• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bambang Yudhoyono (SBY) Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bambang Yudhoyono (SBY) Tahun"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Kenaikan Harga BBM Pada Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Tahun 2004-2009

(Studi Kasus: Kenaikan Harga BBM Melalui Pengurangan Subsidi)

CHANDRA MIDAN SIHALOHO

130906094

Dosen Pembimbing: Warjio Ph.D

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITA SUMATERA UTARA

2018

(2)

ABSTRAK

KEBIJAKAN ENERGY PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHONO (SBY) TAHUN 2004-2009

(Studi Kasus: Kenaikan Harga BBM Melalui Penghapusan Subsidi)

Oleh:

Chandra Midan Sihaloho

Pemerintah adalah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi kepada masyarakat. Secara khusus, pada masa pemerintahan SBY-JK sudah dilakukan tiga kali kebijakan menaikkan harga BBM sejak awal periode pemerintahannya tahun 2004-2009.

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan kenaikan harga BBM melalui pengurangan subsidi pada masa pemerintahan SBY-JK periode 2004-2009 yaitu mengurangi subsidi Negara Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Alasan Pemerintahan SBY membuat kebijakan menaikkan harga BBM melalui pengurangan subsidi Pemerintahan SBY-JK memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat karena lonjakan harga minyak dunia.

Kata Kunci: Kenaikan BBM, Penghapusan Subsidi

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan.

Skripsi dengan judul: “Kebijaan Kenaikan Harga BBM Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhono (SBY) tahun 2004-2009 (Studi Kasus Kenaikan Harga BBM Melalui Pengurangan Subsidi) ”. Skrpsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata I Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosail dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, masukan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat Bapak. Warjio, MA., Ph.D selaku Pembimbing yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini selesai.

Pada kesempatan ini tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak/Ibu Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran

bagi kesempurnaan Skripsi ini.

(4)

4. Seluruh Dosen-Pengajar, beserta Staf Administrasi yang telah banyak memberikan bantuan sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian Skripsi ini.

5. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa.

Penulis menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan untuk penyempurnaan Skripsi ini.

Akhirnya atas segala kekurangannya, kepada semua pihak dalam kaitan dengan proses penyusunan tesis ini serta selama dalam proses pendidikan saya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan.

Amiin.

Medan, Agustus 2018 Penulis

Chandra Midan Sihaloho

(5)

DAFTAR I SI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D.Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8 F. Kerangka Teori 9 F.1. Teori Liberalisme Ekonomi ... 9

F.2. Kebijakan Publik ... 13

F.3. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) ... 19

F.4. Konsep Organisasi Internasional dan Bantuan Luar Negeri ... 23

G. Metodologi Penelitian ... 26

G.1. Metode Penelitian ... 26

G.2. Jenis Penelitian ... 27

G.3. Level Analisis ... 27

G.4. Batasan Materi ... 27

H. Sistematika Penelitian ... 28

BAB II KEPEMIMPINAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHONO (SBY) DAN JUSUF KALLA (JK) TAHUN 2004-2009 ... 30

BAB III PEMERINTAH SBY-JK MENAIKKAN HARGA BBM MELALUI PENGURANGAN SUBSIDI ... 39

A. Kebijakan Kenaikan Harga BBM melalui Pengurangan Subsidi pada Masa SBY-JK Periode 2004-2009 ... 39

B. Peranan Alasan Pemerintahan SBY membuat Kebijakan Menaikkan Harga BBM Melalui Pengurangan Subsidi ... 65

BAB IV PENUTUP ... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Politik energi bermakna bagaimana mengelola dan menggunakan kekayaan energi kita untuk kepentingan nasional: menopang pembangunan ekonomi memenuhi kebutuhan energi rakyat dalam pengembangan hidupnya; dan mendatangkan keuntungan yang bisa dipakai memakmurkan rakyat

1

. Politik energi kita harus menghilangkan ketergantungan kita terhadap pihak luar.Ini sejalan dengan prinsip ekonomi berdikari, yang menghendaki kita kekuatan ekonomi kita secara mandiri dan terlepas/terbebas dari eksploitasi asing (neokolonialisme).

2

Politik energi mengisyaratkan adanya kontrol (penguasaan) negara terhadap sumber-sumber energi. Di sini, pengusaaan negara tidak berarti pemerintah menjadi pengusaha dengan segala birokrasinya. Bukan berarti negara menjadi mesin akumulasi/perusahaan. Di sini negara hanya bertindak sebagai representasi kepentingan rakyat yang memiliki kekuasaan untuk membuat peraturan untuk memastikan eksploitasi sumber energi itu bisa mendatangkan kemakmuran bagi rakyat.

3

Hingga akhirnya pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono melahirkan kebijakan liberalisasi energy yang secara tidak langsung berdampak tidak baik bagi masyarakat. Liberalisasi energy sendiri dapat diartikan

1

Syeirazi Kholid. 2009. Dibawah Bendera Asing. Jakarta. Pustaka LP3ES hal 25

2

Yosgiantoro Donny. 2017. Kebijakan Energy Lingkungan.Depok.Pustaka LP3ES hal 153

3http://www.berdikarionline.com/perspektif-politik-energi-berdikari/diakses 08 feb 2018 pukul

16.30

(7)

membebaskannya dari control langsung atau fisik yang dilakukan oleh pemerintah.

Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam melimpah.

Kekayaan alamnya membentang dari ujung pulau sumatera hingga pulau papua yang meliputi sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan juga yang tidak dapat diperbaharui. Para pendiri bangsa (founding fathers) ketika merumuskan konstitusi negara (UUD 1945) menyadari betul potensi kekayaan alam Indonesia.

Oleh karena itu, dalam konstitusi secara khusus pasal 33 UUD 1945 ayat 3 dinyatakan bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Artinya, kekayaan sumber daya alam yang dimiliki negara ini harus benarbenar dikelola negara dengan sebaik-baiknya agar dapat dinikmati oleh segenap masyarakat dan bukan hanya oleh segelintir orang. Salah satu kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah adalah minyak bumi. Sejak dulu, Indonesia sudah dikenal sebagai salah satu penghasil minyak terbesar di dunia

Sejarah juga mencatat Indonesia sebagai negara yang kandungan

minyaknya paling awal dieksploitasi secara komersial (sejak tahun 1885), bahkan

lebih dahulu dari kebanyakan negara di Timur Tengah.Indonesia juga menjadi

saksi sejarah perkembangan awal Royal Dutch (Shell), perusahaan yang kemudian

tumbuh menjadi raksasa minyak di dunia.Wilayah Indonesia adalah sumber awal

surplus ekonomi yang membuat perusahaan tersebut berkembang secara pesat di

penghujung abad ke 19. Pada tahun 1974-1982, Indonesia sendiri pernah

(8)

mengenal istilah periode ”oil boom” yaitu periode melimpahnya uang negara sebagai akibat naiknya harga minyak dan gas di pasar internasional.

4

Akhirnya, salah satu langkah yang terpaksa ditempuh oleh pemerintah adalah menaikkan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi kepada masyarakat. Secara khusus, pada masa pemerintahan SBY-JK sudah dilakukan tiga kali kebijakan menaikkan harga BBM sejak awal periode pemerintahannya tahun 2004-2009. Istilah subisidi sendiri masih banyak yang meragukan.

Setidaknya, mereka keberatan dengan opini publik yang dikembangkan, pemerintah seolah-olah mengeluarkan sejumlah dana untuk itu. Kejadian yang sebenarnya, perhitungan subsidi adalah ”di atas kertas” atau disebut dengan subsidi ekonomi. Pada tanggal 24 Mei 2008 dini hari, pemerintah secara resmi kembali mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan harga penjualan BBM bersubsidi kepada masyarakat sebesar 28,7%.

