• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEEFEKTIFAN VIDEOTHERAPY TERHADAP KESADARAN ANTI-BULLYING PADA SISWA KELAS V SDN KEPEK PENGASIH KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEEFEKTIFAN VIDEOTHERAPY TERHADAP KESADARAN ANTI-BULLYING PADA SISWA KELAS V SDN KEPEK PENGASIH KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

KESADARAN ANTI-BULLYING PADA SISWA KELAS V SDN KEPEK PENGASIH KULON PROGO TAHUN AJARAN 2015/ 2016

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Titi Linasari NIM 12108244103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga kaum itu mengubah keadaan mereka sendiri (Terjemahan Q.S. Ar Ra’d: 11)

Jangan melihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depanmu dengan ketakutan, tetapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran

(6)

 

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Ayahanda Sukatno dan ibunda tercinta Samini. Terima kasih untuk semua peluh dan kerja keras yang tak terhingga untuk kebahagiaanku, semua kasih sayang yang luar biasa, untuk semua doa dan dukungan, kalianlah pelita hidupku.

2. Nusa bangsa Indonesia

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini yang berjudul “Keefektifan Videotherapy dalam Menumbuhkan Kesadaran Anti-bullying pada Siswa Kelas V SDN Kepek Pengasih Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016” ini dengan lancar. Tugas Akhir Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UNY yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

3. Ketua jurusan PSD yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam melakukan penelitian.

4. Ibu Aprilia Tina Lidyasari, M. Pd selaku Dosen pembimbing dalam melakukan penelitian.

5. Bapak dan Ibu dosen PGSD FIP UNY yang telah memberikan bekal ilmu. 6. Kedua orang tua (Ibu Samini dan Bapak Sukatno Widiatmaja) yang

(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 8

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

(10)

  BAB II KAJIAN TEORI

A. Keefektifan ... 11

B. Kesadaran Anti-bullying ... 12

1. Kesadaran ... 12

a. Pengertian Kesadaran ... 12

b. Bentuk-bentuk Kesadaran ... 14

c. Tingkat Kesadaran ... 15

d. Fungsi Kesadaran ... 16

2. Bullying ... 17

1. Pengertian Bullying ... 17

2. Dampak Bullying ... 18

3. Macam-macam Bullying ... 19

4. Faktor Penyebab Bullying ... 20

3. Kesadaran Anti-bullying  ... 21

1. Pengertian Kesadaran Anti-bullying ... 21

2. Upaya Kesadaran Anti-bullying ... 22

C. Videotherapy ... 23

1. Pengertian Videotherapy ... 23

2. Komponen Videotherapy ... 25

3. Tahapan/ Proses Pembuatan Videotherapy ... 26

4. Fungsi Videotherapy ... 27

D. Keefektifan Videotherapy dalam Menumbuhkan Kesadaran Anti-bullying ... 28

(11)

1. Pengertian Bibliotherapy ... 30

2. Tahapan Bibliotherapy ... 30

F. Penelitian yang Relevan ... 31

G. Kerangka Berpikir ... 32

H. Pengajuan Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 36

B. Prosedur Penelitian ... 37

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

D. Variabel Penelitian ... 40

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 41

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H. Instrumen Penelitian ... 42

I. Analisis Instrumen Penelitian ... 44

1. Uji Validitas Instrumen ... 44

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

J. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48

(12)

 

b. Data Skor Postest Kesadaran Anti-bullying Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol  ... 53

c. Perbandingan Data Skor Pretest dan Postest Kesadaran Anti-bullying Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol  ... 58

2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 60

a. Uji Validitas ... 60

b. Uji Reliabilitas ... 62

3. Pelaksanaan Videotherapy dan Bibliotherapy ... 62

a. Pelaksanaan Videotherapy pada Kelompok Eksperimen  ... 62

b. Pelaksanaan Bibliotherapy pada Kelompok Kontrol ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

C. Keterbatasan Penelitian ... 70

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Bagan Nilai Efektivitas. ... 12 Gambar 2: Peta Konsep Kerangka Pikir Penelitian ... 34 Gambar 3: Bagan Desain penelitian ... 36 Gambar 4: Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok

Ekperimen ... 50 Gambar 5. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok

Kontrol. ... 53 Gambar 6. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok

Ekperimen ... 55 Gambar 7. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok

(14)

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Skala Kesadaran Anti-bullying ... 43

Tabel 2. Skor Pretest Kelompok Eksperimen ... 49

Tabel 3. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 49

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen. ... 50

Tabel 5. Skor Pretest Kelompok Kontrol. ... 51

Tabel 6. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 51

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol ... 52

Tabel 8. Skor Postest Kelompok Eksperimen ... 54

Tabel 9. Deskripsi Data Postest Kelompok Eksperimen. ... 54

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok Eksperimen. ... 55

Tabel 11. Skor Postest Kelompok Kontrol. ... 56

Tabel 12. Deskripsi Data Postest Kelompok Kontrol. ... 56

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok Kontrol. ... 57

Tabel 14. Data Skor Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 58

Tabel 15. Perbandingan Data Skor Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 59

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Pelaksanaan Perlakuan ... 76

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 97

Lampiran 3. Data Skor Perilaku Bullying, Pretest, dan Postest ... 104

Lampiran 4. Perhitungan Uji Instrumen Penelitian ... 110

Lampiran 5. Analisis Deskriptif Skor Pretest dan Postest ... 115

Lampiran 6. Hasil Pekerjaan Siswa ... 120

(16)

 

KEEFEKTIFAN VIDEOTHERAPY TERHADAP KESADARAN

ANTI-BULLYING PADA SISWA KELAS V SDN KEPEK PENGASIH KULON

PROGO TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh

Titi Linasari NIM 12108244103

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan videotherapy dalam menumbuhkan kesadaran anti-bullying pada siswa kelas V SD Negeri Kepek Pengasih Kulon Progo.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang termasuk dalam penelitian pre-experimental dengan bentuk intact group comparison. Penelitian ini terdapat kelompok eksperimen, yaitu menggunakan videotherapy dan kelompok kontrol, yaitu menggunakan bibliotherapy. Subjek dalam penelitian ini adalah 28 siswa kelas V SDN Kepek, yaitu siswa yang terindikasi sebagai pelaku bullying. Data yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari instrumen tes berupa skala kesadaran anti-bullying. Butir soal yang digunakan untuk kegiatan pretest sama dengan postest berjumlah 34 soal. Validitas yang digunakan adalah uji validitas konstrak (construct validity) dengan expert judgement dan program SPSS 15.0. Reliabilitas instrumen dihitung menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan koefisien reliabilitas tes 0,884. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif dengan membandingkan rata-rata hasil skor postest dan nilai efektivitas kelompok.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor pretest dan postest pada kelompok eksperimen adalah 114,21 dan 126,64. Sementara itu, skor rata-rata pretest dan postest kelompok kontrol adalah 114,07 dan 125,50. Berdasarkan perbandingan rata dari hasil postest, dapat diketahui bahwa rata-rata kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, nilai efektifitas videotherapy adalah 1,11 dan nilai efektifitas bibliotherapy adalah 1,09. Dengan demikian, efektifitas videotherapy lebih besar daripada bibliotherapy. Berdasarkan kedua hasil di atas, dapat disimpulkan videotherapy terbukti efektif dibandingknan bibliotherapy dalam menumbuhkan kesadaran anti-bullying.

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan salah satu wadah untuk mendidik anak agar dapat hidup di tengah masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat anak belajar berinteraksi dan bertingkah laku baik dengan orang lain. Dalam berinteraksi perlu mempertambah ilmu salah satunya melalui dunia pendidikan formal. Dalam pendidikan formal, anak yang berusia 7-12 tahun belajar sesuai dengan apa yang mereka lihat atau kongkrit. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget bahwa anak berada dalam tahap perkembangan berpikir operational kongkret. Dalam tahap operational kongkrit, anak berpikir logis terhadap objek yang konkret (Rita Eka Izzaty, dkk., 2008: 106). Dengan adanya objek yang logis anak akan melakukan pengamatan dengan panca inderanya. Contoh dalam pembelajaran yaitu anak mengamati video yang disajikan oleh guru. Melalui video anak dapat menggunakan indera penglihatan dan pendengaran, sehingga mempermudah anak dalam memahami materi yang disampaikan.

