• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMINDANGAN DAN PENGASAPAN TERHADAP MASA SIMPAN IKAN LEMURU (Sardinella longiceps)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMINDANGAN DAN PENGASAPAN TERHADAP MASA SIMPAN IKAN LEMURU (Sardinella longiceps)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

38

PENGARUH PEMINDANGAN DAN PENGASAPAN

TERHADAP MASA SIMPAN IKAN LEMURU (Sardinella longiceps)

Restu Tjiptaningdyah

Program Studi Budidaya Periaran, Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Dr. Soetomo Surabaya, Jl Semolowaru 84 Surabaya

Abstract : The marine fish is high water content, so fresh fish is easily deteriorated by microorganism during the storage. The storage time can be prolonged to a certain extend by fish processing, like smoking and boiling in salt water are the most popular ways known by the Indonesian fisfermen. The aim of this research is to study the effects of boiling in salt water and smoking on the storage time of processed Sardinella longiceps. The research is Experimental Laboratories me- thode. A completely randomized design was used in this study with 2 treatment (boilling and smoking) and 8 times replicates. The effect of storage on the processed fish was determined by measuring total volatile bases (TVB), total plate count (TPC) and water activity (Aw). The result showed that both processes, bo- iling in salt water and smoking, significantly to reach TVB and TPC, and to reduce Aw value on the storage. The storage time of smoked fish was longer than the boiled ones.

Keywords: boiled fish, smoked fish, Sardinella longiceps

PENDAHULUAN

Data statistik Dinas Perikanan Jawa Timur menyatakan bahwa tingkat kon- sumsi ikan masyarakat Jawa Timur men- capai 11,35 kg per kapita pertahun.

Sementara itu Wahyono (2003) menga- takan bahwa berdasarkan target Widya- karya Pangan dan Gizi IV konsumsi ikan adalah sebesar 24 kg perkapita pertahun.

Padahal hasil perikanan di Indonesia menempati urutan kedua penyumbang devisa negara dari ekspor nonmigas sektor pertanian (Dinas Perikanan Daerah Jawa Timur, 2004).

Melihat kenyataan tersebut kiranya perlu dilakukan langkah-langkah konkrit untuk menyosialisasikan agar masyarakat Indonesia umumnya untuk lebih memilih ikan pada menu makanannya. Hal ini ti-

daklah berlebihan mengingat kandu-ngan nutrien (protein dan asam lemak ώ-3) yang terdapat dalam tubuh ikan sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia.

Misalnya seperti apa sudah pernah dilakukan penelitian (Deslypere et al.

1993; Bonaa et al. 1992; dan Andersen et al. 1996) di negara Skandinavia, menun- jukkan bahwa masyarakat yang banyak mengkonsumsi ikan konsentrasi Triglise- rida plasma, LDL dan VLDL dalam darahnya lebih rendah.

Data Puslitbang Perikanan 1992, dalam Suprayitno (1997), menyatakan bahwa ikan lemuru mengandung lemak sebesar 3 persen yang terdiri dari 15 per- sen asam lemak jenuh dan 85 persen asam lemak tidak jenuh dan proteinnya sebesar 20%. Ternyata selain banyak di- gemari masyarakat, ikan lemuru ini juga

(2)

Restu Tjiptaningtyas: Pengaruh Pemindangan dan Pengasapan 39 termasuk ikan yang sangat murah har-

ganya. Pemindangan dan pengasapan, ke- duanya merupakan cara pengolahan ikan yang masih banyak dilakukan secara tra- disional, akibatnya daya awet dari ikan olahan tersebut juga masih rendah. Oleh karena itu perlu diketahui sampai berapa lama daya awet ikan asap dan ikan pindang yang diolah secara tradisional tersebut masih layak dan bisa dikonsumsi ditinjau dari aspek kimiawi maupun orga- noleptiknya.

