Editor in Chief:
Dr. dr. Susy Purnawati, M.K.K Associate Editor:
Dr. rer. Nat. dr. Ni Nyoman Ayu Dewi, S,Ked, M.Si.
Editor Editor
• Bagian Anatomi : Prof. Dr. dr. I Nyoman Mangku Karmaya, M.Repro, Sp.A(K) dr. I Gusti Ayu Widianti, M.Biomed
• Bagian Histologi : dr. Ida Ayu Ika Wahyuniari, M. Kes.
dr. Ni Made Linawati, M.Si.
• Bagian Ilmu Faal : Prof. dr. Ketut Tirtayasa, M.Sc.
Prof. dr. Dewa Putu Sutjana, PFK, M.Erg.
• Bagian Biokimia : Prof. dr. NA Bagiada, Sp.BIOK.
dr. I Wayan Surudarma, M.Si.
• Bagian Parasitologi :
• dr. I Made Sudarmaja, M.Kes.
• dr. I Kadek Swastika, M.Kes.
• Bagian Mikrobiologi:
• dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp. MK
• dr. Ni Made Adi Tarini, S.Ked, Sp.MK
• Bagian Farmakologi:
• dr. I Made Jawi, M.Kes.
• Dr. dr. Bagus Komang Satriyasa, M.Repro.
• Bagian Patologi Anatomi :
• Dr. dr. I Gusti Ayu Sri Mahendra Dewi, Sp. PA(K)
• dr. Ni Putu Ekawati, M. Repro, Sp.PA
• Bagian Patologi Klinik :
• Dr. dr. I Wayan Putu Sutirtayasa, M.Si.
• dr. A.A. Wiradewi Lestari, Sp.PK
• Bagian Ilmu Kesehatan Kulit:
• dr. IGK Darmada, Sp.KK(K) N
• dr. Luh Made Mas Rusyati, Sp.KK
• Bagian Obgyn : dr. Ketut Putera Kemara, Sp.OG dr. I Wayan Megadhana, Sp.OG (K)
• Bagian Psikiatri : dr. Nyoman Ratep, Sp.KJ (k) dr. Wayan Westa, Sp. KJ (K)
• Bagian Farmasi : Drs. I Nyoman Toya Wiartha, Apt.
Drs. I Gede Made Adioka, Apt. M.Kes.
• Bagian Ilmu Bedah :
• Prof. dr. Sri Maliawan, Sp. BS
• Prof. Dr. dr. Ketut Siki Kawiyana, Sp.B., Sp.OT (K)
• Bagian Radiologi : dr. Lisna Astuti, Sp.Rad.
dr. Elysanti Dwi Martadiani, Sp.Rad.
• Bagian Ilmu Kesehatan Mata:
• dr. Putu Budiastra, Sp. M (K)
• dr. A.A.A. Sukartini Djelantik, Sp.M
• Bagian Ilmu THT : dr. Sari Wulan Dwi Sutanegara, Sp.THT-KL dr. I Wayan Sucipta, Sp.THT-KL
• Bagian Ilmu Kesehatan Anak:
• dr. I Gusti A. Trisna Windiani, Sp.A(K)
• dr. I Nyoman Budi Hartawan, Sp. A, MSc.
• Bagian Forensik : dr. Henky, Sp.F
dr. Ida Bagus Putu Alit, Sp.F. DFM
• Bagian Gigi dan Mulut:
• Drg. Louise Cinthia Hutomo, Sp.Ort.
• Drg. Luh Wayan Ayu Rahaswanti, Sp.KGA
• Bagian Anestesiologi dan Reanimasi :
• Prof. Dr. dr. Made Wiryana, Sp.An. KIC
• dr. I Putu Pramana Suarjaya, Sp.An. M.Kes. K.M.N.
• Bagian Ilmu P. Dalam:
• Dr. dr. Ketut Suega, Sp.P.D.-KHOM.
• dr. I Wayan Losen Adnyana, Sp.P.D.
• Bagian I.P. Saraf : dr. Made Oka Adnyana, Sp.S. (K)
dr. I Putu Eka Widyadharma, M.Sc., Sp.S.
