• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

15

BAB III

TAHAPAN PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS

KEWENANGAN WILAYAH LAUT DAERAH

Dalam kajian penentuan batas kewenangan wilayah laut Provinsi Nusa Tenggara Barat menggunakan dua prinsip yaitu, pertama mengacu pada UU No. 32 tahun 2004 dan kedua mengacu pada prinsip-prinsip UNCLOS 1982.

Dalam UU No. 32 tahun 2004 kegiatan penetapan dan penegasan batas daerah di laut akan mencakup dua kegiatan utama yaitu penetapan batas daerah secara kartometrik di peta serta penegasan batas melalui survei di lapangan. Lebih jelasnya kegiatan penetapan dan penegasan batas laut daerah bisa dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Tahapan Penetapan dan Penegasan Batas Daerah

Kegiatan Tahapan

Penetapan batas daerah secara grafis di peta

1. Penyiapan data dan dokumen pendukung 2. Penentuan peta dasar yang akan digunakan 3. Penentuan titik awal dan garis dasar 4. Penarikan garis batas daerah di atas peta 5. Penyajian peta dan daftar koordinat titik

batas wilayah laut daerah

Penegasan batas melalui survei di lapangan

1. Penyiapan dokumen 2. Pelacakan batas

3. Pemasangan pilar di titik acuan

4. Penentuan garis pantai, titik awal dan garis dasar

5. Pengukuran batas 6. Pembuatan peta batas

(2)

16

3.1

Penyiapan Data dan Dokumen Pendukung

Sebelum masuk ke dalam tahap penentuan Peta Dasar, terlebih dahulu diperlukan data dan dokumen seperti UU Pembentukan Daerah, dokumen sejarah dan dokumen lainnya yang berhubungan dengan masalah batas di daerah tersebut. Data dan dokumen pendukung yang terkait dengan penentuan batas kewenangan di laut antara lain :

• Undang-Undang Republik Indonesia No. 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

• Peraturan Menteri Dalam Negeri 1 Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah.

• Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

• UNCLOS 1982.

• Profil Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 115°45’ - 119°10’ BT dan antara 8°5’ - 9°5’ LS. Wilayahnya di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, di sebelah selatannya adalah Samudera Hindia, di sebelah timur adalah Selat Sepadan di barat dengan Selat Lombok. Dengan luas wilayah daratnya sebesar 20.152,15 Km2. Secara administratif NTB beribukota di Kota Mataram dan terdiri atas 10(Sepuluh) Kabupaten/Kota yaitu:

1. Kota Mataram

2. Kabupaten Lombok Barat 3. Kabupaten Lombok Tengah 4. Lombok Timur

5. Kabupaten Lombok Utara

6. Kabupaten Sumbawa 7. Kabupaten Sumbawa Barat 8. Kabupaten Dompu

9. Kabupaten Bima 10. Kota Bima

Terdiri dari dua buah pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Selain itu juga dikelilingi ratusan pulau kecil. Pulau-pulau kecil tersebut diantaranya Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan, Gili Gede, Gili Nanggu, Gili Tangkong, Pulau Moyo, Pulau Bungin, Pulau Satonda, Pulau Kaung, dan Pulau

(3)

17 Panjang. Panjang Pulau Lombok dari barat ke timur sekitar 80 km sedangkan Pulau Sumbawa dari barat ke timur sepanjang 300 km dan dari utara ke selatan sekitar 100 km, bisa dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat

3.2

Penentuan Peta Dasar

Peta dasar yang digunakan dalam penentuan batas laut ini adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) NTB skala 1:25000 edisi tahun 2001. Peta ini merupakan hasil digitasi dari pemetaan fotogrametri. Selain peta RBI digunakan juga Peta Laut skala 1:200000 sebagai bahan rujukan. Peta dasar yang digunakan menggunakan WGS 1984 sebagai datumnya dengan sistem koordinat geografis. Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 dan PerMendagri No. 1 2006 disebutkan bahwa garis pantai yang digunakan dalam penarikan batas mengacu pada garis air rendah, di dalam peta dasar ini garis pantainya tidak mengacu pada garis air rendah, namun dalam PerMendagri No.1 2006 juga disebutkan skala peta untuk peta batas provinsi adalah 1:500000, oleh karena itu dengan ketelitian pengeplotan peta adalah 0.05 mm dan dengan tunggang pasut di daerah NTB sebesar 110 cm sesuai dengan informasi yang terdapat pada peta laut, maka garis pantai pada peta dasar diasumsikan mengacu pada garis air rendah.

