PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA
SISWA KELAS X SMA SWASTA PANCA BUDI MEDAN PADA MATERI REAKSI REDOKS
Oleh :
Nurjannah NIM 4102131012
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iii
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING MELALUI PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY
LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA SWASTA PANCA BUDI
MEDAN PADA MATERI REAKSI REDOKS
Nurjannah (NIM 4102131012)
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based
Learning (PBL) melalui pendekatan Process Oriented Guided Inquiry Learning
vi
2.2 Kerangka Teoritis Model Pembelajaran 13 2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran 13 2.2.2 Model Problem Based Learning (PBL) 13 2.2.3 Sintaks Model Problem Based Learning (PBL) 14 2.3 Kerangka Teoritis Strategi Pembelajaran 15 2.3.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran 15 2.3.2 Pendekatan Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) 16 2.3.3 Komponen Pendekatan Process Oriented Guided Inquiry
Learning (POGIL) 16 2.4 Pembelajaran Konvensional 18 2.5 Materi Pelajaran Kimia Reaksi Redoks 19 2.5.1 Pengertian Reaksi Redoks 19 2.5.2 Menentukan Reaksi Redoks 22
2.6 Kerangka Berfikir 24
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 26 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 26
3.2.1 Populasi Penelitian 26
3.2.2 Sampel Penelitian 26
3.3 Variabel dan Rancangan Penelitian 26
3.3.1 Variabel Penelitian 26
3.3.2 Rancangan Penelitian 27
3.4 Instrumen Penelitian 27
3.5.1 Persiapan Penelitian 31
3.5.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian 31
3.6 Teknik Analisis Data 33
3.6.1 Uji Normalitas 33
3.6.2 Uji Homogenitas Data 34
3.6.3 Uji Hipotesis 35
3.6.4 Penilaian Afektif, Kognitif, Psikomotorik dan Perubahan Perilaku 36 3.6.5 Peningkatan Hasil Belajar (Gain) 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 37
4.1.1 Analisis Data Instrumen Penelitian 37 4.1.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian 38 4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 39
4.2.1 Uji Normalitas 39
4.2.2 Uji Homogenitas 40
4.2.3 Uji Hipotesis 41
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan belajar aliran behavioristik dan aliran kognitif 9
Tabel 2.2. Pengertian dimensi kognitif menurut Bloom 11
Tabel 2.3. Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah 15
Tabel 3.1. Matriks Rancangan Penelitian 27
Tabel 3.2. Tabel penolong untuk menentukan harga Chi Kuadrat Hitung 34
Tabel 4.1. Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pre-Tes 39
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data 40
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Sampel 40
Tabel 4.4. Hasil Uji Hipotesis Data Post Test 41
Tabel 4.5. Rata-rata penilaian Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik 42
Tabel 4.6. Rata-rata Nilai Perubahan Perilaku Siswa 42
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Pendekatan Project-Based Science yang serupa
dengan Problem Based Learning 14
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 32
Gambar 4.1. Hasil Belajar Kimia Siswa 39
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 49
Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Tes (Sebelum di Validasi) 81
Lampiran 3 Instumen Test (Sebelum di Validasi) 83
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes (Sesudah di Validasi) 88
Lampiran 5 Instumen Test (Sesudah di Validasi) 89
Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Test 92
Lampiran 7 Problem Based Learning 93
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) 99
Lampiran 9 Lembar Penilaian LKS 102
Lampiran 10 Perhitungan Validitas Test 103
Lampiran 11 Perhitungan Reliabilitas Test 106
Lampiran 12 Perhitungan Indeks Kesukaran Test 108
Lampiran 13 Perhitungan Daya Pembeda Butir Test 110
Lampiran 14 Uji Normalitas Data 112
Lampiran 15 Uji Homogenitas Data 116
Lampiran 16 Perhitungan Standar Deviasi Uji Kemampuan Siswa 118
Lampiran 17 Pengujian Hipotesis 120
Lampiran 18 Tabulasi Data Nilai Siswa 122
Lampiran 19 Perhitungan Afektif Siswa 124
Lampiran 20 Perhitungan Psikomotorik Siswa 134
Lampiran 21 Rata-Rata Nilai Perubahan Perilaku Siswa 143
Lampiran 22 Tabel Nilai-nilai r-Product Moment 145
Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi Kuadrat (X2) 147
Lampiran 24 Tabel Nilai-nilai Dalam Distribusi-t (Tabel t) 148
Lampiran 25 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F 149
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan
keterampilan berpikir, dan keterampilan sikap dalam upaya untuk memahami
dirinya sehingga dapat mengelola lingkungan dan mengatasi masalah (Problem
Based Learning) dalam lingkungannya. Dalam jangka panjang visi pendidikan
sains memberikan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, bersikap kreatif,
tekun, disiplin, mengikuti aturan, dapat bekerja sama, bersikap terbuka, percaya
diri, memiliki keterampilan kerja, keterampilan komunikasi dan keterampilan
sosial lainnya yang merupakan kemampuan dasar bekerja ilmiah yang secara terus
menerus perlu dikembangkan untuk memberikan bekal siswa menghadapi
tantangan dalam masyarakat yang semakin kompetitif (Nazaruddin, 2012).
