• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEBERANIAN SISWA MENGERJAKAN SOAL-SOAL LATIHAN DI DEPAN KELAS MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Darussalam Surakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEBERANIAN SISWA MENGERJAKAN SOAL-SOAL LATIHAN DI DEPAN KELAS MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Darussalam Surakarta)."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SOAL-SOAL LATIHAN DI DEPAN KELAS MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Darussalam Surakarta)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh:

ANTENG RETNO PALUPI A.410040006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk peningkatan

kualitas SDM tersebut adalah pendidikan sehingga kualitas pendidikan harus

ditingkatkan.

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan

suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation Character

Building). Masyarakat yang cerdas yang akan memberikan nuansa kehidupan

yang cerdas juga. Masyarakat bangsa yang demikian merupakan investasi besar

untuk berjuang keluar dari krisis dan menghadapi dunia global (Mulyasa, 2002 :

3-4).

Sudah menjadi gejala umum bahwa mata pelajaran matematika kurang

disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999 : 253) matematika

merupakan pelajaran yang sukar dipahami, sehingga kurang diminati oleh

sebagian besar siswa. Ketidaksenangan terhadap mata pelajaran matematika dapat

berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa.

(3)

Banyak fakta yang menunjukkan bahwa pada saat pelajaran matematika

berlangsung sebagian siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat

pasif, enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapatnya. Keadaan ini

sedikit banyak akan mengganggu kelancaran pembelajaran.

Jika hal ini dibiarkan terus menerus, dapat menyebabkan siswa semakin

mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menggunakan konsep-konsep yang

ada dalam matematika. Guru juga akan mengalami kesulitan dalam

membelajarkan matematika.

Melibatkan siswa secara aktif didalam pembelajaran matemaika sangat

penting, karena dalam matematika banyak kegiatan pemecahan masalah yang

menuntut kreativitas siswa aktif. Siswa sebagai subyek didik adalah

merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Penekanan kurikulum

berbasis kompetensi adalah pada sikap ingin tahu siswa bertanya dan

bekerjasama, sehingga dapat mengembangkan pola pikir dan sejumlah

ketrampilan sebagai standart untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa. Tetapi

terkadang ada siswa yang tidak berani mengajukan pertanyaan karena takut dan

minder pada guru, sehingga perlu dijalin hubungan yang terbuka antara guru dan

siswa dalam proses belajar mengajar, agar interaksi dapat terjalin. Jadi dengan

pendekatan konstruktivisme diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswanya, yaitu dengan membuat siswa aktif bertanya dan menyelesaikan masalah

secara bersama-sama, semua itu tak lepas dari peranan guru dalam

(4)

Roestiyah didalam bukunya Strategi Belajar Mengajar (Syaiful Bahri

Djamarah dan Aswan Zain, 2002 : 49) menyatakan bahwa : ”suatu tujuan

pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance)

murid-murid yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita

ajarkan”. Suatu tujuan pengajaran mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari

pengajaran itu dan bukan sekedar suatu proses dari pengajaran itu sendiri.

Pada kenyataannya, strategi belajar mengajar atau strategi pembelajaran

yang diterapkan oleh guru masih mengikuti metode lama atau dengan kata lain

masih salah. Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru cenderung

terpisah-pisah satu dengan yang lain, misalnya guru memilih menggunakan

strategi belajar ceramah saja, kerja kelompok saja atau individual saja. Selain itu

kedudukan dan fungsi guru cenderung lebih dominan sehingga keterkaitan guru

dalam strategi itu masih tampak terlalu besar, sedangkan keaktifan siswa masih

terlalu rendah kadarnya terutama dalam mengungkapkan ide-idenya yaitu dengan

berani mengerjakan soal latihan di depan kelas.

Disisi lain kenyataan yang terjadi pada proses pembelajaran terjadi

ketimpangan kepentingan. Sebagai contoh, guru mengajar dengan cepat karena

untuk mengejar materi dan waktu sedangkan dengan cara seperti itu siswa akan

semakin tidak jelas dengan materi pelajaran. Pemberian kesempatan untuk

mengeluarkan ide maupun pendapat dalam belajar juga terbatas. Akibatnya,

(5)

Adapun permasalahan yang ada di tempat penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Keberanian siswa dalam bertanya kepada guru tentang materi yang

belum paham masih rendah.

2. Keberanian siswa untuk mengemukakan idenya dalam

menyelesaikan persoalan matematika masih sangat rendah.

3. Keberanian siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas juga

masih sangat rendah. Mereka hanya mau maju ke depan jika

ditunjuk atau dipaksa untuk maju.

4. Keberanian siswa dalam mengerjakan soal di depan kelas

berbeda-beda. Siswa yang berani dapat dilihat dari kreativitas dan keaktifan

siswa dalam belajar di kelas. Sedangkan siswa yang kurang berani

dapat dilihat dari sikapnya yang pasif dalam belajar di kelasnya.

5. Sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal matematika sehingga prestasi belajar siswa

masih rendah.

Melihat keadaan di atas dan melihat kondisi saat ini, banyak strategi belajar

yang diterapkan dalam pendidikan. Salah satunya adalah strategi pembelajaran

(6)

Pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivisme lebih

memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman

mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi apa yang telah diperintahkan dan

dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk

mengonstruksi sendiri pengetahuan mereka.

Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus

menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain,

dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan

dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan

menerima pengetahuan. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan

kaum objektifitas, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran dalam

pandangan kontruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan

seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas

guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan : 1) menjadikan pengetahuan

bermakna dan relevan bagi siswa, 2) memberi kesempatan siswa menemukan dan

menerapkan idenya sendiri, 3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi

mereka sendiri dalam belajar ( Syaiful Sagala, 2005 : 88).

Implikasi model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran

memiliki 4 tahapan yaitu : 1) apersepsi, 2) Eksplorasi, 3) diskusi dan penjelasan

konsep, 4) pengembangan dan aplikasi (Karli Hilda, 2002 : 4-5). Inti dari model

pembelajaran konstruktivisme adalah suatu proses belajar mengajar dimana siswa

(7)

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah

menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan

setiap persoalan yang dihadapi. Kurikulumnya dirancang sedemikian rupa

sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat

dikonstruksi oleh siswa. Selain itu latihan menyelesaikan masalah sering kali

dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam

kehidupan sehari-hari dan peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat

menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya.

Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang

membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri

peserta didik. Dengan pendekatan konstruktivisme diharapkan dapat

meningkatkan keberanian siswa untuk mengerjakan soal latihan di depan kelas

yang selanjutnya akan dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu

untuk meningkatkan keberanian siswa mengerjakan soal latihan di depan kelas

dalam pembelajaran matematika dengan pendekatan konstruktivisme tersebut

perlu adanya kerjasama antara guru matematika dan siswa melalui penelitian

tindakan kelas. Proses penelitian tindakan kelas ini memberi kesempatan kepada

peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah-masalah

pembelajaran di sekolah, sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan.

Dengan demikian belajar matematika tidak hanya mendengarkan guru

menerangkan dan menjelaskan di depan kelas saja, tetapi di perlukan peran aktif

(8)

latihan di depan kelas. Oleh karena itu proses pembelajaran di sekolah dengan

menerapkan pendidikan konstruktivisme diharapkan dapat meningkatkan

keberanian siswa mengerjakan soal latihan di depan kelas.

B. Perumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, untuk menentukan suatu kebenaran akan didapat

suatu permasalahan yang didalamnya mengandung masalah-masalah yang harus

dipecahkan oleh peneliti. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

kikemukakan, maka permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Adakah peningkatan keberanian siswa mengerjakan soal latihan di depan

kelas setelah dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan

konstrukti-visme?

2. Adakah peningkatan prestasi belajar siswa melalui keberanian siswa

mengerjakan soal latihan di depan kelas setelah dilakukan pembelajaran

menggunakan pendekatan konstruktivisme?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini disusun dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui peningkatan keberanian siswa mengerjakan soal

(9)

2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui metode

konstruktivisme.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

kepada pembelajaran matematika, terutama pada peningkatan keberanian

siswa mengerjakan soal latihan di depan kelas melalui pendekatan

konstruktivisme. Selain itu penelitian ini memperkaya proses pembelajaran

matematika melalui pendekatan konstruktivisme dalam penyampaian materi

pelajaran.

Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi

pembelajaran matematika yang mulai bergeser ke pembelajaran yang

mementingkan prosesnya, karena dalam proses pembelajaran disarankan

untuk menggunakan paradigma belajar yang menunjukkan pada proses untuk

mencapai hasil.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikn kontribusi untuk guru

matematika dan siswa. Bagi guru matematika dapat digunakan sebagai

masukan agar lebih memperhatikan dalam penggunaan pendekatan yang tepat

dalam kegiatan belajar mengajar yang menumbuhkan interaksi siswa dengan

(10)

dapat memberikan motivasi atau semangat bagi para siswa dalam membantu

meningkatkan prestasi belajar serta dapat meningkatkan keberanian siswa

dalam mengerjakan soal latihan di depan kelas pada pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Pengamanan Pemilu Pengadaan Makan dan Minum Petugas Sat Linmas Pam Pemilu Presiden JB: Barang/jasa JP: Jasa Lainnya. 1

Penentuan pengenalan pola notasi tersebut berdasarkan 3 inputan yang harus dimasukkan yaitu nilai input (X1), nilai Input(X2), dan nilai target (t) dimana nilai target ini sesuai

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Victolika, (2013) pemberian asam humat melalui daun dengan konsentrasi 50-200 mg L -1 dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi

Menyatakan bahwa ketentuan Pasal 37 ayat (1) huruf h Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Berdasarkankan dari pembahasan diatas telah dilakukan asuhan kebidanan secara continuity of care dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir serta

Beberapa penelitian yang mendukung teori tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Fama dan French (2001) yang menemukan bahwa perusahaan

merupakan titik terpenting karena akan menentukan rasa. Adonan yang telah digiling dan dihaluskan kemudian ditambahkan dengan bahan pengisi, bahan pengemulsi dan

Kulit manggis (Garcinia mangostana L) bisa dipakai sebagai pewarna alami makanan karena menghasilkan warna ungu yang dihasilkan oleh pigmen yang bernama anthosianin