• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING MELALUI PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA SWASTA PANCA BUDI MEDAN PADA MATERI REAKSI REDOKS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING MELALUI PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA SWASTA PANCA BUDI MEDAN PADA MATERI REAKSI REDOKS."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA

SISWA KELAS X SMA SWASTA PANCA BUDI MEDAN PADA MATERI REAKSI REDOKS

Oleh :

Nurjannah NIM 4102131012

Program Studi Pendidikan Kimia

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iii

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING MELALUI PENDEKATAN PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY

LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS X SMA SWASTA PANCA BUDI

MEDAN PADA MATERI REAKSI REDOKS

Nurjannah (NIM 4102131012)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based

Learning (PBL) melalui pendekatan Process Oriented Guided Inquiry Learning

(4)

vi

2.2 Kerangka Teoritis Model Pembelajaran 13 2.2.1 Pengertian Model Pembelajaran 13 2.2.2 Model Problem Based Learning (PBL) 13 2.2.3 Sintaks Model Problem Based Learning (PBL) 14 2.3 Kerangka Teoritis Strategi Pembelajaran 15 2.3.1 Pengertian Pendekatan Pembelajaran 15 2.3.2 Pendekatan Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) 16 2.3.3 Komponen Pendekatan Process Oriented Guided Inquiry

Learning (POGIL) 16 2.4 Pembelajaran Konvensional 18 2.5 Materi Pelajaran Kimia Reaksi Redoks 19 2.5.1 Pengertian Reaksi Redoks 19 2.5.2 Menentukan Reaksi Redoks 22

2.6 Kerangka Berfikir 24

(5)

vii

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 26 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 26

3.2.1 Populasi Penelitian 26

3.2.2 Sampel Penelitian 26

3.3 Variabel dan Rancangan Penelitian 26

3.3.1 Variabel Penelitian 26

3.3.2 Rancangan Penelitian 27

3.4 Instrumen Penelitian 27

3.5.1 Persiapan Penelitian 31

3.5.2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian 31

3.6 Teknik Analisis Data 33

3.6.1 Uji Normalitas 33

3.6.2 Uji Homogenitas Data 34

3.6.3 Uji Hipotesis 35

3.6.4 Penilaian Afektif, Kognitif, Psikomotorik dan Perubahan Perilaku 36 3.6.5 Peningkatan Hasil Belajar (Gain) 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 37

4.1.1 Analisis Data Instrumen Penelitian 37 4.1.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian 38 4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 39

4.2.1 Uji Normalitas 39

4.2.2 Uji Homogenitas 40

4.2.3 Uji Hipotesis 41

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan belajar aliran behavioristik dan aliran kognitif 9

Tabel 2.2. Pengertian dimensi kognitif menurut Bloom 11

Tabel 2.3. Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah 15

Tabel 3.1. Matriks Rancangan Penelitian 27

Tabel 3.2. Tabel penolong untuk menentukan harga Chi Kuadrat Hitung 34

Tabel 4.1. Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data Pre-Tes 39

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data 40

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Sampel 40

Tabel 4.4. Hasil Uji Hipotesis Data Post Test 41

Tabel 4.5. Rata-rata penilaian Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik 42

Tabel 4.6. Rata-rata Nilai Perubahan Perilaku Siswa 42

(7)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Pendekatan Project-Based Science yang serupa

dengan Problem Based Learning 14

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian 32

Gambar 4.1. Hasil Belajar Kimia Siswa 39

(8)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 49

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Tes (Sebelum di Validasi) 81

Lampiran 3 Instumen Test (Sebelum di Validasi) 83

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Tes (Sesudah di Validasi) 88

Lampiran 5 Instumen Test (Sesudah di Validasi) 89

Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Test 92

Lampiran 7 Problem Based Learning 93

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) 99

Lampiran 9 Lembar Penilaian LKS 102

Lampiran 10 Perhitungan Validitas Test 103

Lampiran 11 Perhitungan Reliabilitas Test 106

Lampiran 12 Perhitungan Indeks Kesukaran Test 108

Lampiran 13 Perhitungan Daya Pembeda Butir Test 110

Lampiran 14 Uji Normalitas Data 112

Lampiran 15 Uji Homogenitas Data 116

Lampiran 16 Perhitungan Standar Deviasi Uji Kemampuan Siswa 118

Lampiran 17 Pengujian Hipotesis 120

Lampiran 18 Tabulasi Data Nilai Siswa 122

Lampiran 19 Perhitungan Afektif Siswa 124

Lampiran 20 Perhitungan Psikomotorik Siswa 134

Lampiran 21 Rata-Rata Nilai Perubahan Perilaku Siswa 143

Lampiran 22 Tabel Nilai-nilai r-Product Moment 145

Lampiran 23 Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi Kuadrat (X2) 147

