• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, seperti ekonomi, sosial serta lingkungan. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, seperti ekonomi, sosial serta lingkungan. 1"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan) adalah sebuah

konsep yang memiliki tujuan untuk menciptakan keseimbangan di antara dimensi pembangunan, seperti ekonomi, sosial serta lingkungan.1 Konsep Sustainable

Development atau pembangunan berkelanjutan digagas pertama kali pada tahun

1972 dalam sebuah konferensi pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam bidang lingkungan hidup di Stockholm atau lebih dikenal dengan Konferensi Stockholm.2 Konferensi tersebut diadakan untuk membicarakan masalah lingkungan yang telah terjadi di seluruh penjuru dunia.Masalah lingkungan yang terjadi di dunia diawali dengan mulai terjadinya pemanasan global, kepunahan jenis, pencemaran hingga semakin menipisnya lubang ozon yang khususnya banyak terjadi di negara-negara maju sebagai negara yang memiliki basis industri yang kuat terutama hasil limbah industri yang mencemari lingkungan. Masalah-masalah tersebut kemudian meluas sehingga menyita perhatian para petinggi politik dunia yang kemudian menjadikan masalah lingkungan hidup turut diperbincangkan ke dalam percaturan politik dunia serta menjadi masalah yang cukup serius.

1

Laporan World Commission on Environment and Development: Our Common Future (Laporan Bruntland)

2 Ibid.

(2)

2

Konferensi Stockholm ternyata tidak dapat membuahkan hasil seperti yang diharapkan yang kemudian dilanjutkan dalam konferensi Tingkat Tinggi di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992. Konferensi tersebut merupakan pengganti dari konferensi Stockholm yang tetap meneruskan membahas mengenai pembangunan dan lingkungan yang terlanjutkan. Masalah lingkungan hidup di dunia juga dianggap dapat berkurang apabila dilaksanakannya pembangunan sehingga konsep pembangunan berkelanjutan yang telah digagas sebelumnya harus terus berjalan.3 KTT Rio menjadi titik awal munculnya sebuah prinsip “Tanggung Jawab Sama Kewajiban Berbeda” yang di dalamnya memiliki makna bahwa tiap negara memiliki tugas yang sama dalam menyelesaikan persoalan lingkungan hidup, namun berbeda dalam sumbangsih yang diberikan untuk mengganti kerusakan tersebut.4 Artinya secara tidak langsung prinsip itu jelas mempresentasikan bahwa segala masalah lingkungan di muka bumi merupakan tugas bersama dan tidak ada satu negara pun yang dapat menyelesaikannya sendiri meskipun negara tersebut adalah negara yang paling kuat. Dalam KTT Bumi Rio 1992 lahir Agenda 21 yang merupakan kunci penting pembangunan berkelanjutan.

Agenda 21 tersebut menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan integrasi dari 3 pilar yaitu : Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Sepuluh tahun setelah deklarasi Rio, dilaksanakan kembali konferensi puncak dunia tentang pembangunan berkelanjutan (World Summit on Sustainable

3 Otto Soemarwoto,1991, Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

4

Tim Third Network,2001, International Environmental Governance, Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas

(3)

3

Development) di Johannesburg, Afrika Selatan tahun 2002. Konferensi ini merupakan konferensi yang paling utama dari KTT lainnya, sebab KTT tersebut tidak membahas permasalahan lingkungan hidup saja, melainkan melakukan perluasan lingkungan hidup dengan aspek-aspek pembangunan lainnya melalui konsep pembangunan berkelanjutan.5 KTT Johannesburg mengkaji lebih lanjut mengenai kemerosotan kualitas lingkungan hidup sebagai hasil dari KTT Rio. Masalah semakin pelik karena semakin terjadi kemiskinan yang terus bertambah, tidak tersedianya air bersih serta pangan dan melebarnya kesenjangan antara kaya dan miskin. Penyebab hal tersebut antara lain karena perilaku negara-negara maju yang tidak memenuhi komitmennya untuk menyelamatkan lingkungan. Mereka justru tetap menerapkan pola hidup yang boros dan mewah dan bersifat jangka pendek, sehingga kerusakan-kerusakan lingkungan terjadi terus-menerus terutama di negara-negara berkembang yang menjadi korban kerusakan tersebut. Kondisi itu juga diperparah oleh pertumbuhan industri yang semakin pesat sebagai tuntutan dari globalisasi, jumlah kendaraan bermotor yang bertambah banyak, serta kurangnya kesadaran manusia menjaga dan melestarikan lingkungan. Oleh karena itu, usaha dalam menjaga lingkungan hidup perlu adanya kerjasama antar negara-negara di dunia yang seiring dekade telah mengikuti beberapa pertemuan yang membahas mengenai lingkungan hidup.

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan pembangunan

Berkelanjutan merupakan sebuah program pembangunan berkelanjutan yang disusun oleh PBB dengan melibatkan 194 negara, civil society, hingga berbagai

5

(4)

4

pelaku ekonomi dari seluruh penjuru dunia yang di dalamnya terdapat 17 tujuan dengan 169 target yang terukur dengan muncul sebagai kelanjutan dari MDGs yang berakhir pada tahun 2015.6 Kelanjutan dari SDGs menjadi sebuah tuntutan untuk mengatasi permasalahan dunia,antara lain kemiskinan, kesenjangan sosial serta ancaman perubahan iklim dengan aksi yang nyata.7 Tujuan dan target yang telah ditentukan tersebut disesuaikan dengan tiga pilar pembangunan, yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Sementara itu, hasil dari MDGs ternyata masih banyak yang perlu disempurnakan dan menuai banyak kritik. Sebelumnya, MDGs memiliki 8 tujuan dengan 21 sasaran yang teryata tidak semua tujuan tercapai dengan sempurna.8 Target yang belum tercapai dengan sempurna tersebut meliputi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), Total Fertility Rate (TFR), Human Immunodeficiency virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) serta akses air bersih dan sanitasi. Selain itu, pada Konferensi Pembangunan Berkelanjutan PBB (Rio +20) tahun 2012 menyoroti bahwa pengimplementasian MDGs dinilai terlalu birokratis dan bersifat tradisional.9

Selama perkembangannya, MDGs juga melakukan pembatasan terhadap bantuan-bantuan yang diberikan oleh negara maju, sehingga peran dari sektor lain seperti swasta maupun LSM transnasional juga tidak banyak terlihat. Pada masa

6

Sustainable Finance OJK, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, diakses dalam

https://www.ojk.go.id/sustainable-finance/id/publikasi/prinsip-dan-kesepakatan-internasional/Pages/Tujuan-Pembangunan-Berkelanjutan.aspx 7

Ibid. 8

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, diakses dalam www.kemenkopmk.go.id/artikel/menko-kesra-kita-masih-punya-4-tantangan-mdgs-yang-belum-tercapai, pada 12 Desember 2018 pukul 9:46 WIB

9

Agus Sutopo, S.ST, Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs), 2014, Jakarta: Badan Pusat Statistik

(5)

5

sebelumnya, MDGs memang telah berhasil mengurangi angka kemiskinan internasional, penurunan laju kematian akibat malaria, namun diharapkan pada pembangunan pasca 2015 (SDGs) dapat menyempurnakan kembali tujuan-tujuan lain yang belum sempurna sesuai dengan target yang telah ditentukan dengan tetap memerhatikan keseimbangan antara planet dan kesejahteraan manusia.