• Bagian Andrologi dan Seksologi:
• Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, Msc.
• Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And, FAACS.
• Bagian Kardiologi: Prof. DR. Dr. I Wayan Wita, Sp.JP (K) FIHA, FAsCC Dr. I Ketut Rina, Sp.PD, Sp.JP (K) FIHA
• Bagian IKK/IKP : dr. Made Dharmadi, MPH.
dr. I Wayan Weta, MS
Mitra Bestari:
• Prof. Dr. dr. Suryani As, ad, Sp.G.K. ( Univ. Hasanuddin Ujung Pandang)
• Prof.DR.Ir Rolles Palilingan ( Univ. Negeri Manado Sulawesi Utara)
• Dra. Titik Mutiah, MA. Ph.D ( Univ. Sarjana Wiyata Yogyakarta)
• Dr. Ir. Lilik Sudiajeng M.Erg. ( Politeknik Negeri Bali)
• Dr. dr. Nyoman Kertia, Sp.PD. ( UGM Yogyakarta)
• dr. Hamsu Kadriayan, Sp. T.H.T. ( Univ. Mataram Lombok)
• dr. Arfi Samsun, M.Si., Med. Sp.F. (Univ. Mataram Lombok)
• Dr. dr. I Made Nyandra, Sp.K.J. ( Universitas Diana Pura)
• Prof. DR I Nyoman Adijaya Putra, M.A (UNDIKSHA)
Articles
HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI PADA REMAJA DENGAN PRESTASI AKADEMIS SISWA SMA NEGERI 4 DENPASAR
Anak Agung Istri Praptikaningtyas, Anak Ayu Sri Wahyuni, Luh Nyoman Alit Aryani pdf
KARAKTERISTIK ANEMIA PADA KEHAMILAN DI POLIKLINIK KEBIDANAN RSUP SANGLAH TAHUN 2016-2017
Anfiksyar K.S.S, Made Bagus Dwi Aryana, I Gede Ngr Harry Wijaya Surya, Ida Bagus Gede Fajar Manuaba
HUBUNGAN ASUPAN SUMBER NITRIC OXIDE DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEREMPUAN DEWASA MUDA SEHAT
Angelina Sarah, I Wayan Gede Sutadarma, I Wayan Surudarma pdf
PERBANDINGAN GEJALA KLINIS DAN HISTOPATOLOGIS PADA
RHINOSINUSITIS KRONIS DENGAN POLIP NASAL EOSINOFILIK (ECRSWNP) DAN NON-EOSINOFILIK (NON-ECRSWNP) DI RSUP SANGLAH, DENPASAR PERIODE JANUARI 2017-SEPTEMBER 2018
Astari Rahayu Dewi, Sari Wulan Dwi Sutanegara, Komang Andi Dwi Saputra pdf
HUBUNGAN PENGGUNAAN MEDIA MASSA DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK-ANAK DI SDK 1 SANTO YOSEPH DENPASAR BALI
Audrey Christina Gosal, Kunthi Yulianti, Lely Setyawati pdf
POLA KUMAN PENYEBAB COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA (CAP) DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2017
Ayu Agung Pradnya Paramitha Dwi Sutanega, I G N Bagus Artana, Putu Andrika pdf
KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI
APENDISITIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 - 2017
Cathleya Fransisca, I Made Gotra, Ni Made Mahastuti
HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN GAME ONLINE DENGAN KEBUGARAN FISIK PADA REMAJA SMP DI KOTA DENPASAR
Ni Putu Ayu Windari Putri, Luh Putu Ratna Sundari pdf
PREVALENSI KONSTIPASI DAN GAMBARAN ASUPAN SERAT MAKANAN DAN CAIRAN PADA ANAK REMAJA
I Made Pramana Dharmatika, Ni Nyoman Metriani Nesa, I Nyoman Budi Hartawan, I Gusti Ngurah Sanjaya Putra, I Putu Gede Karyana
KEJADIAN DAN KARAKTERISTIK DEPRESI PADA USILA (USIA LANJUT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGGIS II TAHUN 2017
Chika Christianne Moreen Nababan, Luh Seri Ani, Putu Cintya Denny Yuliyatni pdf
HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN OBESITAS REMAJA PADA SISWA-SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI DENPASAR
Nyoman Arya Shridewi Abhigamika, Wayan Losen Adnyana, I Wayan Sudhana pdf
PROFIL PASIEN PENYAKIT TROFOBLASTIK GESTASIONAL DI RSUP
SANGLAH DENPASAR PERIODE 1 JANUARI 2017 SAMPAI 31 DESEMBER 2017 Abi Rafdi Azizi, I Nyoman Bayu Mahendra, Endang Sri Widiyanti
HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN, KONSUMSI KAFEIN, TINGGAL SENDIRI, DAN JAM MULAI TIDUR DENGAN KUALITAS TIDUR BURUK MAHASISWA DI KOTA DENPASAR
Ignatia Novianti Tantri, Luh Putu Ratna Sundari pdf
DETEKSI GEN bap (BIOFILM-ASSOCIATED PROTEIN) ISOLAT Acinetobacter baumannii SEBAGAI GEN PENGKODE BIOFILM DI RSUP SANGLAH
MENGGUNAKAN TEKNIK PCR
Kadek Dede Frisky Wiyanjana, Ni Nyoman Sri Budayanti pdf
PREDIKTOR IMMUNOLOGICAL FAILURE PADA POPULASI UMUM PASIEN
HIV/AIDS DI KABUPATEN BADUNG, BALI: STUDI KOHORT RETROSPEKTIF
Regi Rinaldy Billjudika, Anak Agung Sagung Sawitri
TIDAK TERDAPAT HUBUNGAN NEGATIF TUMOR INFILTRATING
LYMPHOCYTES DENGAN DERAJAT HISTOPATOLOGI KARSINOMA INVASIF TIPE TIDAK SPESIFIK PADA PAYUDARA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2016
Made Agus Cahya Nugraha Koriawan, Anak Agung Ayu Ngurah Susraini, Ni Putu Sriwidyani
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7,JULI, 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
KARAKTERISTIK PASIEN DENGAN GAMBARAN HISTOPATOLOGI APENDISITIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 - 2017
Cathleya Fransisca
1, I Made Gotra
2, Ni Made Mahastuti
21
Program Studi Sarjana Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
2
Departemen/KSM Patologi Anatomi Fakultas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar
Email : [email protected]
ABSTRAK
Apendisitis merupakan suatu keadaan darurat yang paling umum terjadi di bagian bedah abdomen dan sebanyak 621.435 kasus apendisitis terjadi di Indonesia. Pemeriksaan histopatologi merupakan metode diagnosis yang banyak digunakan untuk mendiagnosis apendisitis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui data karakteristik pasien dengan gambaran histopatologi apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 – 2017.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian
cross sectional. Teknik pengambilan sampel berupa total sampling dimana data penelitian berasal daribuku registrasi hasil pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 – 2017 sebanyak 723 sample yang telah memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi. Didapatkan bahwa pasien yang melakukan pemeriksaan histopatologi di RSUP Sanglah Denpasar terbanyak terjadi pada kelompok dengan diagnosis histopatologi apendisitis phlegmontosa sebanyak 250 orang (34,6%), pada kelompok usia remaja akhir dengan rentang usia 41-50 tahun sebanyak 212 orang (29,3%), dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 398 orang (54,9%), dan sebagian besar dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sebanyak 628 orang (86,9%).
