated by an increase in organic waste, namely bagasse and banana stems that were not managed properly by the community. The use of plastic bags is increasing during the pandemic, causing many problems for the environment. Therefore, organic waste is used as recycled paper material, as an alternative way to reduce the use of wood in papermaking. The purpose of this study was to determine the process of making recycled paper with variations in the composition of bagasse and banana midrib, knowing the type of paper classification and testing the tear strength of recycled paper. The method in this study uses experimental quantitative methods. The results obtained from this study are the process of making recycled paper using A4 size paper (210 x 297 mm) with 5 variations of sample composition, namely the 1st sample (80% KB: 10% water: 10%

PVac), the second sample -2 (80% AT: 10% water: 10% PVac), 3rd sample (80% PP: 10%

water: 10% PVac), 4th sample (30% KB: 30% AT: 20% water : 20% PVac) and the 5th sample (30% KB: 30% PP: 20% water: 20% PVac). From the 5 composition variations, different types of paper classifications were obtained, including coated woodfree paper, groundwood coated paper, unbleached paperboard, kraft paper and bleached paperboard by comparing previous research and TIP 0404-36 Paper Grade Classification for this study. From the results of this study, the paper tear strength was tested using the Elmendorf method following SNI 0436:2009. The test results obtained tear strength values including the 1st sample 430.2 mN, 2nd sample 1690.5 mN, 3rd sample 1060.8 mN, 4th sample 5026.4 mN and 5th sample 803.2 mN.

Keywords: Sugarcane Bagasse Waste, Banana Stem Waste, Paper Waste, Food Packaging Paper and Paper Tear Resistance.

1. Pendahuluan

Salah satu sektor pembangunan ekonomi di Indonesia berasal dari bidang industri. Namun

semakin meningkatnya

perkembangan tersebut, perusahaan di Indonesia kurang memperhatikan dampak negatif yang dihasilkan dari sisa hasil kegiatan produksi. Salah satu sektor penyumbang pencemaran lingkungan diakibatkan oleh hasil produksi dari suatu industri yaitu industri pabrik gula. Pabrik Gula yang ada di Yogyakarta merupakan penghasil limbah industri yang tidak mengelola limbahnya dengan baik.

Limbah yang dihasilkan seperti limbah padat, cair dan gas. Salah satu limbah padat yang dapat di manfaatkan kembali yaitu ampas tebu.

Ampas tebu (bagasse) adalah hasil samping dari porses ekstraksi cairan tebu. Ampas tebu dibuang begitu saja karena kurangnya pengetahuan dalam pemanfaatan limbah tersebut. Padahal ampas tebu dapat dijadikan bahan campuran dalam pembuatan kertas daur ulang.

Salah satunya pembuatan paper bag.

Karena ampas tebu mengandung lignin selulosa. Panjang seratnya antara 1,7-2 mm dengan diameter 20 µm, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi bahan kertas daur ulang.

Serat bagasse tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan, dan lignin (Allita et al. 2018).

(3)

Paper bag atau sering disebut tas kertas merupakan salah satu produk ramah lingkungan yang pada era modern ini banyak digunakan oleh masyarakat. Penggunaan paper bag juga merupakan cara untuk mengatasi limbah plastik yang sulit terurai di lingkungan. Akibatnya menimbulkan banyak permasalahan yang belum dapat terselesaikan. Fungsi paper bag bermacam-macam yaitu untuk penggunaan tas souvenir, kantong belanja, kantong makanan dan sebagai ajang promosi usaha.

Bahan dasar paper bag dalam industri kertas di Indonesia memakai kayu yang diperoleh dari hutan.

Seiring dengan berkembangnya industri kertas dan industri manufaktur yang menggunakan kayu sebagai bahan baku mengakibatkan ketersediaan kayu semakin terbatas dan harganya semakin mahal. Oleh karena itu, untuk mengurangi penggunaan bahan baku kayu pada industri kertas, maka diperlukan bahan baku alternatif pembuatan kertas seperti limbah biomassa (Ristianingsih, Angreani dkk, 2018).