Indonesia termasuk negara berkembang yang turut serta dalam pelaksanaan SDGs dan telah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang mana di dalamnya telah dipadu padankan dengan target serta sasaran dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, yakni 17 tujuan capaian dari 169 target secara global.10 Dari upaya tersebut muncul komitmen Indonesia dalam pelaksanaan SDGs yang meliputi:

1. Ikut melaksanakan SDGs untuk perubahan hidup global yang damai, sejahtera, adil serta berkelanjutan.

2. Sesuai dengan Perpres Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

3. Melaksanakan program Nawacita yang berhubungan dengan tujuan dari SDGs yang kemudian dirumuskan ke dalam RPJMN 2015-2019

4. Presiden RI akan memimpin serta mengawasi pelaksanaan SDGs yang mana SDGs menjadi tolok ukur yang tepat untuk agenda pembangunan nasional di Indonesia.11

10

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional 2015-2019 Buku I Agenda Pembangunan Nasional, 2014, Jakarta: Bappenas 11

Kementerian PPN/Bappenas, Arahan Terkait Pencapaian Pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/Sustainable Development Goals (SDGs) disampaikan dalam sosialisasi penyusunan RAD TPB/SDGs, Semarang 15 Desember 2017

(6)

6

Untuk menunjukkan upayanya dalam implementasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, Indonesia salah satunya mengambil isu nasionalnya yang sekaligus merupakan isu global yakni mengenai air bersih dan sanitasi. Kebutuhan terhadap air bersih sudah menjadi hak bagi setiap orang sekaligus menjadi kebutuhan dasar. Sedangkan masyarakat Indonesia masih jauh dari gaya hidup yang bersih dan sehat (higienis). Air bersih yang dimaksud memiliki arti sebagai air yang aman dikonsumsi untuk semua golongan masyarakat yang mana air tersebut adalah air yang bebas dari bakteri e.coli.12 Meskipun sanitasi dan air bersih merupakan sektor yang tidak begitu menjadi sektor utama, namun apabila masalah WASH (Water, Sanitation and Hygiene) tidak mendapat perhatian penuh akan menimbulkan dampak yang cukup serius seperti meningkatnya kematian anak di Indonesia akibat penyakit diare serta penyakit stunting yang dapat menghambat pertumbuhan. Melihat kondisi tersebut dapat dipastikan anak-anak di Indonesia tidak dapat tumbuh menjadi tenaga kerja yang produktif suatu saat nanti dan dapat menjadi beban.13

Ditambah lagi Indonesia juga sedang melakukan pembangunan besar-besaran dan kontinuitas yang mana proyek pembangunan tersebut juga akan berpengaruh terhadap ketahanan air di dalam tanah. Aktivitas ini juga dapat dikesinambungkan dengan perubahan iklim yang fenomenanya tidak akan pernah habis dari tahun ke tahun. Efek dari naiknya permukaaan air laut serta perubahan pola curah hujan juga menyebabkan suplai air bersih di Indonesia sangat

12

Hadijah Alaydrus, Pemerintah Optimistis Soal Pencapaian SDGs Karena Sesuai RPJMN, diakses dalam m.bisnis.com/amp/read/20171009/9/697393/pemerintah-optimistis-soal-pencapaian-sdgs-karena-sesuai-rpjmn (12/12/2018, 10:00 WIB)

13

(7)

7

tergantung pada perubahan iklim. Maka dari itu, dengan keikutsertaan Indonesia dalam pembangunan berkelanjutan dapat menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan. Mengingat bahwa aktivitas manusia yang semakin meningkat, sementara di sisi lain aktivitas-aktivitas tersebut justru dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan.

Kota Malang menjadi salah satu kota di Indonesia yang melakukan pembangunan daerah sesuai dengan kebijakan Pemerintah Daerah Kota Malang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Malang (RPJMD) 2013-2018 yang kemudian diratifikasi dalam Perda Kota Malang Nomor 30 Tahun 2015 yang mencantumkan penanganan kawasan kumuh dan akses universal dalam indikator kinerja misi pembangunan keempat.14 Rencana tersebut menjadi penjabaran dari visi, misi dan program Walikota yang berpedoman dengan RPJP Daerah (2005-2025) serta memperhatikan RPJM Nasional yang berjalan selama 5 (lima) tahun. Selain itu, Pemerintah Kota Malang juga berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 sebagai langkah awal Pemerintah Indonesia dalam melahirkan program nasionalnya yang disebut dengan Universal Access atau akses universal 100-0-100 yang telah sesuai dengan salah satu tujuan dari 17 tujuan SDGs 2030. Sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Malang dalam keikutsertaannya ke dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yakni pada poin nomor 6 mengenai air

14

Hezza Sukmasita, Dukung Pembangunan Sektor Air Minum dan Sanitasi Pemkot Jalin

Kerjasama dengan USAID, Malang Times, diakses dalam https://www.google.com/amp/www.malangtimes.com/amp/baca/21158/20170920/194240/dukung -pembangunan-sektor-air-minum-dan-sanitasi-pemkot-jalin-kerjasama-dengan-usaid/?espv=1 (20/09/2017, 19:42 WIB)

(8)

8

bersih dan sanitasi.15 Persoalan air bersih dan sanitasi tersebut juga telah dirumuskan ke dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (MUSRENBANG) Tahun 2019 yang mana semua isinya telah sesuai dengan Peraturan Daerah, Peraturan Walikota hingga poin-poin yang telah ditetapkan ke dalam Sustainable

Development Goals 2030, berikut isu-isu strategis atau prioritasnya:

a. Pembangunan manusia (pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar)

Angka kemiskinan Jatim sedikit lebih rendah daripada nasional. Tahun 2017 angka kemiskinan terendah di Jatim adalah di Kota Malang hanya 4,3 persen.

b. Pengurangan kesenjangan antar wilayah melalui penguatan konektivitas dan

kemaritiman

c. Peningkatan nilai tambah ekonomi dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian, industri, pariwisata dan jasa produktif lainnya.

d. Pemantapan ketahanan energi, pangan dan sumber daya air. Dalam hal ini termasuk di dalamnya mengenai air bersih dan sanitasi (dalam buku putih sanitasi) yang ada di Kota Malang.

e. Prioritas stabilitas keamanan nasional dan kesuksesan pemilu.16

Dalam proses jalannya kebijakan, Pemerintah Kota Malang juga melibatkan sektor luar, seperti United States Agency for International

Development (USAID). Kedua pihak tersebut kemudian melakukan kerjasama dan

15

Penyusunan Grand Desain Pencapaian SDGs 2030 Kota Malang 16

(9)

9

dari hubungan kemitraan tersebut akan didapatkan peran-peran dari USAID di Kota Malang. USAID menjadi salah satu aktor dalam hubungan internasional yang merupakan sebuah lembaga pemerintahan federal Amerika Serikat yang diresmikan oleh John F. Kennedy. USAID dibentuk berdasarkan Undang-Undang tentang bantuan luar negeri Amerika tahun 1961. USAID merupakan lembaga bantuan asing pertama Amerika Serikat yang fokus pada upaya pembangunan ekonomi.17 USAID merupakan organisasi yang terstruktur dengan jelas dikepalai oleh Administrator dan Deputi Administrator yang keduanya diangkat oleh presiden dan selanjutnya dikonfirmasi dan disahkan oleh Senat. Pernyataan tersebut menandai bahwa USAID adalah lembaga resmi internasional yang jelas dan kedudukannya berada di bawah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Sejak pada tahun 2000-an USAID berfokus untuk membangun pemerintahan, infrastruktur, masyarakat sipil dan pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan. Di Indonesia, USAID telah ada keberadaannya dan menjalin mitra kerjasamanya dengan Indonesia. Dengan adanya USAID, Amerika Serikat lebih mudah dalam memberikan bantuannya kepada negara-negara berkembang, terutama kepada negara yang sedang melakukan pembangunan. Pada awalnya USAID membantu pemerintah mengatasi masalah pertumbuhan penduduk. Keduanya melakukan kerjasama berdasarkan poin dari MDGs antara lain mengurangi kemiskinan, meningkatkan kesehatan penduduk, meningkatkan perekonomian Indonesia dan bantuan kemanusiaan terhadap korban bencana alam. Kemudian pada tahun 2010 Amerika dan Indonesia menandatangani

17

(10)

10

kemitraan komprehensif yang ditandatangani oleh Presiden Barack Obama dan Susilo Bambang Yudhoyono. Keduanya setuju untuk memperdalam serta memperluas kerjasama bilateral yang saling menguntungkan dan setara di bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama.18

USAID sebagai lembaga bantuan luar negeri internasional dari Amerika Serikat memberikan bantuan teknis serta dana hibah sekitar 39 juta dolar untuk Indonesia. Peran USAID dalam hubungannya dengan pemerintah Kota Malang lebih fokus pada bantuan penguatan fisik hingga monitoring kegiatan program yang dijalankan. Sesuai dengan rencana kerja dari pemerintah bahwa Kota Malang ikut serta mencanangkan program akses universal 100-0-100 yang berkolaborasi dengan IUWASH PLUS. Rencana tersebut menetapkan agar tercapainya akses universal 100% air minum, 0% pemukiman kumuh dan 100% stop bebas buang air besar sembarangan.19 Maka dari itu, dengan adanya USAID diharapkan dapat menjadi kemitraan yang baik dengan Pemerintah Kota Malang, terutama dalam menghadapi persoalan yang masih dipandang sebelah mata, seperti pembuangan limbah secara sembarangan ke sungai, termasuk pembuangan kotoran manusia yang sering setiap harinya terbuang di sungai. Tentu saja hal tersebut memberi dampak buruk bagi kesehatan dan tercemarnya lingkungan. 1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran USAID dalam pencapaian SDGs 2030 dalam bidang sanitasi dan air bersih melalui program IUWASH PLUS di Kota Malang?