Perlunya masyarakat mengetahui makanan yang membahayakan kesehat-

an, diberikan dengan dikeluarkannya pe- raturan tentang batasan baku mutu ikan awetan oleh Deptan (1985) dan Ditjen Perikanan (1993). Adapun peraturan tentang baku mutu ikan awetan tersebut tersaji pada Tabel 1.

Ikan awetan yang bermutu baik, tentunya mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Wibowo (1999), menyatakan bah- wa faktor-faktor yang dapat mempenga- ruhi mutu ikan awetan adalah pemana- san, penggaraman, TVB (Total Volatile Base), TPC (Total Plate Count) dan Aw (Water activity).

Tabel 1. Persyaratan baku mutu ikan awetan

Karakteristik Persyaratan mutu

Ikan pindang (*) Ikan asap (**) Organoleptik

Mikrobiologi TPC per gr max E. Coli MPN/gr max Salmonella

Kimiawi

Air %b/b max Garam %b/b max

7 1 x 105

0 Negative

60-70 0,5-5,36

7 5 x 105

< 3 Negative

60 4 Sumber: (*) DEPTAN (1985)

(**) Ditjen Perikanan (1993) Keterangan: MPN = most probable number

TPC = total plate count b/b = bobot/bobot

TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui perbedaan masa simpan ikan lemuru (Sardinella longiceps) yang diolah dengan pemindangan dan pengasapan.

METODE PENELITIAN

Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari populasi ikan

lemuru (Sardinella longiceps) yang ditang- kap di daerah Brondong, Lamongan Jawa Timur. Dipilih ikan-ikan yang masih segar, tidak cacat dan mempunyai berat yang seragam. Perlakuan yang dicobakan ada- lah pengolahan dengan cara pemin- dangan dan pengasapan. Instrumen utama yang dipakai pada penelitian ini meliputi instrumen pemindangan dan instrumen pengasapan. Instrumen pe- mindangan terdiri dari panci besar dan

(3)

40 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 17, No. 1, Januari 2011 naya atau besek sebagai tempat/wadah

ikan. Sedang instrumen pengasapan me- liputi drum pengasapan yang mempunyai pengatur suhu dan cerobong asap. (a) Cara Pemindangan pada penelitian ini dilakukan dengan metode pembuatan pindang Cue (Wibowo 1999). Setelah ikan disiangi dan dicuci, lalu direndam dalam larutan garam 3 % selama 15 menit kemudian dibilas dan ditiriskan. Selan- jutnya diatur secara horizontal dalam naya/besek, dan dimasukkan dalam panci berisi larutan garam 15 % yang telah mendidih. Lama perebusan 30 menit, lalu naya diangkat, disiram dengan air mendidih lalu ditiriskan, dan ikan siap untuk dilakukan analisis. (b) Cara Penga- sapan yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan metode penga- sapan panas dari Moeljanto (1992).

Setelah ikan disiangi dan dicuci, lalu direndam dalam larutan garam 20%

selama 15 menit dan dibilas dengan air yang bersih. Pengasapan dilakukan pada drum pengasapan dengan suhu antara 80 - 90oC, dan menggunakan bahan bakar dari batok kelapa. Lama pengasapan 3 jam. Selesai pengasapan ikan diangkat dan didinginkan, selanjutnya dilakukan analisis. Besar sampel setiap kelompok perlakuan ditentukan dengan menggu- nakan rumus Steel dan Torie (1991), yang dalam penelitian ini jumlah ulangan sebesar 8. Penelitian ini dilakukan dengan

metode eksperimental laboratories. Ran- cangan penelitian yang dipergunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 2 perlakuan dan 1 kontrol. Hasil pengamatan masa simpan yang terdiri dari TVB, TPC dan Aw selanjutnya dianalisis secara Anova dengan derajat signikansi 5%.