(18)

 

tidak terjadi perilaku menyimpang. Norma tidak hanya berlaku di lingkungan masyarakat, melainkan juga terdapat dalam keluarga dan sekolah. Norma yang berlaku dalam sekolah digunakan mengatur perilaku seluruh warga sekolah sehingga tercipta keamanan, ketertiban, dan kenyamanan.

Penyimpangan norma akhir-akhir ini terjadi semakin marak di sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Farida Hanum dalam Novan Ardy Wiyani (2013: 20) menunjukkan bahwa anak-anak di bawah 12 tahun sangat rawan akan tindakan kekerasan dari orang tua maupun gurunya. Tindak kekerasan telah menjadi sorotan publik yang dikaitkan dengan istilah bullying. Bullying adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan menyakiti targetnya (korban) secara mental atau fisik. Kebanyakan orang menganggap kekerasan selalu berkaitan dengan perang, pembunuhan, atau kekacauan. Padahal, kekerasan atau bullying tidak hanya berupa fisik saja tetapi juga mencakup jiwa/ mentalnya (Novan Ardy Wiyani, 2013: 14).

Aksi kekerasan atau bullying yang di sekolah antara lain, seperti yang dikutip dari surat kabar Kompas (Selasa, 10 Februari 2015) terdapat berita salah satu siswi SD di Jakarta mendapatkan kekerasan berupa perlakuan kasar oleh teman-teman lelakinya. Perlakuan kekerasan ini juga dialami oleh A, siswa SD yang meninggal dunia akibat kekerasan fisik di sekolah pada bulan September 2015.

(19)

kelas V melakukan tindak bullying. Terdapat 28 siswa pernah menjadi pelaku tindak bullying. Tindak bullying yang sering dilakukan siswa yaitu menjauhi/mengucilkan teman yang tidak disukai, membicarakan kelemahan/kejelekan orang lain, merasa bangga dan mengejek teman dengan sebutan jelek, membalas cacian teman, dan menjaili teman dengan cara mendorong. Berdasarkan hasil wawancara siswa yang dilakukan secara klasikal menunjukkan bahwa terdapat tiga anak yang dipanggil dengan nama samaran (gendut, kodok, dan cengeng) dan dua anak yang ditakuti karena nakal.

(20)

 

SDN Kepek merupakan SD yang terletak di daerah perbatasan, dimana siswa mendapatkan pengaruh dari kota dan desa. Terlebih lagi, lingkungan sekitar sekolah juga kurang kondusif untuk membentuk pribadi positif anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah pada bulan Oktober 2015, lingkungan sekitar sekolah sering menjadi tempat pemalakan dan pembegalan harta benda. Lingkungan sekitar dapat membawa pengaruh negatif terhadap anak, karena anak masih dalam tahap meniru objek dari apa yang mereka indra. Menurut hasil wawancara guru/wali kelas yang dilakukan pada bulan Oktober 2015, anak kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan dari orang tua, sehingga anak berlaku yang mengarah pada hal negatif. Hal ini sesuai dengan kenyataan di sekolahan bahwa pernah terjadi aksi oplosan (soda dan obat) dan pemalakan yang dilakukan oleh anak-anak gank/gates di SDN Kepek. Teramati pula, saat jam istirahat berlangsung, anak bermain menirukan adegan film “Anak Jalanan” yang mereka tonton di rumah. Di mana dalam film tersebut terdapat aksi perkelahian. Adegan tersebut memicu perilaku bullying sesama anak, karena terdapat anak yang terjatuh dan diejek atas kekalahannya.

(21)

Sependapat dengan Rigby (Novan Ardy Wiyani, 2013: 18) bullying dapat berakibat anak akan mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah, kesulitan berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, terpengaruhnya kesehatan fisik dan mental.

Adanya permasalahan perilaku bullying di atas, dapat menandakan bahwa sekolah telah menjadi tempat yang kurang kondusif bagi anak. Hironimus Sugi dari Plan Internationa mengatakan bahwa kekerasan terhadap anak-anak di sekolah menduduki peringkat kedua setelah kekerasan pada anak-anak dalam keluarga (Novan Ardy Wiyani, 2013: 17). Jika dilihat dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa tindak kekerasan anak sering dilakukan. Pelaku kekerasan tentu memiliki kesadaran terhadap bullying masih kurang. Dengan demikian, perlu adanya tindakan untuk memerangi kekerasan (anti-bullying), sehingga setiap individu memiliki kesadaran untuk menghentikan tindak kekerasan atau bullying.

(22)

 

dari bullying, serta anak mampu mengontrol dirinya untuk tidak berperilaku bully terhadap orang lain.

Berdasarkan akibat yang ditimbulkan perilaku bullying, pihak sekolah sudah seharusnya meningkatkan kesadaran anti-bullying. Selama ini, SDN Kepek hanya memberi peringatan, hukuman, dan nasihat pada anak didiknya. Belum ada program khusus ataupun penelitian dalam menangani tindakan bullying di SD tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin menggunakan terapi untuk menangani masalah bullying tersebut. Pada dasarnya terapi merupakan upaya memulihkan dari suatu penyakit. Prayitno (2005: 63) menyatakan media telepon, video, radio televisi, komputer, buku atau media lainnya dapat digunakan sebagai media terapi. Media terapi yang akan digunakan dalam penlitian ini adalah video dan buku. Terapi yang menggunakan media video sering dikenal videotherapy. Sementara itu, terapi yang menggunakan media buku disebut bibliotherapy.

Videotherapy merupakan suatu kegiatan terapi yang membutuhkan sebuah film/video terapis dan klien, di mana video dibuat berdasarkan aktivitas sekelompok orang dan mengandung seni yang bermanfaat serta menantang jiwa dan pikiran (Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin, 2012). Sedangkan, bibliotherapy merupakan sebuah terapi ekspresif yang didalamnya terdapat hubungan individu dengan isi atau intisari buku, puisi dan tulisan lain sebagai sebuah terapi (Eva Imania Eliasa, 2015: 1).

(23)

bibliotherapy yang mempunyai tujuan, keuntungan, dan kekurangan yang sama. Di mana proses videotherapy lebih panjang dibandingkan dengan bibliotherapy. Proses yang membedakan videotherapy dengan bibliotherapy yaitu adanya pemutaran video/film, kesempatan bertanya, dan pemahan dari guru.

Videotherapy cocok diberikan untuk anak karena sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif anak pada tahap operasional konkret menurut Piaget. Di mana anak belajar melalui media ajar yang disajikan secara audio visual sehingga lebih memberikan gambaran langsung yang lebih dalam dan menyentuh perasaan anak. Perasaan anak akan tersentuh jika anak diposisikan sebagai pelaku bullying. Videotherapy dapat memberikan kesempatan anak untuk belajar memahami apa itu perilaku bullying dan anti-bullying, bentuk-bentuk bullying, akibat bullying, dan contoh upaya kesadaran anti bullying. Dengan kata lain, videotherapy mengandung pengetahuan dan nilai-nilai edukasi agar anak sadar bahwa tindakan bullying harus diperangi atau dihentikan. Bagi anak yang sudah terbiasa melakukan bullying, videotherapy ini membantu anak untuk menyadarkan bahwa tindak bullying yang telah dilakukan adalah tidak baik. Alasan dasarnya, terapi adalah usaha untuk memulihkan dari suatu penyakit.

“Video therapy is a tool which harnesses the best of technology to enhance the process and progress of psychotherapy”. Video therapy consists of taping and viewing psychotherapy sessions to provide vivid, real-life, present-moment feedback to clients to help them understand

feelings and dimensions of themselves otherwise hard to access.