Tujuan pada penelitian yaitu mengetahui proses pembuatan kertas daur ulang menggunakan bahan campuran pelepah pisang dan ampas tebu secara manual, mengetahui jenis klasifikasi kertas dari 5 variasi komposisi sampel campuran bahan- bahan penyusun kertas daur ulang menggunakan pelepah pisang dan ampas tebu yang layak digunakan, dan engetahui hasil pengujian kuat sobek kertas dari bahan campuran pelepah pisang dan ampas tebu dengan penambahan PVac.

2. Tinjauan Pustaka 2.1 Ampas Tebu

Menurut Badan Statistik Tebu (2017) tebu merupakan bahan baku industri gula yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian di Indoensia. Dengan luas area sekitar 420,15 Ha pada tahun 2017. Industri gula berbahan baku tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi ribuan petani tebu dan pekerja di industri gula. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat dan sumber kalori yang murah. Sari tebu merupakan hasil utama dari tebu yang kemudian dijadikan bahan utama dalam pembuatan gula. Dalam skala besar, mayoritas penggunaan tebu adalah untuk pembuatan gula di pabrik pabrik gula putih namun tak jarang ditemukan dalam skala kecil tebu juga digunakan dalam pembuatan gula merah. Dalam proses produksinya, tebu menghasilkan 90%

ampas tebu, 5% molase dan 5% air (Li-An’Amie, 2017).

Limbah ampas tebu yang tidak dimanfaatkan biasanya ditumpuk di sekitaran penggilingan atau dalam skala pabrik, ampas tersebut disusun berupa blok blok kubus. Dengan prosentase jumlah ampas tebu yang mencapai 90% per batangnya, hal ini menjadi dampak negatif bagi produsen gula jika tidak mampu mengelola limbah yang dihasilkan, seperti penutupan pabrik karena permasalahan pengelolaan limbah. Pengelolaan ampas tebu sebagai bahan bakar termasuk solusi yang tidak efisien karena pada prosesnya pembakaran ampas tebu dilakukan melebihi kebutuhan bahan bakar (Li-An’Amie, 2017). Berikut gambar 2.1 Ampas Tebu yang akan dimanfaatkan kembali.

(4)

Gambar 2.1 Ampas Tebu

Ampas tebu sebagian besar mengandung lignin selulosa. Panjang sekitar 20 µm, sehingga ampas tebu ini dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan. Serat bagasse tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosan, dan lignin. Didalam serat bagasse terdapat beberapa kandungan antara lain abu sebesar 3%, lignin sebesar 22%, selulosa 37%, sari 1%, pentosan 27%, dan sio 3% (Allita et al, 2018).

2.2 Pelepah Pisang

Pelepah pisang (Musa Paradisiaca) adalah salah satu bagian dari tanaman pisang yang kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.

Umumnya pelepah pisang dibuang dan dibakar sehingga mengakibatkan penumpukan sampah dan pencemaran udara. Pentingnya pengelolaan sampah dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah dan mengurangi proses pembakaran sampah.

Pengelolaan sampah merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan dengan cara pengumpulan, pengangkutan dan pemrosesan daur ulang sampah (Purwandari dkk., 2018).

Gambar 2.2 Pelepah Pisang

Limbah pelepah pisang apabila didaur ulang (recycle), maka akan menghasilkan produk yang akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, dan juga bagi masyarakat yang membutuhkan hasil olahan limbah tersebut. Seperti halnya Pengelolaan sampah dengan konsep 3R melibatkan berbagai aspek, tidak hanya menyangkut aspek teknik semata, namun yang jauh lebih penting adalah menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan (Asyamsiah, dkk., 2019).

