8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian- penelitian terdahulu yang memiliki persamaan tema untuk digunakan sebagai perbandingan dalam pembahasan kajian.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Siti Sri Rahayu (2016) yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial Dan Konsep Diri Terhadap Kualitas Hidup Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti Rehabilitasi” peneliti menjelaskan bahwa kualitas hidup merupakan pandangan remaja atas kehidupan biasanya berhubungan dengan standar atau nilai hidup remaja itu sendiri, penelitian dilakukan di Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) “Galih Pakuan” Bogor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan konsep diri dan pengaruh yang positif terhadap kualitas hidup.
Konsep diri memiliki hubungan dan pengaruh yang positif terhadap kualitas hidup.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2017) dalam jurnalnya yang berjudul “Keluarga Sebagai Sumber Dukungan Sosial Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA” Peneliti menjelaskan bahwa
Pemerintah Indonesia membuat kebijakan mengenai layanan rehabilitasi
medis maupun sosial yang diberikan terhadap korban penyalahgunaan
NAPZA. Berkenaan dengan Rehabilitasi Sosial, keluarga merupakan
9
komponen yang sangat penting dan strategis, karena itu ikut menentukan proses pemulihan sosial, baik di lembaga rehabilitasi sosial atau ketika menjalani resosialisasi dan reintegrasi. Pada kenyataannya masih banyak keluarga yang belum melaksanakan fungsi dan perannya dengan baik.
Informasi dari penelitian ini disusun dari data sekunder, serta materi dari wawancara dengan pelaku narkoba, dan pengamatan pelaku Narkoba di IPWL. Pada penelitian ini menganalisis dampak penyalahgunaan narkoba, keluarga sebagai sistem sumber informal, keluarga sebagai sumber dukungan sosial, dan strategi yang perlu diperkuat oleh pemerintah, sehingga keluarga dapat memberikan dukungan sosisal secara optimal.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2016), dengan
judul jurnal “Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat Bagi Korban
Menyalahgunaan Napza Di Yogyakarta”, peneliti menjelaskan bahwa
penyelenggaraan Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) menjadi
program ditingkat Desa. Kegiatan RBM ini berfokus pada komunikasi,
informasi, dan edukasi kepada masyarakat. Peran RBM sangat penting
dalam pencegahaan penyalahgunaan NAPZA yang sangat perlu
diperhatikan dalam perumusan program. Didalam memaksimalkan peran
RBM sangat di perlukan SDM serta fasilitas pengurus dan anggota RBM,
dengan memfasilitasi lembaga pendidikan dan pelatihan yang ada pada
instansi sektoral, Balai Besar dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial
Kementrian Sosial.
10
Tabel 2.1 Penelitan Terdahulu
No. Peneliti Judul Hasil Penelitian 1. Siti Sri
Rahayu (2016)
Pengaruh
Dukungan Sosial Dan Konsep Diri Terhadap
Kualitas Hidup Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Panti
Rehabilitasi
Menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang positif dengan konsep diri dan pengaruh yang positif terhadap kualitas hidup. Konsep diri memiliki hubungan dan pengaruh yang positif terhadap kualitas hidup.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan terdapat pada objek penelitian.
2. Suradi (2017)
Keluarga Sebagai Sumber
Dukungan Sosial Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA
Dampak penyalahgunaan narkoba, keluarga sebagai sistem sumber informal, keluarga sebagai sumber dukungan sosial, dan strategi yang perlu diperkuat oleh pemerintah, sehingga keluarga dapat
memberikan
dukungan sosisal secara optimal.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan terdapat pada tema dan objek penelitiannya.
Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang saya lakukan terdapat pada tema dan objek penelitiannya.
3. Gunawan (2016)
Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat Bagi Korban
Menyalahgunaa n Napza Di Yogyakarta
Kegiatan RBM ini berfokus pada komunikasi, informasi dan edukasi kepada masyarakat.