(24)

 

membantu mengatasi masalah klien yang dihadapi melalui penayangan video yang sesuai dengan masalah klien (Mustafa, 2011).

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin menumbuhkan kesadaran anti-bullying, sehingga penelitian ini berjudul yaitu Keefektifan Videotherapy dalam Menumbuhkan Kesadaran Anti-bullying pada Siswa Kelas V SDN Kepek Pengasih Kulon Progo Tahun Ajaran 2015/2016.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Meningkatnya penyimpangan norma di lingkungan sekolah. 2. Munculnya kelompok siswa yang menimbulkan bullying.

3. Kurangnya kesadaran anti-bullying pada anak dan pihak sekolah, dilihat dari adanya tindak bullying yang terjadi di sekolah.

4. Belum diterapkannya videotherapy dalam menangani tindak bullying. 5. Belum diterapkannya bibliotherapy dalam menangani tindak bullying.

C. Batasan Masalah

(25)

anti-bullying pada siswa kelas V SDN Kepek Pengasih Kulon Progo tahun ajaran 2015/2016.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan fokus penelitian yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah videotherapy efektif dalam menumbuhkan kesadaran anti-bullying pada siswa kelas V SDN Kepek Pengasih tahun ajaran 2015/2016.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan videotherapy dalam menumbuhkan kesadaran anti-bullying pada siswa kelas V SDN Kepek Pengasih tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diperoleh antara lain sebagai berikut:

(26)

 

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian lain yang relevan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh antara lain sebagai berikut: a. Bagi Siswa

Siswa memiliki kesadaran anti-bullying melalui bantuan videotherapy.

b. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan guru sebagai acuan dalam menerapkan upaya kesadaran anti-bullying pada siswa.

c. Bagi Sekolah

(27)

BAB II KAJIAN TEORI A. Keefektifan

Keefektifan berasal dari kata dasar efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 284) kata efektif mempunyai arti ada efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dapat membawa hasil, atau berhasil guna. Menurut Hani Handoko (2003: 7) efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas merupakan komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang ditentukan (Effendy, 1989: 14). Efektivitas menurut pengertian di atas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

(28)

 

Efektivitas = outcome output

Gambar 1. Bagan Nilai Efektivitas.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa keefektifan merupakan tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang akan dicapai atau hasil perbandingan antara outcome dengan ouput.

B. Kesadaran Anti-bullying 1. Kesadaran

a. Pengertian Kesadaran

Kesadaran atau consciousnes berasal dari bahas latin conscio yang dibentuk dari kata cum yang berarti with (dengan) dan scio yang berarti know (tahu). Kesadaran mempunyai tiga arti pokok yaitu a) kesadaran sebagai kondisi bangun/terjaga, b) kesadaran sebagai pengalaman, c) kesadaran sebagai pikiran (Zeman dalam Dicky Hastjarjo, 2005; 80-81).

(29)

pendapat di atas dapat diketahui bahwa kesadaran terjadi dalam proses interaksi individu dengan lingkungannya dengan adanya kontol secara global. Individu paling sering berinteraksi dengan individu lain dibandingkan dengan dirinya sendiri. Seringnya interaksi dengan diri sendiri bisa menandakan bahwa individu tercebut mempunyai kesadaran diri yang baik.

Orang yang mempunyai kesadaran diri akan lebih memperhatikan dan memproses informasi tentang dirinya. Dia menjadi sadar dan kritis tentang jarak antara ideal diri dengan kenyataan diri. Serta memahami dirinya dan emosi-emosinya dan mampu mengetahui mood pada suatu momen tertentu (Faturochman, 2006: 27-28). Agar memiliki kesadaran diri yang baik perlu pembiasaan diri untuk berinteraksi dengan diri sendiri. Hal ini dikarenakan kesadaran hanyalah sebagian kecil dari seluruh kehidupan psikis. Di mana psikis berhubungan dengan jiwa dan minat. Individu yang mempunyai minat membiasakan berinteraksi dengan diri sendiri, secara psikis akan lebih siap dan bersemangat dalam bertindak.

(30)

 

demikian, kesadaran individu lebih kecil dibandingkan dengan ketidaksadaran.

Berdasarkan berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa kesadaran adalah kemampuan individu untuk membatasi dan mengontrol dirinya dengan lingkungan sekitar.

b. Bentuk-bentuk Kesadaran

Maramis (dalam Sunaryo, 2004: 77-78) mengatakan bentuk-bentuk kesadaran yaitu:

a. Kesadaran normal

Kesadaran normal merupakan suatu bentuk kesadaran yang ditandai individu sadar diri dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian dan orientasinya mencakup ruang, waktu, dan orang dalam keadaan baik.

b. Kesadaran menurun

Kesadaran menurun merupakan bentuk kesadaran yang berkurang secara menyeluruh, kemampuan persepsi, perhatian, dan pemikiran. Tingkatannya yaitu amnesia, apatis, somnolensi, sopor, subkoma, dan koma.

c. Kesadaran meninggi

(31)

d. Kesadaran waktu tidur

Kesadaran ini ditandai dengan menurunya kesadaran secara reversibel, biasanya disertai posisi berbaring dan tidak bergerak.

e. Kesadaran waktu disosiasi

Kesadaran ini ditandai dengan keadaan memisahkan sebagian tingkah laku atau kejadian diriniya secara psikologik dari kesadaran.

f. Hipnosis adalah kesadaran yang sengaja diubah melalui sugesti. Berdasarkan pendapat dapat diketahui bahwa bentuk-bentuk kesadaran meliputi kesadaran normal, meninggi, menurun, waktu tidur, waktu disosiasi, dan hipnosis.

c. Tingkat kesadaran

Freud (dalam Sunaryo, 2004: 81) berpendapat bahwa kesadaran dibagi dalam 3 tingkatan, yaitu:

1) Alam sadar

Kesadaran diperoleh melalui pengamatan (persepsi) baik yang berasal dari luar dirinya maupun dari dalam dirinya. Kesadaran merupakan fenome yang subjektif yang isinya hanya dapat dikomunikasikan melalui perilaku dan bahasa.

2) Alam prasadar atau bawah sadar

(32)

 

mencemaskan dan bertentangan dnegan realitas tidak keluar ke alam sadar

3) Alam tak sadar

Alam tak sadar merupakan sistem dinamis yang berisi berbagai ide dan afek yang ditekan atau didesak.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa terdapat tiga tingkat kesadaran, yaitu alam sadar, prasadar atau bawah sadar, dan tak sadar.

d. Fungsi Kesadaran

Baars dan McGoven (dalam Sunaryo, 2004: 251) menyatakan beberapa fungsi kesadaran yaitu:

1) Fungsi Konteks-setting yaitu sistem bekerja untuk mendefinifikan konteks dan pengetahuan mengenai stimulus yang datang ke dalam memori.

2) Fungsi adaptasi dan pembelajaran (adaptation and learning) yaitu fungsi mengendalikan bahwa keterlibatan sadar diperlukan untuk menangani informasi baru dengan akses.

3) Fungsi prioritisasi (prioritizing) dan fungsi akses kesadaran diperlukan untuk mengakses besarnya jumlah informasi yang tersedia di tingkat ketidaksadaran.

(33)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa kesadaran mempunyai fungsi konteks-setting, adaptasi dan pembelajaran, prioritisasi dan akses kesadaran, serta rekrutmen dan kontrol.

2. Bullying

a. Pengertian Bullying

Bullying adalah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat di sini tidak hanya kuat berarti kuat dalam ukuran fisik, tapi bisa juga kuat secara mental. Dalam hal ini sang korban bullying tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik dan atau mental (Yayasan Sejiwa Amini, 2008: 2).

Rigby (Ponny Retno Astuti, 2008: 3) yang menyatakan bahwa bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat untuk diperlihatkan ke dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan perasaan senang. Sesuai dengan Oxford English Dictionary (Ratri Sunar Astuti, 2009: 7) bahwa to bully adalah tindakan untuk menimbulkan rasa sakit atau menyakiti orang lain untuk kepentingan diri sendiri.

