Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh:
Na’im Fadhilah NIM. 2617046
Dosen Pembimbing:
Dr. Deswalantri, SS, M.Pd NIP : 1968122292000032001
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2021 / 1443 H
i Abstrak
Na’im Fadhilah, NIM 2617046, “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 11-13: Kajian Tafsir Al-Azhar Karya Hamka”. Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Bukittinggi, tahun 2021.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta yang terjadi yaitu masih banyak ditemukan antar tetangga mempergunjingkan tetangganya bahkan anggota keluarganya sendiri. Bahkan masih ada orang yang membeda-bedakan dan kurangnya toleransi antar sesama di lingkungan tempat tinggal saya. Perilaku tersebut dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain bahkan dapat memutuskan tali silaturrahim di antara dua orang sehingga penulis ingin mengkaji tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al- Hujurat ayat 11-13 berdasarkan kajian tafsir Al-Azhar karya Hamka. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13 berdasarkan kajian tafsir Al-Azhar karya Hamka.
Jenis penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan penelitian library research (penelitian kepustakaan) yaitu suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dan sebagainya. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang merupakan teknik pengumpulan data yang didapat dari sumber primer yaitu tafsir Al-Azhar karya Hamka dan sekunder yang merupakan sumber data tambahan yang menunjang data pokok. Sedangkan teknis analisis data pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis isi yang diambil dari sumber primer dan sumber sekunder.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13 dalam kajian tafsir Al-Azhar karya Hamka yaitu pada ayat 11 surat Al-Hujurat ini terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yaitu larangan memperolok-olok, mengejek, menghina, bahkan merendahan diri orang lain, dan selain itu dalam ayat ini juga terdapat perintah untuk bertobat. Pada ayat 12 surat Al-Hujurat ini nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalamnya masih bersifat larangan yaitu larangan berprasangka, mencari-cari kesalahan dan mempergunjingkan (ghibah).
Kemudian, pada ayat 13 surat Al-Hujurat ini terdapat nilai pendidikan karakter yaitu at-taaruf ( saling kenal-mengenal), ukhuwah, dan juga terdapat nilai pendidikan karakter yaitu sikap toleransi.
Kata Kunci: Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, Surat Al-Hujurat Ayat 11-13
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahhirabbil’alamin. Wassalamu ala asrafil ambia wal mursalin wa’ala alihi wasabihi ajma’in. Puji dan syukur kita ucapkan kita haturkan kehadiran Allah rabbul jalil jul jalali wal ikram shalawat beserta salam kita kirimkan untuk baginda Nabi kita Muhammad SAW yang telah mewariskan Al- qur’an dan sunnah sebagai petunjuk kebenaran sampai akhir zaman.
Skripsi yang berjudul “ Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al- Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 11-13: Kajian Tafsir Al-Azhar Karya Hamka”. Penulisan skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam prosedur untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan strata satu (S-1) pada program studi Bimbingan dan konseling. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat di terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada keluarga teristimewauntuk kedua orang tua, ayahanda tercinta Afrizal dan ibunda tersayang Widya Wati yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
Selanjutnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum selaku Rektor, Bapak Dr. Asyari, S.Ag, M.Pd.I selaku wakil rektor I, Bapak Dr. Novi Hendri, M.Ag selaku wakil rektor II, dan Bapak Dr. Miswardi, M.Hum selaku wakil rektor III IAIN Bukittinggi.
2. Ibu Zulfani Sesmiarni, M.Pd selaku Dekan, Bapak Dr. Iswantir. M. M.Ag selaku wakil dekan I, Bapak Charles, S.Ag.M.Pd.I selaku wakil dekan II, dan Bapak Dr. Supratman, M.Pd, M.Kom selaku wakil dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Bukittinggi.
3. Ibu Alfi Rahmi, M.Pd selaku Ketua Prodi Bimbingan dan Konseling IAIN Bukittinggi.
iii
4. Ibu Dr. Deswalantri, SS, M.Pd selaku pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, mengarahkan, membimbing dan memberikan dukungan penulis selama menyusun skripsi serta memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Zubaidah, SS., MA selaku dosen pembimbing akademik (PA) penulis yang senantiasa memberikan bantuan, arahan, masukan, dan nasehat sehingga penulis bisa melalui rintangan semasa di perkuliahan.
6. Kepada bapak/ ibu dosen terkhususnya Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang telah memberikan ilmu, pendidikan dan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama duduk di bangku perkuliahan di IAIN Bukittinggi.
7. Pempinan serta karyawan atau karyawati perpustakaan IAIN Bukittinggi beserta staf dan jajaran yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk mencari referensi yang dibutuhkan.
8. Kepada keluarga PBK B 2017 yang selalu mengisi hari-hari menjadi sangat menyenangkan saat masa perkuliahan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai kekhilafan dan kekeliruan. Untuk itu, peneliti mohon maaf atas kekhilafan dan kekeliruan yang terdapat dalam skripsi ini, baik dari segi isi maupun teknik penulisan. Oleh sebab itu peneliti mohon kritik dan saran dari pembaca demi sempurna skripsi ini.