2.3 Paper Bag

Paper bag atau tas kertas yaitu tas seperti kantong yang terbuat dari kertas. Kertas adalah bahan tipis dan rata yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan adalah serat alami mengandung selulosa dan hemiselulosa. Pemakaian bahan pembuatan kertas sering menggunakan gabungan antara serat panjang dan serat pendek untuk menghasilkan kertas yang kuat dan halus. Kertas merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam kegiatan sehari-hari, sehingga pemakaian kertas setiap harinya berjumlah sangat besar. Kebutuhan kertas yang berjumlah besar itu selain mendorong produksi industri kertas, ternyata juga menimbulkan masalah- masalah lain seperti masalah lingkungan, yang di dalamnya mencakup masalah- masalah penebangan pohon di hutan, sampah, pencemaran air dan udara (Ahmad dkk., 2019).

2.4 Jenis Kertas

(5)

Menurut Herlina (2017) terdapat 11 jenis kertas yang mengacu pada Techincal Information Paper

“TIP 0404-36 Paper Grade Classification yaitu diantaranya sebagai berikut:

1) Kertas uncoated groundwood.

2) Kertas coated groundwood.

3) Kertas uncoated woodfree.

4) Kertas coated woodfree.

5) Kertas kraft.

6) Kertas bleached paperboard.

7) Kertas unbleached paperboard.

8) Kertas recycled paperboard.

9) Kertas MG kraft.

10) Kertas tissue.

11) Kertas others.

2.5 Bahan Penyusun

1) Kertas Bekas merupakan limbah yang dihasilkan dari banyak masyarakat, terutama di lingkungan akademik Universitas. Penggunaan kertas yang banyak akan menyebabkan meningkatnya jumlah limbah kertas.

Meskipun mudah untuk terurai namun sampah- sampah tersebut akan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan.

Sudah banyak pemanfaatan dari kertas bekas dengan cara di daur ulang, namun dalam proses daur ulang sering kali digunakan dengan campuran bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan (Vincentius et al, 2017).

2) Air bersih pada penelitian ini

digunakan untuk

membersihkan kotoran yang menempel pada limbah

pelepah pisang dan ampas tebu, untuk memudahkan proses pembuatan bubur kertas (pulp) pada saat di mixer, dan untuk melarutkan pulp agar terikat dengan PVac 3) Perekat (adhesive) adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat dua benda melalui ikatan permukaan. Perekat merupakan salah satu bahan utama yang sangat penting di industri. Industri kerajinan termasuk dalam industri kreatif yang memproduksi barang-barang dekoratif untuk hiasan rumah maupun fashion. Perekat yang biasa digunakan di industri kerajinan adalah perekat sintetis yang disebut lem kuning dan lem putih (PVAc).

Lem sintetis tersebut diidentifikasi tidak aman karena antara lain mengandung zat Lysergic Acid Diethylamide (LSD).

Saat ini banyak

dikembangkan pemanfaatan bahan baku dari alam sebagai substitusi bahan baku sintetis (Istihanah et al, 2017).

2.6 Pengujian Kuat Sobek Kertas

Kuat sobek kertas yaitu gaya dalam millinewton (mN) yang diperlukan untuk menyobek kertas pada kondisi standar dengan metode Elmendorf SNI 0436:2009.

Pengukuran dilakukan di Balai Besar Pulp dan Kertas (BBPK) menggunakan alat yang bernama Elmendorf Tearing Tester.

(6)

Gambar 2.3 Elmendorf Tearing Tester

Prinsip pengujian kuat sobek kertas yaitu setumpuk lembaran contoh uji yang sudah mengalami penyobekan awal kemduian disobek menggunakan pendulum pada jarak tertentu. Gaya sobek yang ditimbulkan oleh pendulum bergerak dalam bidang yang tegak lurus terhadap bidang contoh uji. Usaha untuk menyobek contoh uji diindikasikan dengan hilangnya energi potensial dari pendulum. Gaya sobek rata-rata adalah usaha dibagi jarak total, diindikasikan oleh skala pendulum atau tampilan digital.

Ketahanan sobek ditentukan dari rata- rata gaya sobek dan jumlah lembaran.

3. Metode Penelitian

Jenis metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Metode kuantitatif dalam penelitian ini untuk mengetahui kelayakan dari hasil pembuatan kertas daur ulang menggunakan limbah ampas tebu dan pelepah pisang dengan menambahkan bahan perekat jenis PVac.