Kata Kunci: Apendisitis, pemeriksaan histopatologi, usia, jenis kelamin, gejala klinis, RSUP Sanglah
Denpasar
ABSTRACT
Appendicitis is the most common emergency in abdominal surgery and as many as 621,435 cases of appendicitis occur in Indonesia. Histopathological examination is a diagnostic method that widely used to diagnose appendicitis. To obtain the characteristic data of patient with histopathological description of appendicitis in Sanglah General Hospital 2015 -2017 period. This study was descriptive research with cross sectional study design. The sampling technique is total sampling where the research data comes from the histopatology examination registration book results at the Anatomical Pathology Laboratory at Sanglah General Hospital Denpasar 2015 – 2017 period as many as 723 sample which has fulfilled the inclusion criteria and does not meet the exclusion criteria. Most of the patients who performed histopathological examination at Sanglah General Hospital Denpasar occurred mostly in groups with histopathological diagnose of Phlegmontous Appendicitis as many as 250 people (34.6%), in the late adolescent age group with age range from 41 – 50 year old as many as 212 people (29.3%), occur mostly in male as many as 398 people (54.9%), and most of the complaints was pain on the right side of the lower abdomen as many as 628 people (86.9%).
Keywords: Appendicitis, histopathological examination, age, sex, clinical manifestation, Sanglah General
Hospital Denpasar
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7,JULI, 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
PENDAHULUANApendisitis merupakan proses peradangan akut maupun kronis yang terjadi pada apendiks vemiformis oleh karena adanya sumbatan yang terjadi pada lumen apendiks. Apendisitis merupakan penyakit yang menjadi perhatian oleh karena angka kejadian apendisitis tinggi di setiap negara. Resiko perkembangan apendisitis bisa seumur hidup sehingga memerlukan tindakan pembedahan.
Di Indonesia, sebesar 596.132 orang dengan presentase 3,36% dilaporkan menderita apendisitis pada tahun 2009, dan meningkat menjadi 621.435 dengan presentase 3,53% di tahun 2010.1 Prevalensi dari apendisitis sekitar 7% dari kebanyakan populasi di Amerika dengan kejadian 1,1 kasus per seribu orang per tahun.2 Kejadian apendisitis mencapai puncaknya pada kelompok usia remaja akhir yaitu usia 17 – 25 tahun.2 Frekuensi terjadinya apendisitis antara laki-laki dan perempuan umumnya sama.
Terdapat perbedaan pada usia 20-30 tahun, dimana kasus apendisitis lebih sering terjadi pada jenis kelamin laki-laki pada usia tersebut.2 Penyebab obstruksi lumen apendiks paling sering adalah oleh batu feses. Faktor lain yang dapat menyebabkan obstruksi lumen apendiks antara lain hiperplasia jaringan limfoid, tumor, benda asing dan sumbatan oleh cacing.3 Studi epidemiologi lainnya menyebutkan bahwa ada peranan dari kebiasaan mengonsumsi makanan rendah serat yang mempengaruhi terjadinya konstipasi, sehingga terjadi apendisitis.15
Pasien yang menderita apendisitis umumnya akan mengeluhkan nyeri pada perut kuadran kanan bawah. Gejala yang pertama kali dirasakan pasien adalah berupa nyeri tumpul di daerah epigastrium atau di periumbilikal yang akan menyebar ke kuadran kanan bawah abdomen. Selain itu, mual dan muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri, yang berakibat pada penurunan nafsu makan sehingga dapat menyebabkan anoreksia. Demam dengan derajat ringan juga sering terjadi.4 Berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan, manifestasi klinis apendisitis dapat menyerupai penyakit lain, sehingga seringkali terjadi kesalahan dalam hasil diagnosis. Penyakit tersebut seperti intususepsi, divertikulitis, penyakit gastrointestinal akut, dan crohn’s disease. Penegakkan diagnosis apendisitis dapat dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, namun pemeriksaan histopatologi merupakan metode diagnosis yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis apendisitis.
Berdasarkan gambaran histopatologinya, apendisitis
diklasifikasikan menjadi apendisitis akut, apendisitis akut supuratif, apendisitis phlegmontosa, apendisitis gangrenosa, apendisitis kronis, dan early acute appendicitis. Salah satu penatalaksanaan apendsitis yang sering dilakukan adalah Appendectomy.3 Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi seperti perforasi.5
Angka kejadian apendisitis baik di luar negeri maupun di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Namun, data terpublikasi di Indonesia mengenai karakteristik pasien dengan gambaran histopatologi apendisitis khususnya di Bali belum banyak dilaporkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui data karakteristik pasien dengan gambaran histopatologi apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 – 2017 untuk menambah informasi, edukasi dan menunjang data bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian potong lintang (cross- sectional) menggunakan data sekunder berupa catatan medis pasien yang terdata dalam buku registrasi hasil pemeriksaan histopatologi. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi dari bulan Juli 2018 sampai dengan November 2018.