(34)

 

karena penyalahgunaan kekuasaan, sehingga orang tersebut tidak mampu mempertahankan dirinya.

b. Dampak Bullying

Perilaku bullying akan berdampak negatif bagi korban maupun pelaku bullying. Adapun dampak dari bullying yaitu:

1) Bagi korban

Hasil penelitian National Youth Violence Prevention Resource Center (Paresma, 2014: 20) membuktikan bahwa tindakan bullying dapat membuat remaja merasa ketakutan dan cemas, dapat mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah.

2) Bagi pelaku

(35)

alkohol dan obat, bunuh diri, dan penurunan perfomansi akademik. Sedangkan pelaku bullying tidak terlepas dari risiko, seperti penolakan dalam pergaulan, menjadi biang kerok, kecemasan, kesulitan akademik, dan melakukan perbuatan melanggar aturan lainnya.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak yang menjadi korban bullying akan merasa ketakutan dan cemas, dapat mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah, penarikan sosial, dan penurunan perfomansi akademik. Sedangkan dampak negatif bagi pelaku bullying yaitu tidak memiliki empati, akan menganggap dirinya paling kuat dan disukai, penolakan dalam pergaulan, menjadi biang kerok, kecemasan, kesulitan akademik, dan melanggar aturan.

c. Macam-macam Bullying

Olweus (Novan Ardy Wiyani, 2013: 13) mengklasifikasikan dua subtipe bullying, yaitu perilaku secara langsung dan perilaku tidak langsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Sullivan (Paresma, 2014: 4), bullying terbagi dalam dua bentuk yaitu secara fisik dan nonfisik.

1) Secara fisik contohnya memukul, menendang, meninju, menggigit, menarik, menjambak rambut, mencakar, meludahi maupun merusak barang milik korban.

(36)

 

a) Secara verbal contohnya mengancam, memeras, berkata-kata keji, dan memanggil-manggil dengan sebutan meledek, berkata-kata menekan, menggosip ataupun menyebarluaskan aib si korban.

b) Bullying non verbal contonya menunjuk-nunjuk atau menghantamkan benda-benda kepada korban, mengirimkan pesan penghasut, berlaku curang atau melakukan tindakan manipulasi secara sembunyi-sembunyi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan korban.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tindak bullying terbagi dalam dua macam, yaitu fisik dan non fisik.

d. Faktor Penyebab Bullying

Morrison, dkk (Paresma, 2014: 12) mengatakan bahwa tindak bullying disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

1) Perbedaan kelas/senioritas, ekonomi, agama, gender, dan etnisitas/rasisme.

2) Tradisi senioritas

3) Keluarga yang tidak rukun

4) Situasi sekolah yang tidak harmonis dan diskriminatif.

5) Adanya karakter individu atau kelompok seperti dendam iri, adanya semangat ingin menguasai korban untuk meningkatkan popularitas grupnya.

(37)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa peneliti setuju dengan faktor penyebab bullying menurut Morrison.

3. Kesadaran Anti-bullying

a. Pengertian Kesadaran Anti-bullying

Kesadaran anti-bullying berasal dari kata “kesadaran” dan “anti-bullying”. Kata “kesadaran” berarti kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca indranya) dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (Sunaryo, 2004: 27). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kesadaran terjadi dalam proses interaksi individu dengan lingkungannya. Individu paling sering berinteraksi dengan individu lain dibandingkan dengan dirinya sendiri. Seringnya interaksi dengan diri sendiri bisa menandakan bahwa individu tersebut mempunyai kesadaran diri yang baik.

(38)

 

Novan Ardy Wiyani, 2013: 12). Dengan demikian, bullying merupakan perbuatan negatif yang membuat orang lain tersakiti, baik fisik atau non fisik, sehingga tindak bullying perlu dihentikan.

Bullying dalam pandangan Islam termasuk perbuatan zalim. Zalim berasal dari bahas arab yaitu dholama yang berarti gelap. Zalim menggambarkan sifat kejam, jahat, tidak berperikemanusiaan, senang melihat orang lain sengsara, dan bentuk-bentuk perilaku tidak adil serta negatif lainnya (Paresma, 2014: 26). Berdasarkan pandangan Islam di atas, tindak bullying perlu dicegah maupun dihentikan karena dapat mengarah ke perilaku yang negatif. Upaya untuk mencegah dan melawan tindak bullying ini dinamakan anti bullying.

Berdasarkan berbagai pendapat Paresma dan Sunaryo, dapat disimpulkan bahwa kesadaran anti-bullying adalah kemampuan individu untuk memerangi tindak bullying (tindak kekerasan) fisik dan nonfisik yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

b. Upaya Kesadaran Anti-bullying

Kesadaran anti-bullying akan dimiliki individu, apabila individu tersebut mempunyai kesadaran diri yang baik. Kesadaran akan membantu seseorang dalam membedakan hal yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Adapun upaya kesadaran anti-bullying (Susanto, 2015:39-41) sebagai berikut: 1) Upaya dari diri sendiri untuk mencegah bullying, meliputi tidak

(39)

tidak berlebihan dalam bercanda dan mengekspresikan diri agar tidak mengganggu orang lain.

2) Saat diri sendiri menjadi korban bullying, meliputi tetap percaya diri dan hadapi tindakan bullying dengan baik, menyimpan bukti bullying yang bisa kamu laporkan kepada orang lain, berbicara dan melaporkan, serta berbaur dengan teman yang membuat lebih percaya diri dan berpikir positif.

3) Saat melihat aksi bullying, tindakan yang dilakukan meliputi tidak hanya diam saja tetapi mencoba melerai dan mendamaikan, mendukung korban bullying agar mengembalikan kepercayaam diri dan bertindak positif, berbicara kepada pelaku/ orang terdekat pelaku bullying untuk memberikan perhatian dan pengertian, serta melaporkan kepada pihak sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kesadaran anti-bullying dapat dilakukan sesuai teori Susanto yaitu melalui upaya dari diri sendiri untuk mencegah bullying, saat diri sendiri menjadi korban bullying, dan saat melihat aksi bullying.

C. Videotherapy

1. Pengertian Videotherapy

(40)

 

atau pskioterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengatasi tungkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup dan berkembang sebagai seorang individu. Contohnya, seorang terapis musik akan menggunakan musik dan motivasi untuk memfasilitasi proses terapi dalam membantu kliennya, begitu pula untuk terapis video.

Video merupakan gambar gerak yang disertai dengan unsur suara dan mampu ditayangkan dalam proses pembelajaran secara realistik (Hujair AH Sanaky, 2013: 58). Video digunakan sebagai media pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan bagi anak. Dalam pemutaran video menggunakan LCD yang akan dipasang di depan kelas sebagai fasilitas proses pembelajaran. Penggunaan media video sesuai dengan karakteristik perkembangan kognitif anak. Dimana anak belajar melalui media ajar yang disajikan secara audio visual sehingga lebih memberikan gambaran langsung yang lebih dalam dan menyentuh perasaan anak.

Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin (2012) berperndapat bahwa pengertian videotherapy sebagai berikut.

“Another variety of cinema or video therapy consists in actually producing a film. The underlying assumption is that the film-making process offers various artistic and organizational activities that resemble those used by therapists and which may provide useful and challenging psychological exercises. This variety of cinema therapy requires a film-making therapist and a patient.”

(41)

terapis dan klien, di mana video dibuat berdasarkan aktivitas sekelompok orang dan mengandung seni yang bermanfaat serta menantang jiwa dan pikiran.