Bukittinggi, Oktober 2021 Penulis
Na’im Fadhilah NIM. 2617.046
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 10
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Masalah ... 10
E. Manfaat penelitian ... 11
F. Penjelasan judul ... 11
G. Sistematika penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI ... 14
A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 14
1. Pengertian Nilai ... 14
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 16
3. Urgensi Pendidikan Karakter ... 22
4. Nilai Dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ... 26
B. Al-qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 11-13 ... 28
1. Pengertian Al-qur’an ... 28
2. Surat Al-Hujurat ... 28
v
3. Kandungan surat Al-Hujurat ayat 11-13 ... 29
C. Penelitian Relevan ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Teknik Pengumpulan Data ... 36
C. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38
A. Biografi Hamka ... 38
B. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 11-13: Kajian Tafsir Al-Azhar Karya Hamka ... 40
1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Surat Al-Hujurat Ayat 11: Kajian Tafsir Al-Azhar Karya Hamka ... 40
2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Surat Al-Hujurat Ayat 12: Kajian Tafsir Al-Azhar Karya Hamka ... 51
3. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Surat Al-Hujurat Ayat 13: Kajian Tafsir Al-Azhar Karya Hamka ... 69
BAB V PENUTUP ... 80
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81 DAFTAR KEPUSTAKAAN
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di negara kita sampai saat ini masih terus digoncang dengan berbagai fenomena yang tidak menyenangkan. Berbagai peristiwa yang muncul dan memberikan pengaruh pada kehidupan peserta didik dalam hal perilaku yang menyimpang seperti penggunaan obat terlarang, pelecehan seksual, sikap agresif, tawuran, bullying, tawuran antar kelompok remaja, perkelahian antara pelajar dengan sesama pelajar dan lain-lain. Perilaku ini merupakan manifestasi marah terhadap diri sendiri dan pihak lain dalam cara-cara destruktif seperti depresi, adiksi (narkoba, minum-minuman keras, judi); manifestasi fisik (masalah seksual: homo, gay; lesbian dan masalah kesehatan); degradasi moral/perilaku dan perilaku agresif (sindiran, saling mengolok-olok dan saling menjelekkan atau menjatuhkan orang lain).
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya mendidik peserta didiknya menjadi manusia yang cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia.Saat ini, pendidikan di Indonesia dinilai kurang berhasil dalam membangun kepribadian peserta didiknya
agar berakhlak mulia.Oleh karena itu pendidikan karakter dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.1
Dalam undang-undang telah dijelaskan tentang tujuan dari pendidikan nasional yaitu Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3, menyebutkan “ pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak (karakter) serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan hal yang penting bagi peserta didik baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Karena pada zaman sekarang ini, banyak dari karakter peserta didik yang jauh dari karakter yang sebenarnya dan jauh dari ketentuan Al-Qur’an.
Banyak cara yang dapat digunakan dalam pembentukan karakter peserta didik tersebut salah satunya melalui pendidikan yang didasari dari Al- Qur’an.
Membentuk karakter menjadi bagian penting bagi bangsa kita ke depan. Pendidikan yang dilakukan sampai saat ini, hasilnya belum sesuai
1 Ahmad Muhaimin Azzet, UrgensiPendidikanKarakterdiIndonesia, Ar-Ruzz Media:Jogjakarta,2011.hal 15
2 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media grup,2011), hal 73-74
dengan yang diharapkan.Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.3 Karakter merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan manusia.4 Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan perasaannya.
Griek mengemukakan bahwa karakter dapat didefenisikan sebagai panduan dari pada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain.5 Dalam tulisan bertajuk Urgensi Pendidikan Karakter, Suyanto, menjelaskan bahwa “ karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.6
3 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter,Ar-ruzz media:Yogyakarta,2013, hal 29
4 Solkhanuddin, Deswalantri, Budi Santosa, “Upaya Preventif Guru Bimbingan dan Konseling(BK) dalam Membantu Membentuk Karakter Siswa di MAN 3 Agam Kubang Putih”, Educational Guidance and counseling Development Juornal , Vol. III. No. 1, April 2020
5 Zubaidah, Desain Pendidikan Karakter, hal 9
6 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, hal 11
Karakter kita menentukan bagaimana kita bertindak pada saat kita berfikir bahwa kita tidak terlihat orang lain. Atau seperti pepatah lama yang berbunyi, “ Karakter adalah apa yang anda lakukan ketika tidak ada orang yang melihat.”7 Sebagaimana dijelaskan dalam al-qur’an surat At- tahrim ayat 6, pada ayat ini menjelaskan tentang pendidikan karakter anak itu salah satunya dibentuk dari keluarganya. Pendidikan yang diberikan kepada keluarga (anak) diharapkan dapat mengembangkan karakternya sehingga dapat mencapai kemaslahatan hidup di dunia maupun akhiratnya. Berikut firman Allah surat At-tahrim ayat 6:
ا ْٰٓوُق ا ْوُنَمٰا َنٌِْذَّلا اَهٌَُّآٌٰٰ
اَهٌَْلَع ُة َراَج ِحْلا َو ُساَّنلا اَهُد ْوُق َّو ا ًراَن ْمُكٌِْلْهَا َو ْمُكَسُفْنَا
َن ْو ُرَم ْؤٌُ اَم َن ْوُلَعْفٌَ َو ْمُه َرَمَا ٰٓاَم َ هاللّٰ َن ْوُصْعٌَ َّلَّ ٌداَدِش ٌظ َلَِغ ٌةَكِٕى ٰٰۤلَم
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. 8
Menurut Agus Wibowo mendefenisikan pendidikan karakter sebagai pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakter- karakter luhur kepada anak didik sehingga mereka memiliki karakter luhur tersebut, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah
7 Thomas Lickona, Chracter Matters, Diterjemahkan oleh Juma Abdu Wamaungo,ddk, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2012), hal25
8 Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Cv Penerbit J-Art, 2004, Hal 560
dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi attribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.9
Pendidikan karakter dari sisi substansi dan tujuannya sama dengan pendidikan budi pekerti, sebagai sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena membawa perubahan individu sampai ke akar- akarnya. Istilah budi pekerti mengacu pada pengertian dalam bahasa inggris, yang diterjemahkan sebagai moralitas. Moralitas mengandung beberapa pengertian, antara lain: adat istiadat , sopan santun, dan perilaku.
Budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma hukum, tat krama dan sopan santun, dan norma budaya dan adat istiadat masyarakat.
Budi pekerti akan mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian peserta didik.10
Pendidikan karakter secara esensial, yaitu untuk mengembangkan kecerdasan moral atau mengembangkan kemampuan moral anak-anak.