18

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional:Strategi Pengembangan Kerjasama Pembangunan

Bilateral 2015-2019. Hlm.46. dalam

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/159384-%5B_Konten_%5D-Konten%20D1022.pdf

19 Ibid.

(11)

11

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diteliti adalah :

a. Untuk mengetahui implementasi dari Sustainable Development Goals 2030 dalam bidang sanitasi dan air bersih di Kota Malang b. Untuk mengetahui masalah sanitasi dan air bersih di Kota Malang c. Untuk mengetahui peran USAID melalui program IUWASH PLUS

di Kota Malang

d. Untuk mengetahui perkembangan kemitraan global antara USAID dengan Pemerintah Kota Malang melalui IUWASH PLUS

1.4 Manfaat Penelitian a) Manfaat Akademis

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai bagaimana peran USAID di Indonesia yang memang sebelumnya telah banyak tulisan yang mengkaji tentang lembaga asing tersebut. USAID memiliki banyak program yang dijalankan di seluruh negara berkembang dalam upayanya untuk membantu meningkatkan kemajuan negara yang dibantu tersebut. Dalam tulisan ini penulis akan meneliti tentang salah satu program USAID yakni IUWASH PLUS. Program IUWASH PLUS muncul sebagai tindak lanjut dari isu sanitasi dan air bersih yang mulai menjadi perhatian dan dibicarakan dalam perumusan Sustainable Development

Goals yang melanjutkan Millenium Development Goals. Dengan ini dapat

menjadi sebuah penelitian yang mampu mengembangkan kembali peran USAID dalam pencapaian SDGs 2030 di bidang sanitasi dan air bersih.

(12)

12

b) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi sekaligus meningkatkan hasil riset di lingkungan perguruan tinggi tentang peran dari USAID sebagai lembaga donor asing dan merupakan agen pemerintahan milik Amerika Serikat yang kini sudah menjalin mitra kerjasama yang cukup luas dengan pemerintah Indonesia hingga pemerintah daerah.

1.5 Penelitian Terdahulu

Sebagai sumber penguat dalam tulisan,maka penulis juga membutuhkan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu digunakan oleh penulis sebagai bahan untuk mendukung tercapainya tulisan ini serta dapat mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang isinya relevan dengan topik yang dibahas oleh penulis. Penelitian terdahulu yang pertama berjudul “Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah di Era Otonomi Daerah”, ditulis oleh Dyah Estu Kurniawati 20 memaparkan bahwa adanya otonomi daerah sejak era Orde Baru menunjukkan bahwa pemerintah daerah mulai mengupayakan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan dengan cara kerjasama luar negeri dengan pihak asing. Dalam hubungan kerjasama antar keduanya terdapat hal-hal yang harus adiperhatikan apabila ingin menyelenggarakan kerjasama dengan pihak luar negeri. Studi kasus yang diambil oleh penulis adalah kerjasama internasional antara Pemerintah Kabupaten Malang dengan pihak luar negeri terkait pemberdayaan kaum muda dan pengembangan ekonomi daerah terutama pada kearifan lokal yang dimiliki oleh kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan

20 Dyah Estu Kurniawati,2010,

Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah di Era Otonomi Daerah, Jurnal Humanity, Vol. 5, No. 2 (Maret 2010), Malang: Jurusan Hubungan Internasional,

(13)

13

metode analisis deskriptif dengan menjelaskan gambaran umum kabupaten Malang dalam berbagai aspek serta bentuk kerjasamanya dengan lembaga donor internasional seperti USAID, ILO dan KOIKA.

Kedua, “Kepentingan Amerika Serikat Dalam Proyek IFACS (Indonesia Forest and Climate Support) Melalui Program USAID (United States Agency for International Development) Di Indonesia”, ditulis oleh Lisa Aulia.21 Tulisan tersebut menjelaskan bahwa adanya kepentingan Amerika Serikat dalam hubungannya dengan Indonesia melalui suatu kerjasama internasional terkait penanganan perubahan iklim melalui program dari USAID dalam proyek IFACS. Penulis juga menjelaskan gambaran umum proyek IFACS itu sendiri serta perkembangan proyek USAID IFACS di Indonesia. Tertulis dengan jelas bahwa ada dua kepentingan Amerika Serikat dalam hubungan kerjasama tersebut yakni kepentingan ekonomi dan kepentingan politik. Kerjasama yang telah terbentuk diharapkan membawa keuntungan yang seimbang antara Pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat.

Ketiga, “ Peran United State Agency International Development (USAID) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Perizinan di Kabupaten Barru”, ditulis oleh Ayu Anugrah22, meneliti bahwa adanya hubungan bilateral antara Indonesia-Amerika Serikat yang telah diwujudkan ke dalam sebuah dokumen Strategi Kerjasmaa yang mengandung tujuan penyaluran bantuan dan prinsip arahan yang

21

Lisa Aulia, Kepentingan Amerika Serikat Dalam Proyek IFACS (Indonesia Forest and Climate

Support) Melalui Program USAID (United States Agency for International Development) Di Indonesia,Jurnal JOM FISIP, Vol, 2, No, 2 (Mei 2015), Riau: Jurusan Hubungan Internasional,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau. 22

Ayu Anugrah, 2016, Skripsi: Peran United States Agency International Development (USAID)

Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Perizinan di Kabupaten Barru, ( Makassar: Universitas

(14)

14

menjadi acuan dalam menentukan fokus dan prioritas bantuan dari kemitraan strategis/komprehensif. Dalam tulisannya, penulis menggunakan program KINERJA yang menjadi salah bentuk program bantuan teknis kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik melalui peningkatan manajemen pelayanan dan partisipasi masyarakat di tiga sektor. Dalam penelitiannya, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif serta teknik yang digunakan ialah teknik analisis data kualitatif.

Keempat, “Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Melalui Indonesia

Marine And Climate Support (IMACS)/USAID dalam Kerangka Mitigasi

Perubahan Iklim dan Kelautan Tahun 2010-2014”, hasil penelitian yang ditulis oleh Rosiana Ariyuni.23 Peneliti telah mengkaji bahwa adanya isu lingkungan hidup sudah menjadi perhatian bagi Indonesia dan bisa dikatakan apabila ini tidak diatasi akan menimbulkan dampak yang cukup serius. Indonesia sendiri telah termasuk ke dalam kategori sangat rentan terhadap dampak dari perubahan iklim. Indonesia memiliki upaya untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan kerjasama dengan organisasi Amerika Serikat yaitu USAID dalam sebuah program Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). Penulis menggunakan metode analisis kualitatif yang mana akan melalui beberapa pendekatan atau teknik dalam penelitian. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dari berbagai sumber. Pengumpulan data meliputi data sekunder, seperti melalui buku

23

Rosiana Ariyuni, Skripsi: Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Melalui Indonesia Marine And

Climate Support (IMACS)/USAID dalam Kerangka Mitigasi Perubahan Iklim dan Kelautan Tahun 2010-2014, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2015), Hal 1-4.

(15)

15

teks, terbitan berkala, jurnal, majalah, surat kabar, dokumen, makalah dan bahan-bahan lainnya. Selain itu, penulis menggunakan data primer dalam bentuk dokumen atau publikasi resmi serta wawancara langsung.

Kelima, “Peran USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan

(APIK) Dalam Pelaksanaan SDGs di Indonesia Untuk Mengatasi Dampak Perubahan Iklim (Studi Pada Peran USAID APIK di Malang Raya), hasil

penelitian yang ditulis oleh Layla Nazilatul Rizqiyyah24, yang meneliti bahwa Indonesia turut serta dalam upaya pencapaian SDGs di bidang perubahan iklim melalui proyek dari USAID APIK (Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan) dengan wilayah Malang Raya. Masalah perubahan iklim menjadi perhatian yang serius, sebab dampak dari perubahan iklim tersebut juga berpengaruh terhadap tingkat tingginya bencana alam yang terjadi di Malang Raya. USAID APIK memiliki peran dan kontribusi dalam dukungannya terhadap Malang Raya untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. USAID sebagai lembaga donor asing telah memberikan bantuannya kepada Malang dan bantuan luar negeri tersebut digunakan untuk mencapai indikator SDGs yang utamanya adalah memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya iklim dan bencana alam di Malang Raya. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan 3 (tiga) metode yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan untuk teknik analisa datanya peneliti menggunakan teknik metode analisis data kualitatif, yakni data informasi yang telah didapatkan diproses terlebih dahulu sebelum disajikan

24

Layla Nazilatul Rizqiyyah, Skripsi: Peran USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan

(APIK) Dalam Pelaksanaan SDGS di Indonesia Untuk Mengatasi Dampak Perubahan Iklim (Studi Pada Peran USAID APIK di Malang Raya), (Malang : Universitas Muhammadiyah Malang,2018)

(16)

16

No. Judul dan Nama

Peneliti

Jenis Penelitian dan Alat Analisa

Hasil

1. Jurnal : Kerjasama Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah di Era Otonomi Daerah

Oleh Dyah Estu Kurniawati

Deskriptif Analisis Acuan Pemerintah Kabupaten Malang dalam melakukan kerjasama

internasional selama ini adalah pihak donor harus menyesuaikan dengan strategi atau program yang dimiliki oleh pemerintah

daerah. Contoh

lembaga donor tersebut seperti USAID, ILO dan KOIKA.