Lampiran 24 Tabel Nilai-nilai Dalam Distribusi-t (Tabel t) 148

Lampiran 25 Daftar Nilai Persentil untuk Distribusi F 149

(9)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Visi pendidikan sains di Indonesia mempersiapkan peserta didik untuk

memiliki pemahaman tentang sains dan teknologi melalui pengembangan

keterampilan berpikir, dan keterampilan sikap dalam upaya untuk memahami

dirinya sehingga dapat mengelola lingkungan dan mengatasi masalah (Problem

Based Learning) dalam lingkungannya. Dalam jangka panjang visi pendidikan

sains memberikan kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, bersikap kreatif,

tekun, disiplin, mengikuti aturan, dapat bekerja sama, bersikap terbuka, percaya

diri, memiliki keterampilan kerja, keterampilan komunikasi dan keterampilan

sosial lainnya yang merupakan kemampuan dasar bekerja ilmiah yang secara terus

menerus perlu dikembangkan untuk memberikan bekal siswa menghadapi

tantangan dalam masyarakat yang semakin kompetitif (Nazaruddin, 2012).

Dalam implementasi kurikulum 2013, kita menerapkan pendekatan ilmiah

yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran

tradisional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional,

retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah 15 menit dan perolehan

pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis

pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah

dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen (Republika,

2013).

Berdasarkan pandangan tentang terjadinya tahapan belajar, maka belajar

akan berlangsung pada diri seseorang apabila dia dihadapkan pada suatu keadaan

tidak seimbang atau dengan kata lain peserta didik dihadapkan pada suatu

masalah tertentu (Problem Based Learning). Dia akan dapat memecahkan

masalahnya dengan baik apabila ia memperoleh pengalaman sendiri tentang

(10)

2 memecahkan masalah itu sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri (Nuryani,

2005).

Pembelajaran kontekstual dilandasi oleh premis bahwa makna belajar akan

muncul dari hubungan antara konten dan konteks. Konteks memberikan makna

pada konten. Pembelajaran yang sesuai dengan harapan di atas yakni mengaitkan

antara konten dan konteks adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based

Learning). Pembelajaran ini juga dikenal dengan nama Project-Based Learning,

Experienced-Based Education, dan Achored Instruction (Ibrahim dan Nur, 2004).

Pembelajaran berbasis masalah menggunakan masalah yang otentik, yang

berhubungan dengan konteks sosial (Widiarti, 2010).

Penerapan PBL (Problem Based Learning) di kelas kadang tidak berjalan

mulus sesuai dengan kehendak pendidik/guru. Beberapa kendala mungkin

dijumpai di kelas, apalagi dalam penerapannya di negara-negara Asia. PBL

pertama kali dikembangkan di negara dengan budaya belajar yang demokratis,

sehingga lebih dapat memberikan ruang yang luas pada siswa untuk menjadi pusat

bagi belajar mereka sendiri. Di negara-negara Asia (termasuk Indonesia)

hubungan guru – murid masih sangat kaku dan formal. Guru terbiasa dengan kelas

yang dipenuhi dengan siswa yang tenang dan tidak aktif bertanya. Pada sisi lain

budaya Asia juga tidak toleran terhadap kesalahan sehingga siswa memilih untuk

tidak aktif di kelas karena takut salah. Padahal untuk menerapkan PBL di kelas

dengan baik diperlukan kelas yang aktif dan siswa yang berani mencoba

(Sukisman, 2007).