Metode penelitian ini meliputi pengumpulan data yaitu dari data primer dan data sekunder, lalu metode analisis dan pengujian kuat sobek kertas. Variabel yang digunakan ada

dua jenis yaitu variabel bebas terdiri dari variasi komposisi dari ampas tebu, pelepah pisang, kertas bekas dan PVac. Sedangkan variabel terikat terdiri dari pengujian kuat sobek kertas (X) kertas daur ulang dari bahan baku limbah ampas tebu dan pelepah pisang dengan bahan tambah PVac.

Alat dan bahan pada penelitian ini yaitu terdiri dari pisau, gunting, wadah, mixer, cetakkan kertas, spoon, timbangan digital, ampas tebu, pelepah pisang, kertas bekas, PVac dan air.

4. Hasil dan Pembahasan 1) Proses Pembuatan Kertas

Daur Ulang

Limbah ampas tebu dan pelepah pisang di daerah Bekasi Selatan di kumpulkan untuk dijadikan bahan baku pembuatan kertas daur ulang. Limbah yang dikumpulkan dipotong potong dan dikeringkan terlebih dahulu. Berikut gambar 4.1 limbah ampas tebu dan pelepah pisang yang sudah dipotong potong dan kering:

Gambar 4.1 Limbah Ampas Tebu dan Pelepah Pisang

Gambar di atas merupakan dokumentasi limbah yang sudah kering dan dipotong kecil, agar memudahkan proses pembuatan sampel menggunakan mixer. Proses pengeringan limbah tersebut dilakukan selama 3 hari. Setelah kering dan dipotong kecil, limbah

(7)

tersebut direndam menggunakan air bersih selama 24 jam. Berikut gambar 4.2 proses perendaman limbah:

Gambar 4.2 Proses Perendaman Limbah

Setelah limbah direndam selama 24 jam, tekstur limbah menjadi lunak dan memudahkan untuk tahap proses pembuatan pulp. Bahan - bahan tersebut di masukkan ke dalam mixer sesuai dengan 5 variasi komposisi sampel yang sudah ditentukan.

Bahan campuran yang digunakan yaitu ampas tebu dan pelepah pisang. Sedangkan bahan tambah yang digunakan yaitu PVac sebagai perekat. Bahan campuran digunakan karena mempunyai serat seperti kayu, yang dijadikan syarat sebagai bahan baku kertas sesuai dengan SNI 8218:2015 yaitu Kertas dan Karton untuk Kemasan Pangan.

Berikut tabel 4.1 variasi komposisi bahan penyusun:

Tabel 4.1 Variasi Komposisi Bahan Penyusun

Keterangan tabel 4.1 yaitu:

1. Komposisi sampel ke-1 terdiri dari 80 gr kertas bekas, 20 gr PVac, dan 600 ml air bersih.

2. Komposisi sampel ke-2 terdiri dari 80 gr ampas tebu, 20 gr PVac, dan 600 ml air bersih.

3. Komposisi sampel ke-3 terdiri dari 80 gr pelepah pisang, 20 gr PVac, dan 600 ml air bersih.

4. Komposisi sampel ke-4 terdiri dari 30 gr kertas bekas, 30 gr ampas tebu, 20 gr PVac, dan 600 ml air bersih.

5. Komposisi sampel ke-5 terdiri dari 30 gr kertas bekas, 30 gr pelepah pisang, 20 gr PVac, dan 600 ml air bersih.

Berdasarkan tabel di atas menyebutkan bahwa kebutuhan bahan/material yang dibutuhkan untuk membuat 1 pcs kertas daur ulang. Menurut SNI 0436:2009 yaitu berat standar kertas untuk kemasan pangan rata-rata 150 gr sampai 250 gr. Dalam penelitian ini, dibutuhkan 3-5 pcs kertas daur ulang untuk membuat 1 pcs paper bag tergantung pada ukuran hasil cetakkan kertas daur ulang. Masing-masing sampel terdiri dari 5 pcs dengan total kertas daur ulang yang dibuat pada penelitian ini sebanyak 25 pcs.