Subyek penelitian dipilih dari data pasien yang memenuhi kriteria inklusi yaitu seluruh pasien apendisitis yang terdata lengkap dalam buku registrasi hasil pemeriksaan histopatologi. Serta tidak memenuhi kriteria eksklusi yaitu pasien yang melakukan pemeriksaan histopatologi dengan diagnosis bukan apendisitis dan pasien apendisitis dengan catatan medis yang tidak lengkap meliputi nama, jenis kelamin, usia, diagnosis histopatologi, dan gejala klinis. Penentuan subyek ini dilakukan dengan teknik total sampling sehingga total keseluruhan jumlah subyek pada penelitian ini didapatkan sebanyak 723 kasus
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diambil dari buku registrasi hasil pemeriksaan histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi.
Data tersebut akan dicatat dalam lembar yang telah disediakan. Data yang akan dicatat meliputi nomor registrasi, usia, jenis kelamin, diagnosis klinis, diagnosis histopatologi, dan gejala klinis. Data kemudian akan diolah dan dianalisis menggunakan software SPSS Statistics 17, kemudian dianalisa
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7,JULI, 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
secara deskriptif, dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram atau grafik yang disertai penjelasan yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Penelitian ini telah mendapatkan ijin dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dengan kelayakan Etik Nomor:
967/UN14.2.2/PD/KEP/2018 tertanggal 12 Juli 2018.
HASIL
Berdasarkan penelitian yang telah diilakukan, total kasus apendisitis berdasarkan karakteristik diagnosis histopatologi, usia, jenis kelamin, dan gejala klinis yang terdata di buku registrasi pemeriksaan histopatologi Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 - 2017 dan telah memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 723 kasus.
Tabel 1. Distribusi Diagnosis Histopatologi Apendisitis pada Pasien Apendisitis di RSUP Sanglah Tahun 2015 - 2017
Diagnosis Histopatologi
Frekuensi (n=723)
Persentase (%)
Apendisitis akut Apendisitis akut
supuratif
41 207
5,7 28,6
Apendisitis phlegmontosa
250 34,6
Apendisitis gangrenosa
3 4,0
Apendisitis kronis 55 7,6 Early acute
appendicitis
167 23,1
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 723 sampel, prevalensi terbanyak terdapat pada kelompok dengan diagnosis histopatologi Apendisitis phlegmontosa sebanyak 250 orang (34,6%). Selanjutnya sebanyak 207 orang (28,6%) merupakan sampel dengan diagnosis histopatologi Apendisitis Akut Supuratif, sebanyak 167 orang (23,1%) dengan diagnosis histopatologi Early Acute Appendicitis, sebanyak 55 orang (7,6%) dengan diagnosis histopatologi Apendisitis Kronis, sebanyak 41 orang (5,7%) dengan diagnosis histopatologi Apendisitis Akut. Kelompok dengan diagnosis histopatologi Apendisitis Gangrenosa tercatat sebanyak 3 orang (4%) merupakan kelompok yang terendah.