5

Kebijakan ini merupakan yang ketiga kalinya pada pemerintahan SBY-JK setelah pada tanggal 28 Februari 2005 sebesar 29% dan juga tanggal 1 Oktober 2005 sebesar 128%. Adapun yang menjadi alasan pemerintah mengambil kebijakan tersebut adalah karena harga minyak mentah dunia yang semakin melonjak tinggi dan bahkan sudah melebihi 100 Dollar per barrel. Harga minyak dunia yang demikian tinggi kemudian membuat pemerintah merasa kuatir dan tidak sanggup untuk menanggung beban subsidi terutama BBM yang jauh dari asumsi yang dicantumkan dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Indonesia saat ini lebih banyak mengimpor daripada mengekspor minyak hal ini terlihat pada tahun 2003 Indonesia sudah menjadi Negara net importer

4

Awalil Rizky. 2008. Neoliberalisme mencengkeram Indonesia.Jakarta. E Publishing Company.

hal 184

5

Artikel Kenaikan Harga BBM, Presiden Menunggu Apa dan Siapa? Kompas 30 Mei 2008

(9)

dengan mencapai rata-rata 400 – 500 ribu barel per hari. Pemerintah membeli minyak tersebut dengan mata uang dollar Amerika, yang berdampak pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika semakin melemah. Dengan kondisi seperti ini pemerintah mengambil keputusan untuk menaikan harga BBM.

6

Kenaikan harga BBM terdapat pada Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2005 dengan alasan alokasi subsidi BBM pada APBN 2005 hanya sebesar Rp 19 triliun dan kuota tersebut untuk bulan januari dan februari sudah mencapai Rp 13 triliun, sekitar 68% dari subsidi untuk seluruh tahun. Pemerintah secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM pada tanggal 1 Maret 2005 dengan kenaikan sebesar 32%

untuk premium dari Rp 1.800 menjadi Rp 2.400 per liter, solar dari Rp 1.650 menjadi Rp 2.100 per liter atau sebesar27%.

Kenaikan harga BBM tidak berhenti hanya disitu saja, pemerintah mengajukan rancangan APBN-P tersebut kepada DPR pada tanggal 23 Maret 2005.Dalam APBN-P tersebut, pemerintah menetapkan asumsi harga minyak dunia sebesar US$ 35 per barel dengan asumsi kurs Rp 8900 per dollar AS .Harga minyak dunia justru semakin meningkat dan mencapai kisaran US$ 68 per barel dengan nilai kurs Rp 10.900 per dollar AS. Kekhawatiran pemerintah dengan membengkaknya jumlah subsidi BBM karena ketidaksesuaian asumsi yang sudah ditetapkan sehingga perlu melakukan penyesuaian harga eceran BBM dalam negeri. Keputusan tersebut tertuang dalam peraturan presiden No 55 tahun 2005 yang ditetapkan tanggal 30 September 2005 dan mulai berlaku pada tanggal 1

6

Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut dalam organisasi OPEC (Organization Of

Petroleum Exporting Countries

), mulai bergabung pada desember 1962 dan keluar pada bulan mei

2008.

(10)

Oktober 2005.

7

Kenaikan harga BBM ini termasuk luar biasa karena pilihan SBY adalah menaikan harga BBM sekaligus di atas 100%. Presiden SBY mengumumkan kenaikan harga BBM dengan rata-rata kenaikan 126%. Hal tersebut terlihat dari bensin premium‟ dari Rp 2.400 menjadi Rp4.500 (naik87,5%), solar dari Rp2.100 menjadi Rp4.300 (104,8%), minyak tanah dari Rp 700 menjadi Rp 2.000 (185,7%).

8

Pada masa pemerintahan SBY-JK sudah dilakukan tiga kali kebijakan menaikan harga BBM sejak awal periode pemerintahanya pada tahun 2004 – 2009. Diakhir masa pemerintahan SBY-JK, terjadi kenaikan lagi pada harga BBM melalui peraturan Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) No 16 tahun 2008 yang ditetapkan pada tangal 23 Mei 2008 dan mulai berlaku efektif sejak tanggal 24 Mei 2008. Hal tersebut didasari dengan kenaikan harga minyak dunia yang berada diatas kisaran US$ 100 per barrel dan dikhawatirkan akan mencapai angka US$ 150 per barrel. Dengan dikeluarkan peraturan Menteri tersebut maka harga BBM dinaikkan kembali dengan jenis premium menjadi Rp 6.000 per liter.

Hal tersebut dikarenakan krisis ekonomi global yang membuat harga minyak ikut melambung. Tetapi kenaikan harga BBM itu hanya bertahan beberapa bulan saja.

Setengah tahun kemudian pemerintah menurunkan harga BBM dan solar pada januari 2009 menjadi Rp 4.500 per liter.

Adapun hal-hal yang melatarbelakangi lahirnya kebijakan kenaikan harga BBM pada masa pemerintahan SBY-JK dapat dijelaskan sebagai berikut.

Kenaikan 1 Maret 2005 (Perpres No 22 tahun 2005) Berdasarkan data, besarnya subsidi BBM yang dicantumkan dalam APBN 2005 pada akhir tahun 2004 lalu

7

Harus Bisa „‟ Seni Memimpin Ala SBY” catatan harian Dr.Dino Patti Djalal. Hal 50

8

Keputusan Harga BBM Seharusnya Dicabut, Suara Merdeka 12 Oktober

2005.http://www.suaramerdeka.com/harian/0510/12/nas11.htm. Diakses 08 feb 2018 pukul 17.00

(11)

adalah sebesar Rp19 triliun dengan asumsi harga minyak dunia adalah US$ 24 per barrel, kurs Rp 8.600. Pada perkembangannya yaitu awal tahun 2005, harga minyak dunia justru meningkat dan jauh di atas asumsi APBN yaitu US$35 per barrel dan bahkan pada perkembangan selanjutnya, harga minyak dunia selalu di atas US$50 per barrel dan kurs rupiah rata-rata diatas Rp 8900. Akibatnya, realisasi pengeluaran subsidi BBM dalam bulan pertama tahun 2005 telah mencapai Rp15 triliun dan dikhawatirkan akan terus membengkak jika tidak segera dilakukan penyesuaian harga BBM. Akhirnya, hal ini lah yang melatarbelakangi lahirnya kebijakan pemerintah tentang penyesuaian harga BBM pada tanggal 28 Februari 2005 dan berlaku efektif mulai tanggal 1 Maret 2005.

Penyesuaian harga jual BBM dalam negeri ini tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2005.