Peran RBM sangat penting dalam
pencegahaan penyalahgunaan
Napza sehingga perlu diperhatikan
dalam perumusan program, serta
sangat diperlukan SDM maupun
fasilitas pengurus dan anggota
11
Berdasarkan uraian penelitian di atas, terdapat beberapa hal yang dijelaskan mengenai Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Berbasis Masyarakat (RBM). Perbedaan pada penelitian yang dilakukan saat ini adalah pemilihan tema terkait untuk mengetahui gambaran mengenai implementasi program rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.
Penelitian terdahulu melihat bahwa peran rehabilitasi sosial sangat berpengaruh dalam pencegahan narkoba. Penelitian saat ini melihat bagaimana implementasi program rehabilitasi korban penyalahgunaan narkotika di Hayunanto Medical Center, bagi korban penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh Staf Lembaga Rehabilitasi atau pusat terapi narkoba (HMC) baik dari sistem pelayanan maupun program rehabilitasi yang ada di Hayunanto Medical Center.
B. Konsep Rehabilitasi 1. Definisi Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif. Tujuannya agar pengguna narkoba tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba (Partodiharjo, 2006).
Sedangkan pengertian lain mengenai rehabilitasi adalah upaya terapi atau intervensi berbasis bukti mencakup perawatan medis, psikososial atau kombinasi keduanya baik perawatan inap jangka
RBM, dengan memfasilitasi lembaga pendidikan dan
pelatiham pada instansi sektoral.
Perbedaan dengan penelitian saya yakni subjek dan objek penelitian.
12
pendek maupun jangka panjang. Tindakan rehabilitasi ditujukan kepada korban penyalahgunaan narkoba untuk pemulihan serta mengembangkan kemampuan fisik, mental, dan sosial. Rehabilitasi juga sebagai pengobatan atau perawatan bagi pecandu narkotika agar pecandu bisa sembuh dari kecanduannya terhadap narkotika (Nyoman Luh, 2020) .
Berdasarkan definisi rehabilitasi di atas, dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi merupakan upaya pemulihan kesehatan jiwa serta raga terhadap korban penyalahgunaan narkoba, dengan perawatan secara medis maupun sosial. Adanya tindakan rehabilitasi ini diharapkan membuat korban penyalahgunaan narkoba dapat sembuh dari kecanduan narkotika, sehingga dapat mengembangkan serta menjalankan kemampuan fisik, mental dan sosialnya.
2. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi Medis adalah suatu kegiatan dengan tindakan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pengguna dari ketergantungan narkotika. Rehabilitasi medis bagi pecandu narkoba dapat dilaksanakan di Rumah Sakit yang telah ditunjuk oleh Menteri Kesehatan yaitu rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat (Nyoman Luh, 2020).
Dari penjelasan di atas, rehabilitasi medis adalah suatu kegiatan
sebagai usaha pemulihan serta penyembuhan kepada seseorang yang
mengalami ketergantungan narkotika melalui pengobatan secara
13
terpadu serta dapat dilaksanakan di Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.
3. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi Sosial adalah proses kegiatan pemulihan secara terpadu baik fisik, mental maupun sosial agar mantan pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan bermasyarakat (Kadarmanta, 2010).
Dari penjelasan di atas, rehabilitasi sosial adalah upaya pemulihan dengan kegiatan yang dilakukan kepada seseorang yang mengalami masalah sosial dengan proses tindakan secara terpadu baik fisik, mental, sehingga pecandu narkotika mampu menjalankan keberfungsian sosialnya serta dapat menjalankan kehidupan dimasyarakat dengan baik.
