EFEKTIVITAS KURIKULUM
LEMBAGA PENGAJARAN TATA BUSANA
SUSAN BUDIHARDJO
Studi Kasus Pada Lembaga Pengajaran Tata Busana
Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung
periode Februari 2001- Agustus 2001
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pengembangan Kurikulum
4fc
Oleh:
S.KARTIKAWATI
999697
JURUSAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNGDISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing
Prof. DR. H Said Hamid Hasan. M.A.
NIP. 130321114
Pembimbing II
ABSTRAK
Efektivitas Kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo, studi kasus di Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPPARIYANTI - Bandung periode Februari- Agustus 2001.
Berkembangnya dunia mode membutuhkan tenaga-tenaga teriatih dan professional, tuntutan ini mendorong beberapa perancang busana menyelenggarakan pelatihan untuk membantu memberikan pengarahan dan
pendidikan kepada mereka yang berbakat. Salah satunya adalah Susan
Budihardjo. la mulai merintis Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo di Jakarta ketika menjabat sebagai Ketua Bidang Pendidikan dalam Susunan Dewan Pengurus IPMI/IFDC periode 1993-1996. Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo ini telah membuka cabangnya di Semarang, Surabaya, dan Bali lebih dahulu kemudian di Bandung pada tahun 1998 bekerjasama dengan LPP ARIYANTI. Permasalahannya adalah "Apakah kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung periode Februari - Agustus 2001 ini mampu mengakomodasi kemampuan dan kemajuan belajar siswanya dalam mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan?" Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian evaluatif dengan menggunakan metode deskriptif analitik. Landasan teori yang digunakan adalah teori-teori mengenai: kurikulum, pendidikan Home Economics, belajar orang dewasa, mengajar orang dewasa, desain busana, menjahit busana, dan evaluasi kurikulum pendidikan luar sekolah. Hasil temuan menunjukkan bahwa rencana pendidikan dan
pelatihan ini disusun tidak didasarkan pada suatu analisis deskripsi pekerjaan yang jelas serta analisis kemampuan dan kebutuhan siswa. Hal ini mengakibatkan efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung periode
Februari - Agustus 2001 sangat rendah, artinya kurikulum ini tidak mampu
mengakomodasi kemampuan dan kemajuan belajar siswanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Temuan hasil
penelitian ini juga memperlihatkan eratnya hubungan antara: (1) Tujuan dan minat belajar siswa dengan hasil belajarnya; (2) Respon siswa terhadap rencana guru; (3) Persiapan mengajar guru dengan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo di LPP ARIYANTI - Bandung untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas rencana dan proses kegiatan belajar mengajarnya. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh lembaga UPI ketika dalam mengembangkan kurikulum keguruan bagi guru-guru atau
pelatih yang berkecimpung di bidang pendidikan dan pelatihan dalam
DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTARBAGAN x
BABI PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
.12. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 4
1 3 Pertanyaan Penelitian 6
1 4 Defmisi Operasional 7
1 5 Tujuari Penelitian 10
1.6. Manfaat Penelitian 11
BABII KAJIANTEORI 13
2.1. Konsep Kurikulum 13
2.1.1. Pengertian Kurikulum 13
2.1.2. Komponen Kurikulum 17
2.2. Faktor-faktor yang Harus Diperhatikan dalam
Organisasi Kurikulum 34
2.3. Kurikulum Tata Busana 36
2.3.1. Konsep Tata Busana 37
2.3.2. Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan Tata
Busana Tingkat Dasar 39
2.4. Pelaksana Kurikulum 49
2.4.1.. Kemampuan Guru Mengajar 49 2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil
Belajar Siswa 52
2.5. Pentingnya Evaluasi Kurikulum 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 59
3.1. Metode Penelitian 59
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 60
3.3. Teknik Pengumpulan Data 60
3.4. Instrumen Penelitian 61
3.5. Prosedur Penelitian 61
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian
62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64
4.1. Temuan-temuan Penelitian 64