Bila F hitung 5% lebih besar daripada F tabel 5%, dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan. Sehingga dapat dilanjutkan dengan uji HSD/BNJ. Sedangkan untuk uji organoleptik selanjutnya dianalisis deng- an uji Wilcoxon. Untuk pengamatan-nya dilakukan 2 hari sekali selama 7 hari yaitu pada hari ke 1, 3, 5 dan hari ke 7.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan TVB Ikan Asap dan Pindang Pengamatan TVB pada hari pertama belum terdeteksi, hal ini menunjukkan bahwa sesaat setelah selesai pengolahan masih belum terjadi perombakan protein, sehingga belum ada senyawa basa-basa yang menguap. Tetapi setelah disimpan yaitu pada hari ketiga, kelima dan ketujuh, nilai TVB menunjukkan peningka- tan yang signifikan. Nilai rata-rata TVB ikan asap dan pindang mulai hari ketiga disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata nilai TVB ikan asap dan pindang

Penyimpanan (hari ke-)

Rata-rata nilai TVB (mg/100 g daging) Ikan asap Ikan pindang 3

5 7

15,00 a 31,00 b 57,50 c

16,00 a 51,00 c 72,00 d Keterangan: Rata-rata yang diikuti superkrip berbeda, berbeda Nyata (p < 0,05)

(4)

Restu Tjiptaningtyas: Pengaruh Pemindangan dan Pengasapan 41 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa

melalui uji HSD nilai TVB pada hari ketiga pada ikan asap dan pindang tidak berbeda nyata, dan baru menampakkan perbedaan yang signifikan pada hari kelima dan ketujuh. Bila dibandingkan antara ikan asap dan pindang, maka nilai TVB ikan pindang lebih besar daripada ikan asap. Hal ini terjadi karena jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada ikan asap lebih sedikit (ditunjukkan nilai TPC lebih kecil daripada ikan pindang).

Keadaan ini disebabkan oleh adanya lapisan tipis yang terbentuk pada ikan asap akibat menempelnya partikel- partikel asap hasil pembakaran batok kelapa (berupa senyawa alkohol, alde- hide, dan keton), sehinga dapat meng- hambat pertumbuhan mikroorganisme dan mencegah pembentukan spora bak- teri/jamur. Sementara asam-asam organ- ik yang mudah menguap dalam asap akan menurunkan pH pada permukaan daging ikan, dan hal ini juga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme (Wibowo 1999).

Kandungan TPC Ikan Asap dan Pindang Pengamatan hari pertama jumlah koloni mikroorganisme pada ikan asap berjumlah 2 - 6 x 104, dan selama dalam penyimpanan pada hari ketujuh mening- kat sampai 115 - 438 x 104 koloni.

Sedangkan pada ikan pindang pada hari pertama berjumlah 2 - 5 x 104 koloni, dan

pada hari ketujuh berjumlah 157 - 944 x 104 koloni.

Hasil analisis varian menunjukkan bahwa di antara kelompok pengamatan antara ikan asap dan ikan pindang ter- dapat perbedaan yang signifikan. Rata- rata jumlah koloni mikroorganisme (TPC) ikan asap dan pindang selama dalam penyimpanan disajikan pada tabel 3.

Dari Tabel 3 ditunjukkan bahwa nilai TPC ikan asap dan ikan pindang pada pengamatan hari pertama dan ketiga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Namun setelah penyimpanan selama lima dan tujuh hari menunjukkan perbedaan yang signifikan, yaitu TPC ikan asap yang lebih rendah dibanding ikan pindang. Pada ikan asap nilai TPC baru menunjukkan peningkatan yang sangat nyata pada hari ketujuh. Sedang nilai TPC ikan pindang menunjukkan peningkatan yang sangat nyata pada hari kelima dan ketujuh.

Berdasarkan persyaratan ikan awetan, kandungan TPC maksimal adalah 1 x 105 pada ikan pindang (Deptan 1985), dan 5 x 105 pada ikan asap (Ditjen Perikanan 1993), maka dapat dikatakan bahwa ikan asap pada penelitian ini masih bermutu sampai penyimpanan dihari ketiga. Sedangkan ikan pindang di hari ketiga dinyatakan sudah tidak bermutu karena nilai TPC-nya lebih besar dari syarat baku mutu.