9

Kenaikan harga BBM selalu menjadi isu penting yang dikaitkan dengan APBN, hal ini tidak terlepas dari subsidi yang diberikan pemerintah dalam kebutuhan minyak. Porsi BBM yang begitu besar berdampak pada nilai tukar rupiah yang bergantung pada kebijakan fiskal karena terjadinya defisit akibat terlalu besarnya subsidi untuk BBM. Kenaikan BBM kali ini juga membuat pemerintah sulit untuk memutuskannya dengan mencegah spekulasi yang berdampak pada merugikan rakyat banyak. Semenjak presiden SBY dilantik menjadi presiden yang kedua kalinya bersama Wapres Boediono pada 20 Oktober 2009 media banyak sekali menyoroti pasangan pemimpin negara tersebut terkait dengan isu bahwasanya Boediono merupakan salah stau orang yang berpikiran secara liberalis. Pada awal tahun 2012 pemerintah memiliki keinginan untuk

9

http://repository.usu.ac.id/bitstream

(12)

menaikan harga BBM namun tidak terjadi karena ditolak oleh DPR. Pemerintah memutuskan untuk menaikan harga BBM setelah proses persetujuan paripurna DPR pada 17 Juni 2013. Kenaikan harga BBM ditetapkan pada 22 Juni 2013, hal ini disampaikan oleh menteri ESDM Jero Wacik dalam peraturan presiden No 15 tahun 2013 tentang harga jual eceran dan konsumen jenis bahan minyak tertentu, sesuai dengan ketentuan pasal 4,5,dan 6. Kenaikan harga tersebut ditetapkan dari harga premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter dan harga solar naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh menteri ekonomi Hatta Rajasa dengan alasan kebijakan kenaikan harga BBM sangat penting untuk menjaga kesehatan fiskal, APBN tetapi juga perekonomian secara keseluruhan.

10

Keputusan kenaikan harga BBM dihadiri oleh berbagai menteri, seperti Menteri Sosial Salim Segaf Aljufri, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menkominfo Tifatul Sembiring, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menristek Gusti M. Hatta, Kapolri Timur Pradopo, Menteri Pertanian Suswono, Menkopolhukam Djoko Suyanto, Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan Menteri PPN/ Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.

B. Perumusan Masalah

Arikunto menyatakan bahwa dalam suatu penelitian, agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas. Perumusan masalah juga diperlukan untuk mempermudah

10

Finance Mulai Pukul 00.00 WIB, Premium Jadi Rp 6.500 dan Solar Rp 5.500/Liter oleh Rista

Rama Dhany dilihat http://m.detik.com/finance/read/2013/06/21/220230/2280766/1034. diakses

08 feb 2018 pukul 17.30

(13)

menginterpretasikan data dan fakta yang diperlukan dalam suatu penelitian.

11

Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang tentang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dengan melakukan pengurangan subsidi pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama dua periode yaitu 1. Bagaimana kebijakan kenaikan harga BBM melalui pengurangan subsidi pada

masa pemerintahan SBY-JK periode 2004-2009 ?

2. Mengapa pemerintahan SBY-JK membuat kebijakan menaikkan harga BBM melalui pengurangan subsidi ?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan deskripsi kebijakan kenaikan harga BBM melalui pengurangan „subsidi pada masa pemerintahan SBY-JK periode 2004-2009.

2. Menganalisa mengapa pemerintahan SBY-JK membuat kebijakan menaikkan harga BBM melalui pengurangan subsidi .

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya pengetahuan kognitif.

2. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik

11

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur penelitian ; suatu pendekatan praktek edisi ke 3. Jakarta.

Rineka Cipta. Hal.19

(14)

secara langsung maupun tdak bagi kepustakaan jurusan ilmu hubungan internasional dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengekplorasi kembali kajian tentang persepsi pemerintah khususnya kenaikan harga BBM dengan melakukan pengurangansubsidi.

F. Kerangka Teori

F.1 Teori Liberalisme Ekonomi

Kemunculan liberalisme merupakan kritik terhadap besarnya peran negara dalam mengatur sistem perekonomian yang dilakukan oleh negara terhadap kebebasan individu yang berdampak pada hilangnya kemampuan dari individu untuk mendapatkan kemakmuran. Liberalisme berkembang seiring dengan dinamika hubungan pasar-negara yang menjadi fokus dalam kajian ekonomi- politik.Liberalisme berkembang sesuai dengan dinamika interaksi pasar-negara di masing-masing zaman.Hal ini terlihat dari tiga aliran penting dalam liberalisme yaitu; Adam Smith, Keynes, dan Thatcher –Reagan.

1. Adam Smith (Liberalisme Klasik)

Teori liberalisme yang dikemukakan oleh Adam Smith melalui buku The Wealth of Nations yang lebih membahas dari perspektif ekonomi- politik yang lahir dari perlawanan terhadap negara. Kemunculan liberalisme merupakan sebuah kritik terhadap besarnya peran negara dalam suatu sistem perekonomian yang diartikan sebagai bentuk pembatasan negara terhadap kebebasan individu yang menyebabkan hilangnya potensi dari individu untuk meraih kemakmuran.

Dengan anngapan jika kendali ekonomi diserahkan terhadap pasar bebas

merupakan jalan keluar terbaik untuk kemakmuran.Vaclav Havel berpendapat

(15)

bahwa liberalisme merupakan satu-satunya sistem yang dapat menciptakan kemakmuran.

Ada beberapa pandangan Adam Smith dalam kajian ekonomi-politik, diantaranya; tentang kekayaan, pembagian kerja, khuluk manusia, mekanisme pasar dan paham liberalisme.

12

Pertama, pembagian kerja untuk menghasilkan suatu kekayaan maka diperlukan faktor produksi, seperti sumber daya manusia (SDM), kapital, dan sumber daya alam. Dalam pandangan klasik SDM merupakan faktor yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi suatu komoditas sedangkan kapital adalah dana yang disimpan atau disisihkan dari konsumsi dan digunakan untuk menjamin kelangsungan produksi berikutnya. Kedua, manusia merupakan individu yang rasional untuk berusaha memilih yang terbaik dari berbagai pilihan yang tersedia. Hal itu semua untuk kepentingan pribadinya. Seperti konsumen yang akan memaksimumkan kepuasannya sedangkan produsen berusaha memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

13

Ketiga, mekanisme pasar merupakan tempat bertemunya konsumen dan produsen yang terjadinya proses intergrasi yang disebut dengan sistem harga. Dari hasil kerja tiap orang yang melakukan tugasnya masing-masing koordinasi melalui mekanisme harga dipasar.

Kaum klasik Adam Smith dan David Ricardo yang memperkenalkan teori keungulan komparatif menyatakan bahwa penghapusan penghalang pergerakan bebas barang akan memungkinkan terjadinya spesialisasi nasional dan pemanfaatan secara optimal faktor-faktor produksi dalam negeri yang tidak dimiliki negara lain.

12

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik: Mencakup Berbagai Teori dan Konsep Yang Komprehnsif.

Hal 25

13

Ibid. hal 26

(16)

2. John Maynard Keynes (Keynesianisme)

Liberalisme mengalami perkembangan setelah perang dunia kedua terutama pada bidang perekonomian. Hal ini terlihat dimana stabilitas, pengangguran, dan pertumbuhan menjadi subjek yang penting dari kebijakan publik sehingga intervensi negara dapat diterima. Pada aliran keynesian dapat dibagi menjadi tiga pokok pikiran. Pertama, pada intervensi negara hal ini disebabkan kapitalisme kurangnya permintaan. Oleh karena itu, agar kapitalisme dapat berkembang maka pemerintah harus terlibat aktif dalam meningkatkan permintaan (demand) melalui belanja publik. Kedua, program terhadap kesejahteraan dan Welfare State dimana pemerintah memiliki peran yang cukup besar dalam mengarahkan kegiatan ekonomi individu-individu dan firma-firma serta memberikan subsidi kesejahteraan bagi warga negaranya.