Tabel 2. Distribusi Usia Pasien Apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015 – 2017
Kelompok Usia
Frekuensi (n=723)
Persentase (%) Balita ( 0-5 tahun )
Kanak – kanak ( 6 – 11 tahun )
28 66
3,9 9,1 Remaja awal ( 12 –
16 tahun )
82 11,3
Remaja akhir ( 17 – 25 tahun )
212 29,3
Dewasa awal ( 26 – 35 tahun )
132 18,3
Dewasa akhir ( 36 – 45 tahun )
85 11,8
Lansia awal ( 46 – 55 tahun )
Lansia akhir ( 56 – 65 tahun )
Manula ( >65 tahun )
57 43 18
7,9 5,9 2,5 Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 723 sampel, pasien apendisitis terbanyak terdapat pada kelompok remaja akhir dengan rentang usia 17 – 25 tahun yakni sebanyak 212 orang (29,3%). Sebanyak 132 orang (18,3%) tercatat pada kelompok dewasa awal dengan rentang usia 26 – 35 tahun. Selanjutnya sebanyak 85 orang (11,8%) merupakan sampel pada kelompok dewasa akhir dengan rentang usia 36 – 45 tahun, sebanyak 82 orang (11,3%) tercatat pada kelompok remaja awal dengan rentang usia 12 – 16 tahun, pada kelompok kanak – kanak dengan rentang usia 6 – 11 tahun tercatat sebanyak 66 orang (9,1%), pada kelompok lansia awal dengan rentang usia 46 – 55 tahun tercatat sebanyak 57 orang (7,9%), pada kelompok lansia akhir dengan rentang usia 56 – 65 tahun sebanyak 43 orang (5,9%) dan kelompok balita dengan rentang usia 0 – 5 tahun sebanyak 28 orang (3,9%). Kelompok manula dengan rentang usia di atas 65 tahun merupakan kelompok usia terendah dengan jumlah sampel sebanyak 18 orang (2,5%).
Tabel 3. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 – 2017
Jenis Frekuensi Persentase (%)
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7,JULI, 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
kelamin (n=723)Laki – laki Perempuan
379 326
54,9 45,1
Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 723 sampel, terdapat 397 orang (54,9%) dengan jenis kelamin laki – laki sedangkan sebanyak 326 orang (45,1%) dengan jenis kelamin perempuan.
Tabel 4. Distribusi Gejala Klinis Pasien Apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015 – 2017
Gejala klinis
Frekuensi (n=723)
Persentase (%)
Nyeri perut kanan bawah Nyeri seluruh perut Gejala klinis lain
628 80 15
86,9 11,1 2,1
Tabel 4 menunjukkan data gejala klinis pada pasien apendisitis di RSUP Sanglah pada tahun 2015 – 2017. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 723 sampel didapatkan pasien apendisitis datang dengan gejala paling banyak adalah nyeri perut kanan bawah yaitu 628 orang (86,9%). Selanjutnya adalah nyeri pada seluruh perut sebanyak 80 orang (11,1%).
Sisanya adalah gejala klinis yang tidak khas yang dikelompokkan menjadi gejala klinis lain, dengan jumlah 15 orang (2,1%). Gejala klinis lain yang dimaksudkan meliputi tidak bisa buang buang besar, perut kembung, pendarahan dari anus dan feses bercampur darah.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, table 1 menunjukkan prevalensi tertinggi terjadinya apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015 – 2017 adalah pada kelompok dengan diagnosis histopatologi Apendisitis phegmontosa yaitu sebanyak 250 orang (34,6%) dan terendah sebanyak tiga orang (4%) pada kelompok dengan diagnosis histopatologi Apendisitis Gangrenosa.