Upaya peningkatan hasil belajar kimia siswa yang masih rendah menuntut

guru untuk menggunakan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat dan

sesuai. Adanya pendekatan dan model yang sesuai pada materi reaksi redoks ini

memungkinkan siswa lebih optimal dalam belajar kimia. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu POGIL (Process Oriented Guided Inquiry

Learning). Pendekatan ini mempromosikan penyelidikan, nilai dan sikap serta

keterampilan proses. Misalnya: mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasi

data, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, merumuskan dan menguji

(11)

3 Dalam POGIL ini siswa bekerja dalam kelompok (belajar tim) yang

bertujuan untuk penguasaan konsep sehingga mampu mengembangkan

keterampilan, berpikir tingkat tinggi, komunikasi, kerja tim, manajemen dan

penilaian serta tidak lagi mengandalkan hafalan, tetapi mengembangkan

keterampilan untuk sukses dalam pembelajaran. POGIL membuat siswa lebih

terarah dalam menentukan pemecahan masalah yang menghasilkan konsep yang

baru bagi siswa. Melalui POGIL ini dibutuhkan aktivitas belajar siswa sehingga

sebagian besar siswa terlibat aktif dan berpikir di kelas dalam menarik kesimpulan

melalui analisis data, model, atau contoh dengan mendiskusikan ide-ide dengan

merefleksikan pengalaman yang telah mereka pelajari (Sri Yani, dkk. 2012).

POGIL memiliki penekanan pada proses dan konten yang sangat erat

kaitannya dengan keterampilan proses khususnya keterampilan proses sains.

Pendekatan POGIL menurut Kamil (2008) memiliki dua tujuan yang luas, yaitu

untuk mengembangkan penguasaan konten melalui konstruksi pemahaman siswa

sendiri, dan untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan utama belajar

seperti pemrosesan informasi, komunikasi oral dan tertulis, metakognisi dan

asesmen.

Berdasarkan pengalaman yang di dapat peneliti pada masa Pelatihan

Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) 2013 di SMA dan observasi serta diskusi

dengan guru kimia SMA Swasta Panca Budi Medan, yaitu bapak M. Akhyar

Lubis menyatakan bahwa satu kesulitan yang sering kali dihadapi guru adalah

ketika merancang kegiatan pembelajaran kimia yang memuat konsep abstrak dan

soal perhitungan. Sehingga membuat siswa terkadang susah untuk memahami

materi tersebut. Hal ini mengakibatkan nilai mata pelajaran kimia menjadi rendah,

yaitu memiliki rata-rata 65, dimana seharusnya nilai yang harus dicapai adalah di

atas nilai rata-rata KKM yakni 75.

Penyampaian materi kimia tentang reaksi redoks di kelas X yang

dilakukan oleh guru pada umumnya masih menggunakan metode ceramah (tanpa

model), siswa cenderung pasif, penggunaan laboratorium yang kurang optimal,

dan belajar kimia masih berdasarkan buku teks atau teori saja sehingga membuat

(12)

4 ini terdapat hitung-hitungan yang membuat siswa tersebut jenuh untuk

mempelajarinya. Pada materi ini juga terdapat berbagai masalah yang dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin akan mendorong mereka untuk

memecahkan masalah tersebut.

Pembelajaran kimia pada materi reaksi redoks ini membutuhkan perhatian

dan partisipasi intelektual secara optimal. Diharapkan siswa mempelajari materi

ini tidak hanya membahas hal abstrak, dan tidak hanya sekedar memecahkan

soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal-soal numerik). Deskripsi seperti fakta kimia,

aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, juga merupakan bagian yang penting

dalam mempelajari kimia pada materi reaksi redoks.

Penggunaan model dan pendekatan pembelajaran di kelas X mengenai

materi reaksi redoks diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Karena

hal ini merupakan alat untuk mencapai tujuan klasifikasi hasil belajar yang

meliputi ranah kognitif (yaitu aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,

sintesis dan evaluasi), ranah afektif (meliputi, menerima, merespon, menghargai,

penilaian, organisasi, karakterisasi) dan ranah psikomotorik (meliputi gerakan

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan,

gerakan keterampilan kompleks).

Penelitian mengenai penggunaan model PBL sudah dilakukan oleh

Nazaruddin dan Bukit (2012) dengan judul penelitiannya Analisis Kemampuan

Prasyarat Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Sains Siswa Pada Pembelajaran

Menggunakan Model Problem Based Learning. Dalam penelitiannya ini didapat

simpulan bahwa kemampuan pemecahan masalah sains siswa yang dibelajarkan

dengan model PBL lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan

model Direct Instraction (DI). Hal itu dilihat dari setelah kedua kelas

mendapatkan perlakuan dari model pembelajaran yang berbeda, diperoleh output

mean postes siswa 55,86 untuk kelas eksperimen (model PBL) dan 46,91 untuk

kelas kontrol (model DI).