Dalam implementasi kurikulum 2013, kita menerapkan pendekatan ilmiah
yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,
retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan
pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah
dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen (Republika,
2013).
Berdasarkan pandangan tentang terjadinya tahapan belajar, maka belajar
akan berlangsung pada diri seseorang apabila dia dihadapkan pada suatu keadaan
tidak seimbang atau dengan kata lain peserta didik dihadapkan pada suatu
masalah tertentu (Problem Based Learning). Dia akan dapat memecahkan
masalahnya dengan baik apabila ia memperoleh pengalaman sendiri tentang
2 memecahkan masalah itu sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri (Nuryani,
2005).
Pembelajaran kontekstual dilandasi oleh premis bahwa makna belajar akan
muncul dari hubungan antara konten dan konteks. Konteks memberikan makna
pada konten. Pembelajaran yang sesuai dengan harapan di atas yakni mengaitkan
antara konten dan konteks adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based
Learning). Pembelajaran ini juga dikenal dengan nama Project-Based Learning,
Experienced-Based Education, dan Achored Instruction (Ibrahim dan Nur, 2004).
Pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah yang otentik, yang
berhubungan dengan konteks sosial (Widiarti, 2010).
Penerapan PBL (Problem Based Learning) di kelas kadang tidak berjalan
mulus sesuai dengan kehendak pendidik/guru. Beberapa kendala mungkin
dijumpai di kelas, apalagi dalam penerapannya di negara-negara Asia. PBL
pertama kali dikembangkan di negara dengan budaya belajar yang demokratis,
sehingga lebih dapat memberikan ruang yang luas pada siswa untuk menjadi pusat
bagi belajar mereka sendiri. Di negara-negara Asia (termasuk Indonesia)
hubungan guru – murid masih sangat kaku dan formal. Guru terbiasa dengan kelas
yang dipenuhi dengan siswa yang tenang dan tidak aktif bertanya. Pada sisi lain
budaya Asia juga tidak toleran terhadap kesalahan sehingga siswa memilih untuk
tidak aktif di kelas karena takut salah. Padahal untuk menerapkan PBL di kelas
dengan baik diperlukan kelas yang aktif dan siswa yang berani mencoba
(Sukisman, 2007).
Upaya peningkatan hasil belajar kimia siswa yang masih rendah menuntut
guru untuk menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dan
sesuai. Adanya pendekatan dan model yang sesuai pada materi reaksi redoks ini
memungkinkan siswa lebih optimal dalam belajar kimia. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu POGIL (Process Oriented Guided Inquiry
Learning). Pendekatan ini mempromosikan penyelidikan, nilai dan sikap serta
keterampilan proses. Misalnya: mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasi
data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji
3 Dalam POGIL ini siswa bekerja dalam kelompok (belajar tim) yang
bertujuan untuk penguasaan konsep sehingga mampu mengembangkan
keterampilan, berpikir tingkat tinggi, komunikasi, kerja tim, manajemen dan
penilaian serta tidak lagi mengandalkan hafalan, tetapi mengembangkan
keterampilan untuk sukses dalam pembelajaran. POGIL membuat siswa lebih
terarah dalam menentukan pemecahan masalah yang menghasilkan konsep yang
baru bagi siswa. Melalui POGIL ini dibutuhkan aktivitas belajar siswa sehingga
sebagian besar siswa terlibat aktif dan berpikir di kelas dalam menarik kesimpulan
melalui analisis data, model, atau contoh dengan mendiskusikan ide-ide dengan
merefleksikan pengalaman yang telah mereka pelajari (Sri Yani, dkk. 2012).
POGIL memiliki penekanan pada proses dan konten yang sangat erat
kaitannya dengan keterampilan proses khususnya keterampilan proses sains.
Pendekatan POGIL menurut Kamil (2008) memiliki dua tujuan yang luas, yaitu
untuk mengembangkan penguasaan konten melalui konstruksi pemahaman siswa
sendiri, dan untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan utama belajar
seperti pemrosesan informasi, komunikasi oral dan tertulis, metakognisi dan
asesmen.