Hasil tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Dani dan Calista tahun 2013 di Rumah Sakit Immanuel Bandung dengan hasil tertinggi pada Apendisitis Akut, dan Apendisitis phlegmontosa termasuk dalam insiden terendah.2 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhafira tahun 2017 mendapatkan hasil prevalensi tertinggi terdapat pada Apendisitis Akut dan terendah pada
Apendisitis Kronis. Namun penelitian tersebut sangat terbatas dalam diagnosis histopatologi apendisitis yang lebih spesifik seperti early acute appendicitis, apendisitis akut supuratif, apendisitis akut gangrenosa, dan apendisitis akut phlegmontosa.6 Apendisitis phlegmontosa dapat terjadi bila proses peradangan yang hebat sekali dengan semakin banyak eksudasi neutrofil pada dinding apendiks vemiformis terutama PMN sampai di lapisan muskularis.7
Berdasarkan hasil penelitian, tabel 2 menunjukan prevalensi tertinggi terjadinya apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2015 – 2017 adalah pada kelompok remaja akhir dengan rentang usia 17 – 25 tahun yaitu sebanyak 212 orang (29,3%) dan yang terendah sebanyak 18 orang (2,5%) pada kelompok manula dengan rentang usia diatas 65 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian dan perbedaan dengan kejadian apendisitis di beberapa daerah di Indonesia. Kelompok remaja akhir dengan rentang usia 17 – 25 tahun untuk kejadian apendisitis tertinggi juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan Amalia tahun 2016 di RSU Kota Tanggerang Selatan.8 Pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas dkk tahun 2016 di RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado juga memiliki hasil yang serupa dimana kejadian apenisitis tertinggi terdapat pada kelompok dengan rentang usia 20 – 29 tahun.9 Pada penelitian yang dilakukan oleh Lima dkk tahun 2016 juga menyebutkan bahwa angka kejadian terendah untuk apendistis adalah pada kelompok usia 65 – 96 tahun.10 Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian yang dilakukan Dani dan Calista tahun 2013 di Rumah Sakit Immanuel Bandung dimana kejadian apenisitis tertinggi terdapat pada kelompok dewasa awal dengan rentang usia 26 – 35 tahun. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, dengan puncak tertinggi pada kelompok usia 20 – 30 tahun. Hal ini disebabkan oleh faktor hiperplasia dari jaringan limfoid.2 Jaringan limfoid mencapai puncak pertumbuhan pada usia tersebut yang memungkinkan adanya sumbatan sedikit saja akan menyebabkan tekanan intraluminal yang tinggi yang jika berkelanjutan akan berkembang menjadi apendisitis.11
Berdasarkan hasil penelitian, tabel 3 menunjukkan prevalensi apendisitis di RSUP Sanglah tahun 2015 – 2017 berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah pada laki – laki sebanyak 397 orang (54,9%). Hasil penelitian tersebut sesuai
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7,JULI, 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di seluruh dunia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Thomas dkk9 dan penelitian Makaju dkk12 mendapatkan kejadian paling sering terjadi pada laki – laki. Hasil ini juga sesuai dengan literatur dimana faktor perubahan anatomis berpengaruh pada inflamasi yang terjadi pada apendiks lebih umum ditemukan pada laki – laki.13 Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhafira dkk6 dan Amalia8 dengan hasil terbanyak adalah pada jenis kelamin perempuan. Perbandingan proporsi pasien apendisitis antara jenis kelamin laki – laki dan perempuan sebenarnya tidak jauh berbeda, namun pada rentang usia 20 – 30 tahun insiden terbanyak terjadi pada laki – laki.14
Berdasarkan hasil penelitian, tabel 5.4 menunjukkan prevalensi apendisitis di RSUP Sanglah tahun 2015 – 2017 berdasarkan karakteristik gejala klinis dengan jumlah terbanyak terdapat pada kelompok dengan gejala nyeri perut kanan bawah sebanyak 628 orang (86,9%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Craig,11 Dani dan Calista,2 dan Amalia.8 Gejala utama pasien apendisitis berupa nyeri kolik visceral di epigastrum dan peri – umbilical yang menjalar ke perut bagian ilaca kanan abdomen.15
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik pasien dengan gambaran histopatologi apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2015-2017 sebanyak 723 total sample yang telah memenuhi syarat inklusi, diperoleh simpulan bahwa pasien apendisitis ditemukan paling tinggi pada diagnosis histopatologi Apendisitis Phlegmontosa sedangkan jumlah kasus paling sedikit adalah Apendisitis Gangrenosa, dengan rentang usia paling banyak adalah 17 – 25 tahun yang termasuk dalam kelompok remaja akhir, dan yang paling kecil jumlahnya adalah pada kelompok manula yang berusia 65 tahun keatas. Dari keseluruhan kasus, jenis kelamin laki – laki lebih banyak menderita apendisitis dibandingkan jenis kelamin perempuan.
Sebagian besar pasien datang dengan gejala nyeri perut kanan bawah.
