TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBAKAR HUTAN (STUDI PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NOMOR: 440 K/PID.SUS-LH/2017) Andi Muhammad Saddam Pahlevi
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: [email protected])
Dhany Rahmawan (Dosen Fakultas Hukum Trisakti)
(Email: [email protected])
ABSTRAK
Kebakaran hutan merupakan permasalahan yang sering dihadapi pemerintah Indonesia, masyarakat melakukan pembakaran hutan dikarenakan ingin memanfaatkan lahan hutan untuk lahan pertanian dengan menghemat biaya pembukaan lahan, meskipun pemerintah telah melarang pembakaran hutan dan memberikan ancaman pidana yang tinggi tetapi masih ada saja masyarakat yang melakukan perbuatan tersebut seperti dalam kasus Mahkamah Agung Nomor: 440 K/Pid.Sus-LH/2017. Pokok permasalahan yang diangkat adalah bagaimana pengaturan ancaman sanksi pidana terhadap perbuatan melakukan pembakaran hutan berdasarkan peraturan perundang-undaangan yang berlaku dan apakah pertimbangan hakim Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam memutus perkara yang diselesaikan dengan putusan Nomor: 440 K/Pid.Sus-LH/2017 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh melakukan studi kepustakaan dan dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan penarikan kesimpulan secara logika deduktif.
Pengaturan sanksi pidana pembakaran hutan diatur dalam ketentuan Pasal 187 sampai dengan Pasal 189 serta dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) yang diatur dalam ketentuan Pasal 98-99, Pasal 108 dan Pasal 119 dan Undang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan diatur dalam ketentuan Pasal 78 ayat (3) dan (4) Perbuatan pelaku telah memenuhi unsur-unsur Pasal 78 Ayat (3) Jo. Pasal 50 Ayat (3) huruf d Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41Tahun 1999 tentang Kehutanan yang oleh Mahkamah Agung di jatuhi saksi pidana yaitu pidana penjara selama selama 1 (satu) tahun dan denda sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan
Kata Kunci : Hukum Pidana Lingkungan, Sanksi Pidana Terhadap Tindak Pidana
Membakar Hutan.
A. Pendahuluan
Masalah lingkungan global mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972
1. Masalah lingkungan global berkaitan dengan isu lingkungan global. Sebelumnya masalah lingkungan global lebih banyak dipengaruhi faktor alam, seperti iklim, yang mencakup temperatur, curah hujan, kelembaban, tekanan udara dan lain-lain. Belakangan orang mulai menyadari bahwa aktifitas manusia pun mempengaruhi iklim dan lingkungan secara signifikan. Sebagai contoh penebangan hutan, mempengaruhi perubahan suhu dan curah hujan secara lokal. Ketika area hutan yang hilang semakin luas, maka akibat yang ditimbulkan bukan lagi lokal tapi sudah berskala regional.
2Kebakaran hutan menjadi masalah lingkungan nasional yang patut mendapat perhatian untuk dicarikan solusi penanggulanganya. Proses kebakaran hutan dapat terjadi dengan alami atau ulah manusia .Kebakaran oleh manusia biasanya disebabkan karena bermaksud pembukaan lahan untuk perkembunan. Dampaknya: memberi kontribusi berkutangnya CO2 di udara, dam hilangnya keaneragaman hayati. Sedangkan asap yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan dan asapnya bisa berdampak ke negara lain.
Menurut data dari pemerintah lima puluh kota dalam situs web resmi nya, kasus kebakaran hutan di Indonesia disebabkan oleh dua hal
3, yaitu kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam dan kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam biasanya tidak menimbulkan dampak luas dan biasanya, kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam tidak menimbulkan kerugian sebesar kebakaran hutan yang disebabkan oleh kesengajaan manusia. Beberapa kejadian alam yang bisa
1 Di Indonesia, tonggak sejarah masalah lingkungan hidup dimulai dengan diselenggarakannya Seminar Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional yang diselenggarakan oleh Universitas Pajajaran Bandung pada tanggal 15 – 18 Mei 1972
2 Himpunan Pemerhati Lingkungan Hidup Indonesia (HPLHI), Isu Lingkungan, dalam http://www.hpli.org/isu.php, diakses tanggal 31 Mei 2018
3 Penyebab Kebakaran Hutan dan Cara Penangulangannya dalam http://www.limapuluhkotakab.go.id/berita-penyebab-kebakaran-hutan-dan-cara-
penanggulangannya.html, diakses tanggal 31 Mei 2018
memicu timbulnya kebakaran hutan, diantaranya musim kemarau panjang, sambaran petir, aktivitas vulkanis, dan terakhir ground fire yaitu kebakaran yang terjadi di dalam lapisan tanah. Musim kemarau berkepanjangan merupakan penyebab dari kebakaran dalam tanah ini. Biasanya, kebakaran ini terjadi di daerah yang memiliki lahan gambut sehingga lahan gambut tersebut terbakar ketika suhu udara naik seiring kemarau panjang yang terjadi.
4Menurut Supriadi memprediksikan bahwa kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia diperkirakan 70 sampai dengan 80 persen merupakan akibat perbuatan manusia. Selanjutnya ia menambahkan bahwa permasalahan ini bagi Indonesia merupakan sesuatu yang sangat sulit, kerusakan hutan di Indonesia disebabkan karena ulah manusia, baik sebagai masyarakat maupun sebagai pengusaha. Namun pada sisi lain negara maju mendesak kepada negara berkembang, terutama negara yang memiliki hutan tropis menghentikan pemanfaatan hutan untuk keperluan pembangunannya.
5Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena kebakaran hutan telah menjadi suatu ancaman serius dan mendesak untuk ditanggulangi, terlebih dengan periodesasi yang hampir terjadi setiap tahun. Pembakaran hutan atau lahan merupakan kejahatan yang harus diperangi secara komprehensif oleh setiap pihak. Salah satu upaya untuk membalas pelaku pembakaran hutan atau lahan adalah dengan mengenakan hukuman pidana penjara dan denda semaksimal mungkin, untuk membuat jera dan menjadi pelajaran bagi yang melakukan perbuatan tersebut.
Kasus tindak pidana membakar hutan berdasarkan studi putusan Mahkamah Agung Nomor 440 K/Pid.Sus-LH/2017, menarik untuk dilakukan penelitian karena perbuatan yang dilakukan Terdakwa Misran alias Ipong bin Abdul Muin (44 tahun), dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan tiga perundang- undangan yang berbeda, yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Pasal 78 Ayat (3) Jo. Pasal 50 Ayat (3) huruf d), Undang-Undang
4 Ibid.
5 Supriadi, Hukum Kehutanan dan Hukum Perkebunan di Indonesia, (Sinar Grafika, Jakarta, 2010), hal. 387-388.