(4)

18

3.3

Penentuan Titik Awal dan Garis Dasar

Setelah peta dasar ditetapkan maka dilakukan penentuan titik-titik awal dan garis dasar yang kegiatannya sebagai berikut :

1. Penentuan cakupan daerah.

Menelusuri secara cermat cakupan daerah yang akan ditentukan batasnya, jangan sampai ada daerah yang tertinggal atau tidak terinvetarisasi yang akan dijadikan untuk penentuan garis batas laut daerah berdasarkan penarikan 12 mil laut dari garis dasar normal.

2. Penentuan titik-titik awal yang berada pada titik terluar di suatu daerah. Selain titik awal yang menonjol di pantai (salient point) seperti pada daerah ujung-ujung tanjung, dan titik-titik terluar pulau-pulau kecil yang berjarak kurang dari ataupun lebih dari 12 mil laut dari pulau utama (main island). Selain itu juga dipilih titik-titik di dua provinsi yang bersebelahan untuk dijadikan acuan penarikan garis tengah

3. Penarikan garis dasar.

Berdasarkan UU No 32 tahun 2004 kewenangan pengelolaan wilayah laut di suatu daerah adalah sejauh 12 mil laut dari garis pantai yang berarti penentuan garis dasar itu menggunakan garis dasar normal. Secara praktis garis dasar normal tersebut mengikuti bentuk garis air rendah (jadi harus memperhatikan bentuk garis pantainya).

Sedangkan pada PerMendagri No. 1 Tahun 2006 disebutkan bahwa garis dasar sebagaimana dimaksud terdiri dari garis dasar lurus dengan jarak tidak boleh lebih dari 12 mil laut dan garis dasar normal yang mengikuti bentuk garis pantai. Untuk penentuan garis batas laut daerah yang didominasi garis dasar lurus, dilakukan dengan memperhatikan garis air rendah, khususnya pada ujung-ujung pulau atau daerah tanjung, perlu dipelajari kemungkinan penerapan garis dasar lurus (yang menghubungkan titik-titik awal yang menonjol di pantai) dengan memperhatikan panjang maksimum yakni 12 mil laut. Di daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, penarikan garis dasar lurus tidak

(5)

19 dapat secara murni, maka penarikan garis dasar lurus di kombinasikan dengan garis dasar normal pada daerah-daerah yang tidak memungkinkan ditarik garis dasar lurus.

Dalam UNCLOS 1982 disebutkan adanya garis dasar kepulauan yaitu garis dasar lurus dengan jarak tidak boleh lebih dari 100 mil laut, kecuali sejumlah 3% dari jumlah keseluruhan garis dasar kepulauan dapat mencapai kepanjangan maksimum 125 mil laut dengan memperhatikan konfigurasi pulau-pulau agar dapat menutup sebagian atau seluruh daerah kepulauan. Penentuan titik awal dan penarikan garis dasar Provinsi Nusa Tenggara Barat bisa dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Contoh Penentuan Titik Awal dan Penarikan Garis Dasar Lurus

3.4

Penarikan Garis Batas di Atas Peta

Setelah garis dasar ditentukan maka penarikan garis batas dapat dilakukan. Penarikan garis batas ini mengacu pada tiga garis dasar, yaitu garis dasar normal, garis dasar lurus. garis dasar kepulauan.

(6)

20 3.4.1 Garis Batas dengan Mengacu pada Garis Dasar Normal

Penarikan garis batas dilakukan dengan membuat garis sejajar dengan garis dasar normal sejauh 12 mil laut ke arah laut. Hasil penarikan batas yang mengacu pada garis dasar normal bisa dilihat pada Gambar 3.3. Garis batasnya ditunjukan oleh garis yang berwarna jingga.

Gambar 3.3 Hasil Penarikan Garis Batas Kewenangan Wilayah Laut Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Interpretasi UU No. 32 Tahun 2004

3.4.2 Garis Batas dengan Mengacu pada Kombinasi Garis Dasar Normal, dan Garis Dasar Lurus.

Penarikan garis batas dengan mengacu pada garis dasar lurus dilakukan dengan membuat garis sejajar sejauh l2 mil laut dari garis dasar lurus ke arah laut, hasil penarikannya bisa dilihat pada gambar 3.4. Garis batasnya di tunjukan oleh garis berwarna merah.