2. Komponen Videotherapy

Videotherapy digunakan dalam terapi baik fisik atau mental. Terapi ini menggunakan video yang akan diputarkan kepada klien. Dalam pemutaran video dibutuhkan beberapa peralatan elektronik. Menurut Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin (2012), Videotherapy consists of helping a child to produce a video film, snapshot cameras, tape, CD and computers are used, along with traditional art therapy tools, such as storytelling, music, and painting. Pendapat di atas berarti bahwa videotherapy terdiri dari bantuan anak dalam memproduksi sebuah video film dengan menggunakan camera, tape, CD, komputer, dan peralatan gambar terapi. Hal ini diperjelas oleh Hecker Lorna (2012: 225) yang berpendapat There are some logistical concern for showing a video clip. The therapy facility must be requipped with a TV and VCR. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa dalam menayangkan video dibutuhkan sebuah TV dan VCR.

(42)

 

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa komponen videotherapy meliputi video, LCD, klien, dan buku. Peneliti sejalan dengan pendapat Hecker Lorna terkait komponen videotherapy.

3. Tahapan/Proses Pembuatan Videotherapy

Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin (2012) menyatakan terdapat lima tahapan pokok dalam proses pembuatan videotherapy, yaitu:

a. Text-writing (scenery preparation), in which the cild learns how to prepare a story board.

b. Directing, in which the cild directs others, maybe children or patients, parents, sibling, members of the medical staff.

c. Filming.

d. Editing, such as considering that the movie can be used as a therapeutic tool in the future.

e. Screening.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa tahapan membuat videotherapy dimulai dari membuat teks yang berisi jalan cerita kemudian arahan, pembuatan film, perbaikan, dan penayangan film. Namun dalam contoh penerapan terapi video, setelah dilakukan penayangan video, anak berdiskusi secara mandiri atau kelompok untuk memperbaiki pengetahuan anak dan mengambil nilai dalam video tersebut.

Sedangkan menurut Hecker Lorna (2012: 225-226), tahapan dalam videotherapy sebagai berikut:

a. Menonton video

(43)

c. Diberikan kesempatan untuk bertanya.

d. Terapis memberikan pemahaman dan berdiskusi tentang video tadi. Ketika membuat dan memilih sebuah film atau video juga memperhatikan beberapa hal. Cornet dan Cornet (dalam Hecker Lorna, 2012: 225) berpendapat bahwa “That the literature used in bibliotherapy should promote optimism, humor, abstract thinking, values clarification, empathy, and creative problem sivorce-related issues are stepmom. Pendapat tersebut menyarankan bahwa dalam video mengandung optimis, humor, berpikir abstrak, mengandung maksud, empati, dan kreatif.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, peneliti sejalan dengan pendapat Hecker Lorna yang menyatakan tahapan dalam videotherapy dimulai dari menonton video, menuliskan tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan di buku, diberikan kesempatan untuk bertanya, dan terapis memberikan pemahaman dan berdiskusi tentang video tadi.

4. Fungsi Videotherapy

Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin (2012) menyatakan bahwa fungsi videotherapy sebagai berikut:

a. It provides distraction, which helps to alleviate pain and anxiety. b. It provides catharsis by enabling the child to express his or her

innermost fears and problems by means of unconscious project and symbolic representations in the video plot and images.

(44)

 

Hecker Lorna (2012: 223) juga menyatakan bahwa:

“The video clips spark solutions by either suggesting appropriate behavior or creating an atmosphere where problems can be solved though dialogue. Additionally, the video clips may help clients see a problem that they were unable to face when looking directly at self and family”.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa videotherapy memiliki fungsi, yaitu membantu untuk mengurangi rasa sakit dan kecemasan, membantu mengekspresikan ketakutan dan masalah dalam plot video dan gambar, meningkatkan mood anak-anaknya dan kualitas pelayanan perawatan medis, dan melalui video klip dapat membantu klien melihat masalah yang mereka tidak mampu menghadapi ketika melihat langsung di diri dan keluarga.

D. Keefektifan Videotherapy dalam Menumbuhkan Kesadaran Anti-bullying Videotherapy merupakan suatu kegiatan terapi yang membutuhkan sebuah film/video terapis dan klien, di mana video dibuat berdasarkan aktivitas sekelompok orang dan mengandung seni yang bermanfaat serta menantang jiwa dan pikiran (Shulamith Kreitler, Myriam Weyl Ben-Arush, dan Adres Martin, 2012). Videotherapy menyajikan video terkait kesadaran anti-bullying dengan bantuan LCD dan terapis. Di mana klien menonton video dan mencari tahu maksud isi video tersebut.

(45)

secara audio visual sehingga lebih memberikan gambaran langsung yang lebih dalam dan menyentuh perasaan anak. Perasaan anak akan tersentuh jika anak diposisikan sebagai pelaku bullying.

Videotherapy dapat memberikan kesempatan anak untuk belajar memahami apa itu perilaku bullying dan anti-bullying, bentuk-bentuk bullying, akibat bullying, dan contoh upaya kesadaran anti bullying. Dengan kata lain, videotherapy mengandung pengetahuan dan nilai-nilai edukasi agar anak sadar bahwa tindakan bullying harus diperangi atau dihentikan. Bagi anak yang sudah terbiasa melakukan bullying, videotherapy ini membantu anak untuk menyadarkan bahwa tindak bullying yang telah dilakukan adalah tidak baik. Alasan dasarnya, terapi adalah usaha untuk memulihkan dari suatu penyakit.

“Video therapy is a tool which harnesses the best of technology to enhance the process and progress of psychotherapy”. Video therapy consists of taping and viewing psychotherapy sessions to provide vivid, real-life, present-moment feedback to clients to help them understand

feelings and dimensions of themselves otherwise hard to access.

Videotherapy adalah sebuah teknologi terbaik dalam proses dan kemajuan dari psikoterapi. Video memiliki kelebihan mem-feedback kembali perasaan, emosi dan masalah yang dihadapi klien melalui penayangan video. Video efektif membantu mengatasi masalah klien yang dihadapi melalui penayangan video yang sesuai dengan masalah klien (Mustafa, 2011).

(46)

 

videotherapy sangat membantu menyelesaikan masalah bullying dengan memberikan langsung pengertian, bentuk, dampak, dan upaya kesadaran anti-bullying melalui penayangan video.

E. Bibliotherapy

1. Pengertian Bibliotherapy

Bibliotherapy sering disebut juga terapi membaca adalah sebuah teknik layanan bimbingan konseling yang berbasis bacaan yang berbentuk print out maupun digital untuk menyelesaikan permasalahan individual dalam kehidupan bermasyarakat (Asep Solikin, 2015).

Eva Imania Eliasa (2015: 1), bibliotherapy merupakan sebuah terapi ekspresif yang didalamnya terdapat hubungan individu dengan isi atau intisari buku, puisi dan tulisan lain sebagai sebuah terapi.

2. Tahapan Bibliotherapy

Bibliotherapy sering disebut juga terapi membaca yang didalam prosesnya seseorang yang mengalami masalah diminta membaca buku-buku yang bersifat membantu dirinya dan memotivasi agar mempercepat proses penyembuhan. Dilanjutkan dengan diskusi sesuai dengan topik masalah (Asep Solikin, 2015).

(47)

memungkinkan anak dapat memmanfaatkan buku untuk memahami pengalamannya dan mengeskspresikan perasaan melalui membaca dan menulis untuk meningkatkan pemahamannya.

F. Penelitian yang Relevan

Penelitian Citra Devi Nurrochimawati (2016) dalam skripsi yang berjudul Implementasi Program Anti-bullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi dan mengetahui kendala-kendala dalam implementasi program anti-bullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program anti-bullying di SD Tumbuh 2 Yogyakarta dilaksanakan dalam berbagai aktivitas, yaitu poster, pembentukan dewan pengawas, pertemuan dan pelatihan untuk keluarga, penggunaan kurikulum yang dilaksanakan ke dalam berbagai kegiatan dan pembiasaan bagi siswa, perbaikan lingkungan dengan penempelan kata dan kalimat positif di area sekolah, dan circle time.

Penelitian di atas relevan dengan peneliti, karena sama-sama tentang anti-bullying. Namun dalam menelitian ini, peneliti menggunakan videotherapy dan bibliotherapy dalam menumbuhkan kesadaran anti-bullying.