14

Ketimpangan dalam distribusi pendapatan akan semakin mendorong terjadinya penentangan terhadap globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Semakin lebarnya kesenjangan pendapatan yang menyebabkan ketimpangan standar hidup maka akan mendorong kelompok terpingirkan (negara berkembang) dan tertindas secara ekonomi akan bergerak untuk melawan globalisasi. Hal ini membuat semakin sulit untuk menerapkan globalisasi ekonomi di negara berkembang akibat resistensi internal. Ketiga, pengagungan terhadap pasar dimana kelompok kanan baru (pengikut aliran Adam Smith) menekankan arti penting pasar agar terciptanya kesejahteran untuk setiap individu. Intervensi pemerintah sebaliknya dianggap menganggu mekanisme meskipun intervensi tersebut ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

15

14

Jill Steans&Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema dengan judul asli International Relation: Perspective and Themes. Hal 102

15

Budi Winarno. 2009. Pertarungan Negara VS Pasar.Jakarta Rineka Ciptahal 90

(17)

Keynes merupakan seorang liberal yang menggabungkan pengaruh negara dengan pasar dalam hal ini aliran keynesian menghendaki eksistensi pemerintah untuk menangani masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh pasar.

3. Thatcher Reagan

Dua pendukung utama yang bersandar pada ideologi kanan baru

(Neoliberalisme) yaitu Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan Perdana

Menteri Inggris Margareth Thatcher. Presiden Reagan menganut suply side yang

menyarankan pemotongan pajak guna memberikan insentif sebesar-besarnya

terhadap produksi. Pandangan tersebut banyak dipengaruhi oleh pandangan

ekonom seperti Milton Friedman dan Friedrich Hayek. Sedangkan Thatcher lebih

memakai monoterisme yang menekankan kontrol ketat atas money suplay. Dua

tokoh tersebut meyakini teori “Tricle Down Effect” yang menyatakan bahwa jika

si kaya akan mendapatkan insentif seperti pajak yang rendah maka mereka akan

terdorong untuk bertindak selaku pengusaha dan dengan demikian akan

mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari pandangan kedua tokoh tersebut dapat

ditarik pemahaman melalui memangkas belanja publik dan menurunkan laju

inflansi yang menyakini teori “Tricle Down Effect” dimana industri layanan

publik dialihkan ke swasta maka industri-industri tersebut akan dikelola dengan

lebih efisien dan mampu lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan. Pada

akhirnya akan mengurangi beban pemerintah untuk membayar biaya

kesejahteraan. Sikap Reagan dan Thatcher muncul sebagai pendukung

neokonservatisme yang menyakini bahwa peran pemerintah terhadap pasar harus

diminimalkan semaksimal mungkin kecuali dalam sektor keamanan, kunci dari

aliran ini adalah deregulasi dan privatisasi.

(18)

F.2. Kebijan Publik

Kebijakan adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula gevernance yang menyentuh pengelolaan sumberdaya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau bahkan kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideology dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara.

Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt

16

mendefinisikan kebijakan publik sebagai keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkahlaku dari mereka yang membuat dan dari mereka mematuhi keputusan. Carl Friedrich

17

mengemukakan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan terutama dimana terdapat hambatan-hambatan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang diamaksud.

Bridgman dan Davis

18

menerangkan kebijakan publik pada umumnya mengandung pengertian mengenai „whatever government choose to do or not to do‟. Artinya, kebijakan publik adalah „apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk

16

Agustiono, Leo. 2006. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta. Hal. 6

17

Ibid, Hal. 7

18

Suharto. Edi. 2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Hal.3

(19)

dilakukan atau tidak dilakukan‟. Hogwood dan Gunn

19

menyatakan bahwa kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu. Ini tidak berarti bahwa makna „kebijakan‟ hanyalah milik atau dominan pemerintah saja. Organisasi-organisasi non-pemerintah, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Organisasi Sosial (Misalnya Karang Taruna, Pendidikan Kesejahtraan Keluarga/PKK) dan lembagalembaga sukarela lainnya memiliki kebijakan-kebijakan pula.

Bridgeman dan Davis

20

menyatakan bahwa kebijakan publik setidaknya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan, yakni sebagai tujuan (objective), sebagai pilihan tindakan yang legal atau sah secara hukum (authoritative choice), dan sebagai hipotesis (hypothesis).

1. Kebijakan publik sebagai tujuan

Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian publik. Artinya, kebijakan publik adalah serangkaian tindakan pemerintah yang didesain untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diharapkan oleh publik sebagai konstituen pemerintah.

2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal

Pilihan tindakan dalam kebijakan bersifat legal atau otoritatif karena dibuat oleh lembaga yang memiliki legitimasi dalam sistem pemerintahan.

Keputusan itu mengikat para pegawai negri untuk bertindak atau mengarahkan pilihan tindakan atau kegiatan seperti menyiapkan rancangan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dipertimbangkan oleh parlemen atau mengalokasikan anggaran guna mengimplementasikan program tertentu.

19

Ibid, Hal. 4

20

Ibid, Hal. 5

(20)

3. Kebijakan publik sebagai hipotesis

Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi mengenai prilaku. Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakan juga selalu memuat disensetif yang mendorong orang tidak melakukan sesuatu. Kebijakan harus mampu menyatukan perkiraan-perkiraan mengenai keberhasilan yang akan dicapai dan mekanisme mengatasi kegagalan yang mungkin terjadi.

Dalam kaitanya dengan definisi-definisi tersebut di atas maka dapat disimpulkan beberapa karakteristik utama dari suatu definisi kebijakan publik.

Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada prilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa yang dimaksud dikerjakan atau akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif.

Secara positif, kebijakan melibatkan beberapa tindakan pemerintah yang jelas

dalam menangani suatu permasalahan, secara negatif, kebijakan publik dapat

melibatkan suatu keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan suatu

tindakan atau tidak mengerjakan apapun padahal dalam konteks tersebut

keterlibatan pemerintah amat diperlukan. Kelima, kebijakan publik paling tidak

(21)

secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah.

Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan disusun (constructed) dan didefinisikan dan bagaimana kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. Atau, seperti yang diungkapkan oleh Dye, Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not to do). Sementara itu, istilah publik dalam rangkaian kata public policy mengandung tiga konotasi: pemerintah, masyarakat, dan umum. Ini dapat dilihat dalam dimensi subyek, obyek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subyek, kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah. Maka itu salah satu ciri kebijakan adalah ”what government do or not do”. Kebijakan dari pemerintah lah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi dan dengan demikian mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk mematuhinya. Dalam dimensi lingkungan yang dikenai kebijakan, penegertian publik di sini adalah masyarakat.

21

Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan persoalan disusun (constructed) dan didefinisikan dan bagaimana kesemuanya itu diletakkan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. Atau, seperti yang diungkapkan oleh Dye, kebijakan publik adalah studi tentang apa yang dilakukan pemerintah, mengapa pemerintah mengambil tindakan tersebut, dan apa akibat dari tindakan tersebut.

Ide kebijakan publik mengandung anggapan bahwa ada suatu ruang atau domain dalam kehidupan yang bukan privat atau murni milik individual, tetapi milik

21

Said Zainal Abidin.2002. Kebijakan Publik edisi Revisi. Jakarta. Yayasan Pancur Siwah. Hal 20

(22)

bersama atau milik umum.Publik itu sendiri berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk diatur atau diintervensi oleh pemerintah maupun atau aturan sosial atau setidaknya oleh tindakan bersama.

James Anderson

22

mengemukakan beberapa ciri dari kebijakan, seperti berikut :

1. Public policy is purposive, goal-oriented behavior rather than random or chance behavior. Setiap kebijakan mesti ada tujuannya. Artinya, pembuatan suatu kebijakan tidak boleh sekedar asal buat atau karena kebetulan ada kesempatan membuatnya. Bila tidak ada tujuan, tidak perlu ada tujuan.