2 Jurnal : Kepentingan Amerika Serikat Dalam

Proyek IFACS

(Indonesia Forest and Climate Support) Melalui Program USAID (United States Agency for International Development) Di Indonesia

Oleh: Lisa Aulia

Deskriptif Dengan adanya

bantuan proyek

USAID IFACS

memberikan

keuntungan bagi pemerintahan Amerika Serikat. Dimana dapat memberikan citra positif Amerika Serikat dimata masyarakat

Indonesia dan

Internasional terkait kepedulian Amerika Serikat di bidang lingkungan. Dan dalam bidang lain, Amerika

Serikat dapat

melindungi

perusahaan-perusahaannya yang berada di Indonesia agar tetap dapat

(17)

17

berjalan dan

mengurangi hambatan-hambatan sehingga Amerika Serikat dapat terus berinvestasi dan meningkatkan

keuntungannya di Indonesia.

3. Skripsi: Peran United

State Agency International Development (USAID) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Perizinan di Kabupaten Barru

Oleh :Ayu Anugrah

Deskriptif Program KINERJA

yang menjadi salah

bentuk program bantuan teknis kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID yang

bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik melalui peningkatan manajemen pelayanan dan partisipasi masyarakat di tiga sektor.

4. Skripsi: Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat Melalui Indonesia Marine And Climate Support (IMACS)/USAID dalam Kerangka Mitigasi Perubahan Iklim dan Kelautan Tahun 2010-2014

Oleh: Rosiana Ariyuni

Deskriptif Indonesia memiliki

upaya untuk mengatasi hal tersebut dengan melakukan kerjasama dengan organisasi Amerika Serikat yaitu USAID dalam sebuah program Indonesia Marine and Climate Support (IMACS). 5. Peran USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Dalam Pelaksanaan SDGs di Indonesia Untuk Mengatasi Dampak Perubahan Iklim (Studi Pada

Deskriptif Analisis Untuk mencapai indikator SDGs dalam upaya mengurangi risiko akibat perubahan iklim di Malang Raya,

USAID APIK

melakukan berbagai

program dengan

(18)

18

Peran USAID APIK di Malang Raya).

Oleh : Layla Nazilatul Rizqiyyah

luar negeri yang telah didapatkan. USAID telah menjadi lembaga donor untuk mengelola

risiko dampak

perubahan iklim di Malang Raya.

6. Peran USAID Dalam Pencapaian SDG’s 2030 di Indonesia : Studi Kasus Program IUWASH PLUS di Kota Malang

Oleh: Desy Rosinta

Deskriptif Analisis Untuk mencapai pelaksanaan SDGs dengan salah satunya menyediakan air bersih dan sanitasi di Indonesia, maka USAID memberikan bantuan berupa hibah

melalui program

IUWASH PLUS. Kota Malang menjadi studi

kasus karena

pembangunan

infrastrukturnya yang telah berjalan dengan cukup baik.

1.6 Kerangka Teori dan Konsep

1.6.1 Government Agency (Agen Pemerintah)

Government Agency atau Agen Pemerintahan kini telah menjadi aktor

yang penting bagi beberapa negara. Bagi sebuah negara yang memiliki agen pemerintahan hal ini digunakan sebaik mungkin untuk melaksanakan segala aktivitas politik internasionalnya. Dibentuknya agen pemerintahan adalah tidak lain untuk melakukan kepentingan negara tersebut yang mana tidak semua aktivitas politik internasional dapat dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintahan yang telah dibentuk sebelumnya, atau dengan kata lain agen pemerintahan dibentuk sebagai perpanjangan tangan negara. Sementara itu, berdasarkan pada Kongres Amerika Serikat bahwa definisi dari “agen” itu sendiri

(19)

19

terdapat kaitannya dengan hukum tertentu daripada memberikan satu definisi yang umum.25 Kemudian hal ini diperjelas kembali definisinya dalam perundang-undangan pemerintah yang mengatur dalam hal pembuatan kebijakan oleh agensi administratif yakni Administrative Procedure Act (APA) tahun 1946, bahwa agensi ialah setiap otoritas dari pemerintahan Amerika Serikat atau dengan kata lain sebuah badan yang dibentuk langsung oleh pemerintah, apakah itu termasuk ke dalam subjek yang ditinjau oleh lembaga lain atau tidak, tetapi di dalamnya tidak termasuk kongres, lembaga pengadilan negara, pemerintahan daerah atau kepemilikan Amerika Serikat:

“each authority of the Government of the United States, whether or not it is within or subject to review by another agency, but does not include the Congress, the courts of the United States, the governments of the territories or the possessions of the United States, the government of the District of Columbia, agencies composed of representatives of the parties or of representatives of organizations of the parties to the disputes determined by them, courts martial and military commissions, military authority exercised in the field in time of war or in occupied territory.”26

Berdasarkan definisi di atas, agensi merupakan setiap instrumen pemerintah yang tidak terletak di cabang legislatif maupun yudikatif. Pengadilan pun mengakui bahwa definisi dari agensi masih belum sepenuhnya jelas dan bisa jadi memiliki definisi yang berbeda-beda di setiap badan pemerintahan. Lembaga federal yang dibentuk oleh kongres memang sebagian besar telah memiliki ruang lingkup otoritas lembaga masing-masing yang sebelumnya ditetapkan di dalam

25

David Lewis dan Jennifer Selin, 2012, Administrative Conference of The United States:

Sourcebook of United States Executive Agencies, Vanderbilt University, hal 13-14. 26

5 U.S.C 551(1), Department and agency defined, Cornell Law School diakses dalam www.law.cornell.edu/uscode/text/18/6 (16/01/2019 7:09 WIB)

(20)

20

Undang-Undang yang disebut dengan enabling act. Meskipun lembaga pemerintah atau agen pemerintah memiliki posisi di luar departemen pemerintahan Amerika Serikat atau dengan kata lain secara teknisnya termasuk ke dalam cabang eksekutif, dalam aktivitasnya telah ditetapkan dalam Undang-Undang Prosedur Administrasi (APA) bahwa kongres memiliki wewenang untuk mengawasi aktivitas lembaga pemerintah. APA juga telah menetapkan bagaimana prosedur hukum administrasi hingga proses peninjauan yudisial atas berbagai aktivitas agen pemerintah. Namun, istilah badan federal atau agensi dalam

Sourcebook of United States Executive Agencies telah mengacu pada sekumpulan

entitas federal yang digambarkan dengan jelas seperti apa agensi itu. Dalam laporan tersebut juga dapat ditarik kesimpulan secara umum definisi dari agensi, yakni mengacu pada sebuah lembaga perantaraan eksekutif federal yang dikepalai oleh satu atau lebih orang yang diangkat secara politis yang dicalonkan oleh presiden dan dikonfirmasi oleh senat.27 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terbentuknya agen melalui suatu undang-undang atau dari kekuatan eksekutif pemerintahan itu sendiri.

Awal mula dibentuknya agen sudah dimulai sejak tahun 1880-an dimana pada saat itu kongres membentuk agen sebagai komisi permanen untuk Komisi Perdagangan Antarnegara dan keberadaan agen tersebut memiliki posisi di luar departemen yang telah dibentuk.28 Dari awal pembentukan tersebut, akhirnya kongres membentuk agensi-agensi pemerintah baru secara berkelanjutan yang tentunya posisi agen tersebut tetap berada di luar departemen yang ada. Alasan

27

Lewis dan Selin, Op. Cit., hal 16 28

(21)

21

pemisahan antara agensi dengan departemen bagi kongres adalah agar tidak terjadi tumpang tindih fungsi dan peran keduanya. Sehingga dengan pemisahan antara keduanya, maka akan terlihat lebih jelas apa dan bagaimana fungsi masing-masing.