SARAN
Pencatatan data klinis pasien oleh klinisi yang kurang lengkap akan berpengaruh dalam melakukan diagnosis histopatologi sehingga diperlukan penanganan masalah lebih lanjut mengenai
pencatatan data klinis pasien apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar. Selain itu, terdapat banyak variabel yang dapat diteliti lebih lanjut untuk melengkapi penelitian ini. Seperti kebiasaan diet, pekerjaan, sosial ekonomi, riwayat apendiktomi, dan riwayat keluarga. Penelitian yang khusus membahas mengenai prevalensi apendisitis phlegmontosa masih kurang, sehingga terdapat keterbatasan dalam pembahasan. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut yang khusus membahas kausa penyebab apendisitis phlegmontosa.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan. 2009.
2. Dani & Calista P. Karakteristik pasien apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013-30 Juni 2013.
[Internet]. Repository Maranatha. 2013.
[diakses: 14 Juli 2018]. Tersedia di:
http://repository.maranatha.edu/id/eprint/12568.
3. Noffsinger AE. Gastrointestinal Pathology Fenoglio-Preiser’s edisi ke-4. Texas: Miraca Life Science; 2017. h. 1104-30.
4. Warsinggih D. Bahan Ajar Apendisitis Akut.
Nusantara Medical Science. [Internet]. 2010.
[diakses: 22 Januari 2018]. Tersedia:
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/
uploads/2016/10/Appendisitis-akut.pdf.
5. Salari AA. Perforated appendicitis, current concept in colonic disorder. Dr. Godfrey Lule(Ed.). [Internet]. 2012. [diakses: 22 januari 2018]. Tersedia di: http:/intechopen.com/ books/
current-concepts-in-colonic-disorders/perforated -appendicitis.
6. Zhafira T, Yulianti H, Wastaman M.
Histopathologic distribution of appendicitis at dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung, Indonesia in 2012. Althea Medical Journal.
2012.
7. Tannoury J. Treatment options of inflammatory appendiceal masses in adults. World Journal of Gastroenterology. 2013;19(25):3942.
8. Amalia I. Gambaran sosio-demografi dan gejala apendisitis akut di RSU Kota Tanggerang Selatan. [Internet]. Jakarta:
Universitas Indonesia. 2016. [diakses: 19 Oktober 2018]. Tersedia di: http:// repository.
uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3419 9/1/IFTINA%20AMALIA-FKIK.pdf.
9. Thomas GA, Lahunduitan I, Tangkilisan A.
Angka kejadian apendisitis di RSUP Prof. Dr, R. D. Kandou Manado periode Oktober 2012 –
ISSN: 2597-8012 JURNAL MEDIKA UDAYANA, VOL. 8 NO.7,JULI, 2019
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
September 2015. Jurnal e-clinic. 2016;4(1):1- 16.
10. Lima A, Vieira F, Oliveira G, Ramos P, Avelino M, Prado FG, Junior GS, Silva FC, Rodrigue JVL. Clinical epidemiological profile of acute appendicitis retrospective analysis of 638 cases. Revista do Colegio Brasileiro de Cirurgioes. 2013;43(4):248-53.
11. Craig S. Appendicitis treatment &
management. [Internet]. Medscape. 2017.
[diakses: 24 Juni 2018]. Tersedia di: https://
emedicine.Medscape.com/article/773895-over view.
12. Makaju R, Mohammad A, Shakya A. Acute appendicitis: Analysis of 518 histopathologically diagnosed cases at the Kathmandu University Hospital, Nepal.
Kathmandu University Medical Journal.
2010;8(30):227-30.
13. Lee J. The influence of sex and age on appendicitis in children and young adults.
Social Medicine Research Unit London Hospital
. 2009.
14. Riwanto I, Hamami AH, Pieter J, Tjambolang TAI. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi ke-3.
Jakarta: EGC. 2010. h. 755-62.
15. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Dasar Patologis Penyakit Robbins & Cotran edisi ke- 7. 2010. Jakarta: EGC. h. 600-02.