9 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter,hal 39
10 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, hal 20-21
Cara menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak didik adalah dengan membangung kecerdasan moral. Cara menumbuhkan karakter yang baik dalam diri anak didik adalah dengan membangun kecerdasan moral.11
Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13 yang berbunyi:
ٰىَسَع ٍم ْوَق نِّم ٌم ْوَق ْرَخْسٌَ َلَّ اوُنَمآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ
َلَّ َو ْمُهْنِّم ا ًرٌَْخ اوُنوُكٌَ نَأ
او ُزَباَنَت َلَّ َو ْمُكَسُفنَأ او ُزِمْلَت َلَّ َو ۖ َّنُهْنِّم ا ًرٌَْخ َّنُكٌَ نَأ ٰىَسَع ٍءاَسِّن نِّم ٌءاَسِن ُمُه َكِئَٰلوُأَف ْبُتٌَ ْمَّل نَم َو ۚ ِناَمٌِ ْلْا َدْعَب ُقوُسُفْلا ُمْس ِلَّا َسْئِب ۖ ِباَقْلَ ْلْاِب ِلاَّظلا
َنوُم
َلَّ َو ۖ ٌمْثِإ ِّنَّظلا َضْعَب َّنِإ ِّنَّظلا َنِّم ا ًرٌِثَك اوُبِنَتْجا اوُنَمآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ
اًتٌَْم ِهٌ ِخَأ َمْحَل َلُكْأٌَ نَأ ْمُكُدَحَأ ُّب ِحٌَُأ ۚ اًضْعَب مُكُضْعَّب بَتْغٌَ َلَّ َو اوُسَّسَجَت ِإ ۚ َ َّاللّٰ اوُقَّتا َو ۚ ُهوُمُتْه ِرَكَف ٌمٌ ِح َّر ٌبا َّوَت َ َّاللّٰ َّن
ۚ اوُف َراَعَتِل َلِئاَبَق َو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَج َو ٰىَثنُأ َو ٍرَكَذ نِّم مُكاَنْقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلا اَهٌَُّأ اٌَ
رٌِبَخ ٌمٌِلَع َ َّاللّٰ َّنِإ ۚ ْمُكاَقْتَأ ِ َّاللّٰ َدنِع ْمُكَم َرْكَأ َّنِإ
ٌٌ
Artinya:
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh
11Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, hal 55
jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba- sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.12
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dapat kita ketahui asbabun nuzul dari ayat di atas yaitu, pada ayat 11 yang mana ayat ini diturunkan berkenaan dengan delegasi dari Bani Tamim sewaktu mereka mengejek orang-orang muslim yang miskin, seperti Ammar bin Yastir dan Shuhaib Ar-Rumi. Pada ayat 12 yang mana ibnu mundzir meriwayatkan dari Ibnu Jurair, ia mengatakan: orang-orang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman Al-Farisi yang makan kemudian tidur dengan mendengkur. Salah satu dari sseorang laki-laki kemudian menuturkan makan dan tidurnya Salman. Pada ayat 13 yang mana ayat ini turun ketika penaklukan kota Mekah, Bilal naik keatas panggung ka’bah dan mengumandangkan adzan. Berkatalah beberapa orang “apakah pantas budak hitam adzan diatas ka’bah?” maka berkatalah
12 Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Cv Penerbit J-Art, 2004, Hal 516- 517
yang lainnya:”sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya”. 13
Perilaku manusia seperti yang dijelaskan dari asbabun nuzul ayat di atas banyak ditemukan pada zaman ini. Persoalan karakter dari manusia saat ini yaitu mengolok-olok, mengejek, memanggil dengan panggilan yang tidak disukai , merendahkan diri sendiri. Sama halnya dengan membully yang mana saat ini pembullyan banyak terjadi baik itu dilingkungan masyarakat maupun di sekolah, hal ini sudah menjadi kebiasaan bagi manusia saat ini. Selain itu ada beberapa persoalan karakter lainnya yaitu mengetahui keburukan orang lain lalu menceritakan keburukannya tersebut kepada yang lainnya (bergunjing) hal ini sudah biasa terjadi di masyarakat kita saat ini, bahkan bergunjing ini sudah menjadi hal yang biasa saja. Selain itu membeda-bedakan dan kurangnya toleransi antar sesama juga merupakan persoalan karakter yang terjadi pada masyarakat kita saat ini.
Dalam buku Amirulloh Syarbini yang berjudul “ Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga” disebutkan bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami kerusakan moral/akhlak (karakter) hampir pada segala segmen kehidupan dan seluruh lapisan masyarakat. Sementara itu pada tingkatan lainnya (rakyat), hancurnya moral/karakter bangsa ini ditunjukan dengan merajalelanya berbagai tindakan kejahatan dan kriminal ditengah-
13 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, diterjemahkan oleh Andi Muhammad Syahril dan Yasir Maqasid, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar,2014) hal 497-499
tengah masyarakat seperti penipuan, pembullyan, penggunaan narkoba, tawuran, serta tindakan kekerasan lainnya seperti penghinaan baik terhadap perorangan, kelompok maupun antar suku,budaya dan agama.
Kerusakan moral/karakter ini sendiri juga terjadi dikalangan pelajar dan remaja.14
Seperti halnya yang terjadi di lingkungan tempat tinggal saya, masih banyak ditemukan antar tetangga mempergunjingkan tetangganya bahkan anggota keluarganya sendiri. Seperti ibuk A menceritakan keburukan ibuknya sendiri kepada tetangganya, lalu ibuk tetangganya yang mendapatkan cerita dari ibuk A ini, menceritakan lagi kejelekan ibuknya si A kepada tetangga yang lain. Bahkan masih ada orang yang membeda-bedakan dan kurangnya toleransi antar sesama di lingkungan tempat tinggal saya. Seperti halnya membedakan antara orang kaya dan kurang mampu, orang yang memiliki hp android dapat masuk kedalam grup lingkungan tempat tinggal dan dapat mengetahui berbagai informasi, akan tetapi bapak D yang tidak mempunyai hp android sering sekali tidak mengetahui informasi dari dari grup tersebut. Ketika ada informasi untuk berkumpul bapak D sering ditinggalkan dan tidak diberitahu tentang info tersebut. Sehingga bapak D ini sering ditinggalkan dan direndahkan di lingkungannya karena hidupnya yang agak kurang dari tetangganya tersebut.
14 Amirulloh Syarbini, Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga,( Jakarta: PT Gramedia,2014) .hal 1
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa nilai- nilai pendidikan karakter sangat penting dalam kehidupan saat ini, karena faktanya telah banyak karakter dari manusia yang menyimpang dari ajaran Al-Qur’an.