Sedangkan jumlah kertas daur ulang yang akan dilakukan pengujian di laboratorium dibutuhkan 2 pcs untuk masing – masing komposisi.

Setelah mengetahui komposisi bahan penyusun kertas daur ulang, maka bahan - bahan tersebut dimasukkan ke dalam mixer.

Lakukan proses mixer sampai bahan- bahan tercampur dan lunak. Setelah menjadi pulp kertas, maka bahan siap untuk dilakukan proses pencetakkan menggunakan cetakkan kertas yang berukuran A4 yaitu 210 x 297 mm.

Berikut gambar 4.3 proses pembuatan pulp:

1 2 3 4 5

1 Kertas Bekas (gr) 80% - - 30% 30%

2 Ampas Tebu (gr) - 80% - 30% -

3 Pelepah Pisang (gr) - - 80% - 30%

4 Pvac (gr) 10% 10% 10% 20% 20%

5 Air (ml) 10% 10% 10% 20% 20%

Bahan-bahan

No. Persentase Sampel Ke-

(8)

Gambar 4.3 Proses Pembuatan Pulp

Setelah proses pembuatan pulp kertas, maka selanjutnya dilakukan proses pencetakkan kertas daur ulang menggunakan cetakkan screening kertas dapat di lihat pada gambar 4.4 sebagai berikut:

a. Pulp kertas dan pencetakkan

b. Pemindahan dan dikeringkan Keterangan dari gambar 4.4 yaitu:

1. Hasil dari proses pembuatan pulp menggunakan mixer di tuangkan ke wadah.

2. Lalu setelah itu dilakukan proses pencetakan menggunakan cetakan dengan cara di masukkan ke dalam wadah sampai tekstur dari permukaan kertas itu mempunyai tebal yang sama.

3. Setelah tekstur dari permukaan kertas itu mempunyai tebal yang sama, dilakukan proses pemindahan ke alas pengeringan.

Alas pengeringan pada penelitian tersebut menggunakan papan yang sudah di alasi dengan plastik dan/atau kain, untuk memudahkan pada proses pemindahan serta pengambilan setelah kertas kering.

4. Pulp kertas siap untuk dikeringkan selama 1 malam.

2) Jenis Klasifikasi Kertas Dari 5 variasi komposisi bahan penyusun kertas di atas, penelitian ini menghasilkan beberapa jenis klasifikasi kertas yang di lihat dari sifat fisik kertas daur ulang.

Mengacu pada TIP 0404-36 tentang Paper Grade Clasification kertas yang dihasilkan dari variasi komposisi. Berikut gambar 4.5 hasil kertas daur ulang pada penelitian ini:

Gambar 4.5 Hasil Kertas Daur Ulang

Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang sudah dilakukan dan mengkomparasikan dengan penelitian terdahulu serta dengan Technical Information Paper (TIP 0404-36 Paper Grade Classification). Jenis klasifikasi kertas dari 5 variasi komposisi dapat dilihat pada tabel 4.2. Dan Technical Information Paper (TIP 0404-36 Paper Grade Classification) dapat dilihat pada lampiran 6.

(9)

Tabel 4.2 Jenis Klasifikasi Kertas Daur Ulang

1 Sampel 1 Kasar Putih Terang Dapat dilipat Dapat disobek 70-200 Coated Woodfree

2 Sampel 2 Kasar Putih

Kekuningan Dapat dilipat Dapat disobek 45-130 Coated Groundwood 3 Sampel 3 Kasar Coklat Dapat dilipat Dapat disobek 130-450 Unbleached Paperboard

4 Sampel 4 Kasar Putih

Kekuningan Dapat dilipat Dapat disobek 125-150 Kraft

5 Sampel 5 Kasar Putih

Kecoklatan Dapat dilipat Dapat disobek 200-500 Bleached Paperboard

Jenis Kertas (0404-36) Sifat Fisik Kertas Daur Ulang

Benda Uji

No Kehalusan

Permukaan Warna Daya Lipat Daya Sobek Gramatur g/m2

(10)