Tabel 3. Rata-rata jumlah TPC ikan asap dan pindang

Penyimpanan (hari ke)

Rata-rata nilai TPC (koloni x 104) Ikan asap Ikan pindang 1

3 5 7

3,13 a 13,63 a 95,25 a 283,25 b

3,25 a 13,88 a 291,88 b 494.88 c Keterangan : Rata-rata yang diikuti superkrip berbeda, berbeda nyata (p < 0,05)

(5)

42 Neptunus Jurnal Kelautan, Vol. 17, No. 1, Januari 2011 Nilai Aw (aktivitas air) Ikan Asap dan

Ikan Pindang

Nilai Aw ikan asap dan ikan pindang menunjukkan angka yang lebih rendah daripada nilai Aw ikan yang masih segar (Aw ikan segar = 0,974). Selama dalam penyimpanan sampai 7 hari nilai Aw ikan asap maupun pindang juga menunjukkan angka yang semakin rendah. Hasil rata- rata nilai Aw ikan asap dan pindang selama dalam penyimpanan tercantum pada Tabel 4.

Dari hasil analisis varian, menun- jukkan bahwa nilai Aw pada masing- masing hari pengamatan terdapat perbe- daan yang sangat signifikan. Setelah dilanjutkan dengan uji HSD, tampak bahwa nilai Aw pada ikan yang diasap maupun dipindang mengalami penurunan yang signifikan. Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dihari pengamatan yang

sama nilai Aw ikan asap lebih rendah dibanding ikan pindang. Namun demikian selama dalam penyimpanan, baik ikan asap maupun ikan pindang nilai Aw-nya tidak menunjukkan penurunan yang sangat signifikan.

Semakin rendahnya nilai Aw ikan asap dan ikan pindang selama dalam penyimpanan disebabkan oleh ikut meng- uapnya cairan yang terikat pada jaringan sel tubuh ikan. Tetapi semakin rendah- nya nilai Aw ini belum mencapai titik minimal untuk pertumbuhan mikro- organisme yaitu 0,5 (Lupin 1986 dalam Giman 1997). Sehingga pada penelitian ini dengan nilai Aw terendah 0,841 masih memungkinkan mikroorganisme untuk tumbuh. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya nilai TPC pada penyim- panan ikan asap maupun ikan pindang setelah hari ketujuh.

Tabel 4. Rata-rata nilai Aw ikan asap dan pindang

Penyimpanan (hari ke-)

Rata-rata nilai Aw

Ikan asap Ikan pindang 1

3 5 7

0,872 cd 0,862 bc 0,847 ab 0,841 a

0,890 e 0,882 de 0,872 cd 0,861 bc Keterangan: Rata-rata yang diikuti superkrip berbeda, berbeda nyata (p < 0,05)

Nilai Organoleptik Ikan Asap dan Ikan Pindang

Penentuan nilai organoleptik (me- liputi kenampakan, aroma, rasa, konsis- tensi dan ada/tidaknya lendir) terhadap ikan asap dan pindang mempergunakan score sheet diisi oleh 15 panelis. Penga- matan dilakukan 2 hari sekali yaitu pada hari ke 1, 3, 5, dan 7. Data yang diperoleh selanjutnya diuji melalui uji Wilcoxon

Rank Sum, hasilnya disajikan pada Tabel 5 berikut ini.

Dari Tabel 5 ditunjukkan bahwa pada semua kriteria penilaian (kenam- pakan, aroma, rasa, konsistensi dan adanya lendir) pada ikan asap mempu- nyai nilai organoleptik dengan peringkat yang lebih tinggi secara signifikan dibanding dengan ikan pindang.