2. Public policy consists of courses of action rather than separate, discrete decision or actions performed by government officials. Maksudnya, suatu kebijakan tidak berdiri sendiri, terpisah dari kebijakan lain, tetapi berkaitan dengan berbagai kebijakan dalam masyarakat, dan berorientasi pada pelaksanaan, interpretasi dan penegakan hukum .

3. Policy is what government do not what they say will do or what they intend to do. Kebijakan adalah apa yang dilakukan pemerintah, bukan apa yang ingin atau diniatkan akan dilakukan pemerintah.

4. Public policy may be either negative or positive. Kebijakan dapat berbentuk negatif atau melarang dan juga dapat berupa pengarahan untuk melaksanakan atau menganjurkan .

5. Public policy is based on law and is authoritative. Kebijakan didasarkan pada hukum, karena itu memiliki kewenangan untuk memaksa masyarakat untuk mematuhinya.

22

Ibid, hal 41

(23)

Sebagai sebuah sistem yang terdiri dari sub-sistem atau elemen, komposisi dari kebijakan dapat dilihat dari dua perspektif : dari proses kebijakan dan dari struktur kebijakan. Dari sisi proses kebijakan, ada beberapa tahapan diantaranya:

identifikasi masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan. Sementara jika dilihat dari segi struktur, terdapat lima unsur kebijakan.

Unsur pertama, tujuan kebijakan. Seperti penjelasan sebelumnya, suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan, tidak perlu ada kebijakan. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik. Tujuan yang baik sekurang-kurangnya memenuhi empat kriteria yaitu; diinginkan untuk dicapai, rasional atau realistis, jelas, dan berorientasi ke depan. Unsur kedua, masalah.

Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kesalahan dalam

menentukan masalah secara tepat dapat menimbulkan kegagalan total dalam

seluruh proses kebijakan. Dengan kata lain, jika suatu masalah telah dapat

diidentifikasikan secara tepat berarti sebagian pekerjaan dapat dianggap sudah

dikuasai. Unsur ketiga, tuntutan. Tuntutan muncul antara lain karena salah satu

dari dua sebab : Pertama, karena terabaikannya kepentingan suatu golongan dalam

proses perumusan kebijakan, sehingga kebijakan yang dibuat pemerintah

dirasakan tidak memenuhi atau merugikan kepentingan mereka. Kedua, karena

munculnya kebutuhan baru setelah suatu tujuan tercapai atau suatu masalah

terpecahkan.Unsur keempat, dampak. Dampak merupakan tujuan lanjutan yang

timbul sebagai pengaruh dari tercapainya suatu tujuan. Seberapa besar dampak

yang terjadi untuk tiap jenis kebijakan sulit diperhitungkan karena : tidak

tersedianya informasi yang cukup, dalam bidang sosial pengaruh dari satu

kebijakan sulit dipisahkan dari pengaruh kebijakan lain, proses berjalannya

(24)

pengaruh dari sesuatu kebijakan di bidang sosial sulit untuk diamati. Unsur kelima, sarana atau alat kebijakan. Suatu kebijakan dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang dimaksud. Beberapa dari sarana ini antara lain : kekuasaan, insentif, pengembangan kemampuan, simbolis, dan perubahan kebijakan itu sendiri.

F.3. Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) F.3.1. Subsidi

Subsidi adalah sebuah pembayaran oleh pemerintah untuk produsen , distributor dan konsumen bahkan masyarakat dalam bidang tertentu. Misalnya untuk mencegah penurunan dari industri (misalnya, sebagai hasil dari operasi yang tidak menguntungkan terus menerus) atau kenaikan harga produknya atau hanya untuk mendorong untuk mempekerjakan tenaga kerja yang lebih (seperti dalam kasus subsidi upah). Secara umum pengertian subsidi merupakan suatau pemberian uang dari pemerintah yang dimaksudkan untuk membantu dan mempergiat pekembangan usaha kelompok tani yang dianggap penting sekali bagi kepentingan umum dan yang tidak sanggup berjalan tanpa bantuan pemerintah.

Subsidi adalah cadangan keuangan dan sumbersumber daya lainnya untuk mendukung suatu kegiatan usaha atau kegiatan perorangan oleh pemerintah.

Subsidi dapat mendorong peningkatakan output produk-produk yang dibantu akan tetapi mengganggu proses alokasi sumber daya domestik secara umum dan memberi dampak yang merugikan terhadap perdagangan internasional

23

.

Subsidi adalah pembayaran berbalas yang saat ini dilakukan oleh pemerintah untuk perusahaan berdasarkan tingkat aktivitas produksi, kuantitas,

23

Nazir, Habib, dan Muhammad Hasanuddin. 2004, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah

Cet. Ke-1, Bandung: Kaki Langit. Hal. 16.

(25)

nilai dari barang atau jasa yang mereka produksi, jual, ekspor, atau impor, untuk mempengaruhi tingkat produksi, harga output yang dijual, atau penggajian perusahaan

24

. Subsidi juga didefinisikan sebagai “tindakan pemerintah yang menurunkan biaya produksi, meningkatkan pendapatan produsen, atau menurunkan harga yang dibayarkan oleh konsumen”.

25

Subsidi (juga disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena operasi merugikan yang terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya atau hanya untuk mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam subsidi upah).

Contohnya adalah subsidi untuk mendorong penjualan ekspor; subsidi di beberapa bahan pangan untuk mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah perkotaan; dan subsidi untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan mencapai swasembada produksi pangan

26

.

Dari penjelasan diatas, subsidi bisa dikelompokkan menjadi subsidi kepada produsen dan subsidi kepada konsumen. Subsidi produsen adalah pemberian subsidi oleh pemerintah kepada produsen untuk meningkatkan produksi atau agar produsen terbebas dari kebangkrutan dengan cara menutup sebagian biaya produksi mereka. Subsidi konsumen adalah subsidi yang diberikan kepada konsumen dalam bentuk produk konsumsi dengan harga yang lebih murah

24

IMF. (2013). Case Studies On Energy Subsidy Reform: Lessons and Implications.

http://www.imf.org/external/np/pp/eng/2013/012813.pdf diakses 5 February 2015

25

IEA, OECD and World Bank. (2010). The Scope of Fossil-Fuel Subsidies in 2009 and a Roadmap for Phasing out Fossil-Fuel Subsidies. Joint report for Prepared for the G-20 Summit in Seoul November 2010.

26

Todaro, Michael P., & Smith, Stephen C. (2012). Economic Development (11th Ed.). Addison

Wesley.

(26)

sehingga memungkinkan mereka untuk mengkonsumsi produk tersebut. Misalnya subsidi makanan dan subsidi susu untuk masyarakat miskin dimana yang disubsidi itu konsumennya bukan produknya.

F.3.2. Bahan Bakar Minyak (BBM)

BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products), yang termasuk di dalamnya adalah BBM.

Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-produk seperti naphta, light sulfur wax residue (LSWR) dan aspal

27

.

BBM seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga dan subsidi sekarang meliputi: (i) bensin (premium gasoline), (ii) solar (IDO & ADO: industrial diesel oil & automotive diesel oil), (iii) minyak bakar (FO: fuel oil) serta (iv) minyak tanah (kerosene). Definisi ini merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yang masih mencantumkan avgas (aviation gasoline) dan avtur (aviation turbo gasoline, yaitu jenis-jenis bahan bakar yang dipergunakan untuk mesin pesawat terbang, dalam kategori sebagai BBM.