Penelitian lain mengenai PBL ini dilakukan juga oleh Nuni Widiarti dan

Sri Wahyuni (2010) dengan judul penelitiannya Penerapan Pembelajaran Berbasis

(13)

5 Simpulan dari penelitian ini yakni hasil belajar mahasiswa yang diberi

pembelajaran berbasis masalah dalam mata pelajaran Praktikum Kimia Fisik

mengalami peningkatan. Rerata hasil belajar siklus I adalah 69, siklus II adalah

81,2. Jadi pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dapat mempengaruhi

hasil belajar mahasiswa menjadi lebih baik.

Muhiddin Palennari (2012) melakukan penelitian dengan judul Potensi

Integrasi PBL Dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Meningkatkan

Keterampilan Metakognisi Peserta Didik. Dalam penelitian ini ditunjukkan bahwa

rerata nilai terkoreksi pada interaksi PBL + Jigsaw 19,61 % lebih tinggi

dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional dan peserta didik

berkemampuan akademik atas memiliki keterampilan metakognisi 7,99 % lebih

tinggi dibanding peserta didik berkemampuan akademik bawah.

Sementara penelitian mengenai pendekatan pembelajaran yaitu POGIL

sudah dilakukan oleh Sri Yani, dkk (2012) dengan penggunaan POGIL Ditinjau

Dari Aktivitas Belajar Dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar. Dalam

penelitiannya ini didapat simpulan bahwa ada pengaruh pembelajaran POGIL

terhadap aktivitas belajar dan kreativitas siswa yang mencakup prestasi belajar

kognitif, afektif serta psikomotorik. Diperoleh bahwa distribusi frekuensi prestasi

kognitif kelas MFI dan POGIL sebagai berikut.

Nilai

Kognitif Afektif Psikomotorik

MFI 55,3 74,9 80,1

POGIL 71,2 79,5 78,4

Penelitian lain mengenai POGIL ini dilakukan juga oleh Kamil (2014)

dengan penggunaan POGIL terhadap keterampilan proses sains dan penguasaan

konsep. Diperoleh simpulan bahwa pembelajaran POGIL terhadap keterampilan

proses sains dan penguasaan konsep lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas

konvensional dalam hal merumuskan hipotesis, memprediksi, mengajukan

pertanyaan, menginterprestasikan dan mengkomunikasikan. Siswa yang belajar

melalui aktivitas laboratorium berbasis POGIL memiliki peningkatan kemampuan

(14)

6 produk serta dalam menentukan laju reaksi, laju reaksi konsumsi pereaksi dan laju

reaksi pembentukan produk berdasarkan data percobaan dibanding siswa yang

belajar melalui aktivitas laboratorium konvensional. Diperoleh juga hasil

kemampuan pemahaman konsep untuk kelas eksperimen nilai tertinggi 60 dan

skor terendah 47. Sementara kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 52 dan skor

terendah 36.

Dengan adanya penelitian sebelumnya, maka peneliti berusaha untuk

mengkombinasikan antara model PBL dengan pendekatan POGIL. Diharapkan

penelitian ini mampu menuju ke tahap kualitas pembelajaran konstruktivis

learning, dimana peserta didik tidak hanya memperoleh konsep pengetahuan

berupa ingatan saja, tetapi yang terpenting adalah peserta didik dapat mentransfer

pengetahuan yang sudah didapatkannya dan diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari terutama dalam memecahkan masalah-masalah yang ada. Selain itu,

diharapkan penelitian ini memperoleh prestasi atau hasil belajar kognitif peserta

didik yang mengalami peningkatan. Hal ini tentunya karena siswa mengalami

suatu pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran dengan

diberikan berbagai masalah dan mereka tertantang untuk memecahkannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik membuat

penelitian dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning Melalui Pendekatan Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Swasta Panca Budi Medan Pada Materi Reaksi Redoks”.

1.2 Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang

menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah model PBL melalui pendekatan

POGIL terhadap hasil belajar kimia siswa Kelas X SMA Swasta Panca Budi

(15)

7 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup diatas, masalah yang dapat

dirumuskan adalah apakah ada pengaruh model PBL melalui pendekatan POGIL

terhadap hasil belajar kimia siswa Kelas X SMA Swasta Panca Budi Medan pada

materi reaksi redoks ?