(6)

Restu Tjiptaningtyas: Pengaruh Pemindangan dan Pengasapan 43 Tabel 5. Rata-rata peringkat nilai organoleptik ikan asap dan ikan pindang

Kriteria Penilaian Rata-rata peringkat

Ikan asap Ikan pindang Kenampakan

Aroma Rasa Konsistensi Adanya lendir

11,94 12,50 12,50 12,50 12,50

5,06 4,50 4,50 4,50 4,50 Penentuan peringkat dimulai dari angka yang terkecil

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian tentang pengaruh pengasapan dan pemindangan terhadap masa simpan ikan lemuru (Sardinella longiceps) berdasar pada pengamatan terhadap kandungan TVB, TPC, Aw dan penilaian organoleptik, diperoleh kesimpulan bahwa : Ikan lemuru asap mempunyai masa simpan yang relatif lebih lama dibandingkan dengan ikan lemuru pindang.

DAFTAR PUSTAKA

Andersen LF, Christian KS, Drevon A.

1996. Very long chain n-3 fatty acids as biomarkers for intake of fish and n-3 fatty acids concentrates. Am J Clin Nutr. 64:305-311.

Bonaa KH. Bjerve KS, Norday A. 1992.

Habitual flish consumption. Plasma phospholipid fatty acids, and serum lipid: the tromso study. Am J Clin Nutr. 55: 1126-1134.

[Deptan] Departemen Pertanian. 1985.

Kumpulan Standart Mutu Hasil Per- ikanan. Jakarta: Dirjen Perikanan.

Deslypere JP, Bovenkamp Pv, Harryvan JL, Katan MB. 1993. Stability of n-3 fatty acids in human fat tissue

aspirates during storage. Am J Clin Nutr. 57:884-888.

Dinas Perikanan Daerah Jawa Timur.

2004. Laporan Statistik Perikanan Jawa Timur. Surabaya: Dinas Per- ikanan.

Giman. 1997. Pengaruh Pemindangan dan Pengasapan Terhadap Kan- dungan Asam Amino dan Masa Simpan Ikan Tongkol (Enthynnus affmis). [Tesis]. Program Pasca- sarjana Universitas Airlangga.

Surabaya.

Moeljanto. 1982. Pengawetan dan Peng- olahan Hasil Perikanan. Cetakan pertama. Jakarta: Penebar Swadaya Steel RGD, Torie J. 1991. Prinsip dan

Prosedur Statistika Suatu Pende- katan Biometrik. Penerjemah:

Bambang Sumantri. Jakarta: Gra- media Pustaka Utama.

Suprayitno E. 1997. Pemanfaatan Sumber Daya Ikan, Kajian Minyak dan Asam Lemak Omeg-3. Seminar Ilmiah. Surabaya.

Wahyono U. 2003. Potensi dan Pemanfaatan Pangan Dari Ikan.

Prosiding Seminar ACMI dalam Rangka Meningkatkan Citra Makanan Indonesia. Kantor Men- pangan. Bulog. Jakarta.

Wibowo S. 1999. Industri Pemindangan Ikan. Cetakan kedua. Jakarta:

Penerbit Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tingkat partisipasi terhadap Program Desa Mandiri Pangan (DMP) di Kelurahan Padang Serai Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun material, sehingga Penulis dapat

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa persamaan kedudukan saksi ahli dalam pembuktian perkara pidana menurut hukum Islam dan hukum positif bahwa kedua-dua nya merupakan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data kemampuan peneliti sebagai guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan metode inkuiri dan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran pada materi bangun segitiga dan segi empat dengan penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan

Oleh karena itu, guru Bimbingan dan Konseling, diharapkan memberikan layanan Bimbingan dan Konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa agar siswa memiliki motivasi berprestasi

Populasi pada penelitian ini adalah tenaga kesehatan (perawat/bidan) di Puskesmas Pancur Batu yang mengikuti pelatihan Basic Life Support (BLS) yang diselenggarakan

Salah sattu solusinya adalah menggunakan AVR yaitu yang bekerja untuk mengatur besar arus dan tegangan eksitasi pada eksiter (penguat medan) generator Dan memanfaatkan