4. Tahapan Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial
Dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika terdapat 7 tahapan, meliputi:
a. Pendekatan awal sebagai rangkaian yang mengawali
keseluruhan dalam proses rehabilitasi sosial, terdiri atas kegiatan
sosialisasi serta konsultasi, identifikasi, motivasi, hingga seleksi
penerimaan. Kegiatan yang mengawali dalam proses rehabilitasi
sosial dilakukan dengan menyampaikan informasi kepada
14
masyarakat, instansi terkait dan organisasi sosial untuk memperoleh dukungan dan data awal korban penyalahgunaan narkoba.
b. Pengungkapan dan pemahaman masalah merupakan kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan merumuskan masalah, kebutuhan, potensi dan sumber yang meliputi aspek fisik, psikis, sosial, spiritual, budaya dan hasilnya dibahas dalam pembahasan kasus
c. Penyusunan rencana pemecahan masalah merupakan kegiatan penyusunan rencana pemecahan masalah berdasarkan hasil pengungkapan dan pemahaman masalah meliputi penentuan tujuan, sasaran, kegiatan, metode, strategi, teknik, tim pelaksana, waktu pelaksana, dan indikator keberhasilan.
d. Pemecahan masalah merupakan pelaksanaan kegiatan dari rencana masalah yang telah disusun.
e. Resosialisasi merupakan kegiatan menyiapkan lingkungan sosial, lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja.
f. Terminasi merupakan kegiatan pengakhiran rehabilitasi sosial kepada korban penyalahgunaan Narkoba. Terminasi dilakukan antara lain:
1) Korban telah selesai mengikuti rehabilitasi.
2) Keinginan korban sendiri tidak melanjutkan rehabilitasi sosial.
3) Korban meninggal duina
15
4) Keterbatasan lembaga rehabilitasi sosial sehingga diperlukan sistem rujukan
g. Bimbingan lanjut merupakan bagian dari penyelenggaraan rehabilitasi sosial sebagai upaya yang diarahkan kepada klien yang telah selesai mengikuti proses rehabilitasi sosial, baik didalam maupun diluar lembaga (Permen Sosial No.09 Tahun 2017 Pasal 19).
5. Sarana dan Prasarana Rehabilitasi
Dalam upaya mencapai tujuan rehabilitasi agar dapat melakukan pemulihan kepada kondisi semula, maka rehabilitasi memerlukan serangkaian sarana dan prasarana sebagai penunjang berlangsungnya proses rehabilitasi yang integratif dan komprensif.
Sarana dan prasarana yang menunjang proses rehabiliatasi yaitu:
a. Program Rehablitasi
Pada umumnya program rehabilitasi menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga, baik lembaga pemerintah maupun lembaga non pemerintah. Dalam program rehabilitasi salah satu penting untuk mencapai tujuan rehabilitasi adalah dengan melakukan kerjasama dan saling keterkaitan antar lembaga dalam menyelenggarakan program rehabilitasi, dimana tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada kebijakan lembaga.
b. Pelayanan
Penyelenggaraan pelayanan pada klien mengintegrasikan
16
berbagai pendekatan, disiplin ilmu, dan tenaga-tenaga professional untuk mencapai tujuan dari proses rehabilitasi.
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
Tanpa adanya sumber daya manusia sebagai pelaksana proses, proses rehabilitasi tidak akan mungkin dapat berjalan.
Pelaksanaan rehabilitasi melibatkan tenaga-tenaga professional dari berbagai latar belakang pendidikan dan keterampilan- keterampilan khusus, seperti dokter, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar vokasional, pekerja sosial, dan lain sebagainya.
d. Peralatan Penunjang Rehabilitasi
Peralatan yang dipergunakan bagian penting dari kelengkapan kegiatan rehabilitasi untuk kelancaran proses rehabilitasi, sifat dari peralatan dapat manual atau menggunakan teknologi tinggi.
Jenis dan jumlahnya tergantung pada banyaknya profesi yang terlibat (Rizki dkk, 2018).