Prov. Jatim

Prov. Sulsel

Prov. Bali

(7)

21 Gambar 3.4 Hasil Penarikan Garis Batas Kewenangan Wilayah Laut Provinsi

Nusa Tenggara Barat Berdasarkan PerMendagri No.1 Tahun 2006

3.4.3 Garis Batas dengan Mengacu pada Garis Dasar Normal, Garis dasar Lurus, dan Garis Dasar Kepulauan

Hasil penarikan garis batas yang mengacu pada garis dasar kepulauan bisa dilihat pada Gambar 3.5. garis batasnya ditunjukan oleh garis yang berwarna hijau.

Gambar 3.5 Hasil Penarikan Garis Batas Kewenangan Wilayah Laut Provinsi

Nusa Tenggara Barat Berdasarkan UNCLOS 1982 Prov. Jatim Prov. Sulsel Prov. Bali Prov. NTB Prov. NTT Prov. Jatim Prov. Sulsel Prov. Bali Prov. NTB Prov. NTT

(8)

22 3.4.4 Penarikan Garis Tengah (Median Line)

Dalam penarikan batas laut suatu provinsi, juga harus memperhitungkan provinsi yang menjadi tetangganya apakah terjadi pertampalan wilayah lautnya, apakah itu saling berseberangan yang berjarak kurang dari 24 mil laut atau provinsi yang wilayah daratnya berdampingan. Maka harus ditarik juga batas laut provinsi yang bersebelahan.

Provinsi Nusa Tenggara Barat tidak mempunyai batas darat dengan provinsi lainnya sehingga tidak mempunyai wilayah laut yang berdampingan dengan provinsi lainnya, Provinsi NTB mempunyai wilayah laut yang bertampalan dengan jarak kurang dari 24 mil laut, yang saling berhadapan dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Bali seperti pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Daerah Pertampalan Wilayah Kewenangan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Provinsi Bali

Dari Gambar 3.6 di atas maka ditarik garis tengahnya secara manual dari titik-titik terluar kedua daerah. Hasil penarikannya bisa seperti pada Gambar 3.7.

(9)

23

Gambar 3.7 Hasil Penarikan Garis tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Provinsi Bali (a) dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (b)

3.5 Hitungan Luas Wilayah Kewenangan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Hitungan luas wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat didasarkan pada koordinat titik-titik batas darat dan laut untuk ketiga versi yang dihasilkan. Penentuan luas total Provinsi Nusa Tenggara Barat menggunakan metode numeris dari koordinat-koordinat batasnya di bidang proyeksi, untuk luas wilayah daratnya digunakan data luas wilayah darat dari situs resmi Provinsi Nusa Tenggara Barat Hasil dari hitungan luas wilayah kewenangan Provinsi Nusa Tenggara Barat bisa dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hasil Hitungan Luas Provinsi Nusa Tenggara Barat

Versi Acuan Luas Darat

(km2) Luas Laut (km2) Luas Total (km2) 1 UU No. 32 Tahun 2004 20.152,15 20.097,05 40.249,2

2 PerMendagri No. 1 Tahun 2006 20.152,15 20.801,15 40.953,3

a b Prov. Bali Prov. NTT Prov. NTB Prov. NTB

(10)

24

3 UNCLOS 1982 20.152,15 23.269,2 43.421,7

3.6

Penyajian Peta Batas Wilayah Laut Provinsi Nusa Tenggara

Barat

Setelah tahap delineasi selesai maka dilakukan penyajian peta batas daerah dengan mencantumkan daftar koordinat titik batasnya. Untuk tampilannya, peta batas wilayah ditampalkan dengan citra SRTM yang sebelumnya sudah dikompilasikan dengan citra Etopo 2, data SRTM didapatkan dari situs ftp://srtm.csi.cgiar.org sedangkan citra ETOPO 2 didapatkan dari situs http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/gdas/gd_designagrid.html. Penggunaan citra SRTM dan ETOPO 2 untuk mendapatkan gambaran kontur wilayah daratnya dan relief wilayah lautnya.

