• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putu Putri Agustini 1, M.G Rini Kristiantari 2, DB. Kt. Ngr. Semara Putra 3. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Putu Putri Agustini 1, M.G Rini Kristiantari 2, DB. Kt. Ngr. Semara Putra 3. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJARKETERAMPILAN MENYIMAK TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V

SDN 8 SUMERTA

Putu Putri Agustini1, M.G Rini Kristiantari2, DB. Kt. Ngr. Semara Putra 3

1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: putriagustini54@yahoo.com, rini_bali@yahoo.co.id, ngurahsemara@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak siswa kelas V SDN 8 Sumerta melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbatuan media audio visual tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 8 Sumerta tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 38 siswa.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar keterampilan menyimak siswa, jenis tes yang digunakan adalah tes uraian. Data yang didapatkan dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan hasil belajar keterampilan menyimak setelah adanya penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual. Presentase rerata hasil belajar keterampilan menyimak siswa pada siklus I sebesar 70% berada pada kriteria sedang, dan pada siklus II persentase rerata hasil belajar keterampilan menyimak siswa menjadi 82,79% berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal 86,84%. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak siswa.

Kata Kunci : model pembelajaran berbasis masalah, media audio visual, hasil belajar keterampilan menyimak.

ABSTRACT

The goals of this research was improve the result of the head skill students in class V SDN 8 Sumerta through the application problem based learning model based media audio visual. Design of this research is class act that is done in two cycles. The subyek were students in class V SDN 8 Sumerta, 38 studentsin total. Data is collected by using test method. Test method to receive result of the head skill. Students, kind of the test is essay. The data were analyzed using quatitative descriptive analysis method. Research of the result indicated to gain more learning outcomes of the head skill after the application of problem based learning model based audio visual media. The average value of learning outcomes reached 70% (currently on medium category) in first cycles, 8279% (currently hight category) and classical complateness is 86,84%. The application of problem based learning model based audio visual media is improve learning outcomes heed skill students.

Keyword : problem based learning model, audio visual media, learning outcomes heed skill.

(2)

2 PENDAHULUAN

Pendidikan memberikan kemungkinan pada siswa untuk memperoleh kesempatan, harapan, dan pengetahuan agar dapat hidup secara lebih baik. Besarnya kesempatan dan harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. Pendidikan dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik. Pendidikan yang berkualitas tentunya melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan.

Kemendikbud melakukan sejumlah terobosan guna meningkatkan mutu pendidikan agar mampu menghasilkan lulusan yang siap bersaing secara global dimasa yang akan datang.

Salah satu terobosan awal tersebut adalah dengan memberlakukan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP.

Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran dilaksanakan secara tematik dengan menggunakan pendekatan saintifik.

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang ditemukan (Daryanto, 2014:51).

Sebagai salah satu mata pelajaran wajib di dalam pembelajaran, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang masuk ke dalam pembelajaran tematik pada kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 3013 ini Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar hingga nantinya tercapai keterampilan berbahasa yang

diinginkan. Hal ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik masih sangat rendah dan hal tersebut berdampak pada keterampilan berbahasanya. Dalam implementasinya, pembelajaran bahasa Indonesia menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis maupun teks lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks. Belajar bahasa Indonesia tidak sekedar memakai bahasa Indonesia untuk menyampaikan materi belajar. Namun, perlu juga dipelajari soal makna atau bagaimana memilih kata yang tepat. Pembelajaran teks membawa anak sesuai perkembangan mentalnya, menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berfikir kritis.

Pembelajaran bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu. Jika pembelajaran berisi serangkaian aktivitas dan disertai dengan target kinerja tiap aktivitas, diyakini guru akan mampu mengembangkan potensi siswa, mengetahui kelemahan siswa secara tepat pada tiap aktivitas, memberikan penguatan secara tepat atas kelemahan siswa sesuai dengan aktivitas mana yang paling lemah dan ujungnya akan bermuara pada peningkatan mutu proses pembelajaran itu sendiri.

Perhatian dan kegiatan pembelajaran bahasa dikembangkan menjadi pembelajaran keterampilan berbahasa.

“Pembelajaran bukan lagi ditekankan pada pengetahuan bahasa, melainkan pada keterampilan berbahasa.