3) Kuat Sobek Kertas

Pada penelitian ini hasil kertas daur ulang yang sudah dibuat, dilakukan proses pengujian kuat sobek kertas untuk mengetahui kualitas kertas yang dihasilkan pada penelitian ini. Menurut Badan Standar Nasional (2009) kuat sobek atau ketahanan sobek kertas adalah gaya dalam millinewton (mN) yang dibutuhkan untuk menyobek kertas pada kondisi standar. Dari hasil pengujian pada kertas daur ulang yang dilakukan di Laboratorium Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung pada hari senin tanggal 22 Oktober 2021 di dapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Kuat Sobek Kertas

Sumber: Balai Besar Pulp dan Kertas, 2021.

Keterangan:

1. Pada sampel A (ke-1) di dapatkan nilai ketahanan sobek dengan nilai rata-rata yaitu 430,2 mN yang komposisinya terdiri dari kertas bekas, PVac dan air.

2. Pada sampel B (ke-2) di dapatkan nilai ketahanan sobek dengan nilai rata-rata yaitu 1690,5 mN yang komposisinya terdiri dari ampas tebu, PVac dan air.

3. Pada sampel C (ke-3) di dapatkan nilai ketahanan sobek dengan nilai rata-rata yaitu

1060,8 mN yang komposisinya terdiri dari pelepah pisang, PVac dan air.

4. Pada sampel D (ke-4) di dapatkan nilai ketahanan sobek dengan nilai rata-rata yaitu 5026,4 mN yang komposisinya terdiri dari kertas bekas, ampas tebu, PVac dan air.

5. Pada sampel E (ke-5) di dapatkan nilai ketahanan sobek dengan nilai rata-rata yaitu 803,2 mN yang komposisinya terdiri dari kertas bekas, pelepah pisang, PVac dan air.

Grafik 4.1 Perbandingan Hasil dengan SNI 14-6519-2001

Dapat di lihat pada grafik 4.1 perbandingan hasil dengan SNI 14- 6519-2001 diketahui bahwa nilai ketahanan sobek kertas paling tinggi yaitu pada perlakuan sampel ke-4 (kertas bekas : ampas tebu : PVac : air) dengan rata-rata nilai 5026,4 mN dan nilai ketahanan sobek kertas terendah yaitu pada perlakuan sampel ke-1 (kertas bekas : PVac : Air) dengan rata-rata nilai 430,2 mN.

Perlakuan pada sampel ke-4 mempunyai nilai ketahanan sobek paling baik karena komposisi kertas tersebut terdiri dari 30% kertas bekas, 30% ampas tebu, 20% PVac, dan 20%

air. Karena pada sampel ke-4 mempunyai komposisi dengan serat

No. Benda Uji Nilai Kuat Sobek

SNI 14-6519- 2001

1 Sampel 1 430,2 mN

2 Sampel 2 1690,5 mN

3 Sampel 3 1060,8 mN

4 Sampel 4 5026,4 mN

5 Sampel 5 803,2 mN Arah mesin min. 392 mN Silang mesin min. 416 mN

400 1400 2400 3400 4400 5400

1 2 3 4 5 6

Nilai Ketahanan Sobek (mN)

SNI Nilai Ketahanan Sobek

(11)