28

Bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi. Berdasarkan Undang-Undang No.8 tahun 1971, pertamina sebagai

27

Nugroho, Hanan. 2006. Apakah persoalannya pada subsidi BBM? Tinjauan terhadap masalah subsidi BBM, ketergantungan pada minyak bumi, manajemen energi nasional, dan pembangunan infrastruktur energi. https://www.bappenas.go.id/files/5313/5078/8094/01ahanan11__

20091014130919__2256__0.pdf. Hal. 2

28

Ibid. Hal. 2

(27)

satu-satunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas dari lading- ladang minyak diseluruh Indonesia. Mengolahnya dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak di seluruh Indonesia.

Dalam halnya biaya BBM, tata cara perhitungannya ditetapkan bahwa pertamina diharuskan menerapkan konsep fee and cost di dalam pelaksanaan perhitungan biaya BBM. Artinya pertamina dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasi BBM ditambah dengan sejumlah fee. Untuk melaksanakan tugas ini pertamina memiliki pola nirlaba. Pola operasi nirlaba seperti yang disebutkan sebelumnya dapat dijelaskan sebagai berikut

29

:

1. Bilamana hasil penerimaan penjualan BBM dalam negeri ternyata lebih kecil bila dibandingkan dengn biaya pengadaan dan pendistribusian BBM maka melalui mekanisme APBN, pemerintah akan memberikan subsidi untuk menutup kekurangan biaya.

2. Sebaliknya bilamana penjualan BBM di dalam negeri ternyata lebih besar bila dibandingkan dengan biaya pengadaan dan pendistribusian BBM, maka kelebihan penerimaan yang dihasilkan harus disetorkan kepada pemerintah.

Subsidi BBM, sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota Keuangan saban tahun, adalah “pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada PERTAMINA (pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh PERTAMINA dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya

29

Nirmala, Tiara. 2007. Pengaruh Harga BBM, Pengeluaran Pemerintah dan Jumlah Uang Beredar

Terhadap Inflasi di Bandar Lampung.[skripsi]. Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Lampung.

(28)

yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut”. Dalam hal ia bernilai positif, seperti dulu sering dialami, angka itu disebut Laba Bersih Minyak

30

.

Definisi mengenai “subsidi BBM” yang dikembangkan oleh pemerintah tersebut telah diturunkan ke dalam perhitungan akuntansi yang angka-angkanya kemudian menjadi dasar bagi program pemerintah untuk “menghapuskan subsidi BBM”, termasuk perancangan programprogram pengurangan dampak kenaikan harga BBM.

Harga BBM di Indonesia adalah harga yang diatur oleh pemerintah dan berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Pada dasarnya, pemerintah bersama DPR menetapkan harga BBM setelah memperhatikan biaya-biaya pokok penyediaan BBM yang diberikan PERTAMINA serta tingkat kemampuan (willingness to pay) masyarakat. Belakangan, dalam upaya menyesuaikan harga BBM di dalam negeri dengan perkembangan harga BBM internasional, dikeluarkan Keputusan Presiden yang memungkinkan PERTAMINA untuk secara berkala menyesuaikan harga BBM sesuai perkembangan MOPS (Middle Oil Platts, Singapore). Namun, mekanisme penyesuaian harga otomatis tersebut tidak terus dapat dipertahankan

31

.

F.4. Konsep Organisasi Internasional dan Bantuan Luar Negeri

Berakhirnya perang dingan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat munculnya isu baru tentang dominasi power yang dulunya ada pada sistem keamana negara menjadi beberapa isu penting, diantaranya; ekonomi, hak asasi manusia (HAM), hukum, agama dan sistem politik. Dengan semakin

30

Nugroho, Hanan. Op.cit. Hal. 2.

31

Ibid. Hal. 2.

(29)

luasnya isu internasional membuat munculnya aktor–aktor baru diluar negara atau pemerintahandalam mendominasi kekuatan maupun kekuasaan yang dikaji dalam hubungan internasional. Peranan organisasi internasional menjadi sangat penting dalam hubungan internasional, salah satu studinya menjelaskan pada asumsi bahwa konflik bisa dikelola dan diselesaikan kalau dapat menciptakan suatu aturan main atau tertib hukum yang di dukung oleh perangkat organisasi internasional seperti liga bangsa–bangsa (LBB) yang sekarang lebih dikenal dengan perserikatan bangsa – bangsa (PBB).

32

Perkembangan organisasi internasional memiliki kedudukan yang penting pada setiap negara. Hal ini terkait dengan peranannya yaitu melewati batas negara dan dapat mempengaruhi kebijakan suatu negara. Salah satu peran penting dari organisasi internasional bagi Indonesia dalam menangani krisis moneter pada tahun 1997 yang terjadi dikawasan Asia dimulai dengan jatuhnya nilai mata uang bath Thailand yang berdampak pada krisis ekonomi. Akibat krisis moneter Indonesia mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan pemerintah harus mencari cara untuk memulihkan perekonomian salah satunya adalah dengan meminta bantuan organisasi internasional yaitu IMF (International Monetary Fund) dan Bank Dunia

33

. Semakin kompleksitasnya isu yang dihadapi oleh setiap negara maka kendudukan organisasi internasional sangat penting untuk menjadi mediator maupunfasilitator.

Peran IMF dan Bank Dunia dalam membantu memulihkan perekonomian negara–negara berkembang sangat berpengaruh. IMF merupakan sebuah

32

Mohtar Mas‟oed. 1990:Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta. Rajawali Press. Hal 52

33

A. Prasetyantoko. 2001. Arsitektur Baru Ekonomi Global: Belajar Dari Keruntuhan Ekonomi

Asia Tenggara. Hal 12

(30)

organisasi internasional yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan tujuuan utama untuk membantu negara–negara anggotanya yang mengalami krisis dalam bidang ekonomi khususnya untuk menjada stabilitas keuangan dalam posisi terkendali, mendorong kerjasama moneter, serta memfasilitasi perdangangan internasional. IMF juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta mengurangi kemiskinan negara anggotanya menjadi angenda utama dari berdirinya organisasiini.

Bantuan yang diberikan oleh IMF adalah berupa pencairan dana atau bantuan dana terhadap negara–negara yang membutuhkan bantuan tersebut. IMF memfasilitasi bantuan–bantuan tersebut melalui mekanisme yang diatur dalam organisasi ini. Dalam melakukan kerjasama dengan IMF maka diperlukan SAP (Structural Adjustment Programs) diman negara pengutang seharusnya mencoba untuk mengekspor sebagai cara keluar dari utang mereka

34

. Hal tersebut tertuang dalam Letter of Intent (LoI) yang dijadikan sebagai prasyarat peminjaman hutang luar negeri. IMF sebagai organisasi internasional pada bidang ekonomi bekerjasama dengan Bank Dunia untuk membantu negara berkembang yang terkena krisis ekonomi salah satu negara anggotanya adalah Indonesia hal ini terlihat dari paket reformasi ekonomi salah satunya adalah amandemen UU Migas pada masa pemerintahan Megawati dari UU No 8 Tahun 1971 ke UU No 22 Tahun 2001.