Keterampilan berbahasa yang dimaksud meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat keterampilan tersebut diberikan secara terpadu” (Ngalimun dan Noor, 2013:3).

Keempat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis memiliki hubungan yang sangat erat, meskipun masing-masing memiliki ciri-ciri tertentu. Ngalimun dan Noor (2013:39) menyatakan, (a)

(3)

3 Hubungan antara membaca dan menulis, membaca dan menulis merupakan keterampilan yang saling melengkapi.

Dalam menulis, anak lebih suka menggunakan kata-kata yang dikenal dan dirasakan sudah dipahami dengan baik dalam bahan bacaan yang telah dibacanya. Namun, banyak materi yang telah dibaca dan dikuasai oleh anak yang tidak pernah muncul dalam tulisan. Hal itu terjadi karena untuk menggunakan suatu kata dalam tulisan diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam, dalam hal penerapan kata tersebut daripada sekedar memahaminya ketika membaca. (b) Hubungan antara berbicara dan menulis, berbicara dan menulis merupakan keterampilan ekspresif atau produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan symbol-simbol, symbol lisan dalam berbicara dan symbol tertulis dalam menulis. Dalam kegiatan berbicara maupun menulis, pengorganisasian pikiran sangat penting.

Pengorganisasian pikiran ini lebih mudah dalam menulis, karena informasi dapat disusunkembali secara mudah setelah ditulis sebelum disampaikan kepada orang lain untuk dibaca. (c) Hubungan antara menyimak dan berbicara, menyimak dan berbicara merupakan keterampilan yang saling melengkapi, keduanya saling bergantung. Menyimak dan berbicara, merupakan keterampilan berbahasa lisan, keduanya membutuhkan penyandian dan penyandian kembali symbol-simbol lisan. Pada dasarnya bahasa yang digunakan dalam percakapan dipelajari, disimak, dan menirukan pembicaraan. Anak-anak tidak hanya menirukan hal-hal yang tidak mereka pahami. (d) Hubungan antara menyimak dan membaca, menyimak dan membaca merupakan keterampilan reseptif, keduanya memungkinkan seseorang menerima informasi dari orang lain. Dalam menyimak maupun dalam membaca dibutuhkan penyandian symbol, menyimak bersifat lisan sedangkan membaca bersifat tertulis, keterampilan menyimak bagus untuk mengembangkan kesiapan membaca,

karena menyimak memerlukan proses mental yang sama dengan membaca, kecuali pada tingkat penyandiannya.

Keempat keterampilan dalam bahasa Indonesia, keterampilan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah keterampilan menyimak dan berbicara. Banyak ahli menyatakan bahwa menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung merupakan komunikasi tatap muka (face to face).

Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat reseptif.

Menyimak adalah kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, menginterpretasi, mengidentifikasi, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang terkandung didalam bahan simakan.

Kegiatan menyimak sangat fungsional di dalam kehidupan sehari-hari. Menyimak berperan sebagai landasan belajar bahasa, penunjang keterampilan berbahasa yang lain, seperti keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, memperlancar komunikasi lisan, dan menambah informasi (Saddhono, 2014:13).

Sebagai suatu kegiatan berbahasa yang reseptif, menyimak merupakan suatu proses yang bertahap.

Tahapan-tahapan tersebut meliputi:

mendengar, memahami,

menginterpretasi, mengevaluasi, dan menanggapi. Untuk dapat menyimak dengan baik diperlukan sejumlah kemampuan penunjang antara lain:

kemampuan memusatkan perhatian, kemampuan linguistik dan non linguistik, kemampuan menilai, dan kemampuan menanggapi. Pada umumnya, menyimak dilakukan manusia dengan tujuan untuk memperoleh informasi, fakta, inspirasi, membedakan bunyi bahasa dengan tepat, menikmati dan menghargai pembicaraan, menilai hasil simakan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa.