C. Konsep Penyalahgunaan Narkoba
1. Pengertian Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkotika Prikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA)
adalah orang yang menggunakan narkotika atau psikotropika tanpa
indikasi medis dan tidak dalam pengawasan dokter. Korban
penyalahgunaan Narkoba atau pengguna NAPZA adalah orang yang
menderita ketergantungan terhadap narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif yang disebabkan oleh penyalahgunaan Narkoba , baik atas
17
kemauan sendiri maupun paksaan orang lain (BNN dan Departemen RI, 2003).
Pengertian penyalahgunaan narkoba oleh Willis (2005) adalah suatu pemakaian narkoba (narkotika dan obat-obat adiktif) secara non medical atau illegal yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan yang produktif oleh pemakainya.
Berdasarkan definisi penyalahgunaan narkoba di atas, dapat disimpulkan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan seseorang yang menggunakan nakotika atau psikotropika tanpa adanya indikasi medis tertentu atau illegal, yang digunakan atas dorongan diri sendiri maupun paksaan orang lain yang dapat menyebabkan kerusakan kesehatan dan kehidupan produktif.
2. Jenis-jenis Narkoba a. Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan
berbahaya, biasa juga disebut Napza (Narkotika, Psikotropika dan
Zat Adiktif), awal mula narkoba hanya digunakan untuk tujuan
pengobatan. Namun, saat ini menyebar dalam spektrum yang kian
meluas. Tidak hanya untuk tujuan pengobatan, narkoba banyak
dijadikan sebagai lahan bisnis yang menguntungkan, dengan
menambah zat-zat adiktif yang berbahaya. Penambahan zat
adiktif ini menandai awal penyalahgunaan narkoba. Bahan, zat,
obat bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh, terutama otak atau susunan saraf pusat. Sehingga, jika
18
disalahgunakan menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosial karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi), serta ketergantugan (dependensi) yang berujung bisa berimbas pada kematian (Yassona Laoly, 2019).
b. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris “Narcotics” yang berarti obat bius, yang sama artinys dengan kata “Narcosis”
dalam bahasa yunani. Narkotika adalah zat obat yang dapat membuat tidak sadar atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf mental. Berdasarkan Undang- Undang No.22 tahun 1997, jenis narkotika dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu narkotika golangan I, golongan II, dan golongan III (Partorahardjo, 2006).
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling
berbahaya. Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak
boleh digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk
penelitian atau ilmu pengetahuan. Narkotika golongan II adalah
narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat
untuk pengobatan dan penelitian. Adapun narkotika golongan III
adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
19
Berdasarkan pembuatannya, narkotika dibedakan dalam 3 golongan juga, yaitu narkotika alami, narkotika semisintetis, dan narkotika sintesis.
a) Narkotika Alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya yang terbuat dari tumbuhan-tumbuhan (alam) contohnya:
1. Ganja
Ganja adalah tanaman perdu dengan daun seperti daun singkong, yang tepinya bergerigi dan berbulu halus.
Jarinya selalu selalu berjumlah ganjil, yaitu 5, 7, 9.
Tanaman ini banyak tumbuh di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Pulau Jawa, dan lain-lain (Partorahardjo, 2006).
2. Hasis
Hasil adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika Latin dan Eropa. Daun ganja, hasis, dan mariyuana juga dapat disuling dan diambil sarinya.
Dalam bentuk cair, harganya sangat mahal. Gunanya adalah untuk disalahgunakan oleh pemadat-pemadat
“kelas tinggi”.
3. Koka
Koka adalah tanaman perdu yang menyerupai pohon
kopi. Buahnya yang matang berwarna merah seperti biji
20
kopi. Dalam komunitas masyarakat Indian kuno, biji koka sering digunakan untuk menambah kekuatan orang pada saat berperang atau berburu binatang. Koka kemudian diolah menjadi kokain.