Berdasarkan pengalaman yang di dapat peneliti pada masa Pelatihan
Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) 2013 di SMA dan observasi serta diskusi
dengan guru kimia SMA Swasta Panca Budi Medan, yaitu bapak M. Akhyar
Lubis menyatakan bahwa satu kesulitan yang sering kali dihadapi guru adalah
ketika merancang kegiatan pembelajaran kimia yang memuat konsep abstrak dan
soal perhitungan. Sehingga membuat siswa terkadang susah untuk memahami
materi tersebut. Hal ini mengakibatkan nilai mata pelajaran kimia menjadi rendah,
yaitu memiliki rata-rata 65, dimana seharusnya nilai yang harus dicapai adalah di
atas nilai rata-rata KKM yakni 75.
Penyampaian materi kimia tentang reaksi redoks di kelas X yang
dilakukan oleh guru pada umumnya masih menggunakan metode ceramah (tanpa
model), siswa cenderung pasif, penggunaan laboratorium yang kurang optimal,
dan belajar kimia masih berdasarkan buku teks atau teori saja sehingga membuat
4 ini terdapat hitung-hitungan yang membuat siswa tersebut jenuh untuk
mempelajarinya. Pada materi ini juga terdapat berbagai masalah yang dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin akan mendorong mereka untuk
memecahkan masalah tersebut.
Pembelajaran kimia pada materi reaksi redoks ini membutuhkan perhatian
dan partisipasi intelektual secara optimal. Diharapkan siswa mempelajari materi
ini tidak hanya membahas hal abstrak, dan tidak hanya sekedar memecahkan
soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal-soal numerik). Deskripsi seperti fakta kimia,
aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, juga merupakan bagian yang penting
dalam mempelajari kimia pada materi reaksi redoks.
Penggunaan model dan pendekatan pembelajaran di kelas X mengenai
materi reaksi redoks diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Karena
hal ini merupakan alat untuk mencapai tujuan klasifikasi hasil belajar yang
meliputi ranah kognitif (yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi), ranah afektif (meliputi, menerima, merespon, menghargai,
penilaian, organisasi, karakterisasi) dan ranah psikomotorik (meliputi gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan,
gerakan keterampilan kompleks).
Penelitian mengenai penggunaan model PBL sudah dilakukan oleh
Nazaruddin dan Bukit (2012) dengan judul penelitiannya Analisis Kemampuan
Prasyarat Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Sains Siswa Pada Pembelajaran
Menggunakan Model Problem Based Learning. Dalam penelitiannya ini didapat
simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah sains siswa yang dibelajarkan
dengan model PBL lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan
model Direct Instraction (DI). Hal itu dilihat dari setelah kedua kelas
mendapatkan perlakuan dari model pembelajaran yang berbeda, diperoleh output
mean postes siswa 55,86 untuk kelas eksperimen (model PBL) dan 46,91 untuk
kelas kontrol (model DI).
Penelitian lain mengenai PBL ini dilakukan juga oleh Nuni Widiarti dan
Sri Wahyuni (2010) dengan judul penelitiannya Penerapan Pembelajaran Berbasis
5 Simpulan dari penelitian ini yakni hasil belajar mahasiswa yang diberi
pembelajaran berbasis masalah dalam mata pelajaran Praktikum Kimia Fisik
mengalami peningkatan. Rerata hasil belajar siklus I adalah 69, siklus II adalah
81,2. Jadi pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dapat mempengaruhi
hasil belajar mahasiswa menjadi lebih baik.
Muhiddin Palennari (2012) melakukan penelitian dengan judul Potensi
Integrasi PBL Dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Meningkatkan
Keterampilan Metakognisi Peserta Didik. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa
rerata nilai terkoreksi pada interaksi PBL + Jigsaw 19,61 % lebih tinggi
dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional dan peserta didik
berkemampuan akademik atas memiliki keterampilan metakognisi 7,99 % lebih
tinggi dibanding peserta didik berkemampuan akademik bawah.
Sementara penelitian mengenai pendekatan pembelajaran yaitu POGIL
sudah dilakukan oleh Sri Yani, dkk (2012) dengan penggunaan POGIL Ditinjau
Dari Aktivitas Belajar Dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar. Dalam
penelitiannya ini didapat simpulan bahwa ada pengaruh pembelajaran POGIL
terhadap aktivitas belajar dan kreativitas siswa yang mencakup prestasi belajar
kognitif, afektif serta psikomotorik. Diperoleh bahwa distribusi frekuensi prestasi
kognitif kelas MFI dan POGIL sebagai berikut.