Pada umumnya, menyimak dilakukan manusia dengan tujuan untuk memperoleh informasi, fakta, inspirasi, membedakan bunyi bahasa dengan tepat, menikmati dan menghargai pembicaraan,

(4)

4 menilai hasil simakan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN 8 Sumerta khususnya di kelas V pada mata pelajaran bahasa Indonesia belum sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga perlu ditingkatkan kembali. Adapun permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi. Pertama, dalam menyampaikan materi pelajaran guru masih menggunakan metode ceramah tanpa adanya media yang mendukung kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa masih kurang karena proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered). Guru hanya menggunakan papan tulis sebagai sarana utama dalam proses pembelajaran, sehingga kegiatan pembelajaran menjadi membosankan. Kedua, pada pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak guru membiasakan siswa hanya menyimak apa yang disampaikan guru saat proses pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Hal ini menyebabkan siswa kurang memahami apa yang sedang dipelajari dan siswa enggan untuk bertanya meskipun mereka belum paham tentang apa yang disampaikan guru. Mereka cenderung diam dan bersikap tak peduli terhadap pelajaran, selain itu kebiasaan siswa yang cenderung masih menunggu jawaban dan instruksi dari guru masih dibiarkan tumbuh dan berkembang pada diri siswa. Evaluasi terhadap pembelajaran sudah dilakukan, tetapi masih terbatas pada pengerjaan soal-soal sedangkan evaluasi pada aspek keterampilan dan sikap yang juga menjadi tuntutan kurikulum dalam penilaian proses pembelajaran di kelas belum dilakukan secara optimal. Pernyataan tersebut terlihat dari hasil ulangan siswa yang 80% masih di bawah kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, berdampak pada hasil belajar keterampilan menyimak siswa.

Maka dari itu, peneliti melakukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah

berbantuan media audio visual. Ngalimun (2012: 89), “Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.” Model pembelajaran berbasis masalah dimulai oleh adanya masalah kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.

Sani (2014: 127), “Problem based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.”

Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan menyelesaikan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep- konsep penting. Pendekatan ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri (Sumantri, 2015:42).

Berdasarkan beberapa pengertian yang sudah diuraikan dapat disimpulkan, model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah.

Model pembelajaran berbasis masalah memiliki keunggulan jika diterapkan dalam proses pembelajaran.

keunggulan tersebut diantarannya, (a) Model pembelajaran berbasis masalah mampu mengembangkan motivasi belajar siswa. (b) Model pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk mampu

(5)

5 berfikir tingkat tinggi. (c) Model pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa mengoptimalkan kemampuan metakognisinya. (d) Model pembelajaran berbasis masalah menjadikan pembelajaran bermakna sehingga mendorong siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri (Abidin,2014:162).

Setiap model pembelajaran memiliki prosedur yang sistematis yang artinya model pembelajaran harus diterapkan sesuai dengan sintaks yang dimiliki. Sumantri (2015: 47) sintaks model pembelajaran berbasis masalah disajikan dalam tabel berikut.

Tabel Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Aktivitas guru 1. Tahap 1

2. Orientasi siswa pada masalah

3. Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran, menjelaskan alat

bahan yang

dibutuhkan, mengajukan

fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.

4. Tahap 2

5. Mengorganisasi siswa untuk belajar

6. Guru membantu

siswa untuk

mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan

dengan masalah tersebut.

7. Tahap 3 8. Membimbing

penyelidikan

individual maupun kelompok

9. Guru mendorong

siswa untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

10. Tahap 4

11. Mengembangkan

12. Guru membantu

siswa dalam

dan menyajikan hasil karya

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

13. Tahap 5

14. mengevaluasi proses pemecahan masalah

15. Guru membantu

siswa untuk

melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Sumber : Sumantri (2015:47) Selain model pembelajaran media juga memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran sebagai perantara atau pengantar materi yang disajikan agar mampu dipahami dengan baik oleh siswa. Sukiman (2012:12)

“Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.”

Perkembangan teknologi sangat mempengaruhi perkembangan media pembelajaran. Media yang paling sederhana adalah media gambar, lalu setelah itu muncul media yang memadukan media yang bersifat mekanis dengan elektronis, dan yang paling baru media yang berbasis komputer.

Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Seels dan Richey mengelompokan media ke dalam empat kelompok yaitu, “1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio visual, 3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer”

(Arsyad, 2011:29). Media audio visual adalah media yang melibatkan keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak karena

“pembelajaran melalui media audio visual adalah produksi dan penggunaan materi

(6)

6 yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya tergantung pada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa” (Arsyad, 2011:30). “Media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung suara juga mengandung gambar yang bisa dilihat” (Sanjaya, 2005:173).