Istilah agen pemerintah juga tidak dapat dipisahkan dari sebutan agen independen. Definisi yang telah dijelaskan sebelumnya di atas dapat dikembangkan kembali berdasarkan pandangan dari para sarjana bahwa agen pemerintah dapat dikatakan sebagai agen independen, hal ini disebabkan agen pemerintah termasuk ke dalam lembaga yang dibuat di luar departemen. Namun, meskipun posisi agen pemerintah berada di luar departemen yang ada, tetapi secara teknis merupakan bagian dari cabang eksekutif dan dapat disebut dengan lembaga eksekutif independen pemerintah federal Amerika Serikat. Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa lembaga independen pemerintah Amerika Serikat dalam aktivitasnya diatur sendiri dan tidakdikendalikan secara langsung oleh Presiden. Sementara itu, agen-agen pemerintah yang telah dibentuk memiliki tugas-tugas lain dan ikut bertanggung jawab terhadap proses pembuatan peraturan federal. Sedangkan secara umum, tugas dari agen independen atau agen pemerintah yaitu untuk mengelola undang-undang dan peraturan federal yang berlaku untuk ruang lingkup tertentu, seperti masalah pendidikan, lingkungan, jaminan sosial, keamanan tanah, air hingga urusan veteran. 29

29

Robert Longley, Independent Executive Agencies of US Government,diakses dalam https://www.thoughtco.com/independent-executive-agencies-of-us-government-4119935

(22)

22

Sebanyak 52 agen pemerintah Amerika Serikat dibentuk untuk mengelola urusan masing-masing baik di pemerintah federal atau pemerintah negara bagian juga dengan wewenang yang telah diberikan seperti dalam hal peraturan dan undang-undang federal. Salah satu agensi pemerintah Amerika Serikat yang penulis deskripsikan yaitu United States Agency for International Development (USAID) yang dibentuk khusus oleh pemerintah Amerika Serikat menangani pembangunan internasional dan bantuan luar negeri yang meliputi bantuan ekonomi, pembangunan serta bantuan kemanusiaan untuk negara-negara berkembang di dunia dalam rangka mendukung kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Dalam kinerjanya, USAID telah membantu 100 negara dengan cara :

a. Mempromosikan kesehatan global b. Mendukung stabilitas global c. Memberikan bantuan kemanusiaan

d. Sebagai katalisator dalam inovasi dan kemitraan

e. Memberdayakan kaum perempuan dan anak-anak perempuan30 Meskipun USAID bukan termasuk ke dalam lembaga legislatif, yudikatif maupun kongres, agensi tersebut merupakan katalisator dari cabang eksekutif yang di dalamnya ikut berperan mendukung kebijakan luar negeri Amerika, serta memimpin pembangunan internasional dan bantuan bencana melalui kemitraan dan investasi guna menyelamatkan jiwa, mengurangi kemiskinan, memperkuat pemerintahan demokratis dan membantu masyarakat keluar dari krisis kemanusiaan dan meningkatkan kemajuan negara tersebut.

30

United States Agency for International Development, Who We Are, diakses dalam www.usaid.gov/who-we-are (16/01/2019, 7:41 WIB)

(23)

23

Indonesia menjadi salah satu negara yang akan dibahas dalam tulisan ini dan merupakan negara yang paling erat komitmen kerjasamanya dengan USAID. Alasan di balik pernyataan tersebut dibuktikan dengan Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar dan menganut paham demokrasi ke-3 di dunia. Sebagai anggota G20 dan pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menjadi peran penting di dalam arus perekonomian global. Indonesia dinilai mampu melawan pengaruh ekstremis dan dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil sangat penting untuk keamanan regional dan perdagangan global serta hal ini lah yang memperkuat pentignya Indonesia sebagai mitra bagi Amerika Serikat. Dalam pelaksanaan aktivitasnya, USAID bekerja dengan Pemerintah Indonesia, para pemimpin daerah, sektor swasta, masyarakat sipil hingga mitra-mitra pembangunan untuk ikut serta memperkuat nilai demokrasi di Indonesia yang adil dan bertanggung jawab, memperluas layanan dasar dan meningkatkan keamanan dan kemakmuran masyarakat bersama.31 Ada pun peran umum USAID di Indonesia yang meliputi:

a. Demokrasi dan tata kelola pemerintahan

Kuatnya kemitraan antara Indonesia dan USAID sangat penting dalam menjamin stabilnya pembangunan di Indonesia. USAID meluncurkan berbagai program untuk memerangi korupsi, membantu masyarakat sipil agar secara aktif mengadvokasi hak-hak warga negara dan memperkuat budaya pluralisme dan toleransi di masyarakat, termasuk mempertahankan nilai-niali Indonesia untuk memerangi peningkatan ancaman ekstremisme kekerasan.

31

(24)

24

b. Pendidikan, generasi muda dan pelatihan

USAID memiliki upaya dalam pengembangan tenaga kerja untuk anak-anak muda Indonesia agar tercapai potensi yang dimiliki oleh mereka. Upaya tersebut dilakukan dengan cara pembinaan kemitraan antar peneliti Amerika dan Indonesia yang kemudian memberikan beasiswa untuk membantu para pemimpin masa depan Indonesia untuk mendapatkan gelar akademis yang lebih tinggi serta menjadi pendorong Indonesia yang lebih maju dan mitra yang mandiri.

c. Kesehatan

Dalam aspek kesehatan, USAID ikut mendukung Indonesia untuk mencegah krisis kesehatan masyarakat yang juga dapat membahayakan ekonomi sehingga dapat menyebabkan situasi tidak stabil. USAID membantu Indonesia seperti mengubah epidemi pada penyakit TBC dan HIV/AIDS dan berpotensi ancaman pandemi seperti flu burung. Selain itu, kegiatan lain yang dilakukan oleh USAID antara lain ikut membantu lebih banyak dalam perlindungan terhadap ibu yang melahirkan bayi sehat, memperluas akses terhadap air bersih, kebersihan lingkungan dan perilaku serta sanitasi bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkannya.

d. Lingkungan

Meningkatkan ketahanan Indonesia terhadap bencana dan memperkuat pengelolaan laut dan hutannya yang kaya keanekaragaman hayati. USAID berupaya menghubungkan petani kecil dengan pasar internasional dan

(25)

25

meningkatkan produksi berkelanjutan seperti karet, rempah-rempah, ikan dan komoditas lainnya yang memiliki manfaat untuk lahan bisnis.32

Dari peran-peran umum yang telah disebutkan di atas, penulis mendeskripsikan peran USAID khusus dalam hal kesehatan yakni dalam menangani masalah air bersih dan sanitasi di Indonesia. USAID membentuk sebuah program yaitu IUWASH PLUS (Indonesia Urban Water, Sanitation and

Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua) yang merupakan proyek untuk

membantu Pemerintah Indonesia dalam peningkatan akses suplai air bersih dan layanan sanitasi yang baik sebagai kunci perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat di tengah perkotaan, terutama masyarakat miskin dan kawasan kumuh perkotaan. Kontribusi USAID melalui IUWASH PLUS terkait air bersih di Indonesia melakukan kerjasama dengan instansi pemerintah dan donor, pihak swasta, LSM, kelompok masyarakat serta mitra lainnya dalam upaya peningkatan akses untuk kualitas layanan air minum yang lebih baik bagi 1.100.000 penduduk perkotaan dan juga peningkatan akses untuk layanan sanitasi yang baik untuk 500.000 penduduk perkotaan.USAID IUWASH PLUS bekerjasama dengan 32 Pemerintah Daerah di Indonesia dengan 8 provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Papua, DKI Jakarta. Selain itu, USAID juga ikut mendorong Pemerintah Indonesia dalam optimalisasi potensi CSR dalam pembangunan di sektor air dan sanitasi (WASH) di Indonesia.

32

(26)

26

Kota Malang menjadi target dalam pembahasan di dalam tulisan ini mengenai proses berjalannya program IUWASH PLUS. Dari 5 (lima) peran umum yang telah disebutkan sebelumnya, hanya ada 3 (tiga) peran yang dijalankan oleh USAID di Kota Malang, yaitu a) mempromosikan kesehatan global, b) sebagai katalisator dalam inovasi dan kemitraan dan c) memberdayakan kaum perempuan dan anak-anak. USAID ikut mendukung penuh jalannya program tersebut yang di satu sisi juga sejalan dengan program nasional terkait air bersih dan sanitasi yaitu akses universal 100-0-100. Peran USAID dalam bidang tersebut berhasil diimplementasikan di Kota Malang dan kinerjanya juga bermitra dengan Pemerintah Kota Malang yang telah tercantum di dalam partnership

agreement antara keduanya.