selulosa yang tinggi yaitu 37%. Hasil kertas daur ulang dari sampel ke-4 mengakibatkan kertas menjadi fleksibel, kuat dan kaku, sehingga nilai pengujian ketahanan sobeknya tinggi. Sedangkan pada sampel ke-2 (ampas tebu : PVac : air) mempunyai nilai ketahanan sobek yang lebih tinggi dengan nilai rata-rata 1690,5 mN dari sampel ke-3 (pelepah pisang : PVac : air) dengan nilai rata-rata 1060,8 mN. Dan sampel ke-5 (kertas bekas : pelepah pisang : PVac : air) mempunyai nilai ketahanan sobek dengan nilai 803,2 mN.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan kertas daur ulang yang didapatkan memenuhi standar ketahanan sobek yang mengacu pada SNI 14-6519-2001 untuk kertas dasar bungkus berlaminasi yang mempunyai standar minimum 392 mN untuk arah mesin dan standar minimum 416 mN untuk silang mesin. Hal ini disebabkan oleh homogenitas pada PVac dan kandungan pada pulp (ampas tebu + kertas bekas) dengan kadar selulosa 37% yang dimana dapat mempengaruhi ketahanan sobek kertas. Homogenitas ini berfungsi sebagai perekat ikatan antar serat, karena semakin homogen antara perekat dan pulp, maka akan menghasilkan ikatan antar serat yang tinggi.

5. Penutup 1) Kesimpulan

1. Ada beberapa tahapan proses dalam pembuatan kertas daur ulang pada penelitian ini menggunakan limbah ampas tebu dan pelepah pisang dengan penambahan PVac diantaranya yaitu tahap

pembuatan sampel, tahap pembuatan pulp kertas, dan proses pencetakkan kertas.

Pada tahap pembuatan sampel yaitu menyiapkan alat dan bahan, lalu bahhan dibersihkan menggunakan air bersih agar tidak ada kotoran yang menempel, setelah itu bahan dipotong dengan ukuran kecil, dan direndam menggunakan air bersih selama 1 malam. Sedangkan pada tahap pembuatan pulp kertas yaitu hasil rendaman 1 malam di masukkan ke dalam mixer untuk dihaluskan dengan dicampurkan bahan- bahan yang sudah disediakan dan komposisi yang sudah ditentukan, setelah halus dan tercampur pulp dituangkan ke dalam wadah yang berisi air bersih dengan begitu memudahkan proses pencetekkan kertas daur ulang. Proses pencetekkan kertas daur ulang menggunakan cetakkan kertas ukuran A4, cetakkan di masukkan ke dalam wadah yang berisi pulp kertas, lalu diratakan agar sama ketebalan kertasnya, setelah itu kertas dipindahkan ke alas menggunakan spoon untuk dikeringkan.

2. Jenis klasifikasi kertas yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu jenis kertas coated woodfree untuk sampel ke-1, jenis kertas coated groundwood untuk sampel ke- 2, jenis kertas unbleached paperboard untuk sampel ke- 3, jenis kertas kraft untuk

(12)

sampel ke-4 dan jenis kertas bleached paperboard untuk sampel ke-5.

3. Hasil pengujian kuat sobek kertas daur ulang pada penelitian ini, mengacu pada SNI 14-6519-2001 dan SNI 0436-2009 tentang Kertas Dasar dan Metode Pengujian Ketahanan Sobek Kertas.

Diperoleh nilai rata-rata diantaranya yaitu sampel ke-1 sebesar 430,2 mN, sampel ke- 2 sebesar 1690,5 mN, sampel sebesar ke-3 1060,8 mN, sampel ke-4 sebesar 5026,4 mN dan sampel ke-5 sebesar 803,2 mN.

2) Saean

Berdasarkan analisis penelitian tersebut dapat diberikan beberapa saran perbaikan diantaranya yaitu:

1. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan kembali penelitian menggunakan komposisi bahan campuran limbah yang mengandung serat seperti serat kayu untuk membuat kertas daur ulang yang ramah lingkungan.

2. Sebelum melakukan penelitian perlu dilakukan pengujian material/bahan untuk mengurangi masalah yang mungkin terjadi pada saat pembuatan.

3. Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengujian kuat tarik kertas.

Daftar Pustaka

Ahmad, Ki Agus, Roni, Rifdah dan Tri Susanto. 2020.

Pemanfaatan Ampas Tebu

Menjadi Pulp dengan Proses Peroksida Alkali.

Palembang.

Ahmad, Alifa Rasyida, 2018.

Pemanfaatan Hasil Pengolahan Limbah Kertas Pada Produk Tas dengan Teknik Paper Folding.