Nilai
Kognitif Afektif Psikomotorik
MFI 55,3 74,9 80,1
POGIL 71,2 79,5 78,4
Penelitian lain mengenai POGIL ini dilakukan juga oleh Kamil (2014)
dengan penggunaan POGIL terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan
konsep. Diperoleh simpulan bahwa pembelajaran POGIL terhadap keterampilan
proses sains dan penguasaan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas
konvensional dalam hal merumuskan hipotesis, memprediksi, mengajukan
pertanyaan, menginterprestasikan dan mengkomunikasikan. Siswa yang belajar
melalui aktivitas laboratorium berbasis POGIL memiliki peningkatan kemampuan
6 produk serta dalam menentukan laju reaksi, laju reaksi konsumsi pereaksi dan laju
reaksi pembentukan produk berdasarkan data percobaan dibanding siswa yang
belajar melalui aktivitas laboratorium konvensional. Diperoleh juga hasil
kemampuan pemahaman konsep untuk kelas eksperimen nilai tertinggi 60 dan
skor terendah 47. Sementara kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 52 dan skor
terendah 36.
Dengan adanya penelitian sebelumnya, maka peneliti berusaha untuk
mengkombinasikan antara model PBL dengan pendekatan POGIL. Diharapkan
penelitian ini mampu menuju ke tahap kualitas pembelajaran konstruktivis
learning, dimana peserta didik tidak hanya memperoleh konsep pengetahuan
berupa ingatan saja, tetapi yang terpenting adalah peserta didik dapat mentransfer
pengetahuan yang sudah didapatkannya dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang ada. Selain itu,
diharapkan penelitian ini memperoleh prestasi atau hasil belajar kognitif peserta
didik yang mengalami peningkatan. Hal ini tentunya karena siswa mengalami
suatu pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dengan
diberikan berbagai masalah dan mereka tertantang untuk memecahkannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik membuat
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning Melalui Pendekatan Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Swasta Panca Budi Medan Pada Materi Reaksi Redoks”.
1.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang
menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah model PBL melalui pendekatan
POGIL terhadap hasil belajar kimia siswa Kelas X SMA Swasta Panca Budi
7 1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup diatas, masalah yang dapat
dirumuskan adalah apakah ada pengaruh model PBL melalui pendekatan POGIL
terhadap hasil belajar kimia siswa Kelas X SMA Swasta Panca Budi Medan pada
materi reaksi redoks ?
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh model PBL dengan menggunakan pendekatan POGIL
2. Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan Reaksi Redoks di Kelas X SMA
Swasta Panca Budi Medan
3. Semua pembelajaran tersebut dilakukan oleh guru yang sama.
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PBL melalui
pendekatan POGIL terhadap hasil belajar kimia siswa Kelas X SMA Swasta
Panca Budi Medan pada materi Reaksi Redoks.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi guru : sebagai bahan masukan sekaligus informasi mengenai model PBL
melalui pendekatan POGIL dalam pengajaran kimia dan menjadikannya
sebagai salah satu alternatif model dan pendekatan pembelajaran terhadap
hasil belajar kimia siswa supaya tidak lagi menggunakan pembelajaran
konvensional karena kurikulum 2013 proses belajar menuntut siswa harus
aktif dan berkarakter.
2. Bagi siswa : memperoleh pengalaman baru dalam belajar kimia yakni dapat
menemukan serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga proses belajar mengajar lebih menarik dan dapat meningkatkan hasil
8 3. Bagi sekolah : sebagai sumbangan pemikiran dalam perbaikan pengajaran
serta referensi untuk bahan pertimbangan agar penggunaan model dan
pendekatan pembelajaran dapat diterapkan di sekolah-sekolah.
1.7Definisi Operasional
1. Model PBL adalah salah satu model pembelajaran yang menyodorkan
masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau
kelompok. Model ini intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik
terbiasa dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik
kesimpulan, mencari informasi sebagai bentuk laporan mereka.
2. Pendekatan POGIL adalah salah satu pendekatan inkuiri terbimbing
(melibatkan guru untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan konsep) yang
dapat melatih keterampilan berpikir kritis pada siswa. POGIL menekankan
bahwa belajar adalah sebuah proses interaktif berpikir hati-hati,
mendiskusikan ide-ide, pemahaman pemurnian, berlatih keterampilan, yang
mencerminkan tentang kemajuan dan menilai kinerja.
3. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan dalam memahami bahan ajar di
sekolah yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang diperoleh siswa pada
awal (pretest) dan akhir (posttest) dalam penelitian. Hasil belajar siswa
merupakan pencapaian pemahaman siswa dalam ranah kognitif pada pokok
bahasan reaksi redoks.
4. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran dimana guru aktif
sementara siswa pasif dalam menerima pelajaran. Hal ini disebabkan karena
dalam pembelajaran biasa, guru lebih sering menyajikan pelajaran dalam
bentuk buku, guru lebih banyak berbicara pada saat menerangkan materi
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan uji statistik pada bab IV, maka
ditetapkan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh model PBL melalui pendekatan POGIL terhadap hasil
belajar kimia siswa kelas X SMA Swasta Panca Budi Medan.
2. Rata-rata hasil belajar kimia siswa di kelas eksperimen sebesar 78,57.
Sementara rata-rata hasil belajar kimia siswa di kelas kontrol yakni sebesar
72,76.
3. Rata-rata penilaian Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik siswa dari kelas
kontrol maupun kelas eksperimen berturut-turut adalah 55,84 dan 66,4;
72,76 dan 78,57; 72,53 dan 82,94. Rata-rata nilai perubahan perilaku siswa
di kelas eksperimen adalah 75,97 dan di kelas kontrol sebesar 67,04.
5.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas
maka penulis menyarankan hal-hal berikut:
1. Bagi guru dan calon guru, penerapan model PBL melalui pendekatan
POGIL mempermudah pencapaian tujuan instruktusional dan dapat
memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik, khususnya mata pelajaran
kimia pada kurikulum 2013 dan hendaknya kurikulum 2013 ini
diimplementasikan dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi guru dan calon guru yang ingin menerapkan model PBL melalui
pendekatan POGIL hendaknya mampu menguasai kelas dan mengatur
waktu dengan baik supaya sintaks dari model PBL sekaligus pendekatan
47 DAFTAR PUSTAKA
Al Fatakh, Ikhwanuddin., (2010), Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Asam-Basa Terintegrasi Nilai, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah., Skripsi, Jakarta. http://98332-M.IKHWANUDINALFATAKH-FITK.pdf (accessed Mei 2013)
Alma, B dan Hurriyati, R., (2008), Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Dimyati dan Mudjiono., (1999), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah., (1995), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan, FMIPA Unimed.
Gultom, Syawal., (2010), Kompetensi Guru, Unimed, Medan.
Hamalik, Oemar., (2008), Kurikulum Dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Hamdani., (2011), Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Pustaka Setia, Bandung.
Hanson, M. D., (2006), Intoduction Process Oriented Guided Inquiry Learning, Stony Brook University New York: https://pogil.org/uploads/media_items/pogil-instructor-s-guide 1.original.pdf. (accessed Februari 2014)
Kamil, Yogi Musthapa., (2014), Pengaruh Praktikum Laju Reaksi Berbasis Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa SMK., Universitas Pendidikan Indonesia., Tesis, Bandung. http://repository.upi.edu/6676/1/T IPA_1103324_Title.pdf. (accessed Maret 2014)
Majid, Abdul., (2008), Perencanaan Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.
Nasution, S., (1982), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.
Nazaruddin., Bukit, N., (2012), Analis Kemampuan Prasyarat Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Sains Siswa Pada Pembelajaran Menggunakan Model Problem Based Learning, Jurnal Online Pendidikan: 2301-7651.
48 Nuryani, Y. R.; Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam
Pendidikan Sains, Prosiding Juli 2005.
Palennari, Muhiddin.; Potensi Integrasi PBL Dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Meningkatkan Keterampilan Metakognisi Peserta Didik, Prosiding Maret 2012.
Republika., (2013), http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13 /05/23/mn9caa-ribuan-siswa-sma-di-medan-tidak-lulus-un. (accessed 16 Oktober 2013)
Sagala, Syaiful., (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sanjaya, Wina., (2006), Pembelajaran Dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Kencana, Jakarta.
Silitonga, Pasar., (2011), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Silitonga, Pasar., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.
Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sugiyanto., (2010), Model-Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Yuma Pustaka, Surakarta.
Sukani., 2013., http://guraru.org/guru-berbagi/sharing-instrumen-dan-rubrik-penilaian-afektif-kognitif-psikomotorik-untuk-kurikulum-2013/. (accessed 20 Mei 2014)
Svehla, G., (1979), Textbook Of Macro And Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, Longman Group Limited, London
W, Sri Yani., Haryono., Saputro, S., (2012), Model MFI dan POGIL Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar, Jurnal Inkuiri Vol 1, No 3 (2252-7893).
Widiarti, Nuri., Wahyuni, Sri., (2010), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Berorientasi Chemo-Entrepreneurship Pada Praktikum Kimia Fisika, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No 1 (484-496).