1.6.2 Bantuan Luar Negeri (Foreign Aid)

Dalam hubungan internasional, bantuan luar negeri diasumsikan sebagai bentuk bantuan yang diberikan oleh negara pendonor dalam hal ini adalah negara-negara maju kepada negara-negara-negara-negara berkembang, baik itu memberi dalam bentuk barang, jasa atau dana. Selain itu, bantuan luar negeri juga dapat didefinisikan sebagai transfer sumber daya secara sukarela dari satu negara ke negara lain.33 Transfer tersebut juga termasuk di dalamnya mengalir modal dari negara maju ke negara berkembang. Sebab, biasanya negara berkembang tidak memiliki basis perindustrian yang kuat serta masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut Edward S.Mason, bantuan luar negeri tidak hanya sebatas sebagai instrumen kebijakan luar negeri, melainkan langsung diimplementasikan

33

Prateek Agarwal, Foreign Aid, diakses dalam https://www.intelligenteconomist.com/foreign-aid/ (19/07/2019, 8:14 WIB)

(27)

27

melalui program-program yang telah dibentuk oleh lembaga atau negara pendonor yang sesuai dengan aspek bantuan yang dituju.34 Bantuan luar negeri yang diberikan oleh negara pendonor pada umumnya memiliki kepentingan jangka panjang baik itu kepentingan politik, sosial, investasi ekonomi dan pelaksanaan pembangunan di negara penerima bantuan. Bantuan luar negeri dapat berbentuk hibah atau pinjaman. Menurut Holsti, bantuan luar negeri dibagi ke dalam empat jenis, yaitu: 1) Bantuan militer; 2) Bantuan teknik; 3) Hibah atau

Grant dan 4) Pinjaman pembangunan. Dalam konteks ini, bantuan dari Amerika

Serikat melalui USAID kepada Indonesia adalah berupa bantuan hibah.35

Hibah sendiri memiliki definisi sebagai pemberian (dengan sukarela) dengan mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).36 Dengan pengertian lain hibah juga dapat diartikan suatu pemindahan atau pemberian hak milik seseorang dalam bentuk apapun kepada orang lain tanpa adanya tekanan atau paksaan dari pihak manapun. Jenis bantuan hibah yang diterima oleh negara penerima biasanya dalam bentuk fresh

money, barang dan jasa, bantuan teknisi atau tenaga serta bantuan dalam rangka

kemanusiaan.37

Jenis bantuan fresh money atau cash diberikan oleh negara pendonor kepada negara penerima untuk pendanaan dalam rangka perbaikan perekonomian

34

Edward S. Mason, Foreign Aid and Foreign Policy, Council on Foreign Policy, New York, p. 3-5.

35

DR. Anak Agung Banyu Perwita, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal.83

36

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diakses dalam https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/hibah.html?espv=1 (26/02/2019, 12:44 WIB)

37

Kurniawan Ariadi, Hibah Luar Negeri, APBN dan “Grant Trap”, diakses dalam http://bappenas.go.id/files//6313/5185//0724/kurniawan_20091015125220_2355_0.pdf

(28)

28

negara penerima maupun untuk pendanaan terhadap program kerjasama yang dilakukan antar kedua negara. Bentuk bantuan dalam barang dan jasa merupakan bantuan luar negeri yang diberikan dari satu pihak ke pihak lain untuk keperluan pembangunan dalam jangka panjang. Bantuan teknisi atau tenaga merupakan jenis bantuan transfer tenaga ahli dalam bidang tertentu atau seseorang yang memiliki keterampilan yang dikirim ke negara lain untuk melaksanakan proyek tertentu antar pihak. Sedangkan bantuan kemanusiaan adalah bantuan yang diberikan berdasarkan prinsip kemanusiaan dan memiliki sifat darurat.

Maka dari itu, bantuan luar negeri yang diberikan oleh Amerika Serikat melalui USAID merupakan bentuk upaya dukungan Amerika Serikat terhadap Indonesia dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di bidang lingkungan dan kesehatan yang diimplementasikan dalam program IUWASH PLUS. Bantuan USAID IUWASH PLUS kepada Pemerintah Kota Malang adalah hibah dengan jenis bantuan teknisi atau tenaga ahli. Hibah tersebut diberikan melalui program IUWASH PLUS yang mana terdapat tenaga ahli di masing-masing daerah di Indonesia dengan personalia pendamping terhadap jalannya program. USAID IUWASH PLUS memiliki 6 tenaga ahli di tiap-tiap regional yang meliputi Urban Water Specialist, Urban Sanitation Specialist, Wash

Finance Specialist, Behavior Change and Marketing Specialist, Behavior Change and Marketing Assistant dan Governance Specialist.38 Semua tenaga ahli dalam IUWASH PLUS ini adalah dari Indonesia dan beberapa merupakan tenaga asing

38

USAID IUWASH PLUS, Workshop Penyampaian Perkembangan Pendampingan Tahun II (PY02) dan Penyusunan Rencana Kegiatan Pendampingan Tahun III (PY 03) di Kota Malang

(29)

29

(ekspatriat). Sedangkan untuk pendampingan di setiap kota di Indonesia terdapat WASH Facilitator yang diwakili personal atau satu orang.

1.6.3 Sustainable Development (Pembangunan Berkelanjutan)

Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development sejatinya bukan suatu hal yang baru baik ditinjau secara global atau nasional. Konsep ini sudah ada sejak kemunculan kerusakan lingkungan beberapa dekade yang lalu, yang tentunya menyita banyak perhatian dari berbagai kalangan. Pembangunan berkelanjutan juga telah menjadi sebuah konsep yang mengandung pengertian sebagai pembangunan yang “memperhatikan” dan “mempertimbangkan” aspek lingkungan hidup di dalam pelaksanaan yang sebelumnya telah dibicarakan dalam Konferensi Stockholm (UN Conference on the Human Environment) tahun 1972 yang juga menganjurkan bahwa pembangunan lebih baik dilaksanakan dengan memperhatikan faktor lingkungan.39 Tujuan pembangunan pada hakekatnya ialah untuk meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran masyarakat. Pembangunan dengan tata kelola yang baik dan efisien dengan memperhatikan lingkungan menjadi model pembangunan yang juga mampu menyelamatkan bumi yang saat ini menjadi perhatian cukup serius seiring terus terjadinya pemanasan global. Pembangunan berkelanjutan memiliki definisi umum yaitu sebuah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.40 Aspek-aspek yang

39

Makalah Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia disampaikan pada Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII oleh Dr.H. Abdurrahman, SH. MH, Denpasar, Bali 14-18 Juli 2003.

40

Askar Jaya, Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development), Program S3 Institut Pertanian Bogor

(30)

30

termasuk ke dalam pembangunan berkelanjutan meliputi; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik serta pertahanan dan keamanan.

Sedangkan di dalam lingkungan bernegara, praktek pembangunan berkelanjutan menjadi hal yang diusahakan oleh negara untuk mencapai kestabilan negara itu dengan pemanfaatan sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Lingkungan dan pembangunan diharapkan dapat berjalan seimbang dan disesuaikan pula dengan kapasitas ekonomi yang dimiliki oleh suatu negara tersebut. Selain itu, negara juga membutuhkan rencana jangka panjang dalam pembangunan yang mampu memberikan dampak positif untuk masa depan. Menurut Rachel Emas, tujuan pembangunan berkelanjutan yakni stabilitas ekonomi dan lingkungan dalam jangka panjang yang hanya dapat dicapai melalui integrasi dan analisa yang matang mengenai berbagai bidang yang sudah dipertimbangkan seperti lingkungan, ekonomi dan sosial sepanjang proses pengambilan kebijakan.41

Berdasarkan penjelasan di atas, konsep pembangunan berkelanjutan juga sesuai dengan salah satu prinsip USAID yakni memberikan bantuan kepada negara mitra. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa konferensi-konferensi pembangunan yang pernah diadakan sebelumnya juga secara tidak langsung menyatakan bahwa itu bukan lah sekedar pertemuan belaka, namun dengan diadakannya pertemuan tersebut dapat dapat menjadi sebuah langkah untuk menjalin kerjasama di antara negara-negara dalam melakukan

41

Rachel Emas, 2015, The Concept of Sustainable Development: Definition and Defining

Principles, Florida International University, diakses dalam https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/5839GSDR%25202015_SD_concept_de finition_rev.pdf (26/02/2019, 11:12 WIB)

(31)

31

pembangunan serta melestarikan lingkungan. Kerjasama tersebut ditunjukkan dengan kewajiban negara-negara maju dalam memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang sebagai pengganti atas kerusakan lingkungan yang diatasi dengan melakukan pembangunan. Bantuan tersebut berupa bimbingan teknis (BIMTEK) terhadap masyarakat mengenai peningkatan kelayakan sanitasi dan air bersih untuk semua yang dalam prosesnya harus melalui pemerintah Kota Malang terlebih dahulu. Diharapkan proyek ini dapat bersifat jangka panjang serta hasilnya mampu mengurangi permasalahan akses sanitasi bersih yang juga menjadi ancaman kesehatan bagi masyarakat Indonesia mengingat kebutuhan akan air bersih dan sanitasi yang layak semakin meningkat. Selain prinsip memberikan bantuan, pembangunan berkelanjutan juga memiliki prinsip menjalin kemitraan global yang mana di dalam tulisan ini ditunjukkan antara USAID dengan Pemerintah Kota Malang.