4.1.1. Rencana Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI -Bandung periode Februari - Agustus 2001
65
4.1.2. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung periode Februari
-Agustus2001 81
4.1.3. Hasil Pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI -Bandung periode Februari - Agustus
2001 104
4.1.4. Faktor-faktor Penghambat yang Mempengaruhi Efektivitas Kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung periode Februari
-Agustus2001 109
4.2. Pembahasan 112
4.2.1. Rencana Pendidikan dan Pelatihan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI
-Bandung 112
4.2.2. Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Rencana Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP
ARIYANTI - Bandung 123
BAB V KESIMPULAN DAN IMPUKASI 125
5.1. Kesimpulan 125
5.2. Rekomendasi 129
DAFTAR PUSTAKA 131
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
I. ALAT PENGUMPUL DATA 135
II. DATA PENELITIAN 136
DAFTAR TABEL
Tabel
4.1. Topik-topik Mata Pelajaran "Pengetahuan Teknik Pola" 66
4.2 Topik-topik Mata Pelajaran "Pengetahuan Teknik Jahit" 69
4.3. Topik-topik Mata Pelajaran "Gambar Anatomi" 72
4.4. Topik-topik Mata Pelajaran "Desain" 74
4.5. Hasil Belajar Yang Diharapkan 76
4.6. Alat dan Fasilitas Belajar Mengajar 78
4.7. Usia dan Latar Belakang Pendidikan Siswa 82
4.8. Jumlah dan Persentase Latar belakang Pendidikan Siswa 83
4.9. Jumlah dan Persentase Usia Siswa 84
4.10. Pengalaman Siswa 85
4.11. Jumlah dan Persentase Pengalaman Siswa 86
4.12. Tujuan dan Minat Siswa 87
4.13. Jumlah dan Persentase Tujuan Siswa Belajar, 89
4.14. Jumlah dan Persentase Minat Belajar Siswa 89
4.15. Kehadiran Siswa 90
4.16. Jumlah dan Persentase Kehadiran Siswa 92
4.17. Cara Belajar Siswa 93
4.18. Jumlah dan Persentase Cara Belajar Siswa 94
4.19. Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Guru 95
Tabel
4.20. Waktu Pelaksanaan PBM 97
4.21. Hasil Belajar Siswa Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung
periode Februari - Agustus 2001 106
4.22. Jumlah dan Persentase Hasil Belajar Siswa untuk Setiap Mata
Pelajaran 108
[image:9.595.149.442.281.610.2]DAFTAR BAGAN
Bag an
2.1. Kerangka Pemikiran dalam Menyusun Kurikulum Lembaga
Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo di LPP ARIYANTI
-Bandung 47
2.2. Model Manajemen Pelatihan 48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya dunia mode di Indonesia akhir-akhir ini membutuhkan
tenaga-tenaga ahli, baik sebagai penjahit profesional, perancang busana
maupun sebagai pengamat mode. Tenaga-tenaga professional tersebut dapat
dihasilkan oleh jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah
yang khusus mempelajari bidang ini. Terkadang minat dan bakat seseorang
pada bidang mode muncul setelah la menyelesaikan pendidikan melalui jalur
pendidikan sekolah yang kurang sesuai dengan minatnya seinng dengan
berjalannya waktu Ketika ia menyadannya. ia tidak dapat mengulangnya
kembali melalui jalur pendidikan sekolah yang khusus mempelajari bidang
mode maka jalur pendidikan luar sekolah menjadi alternatif baginya untuk
menyalurkan minat dan mengembangkan bakatnya.
Pelatihan atau kursus-kursus tata busana yang diselenggarakan oleh
tenaga-tenaga trampil dan professional merupakan jalur pendidikan luar
sekolah yang cukup digemari oleh sebagian besar masyarakat kita. Hal ini
disebabkan sistem pembelajarannya yang kurang atau tidak formal, waktunya
relatif singkat dan materi pelajarannya spesifik. Pada umumnya tujuan
Kelompok kedua, adalah mereka yang menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang akan diperolehnyanya selain untuk memenuhi
kebutuhannya dan keluarganya juga agar dapat bekerja di perusahaan garmen. Kelompok ketiga, adalah mereka yang menggunakan pengetahuan
dan keterampilannya selain untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya
juga sebagai modal menjadi wirausaha. Kelompok keempat, adalah mereka yang ingin melakukan studi banding atau menambah pengetahuan dan wawasan saja Kelompok kelima, adalah mereka yang hanya ingin mengisi waktu luang karena belum menemukan tujuan hidupnya. Keadaan ini
menuntut penyelenggara pelatihan atau kursus-kursus untuk membuat program yang menarik dan dapat memenuhi kebutuhan peserta pelatihan.