(48)

 

VIII D melalui bermain peran (role playing). Hasil penelitian ini adalah role playing dapat mengurangi perilaku bullying, terbukti adanya penurunan perilaku bullying pada pelaku bullying mengalami penurunan sebesar 25,3 %, pada korban bullying mengalami penurunan sebesar 22,7% dan saksi bullying mengalami penurunan sebesar 29,9%.

Penelitian di atas, dirujuk oleh peneliti karena berkaitan dengan perilaku bullying. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, terkait perilaku bullying yang digunakan untuk menentukan pelaku bullying.

G. Kerangka Berpikir

Kesadaran anti-bullying adalah kemampuan memerangi tindak bullying melalui upaya dari diri sendiri untuk mencegah bullying, saat diri sendiri menjadi korban bullying, dan saat melihat aksi bullying baik fisik dan nonfisik (Susanto, 2015:39-41).

(49)

kesulitan akademik, dan melanggar aturan. Berdasarkan dampak negatif yang ditimbulkan dari bullying, maka upaya kesadaran anti bullying penting untuk dimiliki setiap individu.

Salah satu upaya kesadaran anti bullying yaitu melalui videotherapy. Videotherapy merupakan suatu kegiatan terapi yang membutuhkan sebuah film/video terapis dan klien, di mana video dibuat berdasarkan aktivitas sekelompok orang dan mengandung seni yang bermanfaat serta menantang jiwa dan pikiran. Videotherapy terdiri atas komponen video, LCD, klien, dan buku.

Hecker Lorna (2012: 225-226) menyatakan bahwa tahapan dalam videotherapy dimulai dari menonton video terkait apa itu perilaku bullying dan anti-bullying, bentuk-bentuk bullying, akibat bullying, dan contoh upaya kesadaran anti bullying. Kemudian menuliskan tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan di buku, diberikan kesempatan untuk bertanya, dan terapis memberikan pemahaman dan berdiskusi tentang video tadi.

(50)

 

Videotherapy digunakan dengan harapan lebih efektif mempengaruhi kesadaran anti-bullying siswa, sehingga efeknya diharapkan siswa semakin besar memiliki kesadaran anti bullying. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan eksperimen pada suatu kelompok. Kelompok eksperimen akan diberikan pretest dan posttest yang kemudian hasilnya akan dibandingkan.

[image:50.612.149.470.285.585.2]

Guna memperoleh gambaran yang lebih singkat mengenai konsep kerangka pikir dalam penelitian ini, maka dapat disajikan melalui bgan berikut ini.

Gambar 2: Peta Konsep Kerangka Pikir Penelitian. Masalah : kurangnya kesadaran antibullying yang ditunjukkan dengan merebaknya aksi bullying fisik dan non fisik

Videotherapy Bibliotherapy

(51)

H. Pengajuan Hipotesis

(52)

  BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian ekperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2013: 107). Penelitian eksperimen terdiri dari berbagai macam, yaitu pre-experimental, true experimental, factorial experimental, dan quasi experimental. Penelitian ini termasuk dalam penelitian pre-experimental dengan bentuk intact-group comparison. Intact-group comparison merupakan penelitian di mana satu kelompok yang digunakan untuk penelitian dibagi dua, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain penelitian dapat digambarkan seperti berikut:

X1 X2

Gambar 3: Bagan Desain penelitian. Keterangan:

= hasil pengukuran pretest kelompok eksperimen = hasil pengukuran pretest kelompok kontrol = hasil pengukuran postest kelompok eksperimen = hasil pengukuran postest kelompok kontrol

(53)

B. Prosedur Penelitian 1. Tahap Praeksperimen

Tahap ini peneliti menentukan subjek yang akan digunakan untuk penelitian. Dalam penentuan subjek ini, peneliti menggunakan skala perilaku bullying untuk mengetahui apakah subjek tersebut melakukan tindak bullying atau tidak. Pemberian skala dilakukan karena penelitian berkaitan dengan kesadaran anti-bullying, sehingga subjek yang digunakan hanya siswa yang terindikasi sebagai pelaku bullying.

Tahap ini subjek penelitian diberi tes awal (pretest) berupa skala kesadaran anti-bullying. Tujuan dari pretest adalah untuk mengetahui keadaan awal subjek. Selain itu, hasil skor pretest digunakan untuk membagi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pembagian kelompok ini bertujuan untuk mendapatkan kelompok yang homogen. Homogenitas kelompok dilihat dari rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sama atau mendekati sama.

2. Tahap Eksperimen

(54)

  a. Kelompok eksperimen

Pada kelompok eksperimen diberi perlakuan menggunakan videotherapy. Adapun tahapan dari videotherapy yaitu 1) siswa menonton video terkait apa itu perilaku bullying dan anti-bullying, bentuk-bentuk bullying, akibat bullying, dan contoh upaya kesadaran anti bullying; 2) siswa menuliskan tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan di buku; 3) siswa diberikan kesempatan untuk bertanya; 4) terapis memberikan pemahaman; 5) siswa berdiskusi tentang video tadi.

b. Kelompok kontrol

Pada kelompok kontrol diberi perlakuan bibliotherapy. Adapun langkah pelaksanaannya yaitu 1) siswa membaca rangkuman terkait apa itu perilaku bullying dan anti-bullying, bentuk-bentuk bullying, akibat bullying, dan contoh upaya kesadaran anti bullying; 2) siswa berdiskusi terkait isi bacaan.

3. Tahap Pascaeksperimen

(55)

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Rincian variabel penelitian dalam penelitian ini dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut:

1. Kesadaran anti-bullying

Kesadaran anti-bullying adalah kemampuan memerangi tindak bullying melalui upaya dari diri sendiri untuk mencegah bullying, saat diri sendiri menjadi korban bullying, dan saat melihat aksi bullying baik fisik dan nonfisik.

2. Videotherapy

Videotherapy merupakan kegiatan pemberian terapi kepada klien dengan bantuan sebuah film/video terapis, dan LCD. Adapun langkahnya yaitu menonton video, menuliskan tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan di buku, diberikan kesempatan untuk bertanya, dan terapis memberikan pemahaman dan berdiskusi tentang video. Video berisi terkait apa itu perilaku bullying dan anti-bullying, bentuk-bentuk bullying, akibat bullying, dan contoh upaya kesadaran anti-bullying.

3. Bibliotherapy

(56)

  D. Variabel Penelitian

Menurut Purwanto (2012: 45), variabel adalah gejala yang dipersoalkan. Gejala mempunyai sifat membedakan satu unsur populasi dengan unsur yang lain, sehingga variabel harus mempunyai nilai yang bervariasi. Pendapat ini sejalan dengan Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2013: 60) yang menyatakan bahwa variabel sebagai atribut seseorang, atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain..

Berdasarkan pengertian variabel pengertian di atas, maka seharusnya variabel memiliki nilai variasi, objektif, terukur, daan selalu terbuka untuk diuji. Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu: 1. Variabel bebas (variabel independen)

Menurut Sugiyono (2013: 61), variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan videotherapy.

2. Variabel terikat (variabel dependen)

(57)

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Menurut Purwanto (2012: 219), tempat dan waktu penelitian merupakan wilayah geografis dan kronologis keberadaan populasi penelitian. Tempat dan waktu penelitian ditentukan untk mengetahui batas pemberlakuan generalisasi populasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kepek Pengasih, Kulon Progo. Pelaksanaan penelitian diawali dengan penyusunan proposal untuk mendapatkan izin dari pihak berwenang tempat pelaksanaan penelitian, yaitu Kepala Sekolah SDN Kepek Pengasih. Penelitian dilaksanakan pada Januari-Mei 2016.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah 28 siswa kelas V SDN Kepek Pengasih yang terindikasi pelaku bullying berdasarkan hasil skala perilaku bullying yang dibagikan pada tahap awal penelitian dengan rujukan Ahmad N (2008). Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel karena semua anggota populasi digunakan dalam penelitian ini.

G. Teknik Pengumpulan Data

(58)

 

untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian. Sementara itu, Sugiyono (2013: 193) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan), dan gabungan ketiganya.