Arsyad, (2011:31) menyatakan media pembelajaran audio visual memiliki beberapa ciri khusus yaitu : 1) mereka biasanya bersifat linier, 2) mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis, 3) mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya, 4) mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak, 5) mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif, 6) umumnya mereka berorientasi kepada tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah.

Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran juga dapat memberikan banyak keuntungan yaitu, 1) harganya relative lebih murah dan popular, 2) sifatnya mudah dipindahkan, 3) jika digunakan bersama alat perekam, program dapat diputar ulang, 4) dapat mengembangkan daya imajinasi siswa, 5) merangsang partisipasi aktif siswa, 6) siaran yang actual dapat memberikan kesegaran topic, 7) dapat menyajikan pengalaman dunia luar ke dalam kelas, 8) dapat mengatasi batasan ruang dan waktu (Sadiman, dkk,2009:84).

Media audio visual berupa video dapat menyajikan masalah atau materi yang dapat menarik perhatian dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

METODE

Lokasi atau tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yaitu di SDN 8 Sumerta. Subjek penelitian adalah suatu yang diteliti baik orang, benda ataupun lembaga (oranisasi), sehingga yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 8 Sumerta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 38 orang, terdiri dari 16 orang laki-laki dan 22 orang perempuan. Sedangkan objek

penelitian ini adalah Hasil Belajar Keterampilan Menyimak pada Siswa Kelas V SDN 8 Sumerta Tema Sejarah Peradaban Indonesia Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menerapkan Pendekatan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Audio Visual. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2015/2016 yaitu pada bulan Februari sampai Maret.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang bersifat aplikasi atau terapan, terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. (Agung, 2014:24).

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak siswa pada siswa kelas V SDN 8 Sumerta melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual.

Banyaknya siklus yang dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan. Setiap siklus dalam PTK ini terdiri dari empat tahapan penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah tes uraian. Tes uraian adalah alat penilaian yang menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri (Kunandar, 2013:203).

Tes uraian yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik yaitu menyusun kisi-kisi dan memenuhi validitas isi (content validity) sesuai dengan standar isi yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu tes mampu mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi yang dilakukan dengan menelaah butir dilakukan dengan mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi.

Pengujian validitas isi dilakukan dengan

(7)

7 meminta pertimbangan ahli (expert judgement).

Terkait dengan hal itu, untuk kisi- kisi soal yang digunakan pada penelitian ini disusun dan dikonsultasikan dengan dosen bahasa Indonesia di lingkungan UNDIKSHA. Hal ini juga dinyatakan oleh Agung (2014:44), bahwa “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur dan mampu menyerap objek yang hendak diukur (keteapatan alat ukur dengan hal yang diukur)”. Sumber yang dapat dijadikan acuan dalam penimbangan instrumen adalah ruang lingkup materi yang dituangkan dalam bentuk kisi-kisi tes. Untuk mempermudah pemeriksaan tes uraian biasa digunakan pedoman penskoran.

Untuk menguji tes dilakukan validitas instrumen dengan ketepatan instrumen penilaian terhadap konsep konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.

Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya diukur.

Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun instrumen yang valid. Maka untuk mendapat instrumen yang valid disusun kisi-kisi sesuai dengan kurikulum. Selanjutnya agar memenuhi validitas isi, pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgment). Terkait dengan hal itu, kisi-kisi yang digunakan pada penelitian ini disusun dan dikonsultasikan dengan dosen bahasa Indonesia di lingkungan UNDIKSHA untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes.

Setelah data dalam penelitian terkumpul, maka data tersebut selanjutnya dianalisis. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuanlitatif. Metode analisis kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dalam bentuk angka-angka dan persentase mengenai obyek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:76).

Metode analisis kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya hasil belajar keterampilan menyimak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan pada bagian pendahuluan, dilaksanakanlah tindakan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbntuan media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak. Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh tentang berhasil atau tidaknya penelitian yang telah dilaksanakan. Dalam penyajian hasil penelitian ini akan tergambar data yang telah dikumpulkan dengan metode dan teknik tertentu serta langkah-langkah yang dipakai untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana tiap siklus dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan yaitu 2 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar keterampilan menyimak. Penelitian ini dilaksanakan melalui kolaborasi dengan guru kelas di kelas V, dimulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan tindakan pada saat pembelajaran.

Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan yaitu data hasil belajar keterampilan menyimak siswa kelas V tema sejarah peradaban Indonesia selama penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual. Kemudian data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang sudah ditetapkan. Pada refleksi awal dilakukan kegiatan penjajagan ke sekolah yakni melakukan wawancara dan observasi guna menemukan permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, diperoleh gambaran secara jelas mengenai masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran tematik pada muatan pelajaran bahasa Indonesia

(8)

8 (keterampilan menyimak) di kelas V.

Selain wawancara peneliti juga mendapatkan informasi dari data nilai siswa pada muatan pelajaran bahasa Indonesia (keterampilan menyimak). Nilai ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar keterampilan menyimak pada muatan pelajaran bahasa Indonesia sebelum tindakan sebagai skor awal dan guna untuk mengetahui skor kemajuan hasil belajar. Data ini digunakan untuk lebih menguatkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, bahwa dikelas tersebut kompetensi keterampilan muatan pelajaran bahasa Indonesia siswa belum sesuai dengan apa yang diharapkan.

Hasil analisis pada refleksi awal sesuai dengan ketuntasan belajar pada kurikulum 2013 yakni B- menunjukkan bahwa dari 38 orang siswa hanya 38%

siswa berhasil mencapai kategori tuntas dan sebanyak 62% siswa berada pada kategori tidak tuntas. Artinya hanya 14 orang siswa yang berhasil memperoleh nilai ≥ B-, sedangkan sisanya yaitu 24 orang siswa memperoleh nilai ≤ B.

Berdasarkankan deskripsi proses dan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada hasil belajar keterampilan menyimak tema sejarah peradaban Indonesia, setelah diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah berbasis masalah berbantuan media audio visual pada siswa kelas V SDN 8 Sumerta. Penelitian yang dilakukan ini, sudah dikatakan berhasil dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan.

Pada pelaksanaan siklus I belum mencapai hasil yang optimal dan belum memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan. Hasil belajar keterampilan menyimak pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata keterampilan menyimak siswa mencapai 70. Apabila dikonversikan ke tabel pedoman konversi PAP skala lima maka nilai rata-rata hasil belajar keterampilan menyimak siklus I berada pada katagori sedang. Dikatakan

belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan nilai rata-rata ada pada kategori “tinggi sampai dengan sangat tinggi”.Dan ketuntasan belajar yaitu 55,26% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%.

Hal ini disebabkan karena ada beberapa kendala yang dihadapi pada siklus I.

Kendala-kendala tersebut yaitu, a) pelaksanaan kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan belum secara optimal, b) beberapa siswa belum mampu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara optimal, c) siswa sudah lebih aktif dalam pembelajaran seperti bertanya dan menyampaikan pendapat meskipun belum secara optimal, d) siswa kurang mampu dalam mengungkapkan cerita yang ditulis dengan bahasa sendiri dan cerita masih ditulis sesuai dengan kata- kata dalam video.

Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II. Dengan menerapkan hasil refleksi tersebut, pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar keterampilan menyimak siswa tema sejarah peradaban Indonesia yang sesuai dengan indikator keberhasilan.

Hasil belajar keterampilan menyimak pada siklus I diperoleh nilai rata-rata yaitu 70 dengan kategori “sedang” dan ketuntasan belajar yaitu 55,26%, sedangkan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata yaitu 82,79 dengan kategori

“tinggi” dan ketuntasan belajar yaitu 86,84%. Dilihat dari data tersebut, terjadi peningkatan hasil belajar keterampilan menyimak siswa siklus I ke siklus II, dari kategori “sedang” menjadi “tinggi”.

Peningkatan tersebut dikarenakan siswa terlihat mulai terbiasa untuk menjalani proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual pada siklus II. Peningkatan hasil belajar keterampilan menyimak siswa Kelas V SDN 8 Sumerta dari siklus I sampai dengan siklus II dapat digambarkan pada grafik sebagai berikut.

(9)

9

Gambar 1 Peningkatan persentase rata-rata hasil belajar keterampilan menyimak dan ketuntasan klasikal siklus I dan siklus II.