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh model PBL dengan menggunakan pendekatan POGIL

2. Penelitian ini dilakukan pada pokok bahasan Reaksi Redoks di Kelas X SMA

Swasta Panca Budi Medan

3. Semua pembelajaran tersebut dilakukan oleh guru yang sama.

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model PBL melalui

pendekatan POGIL terhadap hasil belajar kimia siswa Kelas X SMA Swasta

Panca Budi Medan pada materi Reaksi Redoks.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi guru : sebagai bahan masukan sekaligus informasi mengenai model PBL

melalui pendekatan POGIL dalam pengajaran kimia dan menjadikannya

sebagai salah satu alternatif model dan pendekatan pembelajaran terhadap

hasil belajar kimia siswa supaya tidak lagi menggunakan pembelajaran

konvensional karena kurikulum 2013 proses belajar menuntut siswa harus

aktif dan berkarakter.

2. Bagi siswa : memperoleh pengalaman baru dalam belajar kimia yakni dapat

menemukan serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga proses belajar mengajar lebih menarik dan dapat meningkatkan hasil

(16)

8 3. Bagi sekolah : sebagai sumbangan pemikiran dalam perbaikan pengajaran

serta referensi untuk bahan pertimbangan agar penggunaan model dan

pendekatan pembelajaran dapat diterapkan di sekolah-sekolah.

1.7Definisi Operasional

1. Model PBL adalah salah satu model pembelajaran yang menyodorkan

masalah kepada peserta didik untuk dipecahkan secara individu atau

kelompok. Model ini intinya melatih keterampilan kognitifnya peserta didik

terbiasa dalam pemecahan masalah, mengambil keputusan, menarik

kesimpulan, mencari informasi sebagai bentuk laporan mereka.

2. Pendekatan POGIL adalah salah satu pendekatan inkuiri terbimbing

(melibatkan guru untuk memfasilitasi siswa dalam menemukan konsep) yang

dapat melatih keterampilan berpikir kritis pada siswa. POGIL menekankan

bahwa belajar adalah sebuah proses interaktif berpikir hati-hati,

mendiskusikan ide-ide, pemahaman pemurnian, berlatih keterampilan, yang

mencerminkan tentang kemajuan dan menilai kinerja.

3. Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan dalam memahami bahan ajar di

sekolah yang dinyatakan dalam nilai atau skor yang diperoleh siswa pada

awal (pretest) dan akhir (posttest) dalam penelitian. Hasil belajar siswa

merupakan pencapaian pemahaman siswa dalam ranah kognitif pada pokok

bahasan reaksi redoks.

4. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran dimana guru aktif

sementara siswa pasif dalam menerima pelajaran. Hal ini disebabkan karena

dalam pembelajaran biasa, guru lebih sering menyajikan pelajaran dalam

bentuk buku, guru lebih banyak berbicara pada saat menerangkan materi

(17)

46

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan uji statistik pada bab IV, maka

ditetapkan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Ada pengaruh model PBL melalui pendekatan POGIL terhadap hasil

belajar kimia siswa kelas X SMA Swasta Panca Budi Medan.

2. Rata-rata hasil belajar kimia siswa di kelas eksperimen sebesar 78,57.

Sementara rata-rata hasil belajar kimia siswa di kelas kontrol yakni sebesar

72,76.

3. Rata-rata penilaian Afektif, Kognitif, dan Psikomotorik siswa dari kelas

kontrol maupun kelas eksperimen berturut-turut adalah 55,84 dan 66,4;

72,76 dan 78,57; 72,53 dan 82,94. Rata-rata nilai perubahan perilaku siswa

di kelas eksperimen adalah 75,97 dan di kelas kontrol sebesar 67,04.

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas

maka penulis menyarankan hal-hal berikut:

1. Bagi guru dan calon guru, penerapan model PBL melalui pendekatan

POGIL mempermudah pencapaian tujuan instruktusional dan dapat

memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik, khususnya mata pelajaran

kimia pada kurikulum 2013 dan hendaknya kurikulum 2013 ini

diimplementasikan dalam proses belajar mengajar.

2. Bagi guru dan calon guru yang ingin menerapkan model PBL melalui

pendekatan POGIL hendaknya mampu menguasai kelas dan mengatur

waktu dengan baik supaya sintaks dari model PBL sekaligus pendekatan

(18)

47 DAFTAR PUSTAKA

Al Fatakh, Ikhwanuddin., (2010), Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Asam-Basa Terintegrasi Nilai, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah., Skripsi, Jakarta. http://98332-M.IKHWANUDINALFATAKH-FITK.pdf (accessed Mei 2013)

Alma, B dan Hurriyati, R., (2008), Manajemen Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Dimyati dan Mudjiono., (1999), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah., (1995), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2012), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Kependidikan, FMIPA Unimed.