USAID juga memiliki andil yang cukup besar dalam proses pembentukan undang–undang migas. Perlu adanya regulasi deregulasi, subsidi harus dicabut sehingga harganya mengikuti harga pasar atau disebut dengan harga

34

Jill Steans & Lloyd Pettiford. 2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan Tema dengan judul

asli International Relations: Perspective and Themes. Hal 104

(31)

keekonomian. USAID melalui kerjasama dengan penjabat Indonesia yang melibatkan ormas/LSM, media dan universitas telah berhasil menyelesaikan draf undang–undang migas tahun 2000. Pada tahun 2001 USAID mengucurkan dana lagi ke LSM–LSM dan universitas untuk berkampanye masalah penghapusan subsidi energi. Untuk berhasilnya program dari USAID maka Bank Dunia juga memberikan subsidi finansial guna melakukan studi komprehensif bidang migas dan kebijakan tarif terhadap LSM dan perguruan tinggi

35

. Adanya kebijakan bahwa setiap pinjaman dari IMF, Bank Dunia dan ADB diberlakukan syarat bahwa negara peminjam harus melaksanakan agenda privatisasi, deregulasi, pencabutan subsidi BBM agar mengikuti harga pasar atau harga keekonomian.

G.Metodologi Penelitian G.1. Metode Penelitian

Merujuk pada permasalahan yang akan diteliti, penulis menggunakan jenis penilitian deskriftif. Penelitian deskriptif adalah cara dalam melihat dan memecahkan masalah dengan melihat data dan fakta dari fenomena dimasa kekinian. Penelitian deskriptif merupakan sebuah proses pemecahan suatu masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaaan sebuah objek maupun subjek penelitian seseorang, lembaga maupun masyarakat pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.

36

35

Drs. Sugiaryo. Globalisasi: Intervensi Kekuatan Politik dan Ekonomi Dalam Pembentukan Hukum dan Pengusahaan Migas Di Indonesia. Magistra No. 74 Th. XXII Desember 2010. Hal 79

36 Hadari Nawawi. 1987. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hal: 63.

(32)

G.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatif dengan menggunakan jenis penelitian studi pustaka. Dalam tipe eksplanitif ini peneliti akan memfokuskan pada penelitian studi pustaka (buku, artikel, maupun data-data dari internet) dengan menggunakan tipe di atas penelitian ini dilakukan dengan alasan untuk mempelajari secara intensif tentang alasan pemerintah dalam menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi yang diberikan kepada masyarakat.

G.3 Level Analisis

Dalam metodologi penulisan ini, terdapat dua variable yang di identifikasi sebagai alat penelitian yakni unit analisis dan unit eksplanasi:

 Sebagai unit analisa atau variable dependen yang didapatkan pada latar belakang adalah kenaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi.

 Sebagai unit eksplanasi atau varibale independen yang didapatkan pada latar

belakang adalah rasionalitas Presiden SBY dalam keputusan kenaikkan harga BBM.

G.4 Batasan Materi

Materi yang akan dibahas pada penelitian ini lebih fokus kepada alasan

pemerintah menaikkan harga BBM dengan melakukan pengurangan subsidi

selama dua periode masa pemerintahan yang dijalankannya. Pengaruh yang

diberikan terhadap pasangan SBY tidak berdampak besar terhadap keputusan

SBY dalam menaikkan harga BBM.Hal ini terbukti dari keputusan menaikkan

harga BBM dengan mengurangi subsidi pada bulan juni kemarin.Kenaikan harga

BBM bersubsidi merupakan salah satu bentuk dari liberalisasi energi pada masa

(33)

pemerintahan SBY salah satunya dengan melakukan pengurangan subsidi.

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar jika dideskripsikan penulisan dari bab per bab dalam penelitian ini akan menjadi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti menelitu tentang mengapa pemerintah pada masa SBY menaikkan harga BBM dengan mengurangi subsidi yag diberikan kepada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengatahui alasan pemerintah mengambil keputusan tersebut dengan mempertimbangkan untung rugi dan kenapa pemerintah menaikkan harga BBM beberapa kali.

Pada bab ini berisi tentang metodologi yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu, antara lain: jenis penelitian, level analisis, ruaang lingkup penelitian dibagi menjadi dua yaitu;

batasan waktu dan batasan materi, alur penelitian, hipotesa dan sistematikapenulisan.

BAB II Kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) Tahun 2004-2009

Pada bab ini peneliti menjelaskan kepemimpinan SBY-JK dalam politik, ketahanan dan keamanan, dan ekonomi selama periode tahun 2004-2009.

BAB III Pemerintah SBY-JK Menaikkan Harga BBM Melalui Pengurangan Subsidi

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kebijakan kenaikan harga

(34)

BBM melalui pengurangan subsidi pada masa pemerintahan SBY- JK periode 2004-2009 dan alasan pemerintahan SBY membuat kebijakan menaikkan harga BBM melalui pengurangan subsidi BAB IV (Penutup)

Bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran.

(35)

BAB II

KEPEMIMPINAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHONO (SBY) DAN JUSUF KALLA (JK) TAHUN 2004-2009

Pemerintahan SBY-JK berlangsung pada tahun 2004-2009. Dalam pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya, Jusuf Kalla mencetuskan visi dan misi sebagai berikut:

Visi :

1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai.

2. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak-hak asasi manusia.

3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Misi :

1) Mewujudkan Indonesia yang aman damai

2) Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis 3) Mewujudkan Indonesia yang sejahtera

37

1. Bidang Politik

Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai Demokrat, meraih 7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan

37

Kumalasari, Patmi. 2014. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

https://patmikumalasari.wordpress.com/2014/01/11/masa-pemerintahan-presiden-susilo-bambang-

yudhoyono. Hal.1

(36)

Bintang secara resmi mencalonkannya sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. Dalam masa kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari Partai Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang.

Di Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 2004-2009, sistem kepartaian mengalami perubahan yang signifikan, dimana partai politik bebas untuk didirikan asalkan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, serta tidak menyimpang dari hakikat pancasila secara universal.

Masyarakat Indonesia pun dapat memilih calon wakil rakyat pilihan mereka secara langsung, hal tersebut tentu menunjukan apresiasi negara terhadap hak dasar bangsa secara universal dalam konteks pembentukan negara yang demokratis.

38

2. Bidang Ketahanan dan Keamanan

Pemerintahan SBY – Kalla memiliki concern yang tinggi beberapa terhadap persoalan, antara lain penanggulangan aktivistas illegal khususnya illegal logging yang menjadi kunci awal untuk masuk kedalam pertempuran aktivitas illegal yang jumlahnya tak terbatas. Aktivitas illegal logging mendapat perhatian yang cukup signifikan dari Pemerintahan SBY–Kalla seperti halnya penanganan illegal logging di Papua. Pemerintahan SBY–Kalla membentuk pokja penanganan illegal logging beranggotakan lintas menteri dibawah koordinasi menko kesra untuk lebih mengefektifkan pemberantasan illegal logging. Hal penting yang harus diperhatikan oleh Pemerintahan SBY-Kalla dalam penanganan aktivitas illegal

38

Ibid. Hal. 1

(37)

logging adalah keberanian untuk mengungkap secara detail berbagai pihak yang terlibat khususnya dari aparat militer, pengadilan dan kepolisian. Pemerintahan SBY–Kalla pun harus secara jelas mengalokasikan dana operasional untuk kegiatan tersebut guna menghindari tindakan penyuapan yang dilakukan oleh para pelaku aktivitas illegal logging

39

.

Ukuran keberhasilan atau kegagalan menjadi sangat penting dalam mengevaluasi Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Disatu pihak, kedudukan Presiden SBY, memiliki legitimasi dan kredibilitas yang cukup tinggi. Dipihak lain, Presiden SBY telah berupaya merealisasikan sebagian janji-janji dalam berbagai program pembangunan nasional.