Karena kurangnya pemahaman manusia terhadap nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, dalam penulisan proposal skripsi ini penulis mengambil judul “ Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Al –Hujurat Ayat 11- 13: Kajian Tafsir Al-azhar Karya Hamka”
B. Batasan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah agar pembahasan ini tidak meluas atau tidak menyimpang dari pembahasan yang dibahas, maka peneliti memberi batasan masalah yaitu nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13 berdasarkan kajian tafsir Al-azhar karya Hamka.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti memfokuskan penelitian ini untuk menjawab pertanyaan pada yaitu bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-hujurat ayat 11-13 berdasarkan kajian tafsir Al-azhar karya Hamka?
D. Tujuan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al- Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13 berdasarkan kajian tafsir Al-azhar karya Hamka.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu antara lain : 1. Secara teoritis
Untuk menambah pengetahuan tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13, serta mengetahui kandungan ayat yang terdapat dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 (Analisis Tafsir Al-Azhar Karya Hamka) tersebut.
2. Secara Praktis
a. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana (S1) pada Prodi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
b. Mengetahui tentang nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam surat Al-Hujurat ayat 11-13 (Analisis Tafsir Al-Azhar karya Hamka).
F. Penjelasan Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman pada penelitian ini, dan menjelaskan mengenai judul proposal ini, penulis memberikan beberapa istilah yang terkait judul penelitian ini yaitu:
Nilai-nilai : nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur
melalui tindakan. Oleh karena itu, karakter menyangkut nilai. 15
Pendidikan karakter : merupakan suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai- nilai tersebut.16
Surat Al-hujurat : merupakan salah satu surat dalam Al-qur’an ,tergolong surat Madaniyah, yang mana merupakan surat ke- 49 dalam Al-quran yang terdiri dari 18 ayat. Dinamakan surat Al-hujurat yang berarti kamar-kamar diambil dari kata al-hujurat yang terdapat pada ayat ke-4 surat ini.
Dengan demikian penjelasan judul diatas berkaitan dengan nilai- nilai pendidikan karakter, pada penelitian ini penulis meneliti terkait dengan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam al-qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada tiap-tiap bab yang dibahas, maka dala sistematika penulisan ini dibagi menjadi 3 bab yaitu:
15 Ahmad Fuadi Romadhon, Achyar Zein, dan Syamsu Nahar, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ,2017, Jurnal EDU RILIGIA vol.1,no.3.
16 Siti Nur Aidah, Dkk, Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: KBM Indonesia, 2020) Hal 4
Bab I, pada pendahuluan ini terdiri atas beberapa bagian diantaranya, latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.
Bab II, pada landasan teori ini berisikan tentang teori-teori yang berisikan tentang teori yang mendukung tentang penelitian yang terkait dengan nilai-nilai pendidikan karakter dalam al-qur’an surat Al-hujurat ayat 11-13, dan penelitian relevan.
Bab III, pada metodelogi penelitian ini terdiri atas beberapa bagian yaitu, jenis penelitian, teknis pengumpulan data, dan teknik analisis data.
Bab IV, pada bab ini menjelaskan hasil penelitian, yang mencakup temuan yang di dalamnya mencakup hasil dari kajian pustaka tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-qur’an surat Al- Hujurat ayat 11-13 (kajian tafsir Al-Azhar karya Hamka).
Bab V, pada bab ini menyimpulkan apa yang ada pada bab-bab terdahulu serta dapat memberikan saran atas penulisan tugas akhir ini.
14 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter 1. Pengertian Nilai
Nilai berasal dari bahasa inggris value atau valere (bahasa latin) yang berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadi objek kepentingan.17 Menurut steeman dalam Darmaputra, sebagaimana dikutip oleh Sjarkawi-nilai adalah yang memberi makna pada hidup, yang memberi pada hidup ini titik-tolak, isi, dan tujuan.18 Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang.
Nilai menurut Gordon Allport adalah keyakianan yang akan membuat orang bertindak atas dasar pilihannya.19 Nilai menurut Gozalba adalah sesuatu yang abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkret, bukan fakta, bukan fakta, bukan persoalan benar atau salah yang menuntun pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki disenangi atau tidak disenangi.20
17 Sjawakawi,Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional,dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal 29.
18 Sjawakawi,Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral Intelektual, Emosional,dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri, hal 29.
19 Haris,Abd, Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius (Yogyakarta:Lkiss,2010) Hal 30
20 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku IV (Jakarta: Pustaka Bulan Bintang,1978) Hal 20
Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut tindakan. Nilai seseorang diukur melalui tindakan. Oleh karena itu, karakter menyangkut nilai. Definisi nilai sering dirumuskan dalam konsep yang berbeda-beda, seperti dinyatakan Kupperman, sebagaimana dikutip oleh Halimatussa’diyah-Nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif.21Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia.yang mempengaruhi perilaku manusia.
Jadi, bahwa nilai yang dimaksud dalam tulisan ini adalah hal-hal yang berguna, atau sifat-sifat yang bermanfaat, atau petunjuk penting yang dibutuhkan dalam proses pembinaan manusia seutuhnya sesuai dengan hakikatnya.22
Ada beberapa butir nilai, hasil deduksi dari Al-Qur’an, yang dapat dikembangkan untuk etika profetik pengembangan dan penerapan ilmu pendidikan islam antara lain:
a. Nilai ibadah, yakni bagi pemangku ilmu pendidikan islam, pengembangan dan penerapannya merupakan ibadah.
b. Nilai ihsan, yakni ilmu pendidikan islam hendaknya dikembangkan, untuk berbuat baik kepada semua pihak pada setiap generasi, disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepada
21 Halimatussa’diyah, Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural, (Surabaya: CV.
Jakad Media Publishing, 2020) Hal10
22Ahmad Fuadi Romadhon, Achyar Zein, dan Syamsu Nahar, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Yusuf ,2017,Jurnal EDU RILIGIA vol.1,no.3
manusia dengan aneka nikmatnya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun.
c. Nilai masa depan, yakni ilmu pendidikan islam hendaknya ditujukan untuk mengantisipasi masa depan yang lebih baik.
d. Nilai kerahmatan
e. Nilai amanah yakni ilmu pendidikan islam adalah amanah Allah bagi pemangkunya, sehingga pengembangan dan penerapannya dilakukan dengan niat.
f. Nilai dakwah, yakni pengembangan dan penerapan ilmu pendidikan islam merupakan wujud dialog dakwah menyampaikan kebenaran islam.
g. Nilai tabsyir.23
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha transformasi untuk mempersiapkan sebuah generasi, agar mampu hidup dengan mandiri, dan mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik- baiknya. Transformasi tersebut mengandung nilai- norma hidup dan kehidupan agar mencapai kesempurnaan hidup.