Gultom, Syawal., (2010), Kompetensi Guru, Unimed, Medan.

Hamalik, Oemar., (2008), Kurikulum Dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.

Hamdani., (2011), Strategi Belajar Mengajar. Penerbit Pustaka Setia, Bandung.

Hanson, M. D., (2006), Intoduction Process Oriented Guided Inquiry Learning, Stony Brook University New York: https://pogil.org/uploads/media_items/pogil-instructor-s-guide 1.original.pdf. (accessed Februari 2014)

Kamil, Yogi Musthapa., (2014), Pengaruh Praktikum Laju Reaksi Berbasis Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Siswa SMK., Universitas Pendidikan Indonesia., Tesis, Bandung. http://repository.upi.edu/6676/1/T IPA_1103324_Title.pdf. (accessed Maret 2014)

Majid, Abdul., (2008), Perencanaan Pembelajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nasution, S., (1982), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

Nazaruddin., Bukit, N., (2012), Analis Kemampuan Prasyarat Dan Kemampuan Pemecahan Masalah Sains Siswa Pada Pembelajaran Menggunakan Model Problem Based Learning, Jurnal Online Pendidikan: 2301-7651.

(19)

48 Nuryani, Y. R.; Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dalam

Pendidikan Sains, Prosiding Juli 2005.

Palennari, Muhiddin.; Potensi Integrasi PBL Dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dalam Meningkatkan Keterampilan Metakognisi Peserta Didik, Prosiding Maret 2012.

Republika., (2013), http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13 /05/23/mn9caa-ribuan-siswa-sma-di-medan-tidak-lulus-un. (accessed 16 Oktober 2013)

Sagala, Syaiful., (2005), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sanjaya, Wina., (2006), Pembelajaran Dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Penerbit Kencana, Jakarta.

Silitonga, Pasar., (2011), Metodologi Penelitian Pendidikan, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.

Silitonga, Pasar., (2011), Statistik Teori dan Aplikasi dalam Penelitian, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Medan.

Sudjana, Nana., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sugiyanto., (2010), Model-Model Pembelajaran Inovatif, Penerbit Yuma Pustaka, Surakarta.

Sukani., 2013., http://guraru.org/guru-berbagi/sharing-instrumen-dan-rubrik-penilaian-afektif-kognitif-psikomotorik-untuk-kurikulum-2013/. (accessed 20 Mei 2014)

Svehla, G., (1979), Textbook Of Macro And Semimicro Qualitative Inorganic Analysis, Longman Group Limited, London

W, Sri Yani., Haryono., Saputro, S., (2012), Model MFI dan POGIL Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Dan Kreativitas Siswa Terhadap Prestasi Belajar, Jurnal Inkuiri Vol 1, No 3 (2252-7893).

Widiarti, Nuri., Wahyuni, Sri., (2010), Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah

Berorientasi Chemo-Entrepreneurship Pada Praktikum Kimia Fisika, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 4, No 1 (484-496).

Gambar

Gambar 2.1. Skema Pendekatan Project-Based Science yang serupa

Referensi

Dokumen terkait

Itu berarti skor ketuntasan siswa kelas IV hanya 34,5% dari batas minimal ketuntasan rata-rata kelas, yaitu 75% sedangkan sesudah diterapkan model Inkuiri Sosial menunjukkan

Dalam rangka pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi Jambi Tahun 2017, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Pagi-pagi telah banyak penduduk Kampung · Betcit pergi ke Kampung Sugih dengan tujuan yang sama, yakni mengambil air bersih di pancuran Pak Katong, satu-satunya

Pejabat Pengadaan pada Kegiatan Pengembangan Kawasan Budidaya Air Payau, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi dan Penawaran dalam Pengadaan Langsung untuk

a. Dosen wajib bekerjasama dengan manajemen yayasan pendidikan / lembaga resmi penyelenggara pendidikan , instansi pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional

Disebabkan keadaan kawasan kajian yang agak jauh dan sekiranya ianya ingin melaksanakan kajian dengan merangkumi 4 perkampungan ini, ianya akan mengambil masa

KARAKTER: Jika bermaksud memancingnya (biasanya sebagai umpan untuk ikan yang lebih besar), peralatan yang paling baik adalah piranti jenis.. Spinning dengan umpan

[r]