Keberhasilan

1. Dalam ketahanan dan keamanan, keberanian menyeret sebagian koruptor- koruptor, baik pejabat pemerintah di daerah maupun di pusat terhadap lembaga legislatif dan eksekutif telah dilakukan. Perang melawan korupsi dalam kabinet SBY terlihat jelas dan menggembirakan. Instrumen hukum UU No.31/1999 tentang Korupsi, UU No.36/2003Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Instrumen presiden 2005, tentang Tim Pemberantas Korupsi (Timtas-TIPIKOR) yang memiliki kewenangan luar biasa. Sebagai satu contoh, Gubernur Aceh, Abdullah Puteh dihukum 10 tahun adalah bukti komitmen tersebut.

2. Kesungguhan penegakan keamanan dan ketahanan itu, juga bisa terlihat atas keberhasilan penandatanganan MoU antara pemerintah RI dengan GAM, 15 Agustus 2005 di Helsinki. Meskipun MoU tidak sederajat dengan Perjanjian

39

Yusuf. 2005. Evaluasi Pemerintahan SBY-Kalla. The Indonesian Institute. Policy Assessment.

Hal. 26.

(38)

Internasional, praktek di lapangan telah memperlihatkan kedua pihak mematuhinya. Pemusnahan senjata oleh GAM dengan pengawasan Aceh Mission Monitoring (AMM) terus dilaksanakan. Pemberlakuan amnesti terhadap tahanan praktek juga telah dilakukan. Ribuan TNI non-organik sebagian telah dikembalikan dari Aceh ke daerah masing-masing. Akibat penandatanganan MoU situasi keamanan, kedamaian dan masyarakat Aceh telah pulih. Keberhasilan ini mustahil dapat dicapai sekiranya kedua belah pihak tidak memiliki komitmen. Telah lama TNI bercokol di Aceh dan jelas- jelas kebijakan tersebut kontra produktif terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM secara internasional dan nasional.

3. Masalah politik dan keamanan cukup stabil dan tampak konsolidasi demokrasi dan keberhasilan pilkada Aceh menjadi catatan prestasi. Namun, potensi demokrasi ini belum menghasilkan sistem yang pro-rakyat dan mampu memajukan kesejahteraan bangsa Indonesia.Tetapi malah mengubah arah demokrasi bukan untuk rakyat melainkan untuk kekuatan kelompok.

Kegagalan

1. Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono 2004-2009, pemerintah dan DPR tidak berhasil menetapkan satu pun undang-undang bidang pertahanan nasional.

2. Pertahanan dan keamanan yang terasa masih menjadi nilai raport merah SBY

adalah rendahnya komitmen mereka terhadap penciptaan sistem keamanan

masyarakat. Tragedi Bom Bali II 1 Oktober (jatuh pada hari Kesaktian

Pancasila) yang diklaim oleh Wapres Yusuf Kalla sebagai kecolongan tidak

terbantahkan. Sebelumnya juga teror bom di Tentena Poso di wilayah tentara

(39)

Sulawesi Tengah bukti kegagalan tersebut. Sementara Dr. Azhari dan Nurdin Top juga tidak akan tertangkap jika cara kerja aparat penegak hukum tidak professional.

40

Sistem hukum terpadu tentang pencegahan dan penanggulangan terorisme diperlukan, tetapi kejahatan teorisme juga belum tentu akan berkurang. Sejatinya UU NO.15/2003, tentang Tindak Pidana Terorisme sesungguhnya tidak memadai.

Untuk itu Presiden SBY perlu mengusulkan UU Keamanan dan Intelejen Nasional cukup proporsional dan tepat momennya. Tiadanya institusi yang kredibel dalam mengkoordinasikan berbagai aparat pemerintah dan penegak hukum dalam menanggulangi terorisme menyisakan soal ancaman keamanan sebagai masalah utama. Namun, tidak salah jika kita menengok Amerika, Malaysia dan Singapore.

Terlindunginya masyarakat dari rasa aman, tentram merupakan segi-segi positif dari adanya instrumen hukum tersebut. Kinerja aparat keamanan khusunya dalam pencegahan terorisme perlu ditingkatkan melalui para TNI-POLRI dan Intelejen tanpa harus menaksirkan KOTER. Validitas Keppres tentang kebijakan menaikkan BBM 100% oleh pemerintah secara sepihak hanya logis dalam tatanan kepentingan ekonomi nasional. Namun, kenaikan BBM yang dibarengi oleh kenaikan harga-harga bahan pokok itu artinya justru menyengsarakan masyarakat.

Sampai saat ini, pemerintah belum mampu memperlihatkan upaya untuk meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat melalui jumlah pengangguran.

41

Kegagalan pemerintah SBY dalam menciptakan rasa aman dan tentram masyarakat tak terhindarkan melalui pembagian kompensasi BBM sebesar Rp 300.000 KK per bulan terhadap masyarakat miskin. Kenaikan itu menjadi tidak

40

Kumalasari Patmi, 2014. op.cit. Hal 1.

41

Ibid. Hal. 1

(40)

berarti, mengingat harga bahan pokok menjadi naik pula. Lagi pula, kenaikan harga BBM sungguh telah memicu kegelisahan masyarakat. Memang niat memberikan kompensasi BBM terhadap orang-orang miskin tidak diragukan nilai baik dan manfaatnya. Akan tetapi, upaya untuk mensejahterakan masyarakat sesuai pasal 33 dan 34 UUD 1945 menjadi tidak kena sasaran bilamana tidak dipersiapkan secara matang.

42

Bukti lemahnya persiapan itu tidak sekedar ditentukan oleh rumusan kemiskinan dan data-data yang akurat di lapangan. Tapi juga dampak-dampak negatif dari pemberian uang tunai tidak menjamin sama sekali. Bencana sosial ini tampak dalam penderitaan dan kesengsaraan masyarakat miskin. Sampai saat ni tidak kurang dari empat orang tewas dalam proses pengambilan kompensasi BBM. Beberapa kepala desa dan kepala RT yang juga tewas ditusuk dan juga bunuh diri. Jika disana puluhan penegak hukum dalam konteks pemberantasan korupasi, terorisme dan mensejahterakan masyarakat. Dengan kata lain, nilai raport merah SBY-YK tidak akan berubah jika dikemudian hari tidak mengalami perubahan

43

.

3. Bidang Ekonomi

Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010, seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009. Terbukti, perekonomian Indonesia mampu bertahan dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa.

42

Ibid. Hal.1

43

Ibid. Hal.1

Referensi

Dokumen terkait

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara

- Aqua bidest bebas pirogen: merupakan bahan pembawa air yang dibebaskan dari pirogen dengan menggunakan beberapa cara, salah satunnya yaitu dengan menggunakan

Pada bab ini akan dilakukan analisis dan pembahasana dari hasil pengumpulan dan pengolahan data terhadap penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

Abstrak: Pergantian permukaan perkerasan pada ruas Jalan Gajah Mada dari perkerasan lentur menjadi perkerasan paving tentunya akan menimbulkan berbagai dampak

Sampai dengan berakhirnya pemerintahan Soeharto, masih banyak sisa persoalan tanah perkebunan yang belum terselesaikan, bahkan menjelang beranrkhirnya pemerintahan Soeharto,

Rina Ciputra Sastrawinata, Presiden Direktur dari Ciputra Artpreneur Center mengatakan, “Kami sangat senang dapat menjadi bagian dari pameran ini, dimana untuk pertama

Dari pengamatan yang telah penulis lakukan berdasarkan hasil observasi langsung dengan Reservation Agent penulis telah memberi kesimpulan bahwa penanganan pemesanan kamar

Yaitu beberapa orang yang ahli tentang seluk-beluk zakat (hukum-hukumnya, barang-barang dan kadar masing-masing yang dizakati dan sebagainya) yang diangkat oleh Nabi