Dari defenisi pendidikan yang diungkapkan di atas, dapatlah dikelompokkan menjadi dua yaitu:
23 Rohmat Mulyani,Mengartukulasikan Pendidikan Nilai,( Bandung: Alfabeta, 2004), hal 13
a. Defenisi pendidikan secara luas yang mana pendidikan berlaku untuk semua orang dan dapat dilakukan oleh semua orang bahkan lingkungan
b. Defenisi pendidikan secara sempit yang mengkhususkan pendidikan hanya untuk anak dan hanya dilakukan oleh lembaga atau institusi khusus dalam rangka mengantarkan kepada masa kedewasaan.Namun, dari perbedaan tersebut ada kesamaan tujuan, yaitu mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi.24
Pendidikan memiliki defenisi yang luas, yang mencakup semua perbuatan atau semua usaha dari generasitua untuk mengalihkan nilai- nilai serta melimpahkan pengetahuan, pengalaman, kecakapan serta keterampilan kepada generasi selanjutnya sebagai usaha untuk menyiapkan mereka agar dapat memnuhi fungsi hidup mereka baik jasmani begitu pula ruhani. Ahmad D. Marimba merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya kepribadian yang utama.25
Diakui, persoalan karakter atau moral memang tidak sepenuhnya terabaikan oleh lembaga pendidikan. Akan tetapi, dengan fakta-fakta seputar kemerosotan karakter pada institusi pendidikan kita dalam hal menumbuhkan manusia Indonesia yang berkarakter atau berakhlak mulia. Hal ini karena apa yang diajarkan di sekolah tentang
24 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter,(Yogyakarta: Ar-ruzz media, 2013), hal 27.
25Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter,(Yogyakarta: Ar-ruzz media, 2013), hal 26.
pengetahuan agama dan pendidikan moral belum berhasil membentuk manusia yang berkarakter.26
Untuk mengetahui pengertian karakter, kita dapat melihat dari dua sisi, yakni sisi kebahasaan dan istilah. Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dai bahasa latin kharakter,kharassaein, dan kharax, dalam bahasa yunani character dari kata charasein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa Inggris character dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan dengan karakter.27
Pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk mewujudkan kebajikan, yaitu kualitas kemanusiaan yang baik secara objektif, bukan hanya baik untuk individu perseorangan, tetapi juga baik untuk masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati diri, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya.
Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
26 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media grup, 2011), hal 5
27 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal.1.
anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.28
Sebagaimana dalam buku Zubaedi mengutip pengertian pendidikan karakter menurut David Elkind dan Sweet adalah upaya yang disengaja untuk membantu memahami, peduli dan inti atas nilai-nilai etis / susila.29 Dimana kita berfikir tentang macam-macam karakter yang kita inginkan untuk anak kita, ini jelas bahwa kita ingin mereka mampu untuk menilai apa itu kebenaran, sangat peduli tentang apa itu kebenaran/hak-hak, dan kemudian melakukan apa yang mereka percaya menjadi yang sebenarnya, bahkan dalam menghadapi tekanan dari tanpa dan dalam godaan.
Menurut Dony Kusuma, pendidikan karakter merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil dalam diri individu.30 Menurut John W Sontrock dalam buku “Pembelajaran Pendidikan karakter”, pendidikan karakter yaitu pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberikan pembelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang dilarang.31
28 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, hal 17-18
29 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, hal 15
30 Dony Kusuma, Pendidikan Karakter, (Jakarta: Grasindo,2004) Hal 104
31 Siti Nur Aidah,Dkk, Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: KBM Indonesia, 2020) Hal 5
Menurut Zubaedi pendidikan karakter adalah pendidikan budi perkerti plus, yang intinya merupakan program pengajaran yang bertujuan mengembangkan watak dan tabiat peserta didik dengan cara menghayati nilai-nilai dan keyakinan masyarakat sebagai kekuatan moral dalam hidupnya melalui kejujuran, dapta dipercaya, disiplin, dan kerja sama yang menekankan ranah afektif tanpa meninggalkan ranah kognitif, dan ranah skill.32
Pendidikan karakter adalah upaya sengaja untuk membantu orang mengerti, peduli tentang, dan berbuat atas dasar nilai-nilai etik. Dalam defenisi ini pendidikan karakter merujuk pada tiga komponen yang harus diolah yakni:
a. Pikiran, yang ditunjukkan dengan kata understand b. Rasa, yang ditunjukkan dengan kata care about
c. Raga, yang ditunjukkan dengan kata act upon care ethical values.33
Pendidikan karakter adalah suatu istilah yang luas yang digunakan untuk menggambarkan kurikulum dan ciri-ciri organisasi sekolah yang mendorong pengembangan nilai-nilai fundamental anak-anak di sekolah.
Seperti halnya yang dikutip oleh Muhammad Yaumi, bahwasanya Perwez telah menjabarkan beberapa defenisi tentang karakter,
32 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. ( Jakarta: Kencana,2011). Hal 25
33 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter, Hal 8
Berkowitz and Bier juga mengumpulkan beberapa defenisi tentang pendidikan karakter yang dijabarkan sebagai berikut:34
a. Pendidikan karakter adalah gerakkan nasional dalam menciptakan sekolah untuk mengembangkan peserta didik dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan kepedulian dengan menerapkan dan mengajarkan karakter-karakter yang baik melalui penekanan pada nilai-nilai universal. Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah dan pemerintah (daerah dan pusat) untuk menanamkan nilai-nilai inti, etis seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap diri dan orang lain (Character Education Partnership).
b. Pendidikan karakter adalah mengajar peserta didik tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara yang disiplin (Association For Supervision And Curiculum Development).
c. Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja untuk mengembangkan karakter yang baik berdasarkan nilai-nilai inti yang baik untuk individu dan baik untuk masyarakat.