Dalam penyajian peta batas wilayah laut Provinsi Nusa Tenggara Barat ini, akan disajikan dalam tiga versi yang berbeda yang mengacu pada UU No 32 Tahun 2004, PerMendagri No. 1 Tahun 2006, dan interpretasi UNCLOS 1982 tentang Garis Dasar Kepulauan untuk mendapatkan luas daerah Provinsi.

3.6.1 Penetapan Batas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, disebutkan bahwa kewenangan pengelolaan wilayah laut di suatu daerah adalah sejauh 12 mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan. Sehingga bisa disimpulkan penentuan batas daerah laut dilakukan hanya dengan menggunakan garis dasar normal yang mengikuti bentuk garis pantai. Hasil Peta Batas Daerah dengan penarikan garis dasar normal ini dapat dilihat di Lampiran 1.

(11)

25 3.6.2 Penetapan Batas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan

PerMendagri No. 1 Tahun 2006

Untuk penetapan batas daerah berdasarkan PerMendagri No. 1 Tahun 2006, pasal 14 ayat 3 dimana disebutkan bahwa “Garis dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari garis dasar lurus dengan jarak tidak lebih dari 12 mil laut dan garis dasar normal yang mengikuti bentuk garis pantai”.

Karena itu untuk penarikan garis batas laut daerah bisa dilakukan dengan menggunakan garis dasar lurus (apabila kurang dari 12 mil). Tetapi apabila tidak memungkinkan ditarik garis dasar lurus maka dapat menggunakan garis dasar normal. Hasil Peta Batas Daerah dengan penarikan garis dasar lurus dan garis dasar normal ini dapat dilihat di Lampiran 2.

3.6.3 Penetapan Luas Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Penerapan Garis Dasar Kepulauan UNCLOS 1982

Di dalam pasal 4 ayat 2 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, disebutkan : “Yang

dimaksud dengan ‘cakupan wilayah’ dalam ketentuan ini, khusus untuk daerah yang berupa kepulauan atau gugusan pulau-pulau dalam penentuan luas wilayah di dasarkan atas prinsip negara kepulauan yang pelaksanaannya diatur dengan peraturan pemerintah”. Dari undang-undang tersebut dapat diinterpretasikan

bahwa untuk penentuan batas daerah kepulauan (provinsi) bisa diterapkan prinsip-prinsip negara kepulauan sesuai yang tercantum dalam UNCLOS 1982, sehingga bisa menggunakan garis dasar kepulauan. Hasil Peta Batas Daerah dengan penarikan garis dasar kepulauan ini dapat dilihat di Lampiran 3.

Gambar

Tabel 3.1  Tahapan Penetapan dan Penegasan Batas Daerah
Gambar 3.1  Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat
Gambar 3.2  Contoh Penentuan Titik Awal dan Penarikan Garis Dasar Lurus
Gambar 3.3  Hasil Penarikan Garis Batas Kewenangan Wilayah Laut Provinsi  Nusa Tenggara Barat Berdasarkan Interpretasi UU No
+3

Referensi

Dokumen terkait

KATA PENGANTAR Segala puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah melimpahkan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Spesifikasi basis data biasanya pada sistem informasi pemantauan produksi dapat dilihat pada tabel- tabel basis data yang telah mempunyai bentuk normal yang selanjutnya dijelaskan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan kerak kalsium sulfat dan kalsium karbonat dalam pipa dengan memvariasikan Suhu (30 0 C, 40 0 C)

Kondisi infrastruktur jalan yang tidak memadai berpengaruh buruk pada sektor industri dan sektor ekonomi.Untuk itu dibutuhkan manajemen yang baik pada proyek

Perlawanan Serbia terhadap pihak asing tak lain adalah karena Serbia ingin melanjutkan cita-cita nasionalnya yaitu gerakan Serbia Raya, maka pada dasarnya terbentuknya

Dosis pada jaringan lunak, paru-paru, dan tulang belakang dikalkulasi mengikuti protokol IAEA TRS 277 khusus untuk pengukuran dengan bilik ionisasi, sedangkan untuk

Algoritma kNN memiliki tingkat akurasi tertinggi baik sebelum maupun sesudah feature selection dibandingkan dengan kedua algoritma machine learning populer lainya,

Jika hanya ada yang salah hanya di coret, yang dicoret di sebut tetap terbaca, yang benar di tuliskan di atas atau di bawahnya dan diparaf. Kolom yang kosong diberi tanda strip