Indonesia telah berkomitmen untuk melakukan pembangunan yang ditunjukkan pada penandatangannya dalam agenda PBB yaitu Sustainable

Development Goals. SDGs merupakan kelanjutan dari Millenium Development Goals atau disebut juga MDGs yang juga merupakan rencana jangka panjang

dengan menyepakati 8 target yang akan dicapai dalam 15 tahun yakni sejak agenda tersebut mulai disepakati dan diberlakukan pada tahun 2000 hingga tahun 2015. Ke-delapan target tersebut meliputi : 1) Memberantas keiskinan dan kelaparan ekstrim; 2) Mewujudkan pendidikan dasar untuk semua; (3) Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) Menurunkan angka kematian anak; (5) Meningkatkan kesehatan ibu; (6) Memerangi penyakit HIV

(32)

32

dan AIDS, malaria serta penyakit lainnya; (7) Memastikan kelestarian lingkungan dan (8) Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.42

Namun, selama 15 tahun tersebut MDGs mengalami kegagalan dalam pencapaian target yakni pada Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi,

Total Fertility Rate (TFR), dan masalah HIV/AIDS. Juga ditambah dengan

masalah global baru yakni akses air bersih dan sanitasi. Pada 25 September 2015 bertempat di Markas PBB, New York, diadakan pertemuan para pemimpin dunia untuk menambah beberapa target baru. 43 Agenda baru tersebut kemudian dikenal sebagai Sustainable Development Goals yang berlaku dari tahun 2015 hingga tahun 2030. Terdapat 17 target di dalam SDGs 2030 yakni : 1) Tidak ada kemiskinan; 2) Tidak ada kelaparan; 3) Kehidupan sehat dan sejahtera; 4) Pendidikan berkualitas; 5) Kesetaraan gender; 6) Air bersih dan sanitasi; 7) Energi bersih dan terjangkau; 8) Pekerjaan layak pertumbuhan ekonomi; 9) Industri, inovasi dan infrastruktur; 10)Berkurangnya kesenjangan; 11) Kota dan komunitas berkelanjutan; 12) Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab; 13) Penanganan perubahan iklim; 14) Ekosistem laut; 15) Ekosistem daratan; 16) Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh dan 17) Kemitraan untuk mencapai tujuan.44

Sesuai dengan penelitian penulis yakni mengenai upaya Pemerintah Kota Malang dalam kebijakannya yang telah diatur dalam Peraturan Wali Kota tahun 2013-2018 dan disesuaikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

42

UNDP in Indonesia, Millenium Development Goals, diakses dalam https://www.id.undp.org/content/dam/indonesia/docs/MDG/ (26/02/2019, 11:55 WIB)

43

UNDP in Indonesia, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Diakses dalam http://www.id.undp.org/content/indonesia/id/home/post-2015.html (26/02/2019, 12:04 WIB) 44

(33)

33

Nasional (RPJPN) dari Pemerintah Pusat 2005-2025 terkait perencanaan pembangunan Kota Malang. Selain itu, perencanaan pembangunan di Kota Malang juga menyesuaikan dengan konsep Sustainable Development Goals 2030. Dalam pelaksanaannya, ada pun peran dari USAID sebagai agen pemerintah Amerika Serikat yang memberikan bantuan luar negerinya kepada masyarakat Kota Malang melalui pemerintah setempat yang juga sesuai dengan konsep dalam 17 target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan poin nomor 6 (enam), yakni air bersih dan sanitasi. Dalam pembangunannya, Pemerintah Kota Malang tetap memperhatikan kondisi yang seimbang antara peningkatan infrastruktur dan lingkungan. Selain itu, masyarakat juga mendapat peran penting keterlibatan di dalam proyek sanitasi dan air bersih tersebut. Partisipasi warga kota Malang sangat diharapkan di dalam kemitraan global pembangunan berkelanjutan antara Pemerintah Kota Malang dengan USAID agar program IUWASH PLUS yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan sekaligus program nasional akses universal 100-0-100 berjalan dengan maksimal sesuai target yang telah ditentukan.

1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam tulisan ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dipilih sebagai jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian deksriptif kualitatif ini menekankan pada pentingnya proses penelitian serta kedekatan dengan

(34)

orang-34

orang dan situasi penelitian agar penulis memperoleh informasi yang jelas mengenai realitas dan kondisi kehidupan nyata. Penelitian deskriptif kualitatif juga menekankan pada penalaran, makna, definisi serta penggambaran suatu situasi tertentu serta lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan jenis penelitiannya yakni deskriptif kualitatif, penulis akan mendeskripsikan peran dari USAID melalui program IUWASH PLUS dalam pencapaian SDGs 2030 tentang air bersih dan sanitasi di Kota Malang.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi sebagai kelengkapan dalam proses penelitian, maka dibutuhkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari instansi terkait yang mana nantinya akan menjadi sumber utama dalam penelitian ini. Instansi tersebut adalah perwakilan USAID IUWASH PLUS Kota Malang dengan Eko Purnomo sebagai WASH Facilitator . Ada pun cara yang dilakukan untuk mendapatkan data primer adalah sebagai berikut :

a. Wawancara : Teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tanya jawab langsung dengan informan untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Informan tersebut merupakan orang-orang tertentu yang dianggap sebagai ahli serta memiliki informasi yang lebih lengkap terkait dengan topik penelitian ini. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara

(35)

35

terbuka, dimana tidak ada batasan dari jawaban yang diberikan oleh informan. Dalam proses ini penulis juga melakukan wawancara dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Pemerintah Kota Malang yakni seperti PDAM Kota Malang dengan M. Fauzan selaku kepala bidang Penelitian Pengembangan PDAM Kota Malang, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Malang (KOTAKU) dengan Winardi dan Dinas Kesehatan Kota Malang dengan Anwar Nuris.

b. Observasi : Peneliti melihat secara langsung kegiatan yang dilakukan objek tersebut. Kegiatan observasi ini meliputi pengamatan secara sistematik kejadian-kejadian yang dilihat untuk mendapatkan data tambahan lain yang diperlukan dalam penelitian ini. Dalam hal ini mengamati langsung bentuk kegiatan yang dilakukan oleh USAID IUWASH PLUS di Kota Malang yang masih berjalan hingga tahun 2021. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer dan diperoleh melalui teknik dokumentasi, studi pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data peninggalan tertulis dengan membacanya terlebih dahulu dan tentunya yang berkenaan dengan penelitian yang sedang diteliti.

1.7.3 Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang artinya penelitian ini menghasilkan data deskriptif yakni berupa kata-kata atau informasi lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Maka apabila data telah terkumpul kemudian dideskripsikan atau dijelaskan, setelah itu disimpulkan

(36)

36

secara logis dan teknik analisa data yang digunakan ialah reduksi data. Maksud tersebut adalah data informasi yang telah didapat harus diproses terlebih dahulu sebelum disajikan. Setelah kegiatan pengumpulan data selesai, peneliti mengumpulkan semua data terlebih dahulu, lalu menganalisis, memahami dan meringkasnya. Sehingga ditarik kesimpulannya, peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang di dalamnya termasuk hasil dari kegiatan penulis di lapangan, hasil wawancara serta dokumen lainnya yang ada kaitannya dengan aktivitas IUWASH PLUS di Kota Malang. Tahap kedua adalah tahap penyajian data yakni peneliti menyajikan serta mengumpulkan data yang telah dipilih sebelumnya. Data yang disajikan tersebut ditulis dalam bentuk uraian atau gambaran yang menyerupai cerita. Uraian tersebut dimulai dari awal peneliti melakukan observasi dan wawancara langsung.