34 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter, Hal 9-10
d. Pendidikan karakter adalah pendekatan apa saja yang disengaja oleh personal sekolah, yang sering berhubungan dengan orang tua dan anggota masyarakat, membantu peserta didik dan remaja menjadi peduli, penuh prinsip, dan tanggung jawab (National Commision On Character Education).
Berdasarkan defenisi di atas, terdapat beberapa nilai universal yang menjadi tujuan untuk dikembangkan pada diri peserta didik dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Nilai-nilai inti universal yang dimaksud adalah beretika, bertanggung jawab, peduli, jujur, adil, apresiatif, baik, murah hati, berani, bebas, setara, dan penuh prinsip.
Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik,warga masyarakat, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda.
3. Urgensi Pendidikan Karakter
Menurut Mochtar Buhori, pendidikan karakter seharusnya membawa pesertadidik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke penngalaman nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada, di sekolah misalnya, perlu dikembangkan secara lebih operasional sehingga mudah diimplimentasikan.35
Menurut Albertus pendidikan karakter memiliki arti diberikannya tempat bagi kebebasan individu dalam menghayati nilai-nilai yang dianggap sebagai baik, luhur, dan layak diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi berhadapan dengan dirinya, sesama manusia dan Tuhan.36
Sedangkan menurut Thomas Lickona adalah pendidikan karakter tentu saja bukan tanggung jawab sekolah saja. Pendidikan karakter ini merupakan tanggung jawab bersama dari mereka semua yang menyentuh nilai dan kehidupan para anak muda, berawal dari keluarga dan meluas hingga komunitas iman, organisasi pemuda, bisnis, pemerintah, dan bahkan media.37
Pembangunan karakter perlu dilakukan oleh manusia. Senada dengan hal tersebut, Ellen G. White seperti dikutip oleh Syamsul Kurniawan mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.
35 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, hal 32
36 Albertus, Dkk, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, (Jakarta: PT. Grasindo,2010) Hal 5
37 Thomas Lickona, Character Matters , Penerjemah, Juna Abdu Wamaungo,Dkk, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) Hal 4
Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan keluarga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua, dan guru tetap sadar bahwa pembanguana tabiat yang agung adalah tugas mereka.38
Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Hakikat pendidkan karakter dalam kontes pendidikan yaitu pendidikan nilai, yang mana pendidikan nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membinia generasi muda.39 Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa karakter seseorang dapat memengaruhi kesuksesannya.
Dalam bukunya Zubaedi menjelaskan bahwasanya hasil penelitian Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri-St. Louis, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan penurunan dratis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.40
38 Syamsu Kurniawan,Pendidikan Karakter, Hal 31
39 Darul Ilmi, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Ungkapan Bijak Minangkabau, Journal Of Islam & Social Studiens, Vol. 1, No. 1 , 2015
40 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. hal 41
Zubaedi menjelaskan hasil penelitian Suyanto menunjukkan bahwa sekitar 50 persen variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika usia 4 tahun. Peningkatan 30 persen berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 persen sisanya pada pertengahan dan akhir dewasa kedua. Dari sinilah Suryono menyimpulkan bahwa pendidikan karakter hendaknya dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.41
Namun bagi sebagian keluarga, barang kali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogianya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak playgroup dan taman kanak-kanak.
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawati merupakan sebuah usaha intuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.42 Begitu pentingnya pendidikan karakter, sampai- sampai beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, China sudah menerapkan model pendidikan tersebut sejak sekolah dasar
41 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. hal 42
42 Ratna Megawati Dalam Dharma Kesuma, Dkk, Pendidikan Karakter : Kajian Teori Dan Praktik Di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) Hal 5
hingga perguruan tinggi. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis, berdampak positif pada pencapaian akademis.
Pemerintah Amerika sangat mendukung program pendidikan karakter yang diterapkan sejak pendidikan dasar. Hal ini terlihat pada kebijakan pendidikan tiap-tiap negara bagian yang memberikan porsi cukup besar dalam perencangan dan pelaksanaan pendidikan karakter di Amerika yang bisa diperoleh. Di Jepang, pembinaan karakter merupakan salah satu pilar utama pendidikan karakter yang dilakukan sejak dini.
4. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebijakan yang menjadi nilai dasar karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu, pendidikan karakter pada dasarnya adalah pengembangan nilai- nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal dari empat sumber diantaranya yaitu: 43
a. Agama
43 Syamsu Kurniawan,Pendidikan Karakter, Hal 39-40
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama.
Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
b. Pancasila
Negara kesatuan republik indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada pembukaan UUD 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945.
c. Budaya
Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai budaya ini dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antara anggota masyarakat tersebut.