Bandung.

Apriani, Enda dan Jihan Abdul Malik.

2019. Pembuatan Kertas Daur Ulang dari Limbah Serat Kelapa Muda dan Kertas Bekas. Depok.

Ariefta, Ryan, Eko Nurcahya Dewi dan Romadhon. 2018.

Potensi Rumput Laut Eucheuma Cottonii sebagai Bahan Baku Pembuatan Kertas Kantong Kraft.

Semarang.

Asngad, Aminah dan Yoni Syalala.

2018. Kekuatan Tarik dan Kekuatan Sobek Kertas dari Alang-alang melalui Proses Organosolv dengan Pelarut Etanol dan Lama Pemasakan yang Berbeda. Surakarta.

ASTM D1922. Cara Uji Ketahanan Sobek Kertas.

(13)

Badan Standar Nasional. 2009.

Ketahanan Sobek Kertas.

Badan Statistik Tebu Indonesia. 2017.

Dewi, Ika Atsari, Azimmatuk Ihwah, Hendrix Yulis Setyawan, Alfi Ayuning Nur Kurniasari dan Afifah Ulfah. 2018.

Optimasi Proses

Delignifikasi Pelepah Pisang untuk Bahan Baku Pembuatan Kertas Seni.

Malang.

Ernasari, Patang dan Kadirman. 2018.

Pemanfaatan Sari Tebu Saccaharum Oficinarum dan Lama Fermentasi Kacang Tunggak Terhadap Kualitas Kecap Manis Kacang Tunggak. Majalengka.

Geo, Flysh. 2018. Pengertian Air, Fungsi, Sumber dan Manfaatnya.

Jakarta.

Herlina. 2017. Variasi Massa Pulp dari Campuran Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Pelepah Pisang dengan Penambahan Binder Kulit Singkong untuk Pembuatan Kertas Komposit. Makassar.

Manasikana, Oktaffi Arinna, Andhika Mayasari dan Noer Af’idah.

2019. Pemanfaatan Limbah Kulit Jagung dan Ampas Tebu Sebagai Kertas

Kemasan Ramah

Lingkungan. Jombang.

Martirawati, Dewi Wieke. 2017.

Pengelolaan Limbah Pelepah Pisang sebagai Bahan Baku Pembuatan Baki Hantaran Pengantin.

Semarang.

Parinduri, Luthfi dan Taufik. 2020.

Konversi Biomassa sebagai Sumber Energi Terbarukan.

Medan.

Ristianingsih, Yuli, Nelli Angreani dan Annisa Fitriani. 2018.

Proses Pembautan Kertas dari Kombinasi Limbah Ampas Tebu dan Sekam Padi dengan Proses Soda.

Banjarmasin.

Sirruhu, Hidayat. 2020. Proses Produksi Pemanfaatan Limbah Pelepah Batang Pohon Pisang untuk Aksesoris Kepala di Daerah Kaujon Banten. Jakarta.

SNI 14-6519:2001. Kertas Dasar untuk Kertas Bungkus Berlaminasi Plastik.

(14)

SNI 0436:2009. Metode Pengujian Kuat Sobek Kertas Metode Elmendorf.

SNI 8218:2015. Kertas Kemsasn dan Karton untuk Kemasan Pangan.

Ta’dung, Rines Puspita. 2020.

Pemanfaatan Alang-alang Sebagai Bahan Baku Alternatif Pembuatan Pulp.

Makasar.

Technical Information Paper (TIP) 0404-36. Paper Grade Clasification.

Widyawati, Anis. 2o16. Kualitas Kertas Seni Berbahan Baku Pelepah Tanaman Salak

dengan Perlakuan

Konsentrasi NaOH dan Konsentrasi PVac.

Surakarta.

Yosephine, Allita, Victor Gala, Aning Ayucitra dan Ery Susiany.

2018. Pemanfaatan Ampas Tebu dan Kulit Pisang dalam Pembuatan Kertas Serat Campuran. Surabaya.

(15)

Referensi

Dokumen terkait