Dari data yang disajikan tersebut peneliti kemudian dapat melihat dan memahami fakta dari isu penelitian yang kemudian dapat ditarik kesimpulannya. Sedangkan tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan. Hasil dan kesimpulan akan muncul dalam tahap ini dan penulis akan melakukan peninjauan kembali sebelum menjadi hasil akhir.

1.7.4 Ruang Lingkup Penelitian a. Batasan Waktu

Batasan waktu yang digunakan oleh penulis untuk menjelaskan permasalahan di atas yaitu dimulai dari tahun 2016 yakni mulai berjalannya program IUWASH PLUS di Kota Malang hingga tahun 2019. Setelah itu, penulis menjelaskan masuknya USAID ke Indonesia hingga proses berjalannya program

(37)

37

IUWASH PLUS di Kota Malang sejak tahun 2016. Program USAID IUWASH PLUS sendiri berjalan dalam waktu 5 (lima) tahun tepatnya sampai dengan tahun 2021 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam Memorandum of

Understanding (MoU) antara Pemerintah Kota Malang dengan USAID IUWASH

PLUS. Penulis berfokus pada peran USAID di Kota Malang dalam pelaksanaan program IUWASH PLUS dari tahun 2016 hingga 2019 dikarenakan program jangka pendek yang sesuai dengan RPJMD III Kota Malang dan sejalan dengan akses universal 100-0-100 yang berjalan dari tahun 2015-2019. Dari kisaran tahun tersebut penulis akan melihat bagaimana peran dari USAID yang menjalin kemitraan global dengan Pemerintah Kota Malang dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan nomor 6, akses sanitasi dan air bersih.

b. Batasan Materi

Fokus bahasan dalam materi yang akan diulas adalah peran USAID di Indonesia dalam pencapaian SDGs 2030 melalui program IUWASH PLUS terutama di Kota Malang. Program IUWASH PLUS sebagai bentuk solusi dari permasalahan air bersih dan sanitasi yang layak disertai dengan penataan pemukiman kumuh di bantaran sungai di tengah kota Malang.

Adapun aspek-aspek tersebut berhubungan dengan :

a) Masalah air bersih dan sanitasi sebagai isu global yang menjadi salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030.

b) Adanya Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Kota Malang dengan USAID dalam kemitraannya pada aspek sanitasi dan air bersih bagi kawasan kumuh di tengah perkotaan.

(38)

38

c) Bentuk implementasi dari kerjasama antara USAID dengan Pemerintah Kota Malang melalui program-programnya yang berkaitan dengan masalah air bersih dan sanitasi.

1.8 Argumen Utama

Argumen sementara yang diajukan penelitian ini adalah peran USAID IUWASH PLUS dalam upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 di Indonesia untuk mengatasi persoalan air bersih dan sanitasi beserta peningkatan kualitasnya di Kota Malang yang berdasarkan pada pendekatan konsep government agency atau agen pemerintah bahwa USAID melakukan peran tersebut berdasarkan dari 5 (lima) cara, yakni: a) mempromosikan kesehatan global, b) mendukung stabilitas global, c) memberikan bantuan kemanusiaan, d) sebagai katalisator dalam inovasi dan kemitraan serta e) memberdayakan kaum perempuan dan anak-anak. Sementara itu, peran USAID IUWASH PLUS di Indonesia, khususnya di Kota Malang hanya melakukan 3 (tiga) dari lima peran umum tersebut dikarenakan fokus dari proyek IUWASH PLUS bertujuan pada pemenuhan pencapaian SDGs 2030 dengan konteks sektor kesehatan dan lingkungan di bidang sanitasi dan air bersih, yang meliputi: a) mempromosikan kesehatan global, d) sebagai katalisator dalam inovasi dan kemitraan dan e) memberdayakan kaum perempuan dan anak-anak. Masing-masing dari tiga peran tersebut juga diwujudkan untuk memenuhi pencapaian program nasional 100-0-100, menjalin hubungan baik dengan pemerintah daerah di Kota Malang, membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.

(39)

39

1.9 Sistematika Penulisan

Kerangka penulisan selanjutnya akan dijelaskan secara sistematik dalam bab-bab selanjutnya, yaitu :

BAB JUDUL ISI

Bab I Pendahuluan Pada bab ini berkaitan dengan

pendahuluan yang terdiri dari : 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian 1.5 Penelitian terdahulu

1.6 Kerangka Teori dan Konsep 1.7 Metode Penelitian

1.7.1 Jenis penelitian

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data 1.7.3 Teknik analisa data

1.7.4 Ruang lingkup penelitian a. Batasan waktu b. Batasan materi 1.8 Argumen Utama 1.9 Sistematika Penulisan

(40)

40

Bab II Urgensi Air Bersih dan

Sanitasi dalam Kerangka Isu Global

2.1 Problem air bersih dan sanitasi dalam kerangka SDGs

2.2 Kepedulian USAID

Terhadap Isu Air dan sanitasi Secara Global 2.3 Problem air bersih dan

sanitasi di Kota Malang

Bab III Kemitraan global USAID

dengan Pemerintah Kota Malang dalam Kerangka

Sustainable Development Goals (SDGs) Melalui IUWASH PLUS

3.1 Urgensi Sustainable

Development Goals dan Tujuannya dalam Penanganan Masalah Air Bersih dan Sanitasi serta Hidup Higienis

3.2 Kemitraan Global dalam Masalah Sanitasi dan Air Bersih di Indonesia

3.3 Hubungan IUWASH PLUS, Pemerintah dan Sustainable Development Goals

(41)

41

3.3.1 Kesepakatan Kemitraan antara Pemerintah Kota Malang dengan USAID IUWASH PLUS

3.4 Deskripsi Keterkaitan Program

IUWASH PLUS dengan

Sustainable Development Goals

3.4.1 Keterkaitan IUWASH PLUS dengan Universal Access 100-0-100 di Kota Malang

3.4.2 Alasan Kota Malang Terpilih dalam Proyek USAID IUWASH PLUS

Bab IV Peran USAID dalam

Peningkatan Kualitas Sanitasi dan Air Bersih di Kota Malang

4.1 Peran USAID dalam Mempromosikan

Kesehatan Global di Bidang Sanitasi dan Air Bersih Melalui Program IUWASH PLUS di Kota Malang

(42)

42 Akses Universal 100-0-100 Sebagai Program Nasional Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Daerah di Kota Malang 4.1.2 Meningkatkan Kesadaran dan Pemahaman Masyarakat Pentingnya PHBS di Perkotaan

4.2 Peran USAID Sebagai Katalisator dalam Inovasi dan Kemitraan

4.2.1 Sebagai Mitra Kerja bagi KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) dalam Menangani Permasalahan Permukiman Kumuh Perkotaan 4.2.2 Mendorong Masyarakat Memunculkan Ide

(43)

43

dalam Mengolah

Limbah dan

Berwirausaha Sanitasi 4.3 Memberdayakan Kaum

Perempuan dan Anak-Anak

4.3.1 Pengarusutamaan panda Gender dalam Peningkatan Sektor WASH

Bab V Kesimpulan 5.1 Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

Dari Gambar 8 terlihat bahwa nilai tertinggi didapatkan pada stasiun E, dimana pada stasiun ini terdapat banyak penambang emas yang beroperasi, selain itu adanya

Dari berbagai uji klinis itu terlihat bahwa penggunaan obat baru kemoterapi pada KPKSK dapat memperpanjang angka tahan hidup.. Efikasi kemoterapi irinotekan + sisplatin tiap 28

Adapun rekomendasi yang diajukan dalam penelitian ini, sebagai upaya mewujudkan hakim yang profesional, berwibawa dan berintegritas, diantaranya: (1) program peningkatan

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk

Salah satu aspek yang ditinjau dalam studi kelayakan adalah bahwa proyek tersebut memiliki nilai manfaat yang lebih besar dari biaya, untuk itu dilakukan analisis ekonomi

Terdapat penurunan derajat sumbatan hidung yang bemakna pada kelompok perlakuan, terdapat perbedaan yang bermakna antara selisih derajat sumbatan hidung sebelum dan sesudah

Dalam tahap pengambil keputusan terdapat Konsekuensi, yang merupakan perubahan yang terjadi pada individu atau suatu sistem sosial sebagai akibat dari adopsi atau penolakan

ketentuan tersebut, menunjukan penguasa dalam hal ini pemerintah dan juga dewan pers berupaya untuk memberikan jaminan kebebasan dari intervensi dari pihak