d. Tujuan pendidikan nasional(UU nomor 20 tahun 2003)
“ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
B. Al-Qur’an Surat Al-hujurat ayat 11-13 1. Pengertian Al-Qur’an
Secara bahasa al-qur’an berasal dari kata qara’a yang memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. 44 Al-qur’an adlah kalam (firman ) yang memiliki nilai mukjizat yang diturunkan melalui wahyu Ilahi kepada Rasulullah SAW, yang tertulis dalam mushaf dan diturunkan secara mutawatir dan bagi siapa saja yang membacanya akan memperoleh nilai ibadah.45
Menurut M. Quraish Shihab, secara harfiah Al-quran ini berarti
“bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sungguh tepat, karena tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulis baca lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-qur’an Al-karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.46
2. Surat Al- Hujurat
Dalam bahasa melayu surat Al-Hujurat ini memiliki asal ialah bilik- bilik. Bahasa Melayu Minangkabau masih memakai perkataan bilik juga. Setelah pengaruh bahasa Belanda masuk ke tanah air kita, maka
44 Syaikh Manna Al-qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-qur’an, diterjemahkan oleh Aunur Rafiq El-Mazni, (Jakarta Timur:Pustaka AL-kautsar, 2006) hal 16
45 Ayatullah Muhammad Baqir Hakim, Ulumul Qur’an, (Jakarta: Al-Huda,2012) hal 3
46 M.Quraish Shihab, Wawasan Al-qur’an, (Bandung: Mizan,1996) hal 3
bilik biasa kita tukar namanya menjadi kamar. Sebab itu orang-orang biasa memberi arti kamar-kamar.47
Surat Al-hujurat ini merupakan surat ke-49 dalam Al-qur,an. Surat ini termasuk golongan surat Madaniyyah, yang mana surat ini terdiri atas 18 ayat. Surat ini dinamakan Al-hujurat yangberarti kamar-kamar yang diambil dari perkataan surat Al-hujuratyang terdapat pada ayat ke- 4 surat ini.
3. Kandungan Surat Al-Hujurat Ayat 11-13
Surat al-hujurat ayat 11-13 yaitu berbunyi sebagai berikut:
ُنوُكٌَ نَأ ٰىَسَع ٍم ْوَق نِّم ٌم ْوَق ْرَخْسٌَ َلَّ اوُنَمآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ
ْمُهْنِّم ا ًرٌَْخ او
َلَّ َو ْمُكَسُفنَأ او ُزِمْلَت َلَّ َو ۖ َّنُهْنِّم ا ًرٌَْخ َّنُكٌَ نَأ ٰىَسَع ٍءاَسِّن نِّم ٌءاَسِن َلَّ َو َكِئ َٰلوُأَف ْبُتٌَ ْمَّل نَم َو ۚ ِناَمٌِ ْلْا َدْعَب ُقوُسُفْلا ُمْس ِلَّا َسْئِب ۖ ِباَقْلَ ْلْاِب او ُزَباَنَت َنوُمِلاَّظلا ُمُه َلَّ َو ۖ ٌمْثِإ ِّنَّظلا َضْعَب َّنِإ ِّنَّظلا َنِّم ا ًرٌِثَك اوُبِنَتْجا اوُنَمآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ
ِهٌ ِخَأ َمْحَل َلُكْأٌَ نَأ ْمُكُدَحَأ ُّب ِحٌَُأ ۚ اًضْعَب مُكُضْعَّب بَتْغٌَ َلَّ َو اوُسَّسَجَت ََّاللّٰ َّنِإ ۚ َ َّاللّٰ اوُقَّتا َو ۚ ُهوُمُتْه ِرَكَف اًتٌَْم ٌمٌ ِح َّر ٌبا َّوَت
َلِئاَبَق َو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَج َو ٰىَثنُأ َو ٍرَكَذ نِّم مُكاَنْقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلا اَهٌَُّأ اٌَ
ٌرٌِبَخ ٌمٌِلَع َ َّاللّٰ َّنِإ ۚ ْمُكاَقْتَأ ِ َّاللّٰ َدنِع ْمُكَم َرْكَأ َّنِإ ۚ اوُف َراَعَتِل
Artinya :
47 Hamka, Tafsir Al-Azhar , jilid 8, (Jakarta: Gema Insani, 2015) hal 410
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba- sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.48
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Pada ayat 11, sebagaimana dalam kitab tafsir Jalalain ayat ini diturunkan berkenaan dengan deklerasi Bani Tamim sewaktu mereka mengejek orang-orang muslim yang miskin, seperti Ammar bin Yasir dan Shuhaib Ar-Rumi.49 Kata kaum pada ayat diatas berasal dari kata qama- yaqumu-qauman yang artinya berdiri dan bangkit. Kata qaum dipergunakan untuk menunjukkan sekelompok/ sekumpulan orang yang bangkit untuk berperang membela sesuatu. Pada awal kata qaum ini digunakan untuk kaum pria bukan pada kaum wanita. Sebagai manusia yang memiliki kekurangan baik lahir dan bathin, maka manusia mau tidak
48 Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Hal 516-517
49 Jalaluddin Muhammad Bin Ahmad Al-Mahlli,Dkk, Terjemahan Tafsir Jalalain, (Jawa Barat: PT. Palapa, 2017) Hal 655
mau harus berinteraksi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam berinteraksi tersebut pasti akan ada gesakan yang terjadi sehingga akan menimbulkan keadaan yang kurang menguntungkan antara satu sama lainnya. Untuk itu ayat 11 ini mengingatkan agar satu sama lain tidak saling mengejek, menjelek-jelekan dan membuka aib masing-masingnya.50
Pada ayat 12, sebagaimana dalam bukunya Imam As-Syayuthi, sebab turunnya ayat adalah yang mana Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ibnu Jurair, mengatakan: orang-orang menyangka bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman Al-Farisi yang makan lalu tidur dengan mendengkur. Salah seorang menceritakan tentang makan dan tidurnya Salman, maka turunlah ayat ini.51
(Hai orang-orang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya kebanyakan dari prasangka itu adalah dosa) disini maknanya yaitu menjerumuskan kepada dosam jenis prasangka itu cukup banyak diantaranya, berburuk sangka kepada orang mukmin yang selalu berbuat baik. Kemudian, kata tajassassu pada asalnya adalah tatajassassu salah satu dari kedua huruf ta dihilangkan menjadi tajassassu yang artinya adalah janganlah kalian mencari aurat dan keaiban mereka dengan menyelidikinya ( janganlah kalian mempergunjingkannya) yang artinya janganlah kalian mempergunjingkannya dengan apa yang tidak diakuinya,
50 Abudin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persad, Cetakan Ke-5, 2012) Hal 235-236
51 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, diterjemahkan oleh Andi Muhammad Syahril dan Yasir Maqasid, hal 499
sekalipun itu benar adanya. Lafadz maytan dapat dibaca mayyitan, maksudnya hal ini tidak layak kalian lakukan. (Maka tentulah kalian merasa jijik atasnya) maksudnya memperguningkan seseorang itu sama halnya dengan memakan bangkai saudaranya sendiri. Kalian pasti tidak menyukai hal itu, maka jangan kalian melakukan hal itu. 52
Pada ayat 13, yang mana ayat ini turun ketika penaklukan kota Mekah, Bilal naik keatas panggung ka’bah dan mengumandangkan adzan.