Berdasarkan grafik pada gambar 1.menunjukkan terjadinya peningkatan persentase nilai rata-rata hasil belajar keterampilan menyimak dan ketuntasan klasikal siswa kelas V pada tema sejarah peradaban Indonesia dari siklus I ke siklus II setelah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual pada muatan materi bahasa Indonesia di SDN 8 Sumerta.

Dari peningkatan grafik pada gambar 1, maka penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak siswa tema sejarah peradaban Indonesia kelas V SDN 8 Sumerta. Hal ini dikarenakan media audio visual memiliki kelebihan dalam pembelajaran. Menurut Sadiman, dkk. (2009:84) “kelebihan media audio visual adalah 1) harganya relative lebih murah dan popular, 2) sifatnya mudah dipindahkan, 3) jika digunakan bersama alat perekam, program dapat diputar ulang, 4) dapat mengembangkan daya imajinasi siswa, 5) merangsang partisipasi aktif siswa, 6) siaran yang actual dapat memberikan kesegaran topic, 7) dapat menyajikan pengalaman dunia

luar ke dalam kelas, 8) dapat mengatasi batasan ruang dan waktu”.

Media audio visual adalah jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat. Penggunaan media audio visual mampu mengkongkritkan objek yang siswa pelajari, siswa dapat melihat, mendengar, dan merasakan secara langsung atau nyata apa yang mereka pelajari, sehingga dapat merangsang partisipasi aktif siswa dalam belajar dan secara tidak langsung memberikan pemahaman yang mendalam tentang apa yang dipelajari, sehingga hasil belajar meningkat.

Hasil penelitian dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak pada siswa kelas V tema sejarah peradaban Indonesia dikatakan berhasil. Penelitian ini dapat dihentikan karena hasil belajar keterampilan menyimak tema sejarah peradaban Indonesia sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

SIKLUS I

SIKLUS II 70%

82.79%

55.26%

86.84%

HASIL BELAJAR

KETUNTASAN KLASIKAL HASIL BELAJAR2

(10)

10 SIMPULAN DAN SARAN

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan menyimak pada siswa kelas V SDN 8 Sumerta tema sejarah peradaban Indonesia tahun ajaran 2015/2016.

Peningkatan ini dapat dilihat dari nilai ketuntasan klasikal hasil belajar keterampilan menyimak pada siklus I sebesar 55,26 % dan pada siklus II mencapai 86,84%.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A.A Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan.

Singaraja:Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Abidin, Yunus Dr. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013).

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja Pressindo.

Saddhono, Kundharu dan St. Y. Slamet.

2014. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sadiman, Arief S., dkk. 2009. Media Pendidikan. PT. Rajagrafindo Persada.

Sani, Ridwan. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT.

Pustaka Insan Madani.

Sumantri, Mohammad Syarif. 2015.

Strategi Pembelajaran. Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada..

Gambar

Tabel Sintaks Model Pembelajaran  Berbasis Masalah
Gambar 1 Peningkatan persentase rata-rata hasil belajar keterampilan           menyimak dan ketuntasan klasikal siklus I dan siklus II

Referensi

Dokumen terkait

yang artinya ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di ruang ponek Bapelkes RSD Jombang.Diharapkan bagi petugas

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah spesies/jenis lamun, mengetahui kerapatan dan tutupan lamun, dan mengetahui nilai biomassa dan estimasi simpanan

Tim Penilai Pusat bagi Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi rehabilitasi pada Badan Narkotika Nasional untuk Angka Kredit Konselor Adiksi Ahli Madya di

Pendekatan yang dikemukakan ole Edward III mempunyai empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan, yaitu (1) komunikasi, (2)

Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan bahwa interaksi antara jenis dan cara aplikasi pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap indeks panen dimana tanaman yang diberikan

Zina dalam pengertian istilah adalah hubungan jelamin di antara seorang laki-laki dan perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam hubungan perkawinan 39. Para fuqaha

Tujuan artikel yaitu untuk mengetahui gambaran pendapatan ijarah pada PT Bank BRI Syariah, mengetahui profitabilitas (Return On Asset) pada PT Bank BRI Syariah, dan

Berbanding terbalik dengan hal tersebut, rata-rata waktu paling lama yang dibutuhkan adalah 135,6 second yaitu waktu yang diperoleh ketika variasi ketinggian pompa 3,5 meter