Dalam penelitian ini, dalam pengumpulan data peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013: 134). Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan skala untuk mengetahui tingkat kesadaran anti-bullying pada siswa kelas V. Skala dibagikan sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) dilakukan videotherapy.

H. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 148), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Sementara, Purwanto (2012: 9) berpendapat bahwa instrumen penelitian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data.

(59)
[image:59.612.129.564.99.469.2]

Tabel 1. Kisi-kisi skala Kesadaran Anti-bullying

No Indikator kesadaran

anti-bullying

Sub indikator Butir soal Jumlah Butir

1. Upaya dari diri sendiri untuk

mencegah bullying

a. Tidak mengejek orang lain

sesukanya

1, 2, 3, 4, 5, 6 6

b. Tidak mempunyai kebiasaan

buruk untuk kesenangan pribadi

7, 8, 9, 10, 11

5

c. Tidak berlebihan dalam bercanda

dan mengekspresikan diri agar tidak mengganggu orang lain

12, 13, 14, 15, 16

5

2. Saat melihat aksi bullying a. Tidak hanya diam saja tetapi

mencoba melerai dan mendamaikan

17, 18, 19 3

b. Mendukung korban bullying agar

mengembalikan kepercayaam diri dan bertindak positif

20, 21, 22 3

c. Berbicara kepada pelaku/ orang

terdekat pelaku bullying untuk

memberikan perhatian dan pengertian

23, 24, 25 3

d. Melaporkan kepada pihak

sekolah

26, 27, 28 3

3. Saat diri sendiri menjadi

korban bullying

a. Tetap percaya diri dan hadapi

tindakan bullying dengan baik

29, 30, 31 3

b. Menyimpan bukti bullying yang

bisa kamu laporkan kepada orang lain

32, 33, 34 3

c. Berbicara dan melaporkan 35, 36, 37 3

d. Berbaur dengan teman yang

membuat lebih percaya diri dan berpikir positif

38, 39, 40 3

Skala untuk mengungkapkan variabel kesadaran anti-bullying ini terdapat empat pilihan, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Adapun penentuan skor untuk masing-masing jawaban dari semua pernyataan Favorable, (pernyataan positif adalah pernyataan yang mendukung variable) adalah sebagai berikut.

(60)

  b. Pilihan b (setuju) bernilai 4 c. Pilihan c (ragu-ragu) bernilai 3 d. Pilihan d (tidak setuju) bernilai 2

e. Pilihan e (sangat tidak setuju) bernilai 1.

I. Analisis Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas Instrumen

Menurut Surapranata (2006: 50), validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen yang valid adalah instrumen yang mengukur dengan tepat keadaan yang ingin diukur (Purwanto, 2012: 124). Penelitian ini menggunakan uji validitas konstrak (construct validity).

Sugiyono (2013: 177) berpendapat bahwa uji validitas konstrak dimulai dengan membuat instrumen yang dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (judgment expert). Berdasarkan pendapat di atas, peneliti membuat instrumen tentang kesadaran anti-bullying berdasarkan teori Hecker Lorna, kemudian dikonsultasikan kepada ahli (judgment expert), yaitu Dosen Pembimbing Skripsi.

(61)

Serang Pengasih. Peneliti memilih SDN Serang Pengasih sebagai tempat uji coba instrumen karena letak SDN Serang berdekatan dengan SDN Kepek.

Data hasil uji coba instrumen akan dihitung validitasnya menggunakan SPSS for windows 15. Dalam SPSS, alat uji validitas yang banyak digunakan yaitu dengan korelasi Pearson yaitu mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total item. Setiap butir instrumen yang dinyatakan valid akan digunakan sebagai instrumen. Sedangkan setiap butir instrumen yang dinyatakan tidak valid akan dihilangkan.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Surapranata (2006: 49) berpendapat bahwa reliabilitas berkaitan dengan sejauh mana tes yang diberikan ajeg dari waktu ke waktu. Artinya, reliabilitas berkaitan dengan keajegan suatu tes. Keajegan suatu tes apabila dari waktu ke waktu menghasilkan skor yang sama atau relatif sama.

(62)

 

reliabilitas Alpha Cronbach dihitung menggunakan SPSS 15,0 dengan hasil perhitungan adalah 0,884 sehingga reliabel.

J. Teknik Analisis Data

Surapranata (2006: 10-11) mangatakan salah satu tujuan dilakukan analisis adalah untuk meningkatkan kualitas soal, yaitu apakah suatu soal (1) dapat diterima karena telah didukung oleh data statistik yang memadai. (2) diperbaiki, karena terbukti terdapat beberapa kelemahan, atau bahkan (3) tidak digunakan sama sekali karena terbukti secara empiris tidak berfungsi sama sekali.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013: 207-208).

(63)

a. Kategori tinggi = skor ≥ (M + 1SD)

b. Kategori sedang = skor di antara ( M-1SD) sampai (M+1SD) c. Kategori rendah = skor ≤ (M-1SD)

Keterangan: M = Mean SD = Standar Deviasi Sedangkan rumus mean sendiri adalah sebagai berikut: Rumus mean:

Mean =

(64)

  BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penggunaan videotherapy dalam menumbuhkan kesadaran anti-bullying siswa kelas V SDN Kepek. Hasil penelitian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan sebagai berikut.

1. Deskripsi Data

Data dalam penelitian ini meliputi data skor pretest dan skor postest dari angket kesadaran anti-bullying. Data skor pretest secara keseluruhan yang belum digolongkan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa dilihat dalam lampiran 3a.

a. Data skor pretest kesadaran anti-bullying kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

(65)
[image:65.612.195.444.106.330.2]

Tabel 2. Skor Pretest Kelompok Eksperimen. KELOMPOK EKSPERIMEN HASIL PRETEST

[image:65.612.129.506.364.421.2]

S1 132 S2 128 S3 127 S4 121 S5 119 S6 117 S7 117 S8 114 S9 114 S10 108 S11 107 S12 103 S13 102 S14 88

Tabel 3. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest KE 14 88 132 114,07 11,790

Valid N

(listwise) 14

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil pretest kelompok eksperimen diperoleh skor tertinggi adalah 132, sedangkan skor terendah 88. Rata-rata skor pretest kelompok eksperimen adalah 114,07 dibulatkan menjadi 114. Melalui SPSS 15.0 diketahui standar deviasi 11,790 dibulatkan menjadi 12. Dengan demikian dapat dikategorikan sebagai berikut:

(66)

 

[image:66.612.171.562.156.243.2]

Distribusi frekuensi skor pretest dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen.

Nilai Frekuensi Presentase Kategori

≥ 126 3 21,43% Tinggi

102-126 9 64,29% Sedang

≤ 102 2 14,29% Rendah

Jumlah 14 100%

Berdasarkan tabel 4, dapat diketahui bahwa skor kesadaran anti-bullying kategori tinggi sebanyak 3 siswa, kategori di sedang sebanyak 9 siswa dan kategori rendah sebanyak 2 siswa. Ini berarti siswa masih memiliki kesadaran anti-bullying yang sedang. Berikut ini diagram batang berdasarkan tabel di atas.

Gambar 4. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Ekperimen

Sementara itu, kelompok kontrol merupakan kelompok yang menggunakan bibliotherapy. Sebelum kelompok kontrol diberi perlakuan, terlebih dahulu diberikan pretest kesadaran anti-bullying

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00%

[image:66.612.172.537.398.548.2]
(67)
[image:67.612.205.434.203.486.2]

berupa skala yang terdiri dari 34 butir soal dengan subjek sebanyak 14 siswa. Pretest kelompok kontrol dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 4 Mei 2016. Dari hasil pretest kelompok kontrol diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 5. Skor Pretest Kelompok Kontrol. KELOMPOK KONTROL HASIL PRETEST

S1 136

S2 131

S3 125

S4 123

S5 117

S6 117

S7 116

S8 115

S9 110

S10 110

S11 106

S12 105

S13 98

S14 90

Tabel 6. Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest Kk 14 90 136 114,21 12,423

Valid N

(listwise) 14

[image:67.612.140.502.517.575.2]
(68)

 

12,423 dibulatkan menjadi 12. Dengan demikian dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Kategori tinggi = skor ≥ 126 2) Kategori sedang = antara 102 – 126 3) Kategori rendah = skor ≤ 102

Distribusi frekuensi skor pretest dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol.