Berkatalah beberapa orang “apakah pantas budak hitam adzan diatas ka’bah?” maka berkatalah yang lainnya:”sekiranya Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya”. 53
Dalam kitab tafsir Jalalain dijelaskan mengenai ayat 13 ini yaitu (Hai orang-orang beriman, sesumgguhnya kami menciptakan kalian dari seseorang laki-laki dan perempuan) yakni dari Adam dan Hawa ( dan kami menjdikan kalian berbangsa-bangsa) lafal syu’uuban merupakan bentuk jama’ dari kata sya’bun, artinya tingkatan nasab keturunan yang paling inggi ( dan bersuku-suku ) kedudukan suku berada dibawah bangsa. Kata ta’aarrafuu berasal dari kata tata’aarrafuu kemudian salah satu huruf ta dibuang menjadi ta’aarafuu yang maksudnya supaya kalian saling mengenal sebagian dari kalian, sabagian lainnya bukan untuk saling
52 Jalaluddin Muhammad Bin Ahmad Al-Mahlli,Dkk, Terjemahan Tafsir Jalalain, Hal 656 53
Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul, diterjemahkan oleh Andi Muhammad Syahril dan Yasir Maqasid, hal 497-499
membanggakan ketinggian nasab atau keturunan, karena sesungguhnya ketinggian itu hanya untuk orang yang paling bertakwa.54
C. Penelitian Relevan
Hasil dari penelitian sebelum yang relevan dengan penelitian saat ini yaitu :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Firly Maulana Sani ,Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 261-267”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian pustaka (Library Research), yang mana penelitiannya dilakukan dengan mengumpulkan data atau bahan-bahan terkait dengan teman pembahasan dan permasalahannya, yang diambil dari sumber-sumber kepustakaan. Pada penelitian ini peneliti mengkaji nilai-niali pendidikan karakter yang terdapat dalam surat Al-Baqarahayat 261-267, menunjukkan beberapa niali-nilai pendidikan yang diantaranya adalah berinfaq dengan tulus, tidak menyakiti hati penerima baik dengan ucapan ataupun perbuatan, mengucapkan ucapan yang baik lebih utama dari pada sedekah yang disertai dengan menyakiti hati penerima. 55
54 Jalaluddin Muhammad Bin Ahmad Al-Mahlli,Dkk, Terjemahan Tafsir Jalalain, Hal 657
55 Firly Maulana Sani, Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Al- Baqarah Ayat 261-267(Skripsi Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan ,Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang , 2016)
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Nur, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang berjudul “Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-qur’an Surat Al-Isra’” . pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian library reasearch. Pada penelitian ini membahas tentang konsep dari nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam surat Al-isra’. Dalam penetian ini peneliti menyebutkan ada beberapa nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam surat Al-isra’ ini yaitu nilai religius, jujur, disiplin kerja keras, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab. Kemudian implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam surat Al-isra’ ini di implementasikan melalui beberapa strategi dan pendekatan. 56
Persamaan penelitian diatas dengan yang penulis lakukan yaitu sama- sama mengakaji nilai-nilai pendidikan yang ada dalam Al-Qur’an. Metode penlitian yang digunakan penulis dengan penelitian relevan sama-sam menggunakan metode library research. Sedangkan perbedaan dalam penelitian ini yaitu perbedaan surat dalam Al-qur’an yang dikaji. Pada penelitian sebelumnya yang dikaji yaitu nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dala Al-qur’an surat Al-baqarah ayat 261-267. Sedangkan penelitian yang penulis kaji yaitu nilai –nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-qur’an surat Al-hujurat ayat 11-13.
56 Ahmad Nur, Konsep Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’
, (Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2017)
35 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Disini peneliti menggunakan jenis penelitian yang digunakan yaitu library research, yaitu pemikiran yang didasarkan pada studi literatur (pustaka). Penelitian kepustakaan (library research) merupakan suatu studi yang digunakan dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di prpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dan sebagainya.57
Library research termasuk dalam jenis penelitian kualitatif bersifat induktif dari data yang bersifat khusus untuk menemukan kesimpulan umum.58 Pada hakekatnya data yang diperoleh dengan penelitian pustaka ini dapat dijadikan landasan dasar dalam penelitian lapangan. Penelitian ini dikatakan juga sebagai penelitian yang membahas data-data sekunder.
Oleh karenanya dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian pustaka, seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah dan lain-lainnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini mencari nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 11-13 dari berbagai penafsiran yang merupakan interpretrasi dari para
57 Milya Sari,Asmendri, Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian Pendidikan IPA, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, 2020, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA, ISSN: 2715-470x
58 Sutrisno Hadi, Metodologi Reaserch,( Yogyaarta: Andi Offset, 2000), hal 9
mufasir dalam memahami isi dari kandungan ayat tersebut sehingga mempermudah dalam mengkaji.
B. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan yaitu, penelitian kepustakaan (library rearch) maka dalam pengumpulan datanya, peneliti menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang didapat dari dokumen-dokumen, baik yang berbentuk buku, jurnal, majalah, artikel, maupun karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh peneliti. Karena pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif yang tidak ada unsur menguji suatu hipotesis, yang mana hanya menganalisis permasalahan yang terkandung dalam Alqur’an surat Al- hujurat ayat 11-13.
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder:
1. Sumber primer adalah sumber data pokok yang langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian, yaitu: buku “ Hamka,2015. Tafsir Al- Azhar,jilid 8. Jakarta: Gema Insani.”
2. Sumber sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut peneliti menunjang data pokok,59 yaitu di antranya buku: “Islam, Ahmad Saiful Hasan Al-Banna,2010. Tafsir Hasan Al-Banna,cetakan-1.
59 Milya Sari,Asmendri, Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dalam Penelitian Pendidikan IPA, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, 2020, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA, ISSN: 2715-470x