4. Opium
Opium adalah bunga berbentuk dan memiliki warna yang indah. Dari getah bunga opium menghasilkan candu (opiate). Di Mesir dan daratan Cina, opium dulu dikonsumsi dengan fungsi untuk mengobati beberapa penyakit, memberi kekuatan, atau menghilangkan rasa sakit pada tentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu (Partorahardjo, 2006).
b) Narkotika Semi Sintesis
Narkotika yang diambil zat aktifnya agar mempunyai khasiat yang lebih kuat sehingga bisa dimanfaatkan bagi kepentingan profesi kedokteran Contohnya:
1. Morfin, digunakan dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau pembiusan ketika operasi atau pembedahan.
2. Kodein, digunakan untuk obat penghilang batuk
3. Heroin, tidak dipergunakan dalam pengobatan karena
daya adiktifnya sangat besar dan manfaat secara medis
belum ditemukan. Istilah heroin dalam perdagangan
gelap disebut putaw atau pete/pt. Bentuknya
21
menyerupai tepung yang halus, putih, dan sedikit kotor.
4. Kokain, hasil olahan dari tumbuhan biji koka (Partorahardjo, 2006).
c) Narkotika Sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan- bahan kimia. Digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan pada narkoba (subtitusi) Contohnya :
1. Petidin, dimanfaatkan sebgai obat bius local, operasi kecil, dan sunat.
2. Methadon, dimanfaatkan sebagai pengobatan pecandu narkoba
3. Naltrexon, dimanfaatkan sebagai pengobatan pecandu narkoba
Selain digunakan untuk pembiusan, narkotika sintesis diberikan oleh dokter pada penyalahguna narkoba untuk menghentikan kebiasannya yang tidak bisa melawan suggesti (relaps) atau sakaw.
c. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan termasuk
narkotika, baik alamiah maupun sintesis, yang mempunyai
khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal
dan perilaku. Psikotropika adalah obat yang dapat digunakan oleh
22
dokter untuk mengobati gangguan jiwa (psyche). Dalam Undang- Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dikelompokkan kedalam 4 golongan, yaitu:
a. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan masih diteliti khasiatnya. Contohnya MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
b. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adiktif yang kuat serta berfungsi untuk untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya amfetamin, metamfetamin, metakualon.
c. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif sendang serta bermanfaat untuk prngobatan dan penelitian.
Contohnya lumibal, buprenorsia, flenitrazepam.
d. Golongan IV psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contohnya nitrazepam (BK, mogadon, dumolid), diazepam, dan sebagainya.
d. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat memicu ketergantungan. Contohnya yaitu:
1. Rokok
2. Kelompok minuman alkohol yang dapat memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
23
3. Thiner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin, ketika dihisap, dihirup, dan dicium dapat memabukkan (Partorahardjo, 2006)..
D. Konsep Keberfungsian Sosial 1. Definisi Keberfungsian Sosial
Bartlett (1970) mendefinisikan keberfungsian sosial adalah kemampuan mengatasi (coping) tuntutan (demands) lingkungan yang merupakan tugas-tugas kehidupan. Dalam kehidupan yang baik dan normal terdapat keseimbangan antara tuntutan lingkungan dan kemampuan mengatasinya oleh individu. Jika terjadi ketidak seimbangangan antara keduanya maka terjadi masalah.
Pengertian keberfungsian sosial oleh (Sukuoco, 2004) diartikan bahwa keberfungsian sosial mengacu kepada cara yang dilakukan sesorang dalam rangka melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhan. Sedangkan pengertian lain mengenai keberfungsian sosial oleh (Suharto, 2009) keberfungsian sosial merupakan kemampuan orang (individu, kelompok, atau masyarakat) dan sistem sosial (lembaga dan jaringan sosial) dalam memenuhi atau merespon kebutuhan dasar, menjalankan peranan sosial, serta menghadapi goncangan dan tekanan (Shocks and stresses).
2. Indikator Keberfungsian Sosial
Menurut (Achlis, 2011) indikator seorang mampu berfungsi sosialnya, yaitu:
a. Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan dalam
24