Nilai Frekuensi Presentase Kategori

≥ 126 2 14,29% Tinggi

102-126 10 71,43% Sedang

≤ 102 2 14,29% Rendah

Jumlah 14 100%

(69)
[image:69.612.170.510.92.321.2]

Gambar 5. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol.

b. Data Skor Postest Kesadaran Anti-bullying Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pemberian postest kesadaran anti-bullying pada kelompok eksperimen dimaksudkan untuk melihat hasil pencapaian videotherapy. Postest kesadaran anti-bullying berupa skala yang terdiri dari 34 butir soal dengan subjek sebanyak 14 siswa. Postest kelompok ekesperimen dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 9 Mei 2016. Dari hasil postest kelompok eksperimen diperoleh data sebagai berikut

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00%

(70)
[image:70.612.194.443.108.383.2]

 

Tabel 8. Skor Postest Kelompok Eksperimen. KELOMPOK EKSPERIMEN HASIL POSTEST

S1 142

S2 127

S3 130

S4 128

S5 120

S6 124

S7 127

S8 125

S9 121

S10 110

S11 124

S12 122

S13 122

S14 151

Tabel 9. Deskripsi Data Postest Kelompok Eksperimen

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Postest KE 14 110 151 126,64 9,826

Valid N

(listwise) 14

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil postest kelompok eksperimen diperoleh skor tertinggi adalah 151, sedangkan skor terendah 110. Rata-rata skor postest kelompok eksperimen adalah 126,64 dibulatkan menjadi 127. Melalui SPSS 15.0 diketahui standar deviasi 9,826 dibulatkan menjadi 10. Dengan demikian dapat dikategorikan sebagai berikut:

(71)

2) Kategori sedang = antara 117 – 137 3) Kategori rendah = skor ≤ 117

[image:71.612.169.564.207.294.2]

Distribusi frekuensi skor postest dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok Eksperimen.

Nilai Frekuensi Presentase Kategori

≥ 137 2 14,29% Tinggi

117-137 11 78,57% Sedang

≤ 117 1 7,14% Rendah

Jumlah 14 100%

Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa skor kesadaran anti-bullying kategori tinggi sebanyak 2 siswa, kategori di sedang sebanyak 11 siswa dan kategori rendah sebanyak 1 siswa. Ini berarti siswa memiliki kesadaran anti-bullying yang sedang/cukup baik. Berikut ini diagram batang berdasarkan tabel di atas.

Gambar 6. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok Ekperimen

Sementara itu, pemberian postest pada kelompok kontrol 0.00%

20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

[image:71.612.174.486.445.563.2]
(72)

 

[image:72.612.188.447.195.508.2]

bibliotherapy. Postest kesadaran anti-bullying berupa skala yang terdiri dari 34 butir soal dengan subjek sebanyak 14 siswa. Postest kelompok kontrol dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 9 Mei 2016. Dari hasil pretest kelompok eksperimen diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 11. Skor Postest Kelompok Kontrol. KELOMPOK KONTROL HASIL POSTEST

S1 145

S2 150

S3 121

S4 138

S5 136

S6 120

S7 117

S8 120

S9 119

S10 112

S11 125

S12 120

S13 100

[image:72.612.205.437.204.485.2]

S14 134

Tabel 12. Deskripsi Data Postest Kelompok Kontrol.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Postest KK 14 100 150 125,50 13,523

Valid N

(listwise) 14

(73)

dibulatkan menjadi 126. Melalui SPSS 15.0 diketahui standar deviasi 13,523 dibulatkan menjadi 14. Dengan demikian dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Kategori tinggi = skor ≥ 140 2) Kategori sedang = antara 112 – 140 3) Kategori rendah = skor ≤ 112

Distribusi frekuensi skor postest dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok Kontrol.

Nilai Frekuensi Presentase Kategori

≥ 140 2 14,29% Tinggi

112-140 10 71,43% Sedang

≤ 112 2 14,29% Rendah

Jumlah 14 100%

(74)
[image:74.612.172.516.91.214.2]

 

Gambar 7. Diagram Batang Distribusi Frekuensi Hasil Postest Kelompok Kontrol.

c. Perbandingan Data Skor Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Hasil skor pretest dan postest pada penelitian ini, akan disajikan dalam tabel sehingga mempermudah dalam membandingkan nilai dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun tabel skor pretest dan postest sebagai berikut.

Tabel 14. Data Skor Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Skor Pretest KE Skor Postest KE Skor Pretest KK Skor Postest KK

132 136 142 145 128 131 127 150 127 125 130 121 121 123 128 138 119 117 120 136 117 117 124 120 117 116 127 117 114 115 125 120 114 110 121 119 108 110 110 112 107 106 124 125 103 105 122 120

117 120 114 121

127 130 121 128

0 0.2 0.4 0.6 0.8

[image:74.612.172.530.436.658.2]
(75)
[image:75.612.157.518.118.214.2]

Tabel 15. Perbandingan Data Skor Pretest dan Postest Kelompok Eksperimen dan Kontrol.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pretest KE 14 88 132 114,07 11,790

Pretest Kk 14 90 136 114,21 12,423

Postest KE 14 110 151 126,64 9,826

Postest KK 14 100 150 125,50 13,523

Valid N

(listwise) 14

Berdasarkan tabel di atas, dapat dibandingkan skor pretest dan postest kesadaran anti-bullying antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Skor tertinggi pada saat pretest pada kelompok eksperimen adalah 132 dan skor terendah adalah 88. Skor tertinngi yang dicapai siswa pada saat postest kelompok eksperimen meningkat menjadi 151 dan skor terendah juga meningkat menjadi 110. Pada kelompok kontrol skor tertinggi pada saat dilakukan pretest adalah 136 dan skor terendah 90. Sementara itu, pada saat dilakukan postest kelompok kontrol skor tertinggi siswa meningkat menjadi 150 dan skor terendah juga meningkat menjadi 100.

(76)

 

Hal ini juga menunjukkan adanya penigkatan antara skor yang dicapai pada saat pretest dan postest pada kelompok kontrol.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Penelitian ini menggunakan uji validitas konstrak (construct validity) dengan expert judgement dan program SPSS 15.0. Dalam SPSS, alat uji validitas yang banyak digunakan yaitu dengan korelasi Pearson yaitu mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total item. Setiap butir instrumen yang dinyatakan valid akan digunakan sebagai instrumen. Sedangkan setiap butir instrumen yang dinyatakan tidak valid akan dihilangkan. Butir item valid, biasanya syarat minimum kalau r = 0,3 atau korelasi antara butir dengan skor total dikatakan valid jika r ≥ 0.3 (Sugiyono, 2013: 188). Adapun hasil perhitungan validitas butir skor berdasarkan SPSS 15.0 dapat dilihat dilampiran 4a.

(77)
[image:77.612.128.497.113.603.2]

Tabel 16. Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Skala Kesadaran Anti-Bullying.

No Indikator kesadaran

anti-bullying

Sub indikator Butir

soal awal Butir soal tidak valid Butir soal akhir Jumlah butir

1. Upaya dari diri

sendiri untuk mencegah

bullying

a. Tidak mengejek orang

lain sesukanya

1, 2, 3, 4, 5, 6

- 1, 2, 3,

4, 5, 6 6

b. Tidak m

Gambar

Gambar 1. Bagan Nilai Efektivitas.
Gambar 2: Peta Konsep Kerangka Pikir Penelitian.
Tabel 1. Kisi-kisi skala Kesadaran Anti-bullying
Tabel 3. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen.
+7

Referensi

Dokumen terkait