Kurikulum atau program-program pelatihan yang disusun dengan
memperhatikan kebutuhan siswa diasumsikan dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa dan mengembangkan kreativitasnya yang pada akhirnya pelatihan atau kursus tersebut lebih bermakna bagi kehidupannya.
Pendidikan luar sekolah merupakan bentuk tanggung jawab organisasi
atau sekelompok individu-individu yang peduli pada kebutuhan masyarakatnya yang membutuhkan tenaga-tenaga trampil. Oleh sebab itu, pendidikan luar sekolah haruslah berbentuk program pendidikan yang lentur dan selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar akan etnis
keterampilan tertentu. Pembinaan terhadap pelatihan-pelatihan dan
melibatkan lembaga-lembaga profesional dalam penilaian dan akreditasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Suryadi (1998: 26) bahwa:
Hakekat pendidikan luar sekolah adalah pengembangan
program-program berdasarkan analisis kebutuhan, penyelenggaraannya bisa dilakukan oleh kursus-kursus yang ada, industri dunia usaha, atau SMK,
sedangkan pemberi akreditasi atau sertifikasi adalah himpunan profesi yang sesuai.
Pendidikan luar sekolah seperti pelatihan-pelatihan dan kursus-kursus
sangat diharapkan menjadi lembaga pendidikan non formal bagi masyarakat yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Flippo (Moekijat, 1993: 1) mengemukakan bahwa Training is the act of increasing the knowledge and skill of an employed for doing a particular job.' Sedangkan Priedman dan Yardbrough (1985: 4) mengemukakan pengertian pelatihan sebagai berikut:
Training is a process used by organizations to meet their goals. It is
called into operation when a discrepancy is perceived between the current situasion and preferred state of affair's role to facilitate trainees movement from the status quo the ideal.
Pengertian tersebut mengandung makna bahwa pelatihan diadakan untuk
mengatasi kesenjangan yang ada dalam organisasi yaitu peserta pelatihan
dari tidak bisa, tidak baik, tidak bagus, tidak kreatif dan tidak cekatan dalam
pekerjaannya menjadi bisa, baik, bagus, kreatif dan cekatan dalam bekerja setelah mengikuti pelatihan atau kursus-kursus akan tetapi perkembangan ilmu dan teknologi selalu meninggalkan pendidikan yang sedang
diselenggarakan. Selain itu, rencana pelatihan-pelatihan yang pada umumnya
kurang direncanakan dengan sebaik-baiknya menyebabkan kesenjangan
lulusan tidak pernah hilang yang pada akhimya pekerjaan lulusan terkadang
kurang sesuai dengan keinginan pemakai.
1.2. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah
Kebutuhan akan tenaga trampil dan profesional dalam bidang mode
busana ini menggugah beberapa perancang busana senior untuk membuka
lembaga pengajaran di bidang ini. Salah satu diantaranya adalah perancang
Susan Budihardjo. la mulai merintis Lembaga Pengajaran Tata Busana
Susan Budihardjo di Jakarta ketika menjabat sebagai Ketua Bidang
Pendidikan dalam Susunan Dewan Pengurus IPMI/IFDC periode 1993-1996. Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo merupakan salah satu pendidikan luar sekolah yang bermaksud untuk memberikan pendidikan atau pengarahan bagi yang berbakat di bidang mode. Lembaga Pengajaran Tata
Busana Susan Budihardjo ini telah membuka cabangnya di Semarang,
Surabaya, dan Bali lebih dahulu kemudian di Bandung pada tahun 1998.
Sebagaimana dikemukakan oleh Butler (1976: 7) bahwa "Every training program should be reviewed every two or three years." Peninjauan ini sangat penting untuk mengetahui efektivitas program yang telah
dilaksanakan, perbaikan-perbaikan apa saja yang harus dilakukan dan bagian-bagian mana saja yang perlu dikembangkan. Oleh sebab itu, masalah
pokok yang hendak diungkap dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan
Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung periode
Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan kurikulum
salah satunya adalah karakteristik peserta pelatihan yang sangat beragam.
Tujuan, motivasi belajar, usia, latar belakang pendidikan, pengalaman, waktu
yang dimiliki, kemampuan ekonomi dan kemampuan belajar peserta pelatihan
memberikan efek yang berarti terhadap rencana, pelaksanaan dan hasil
pelatihan. Selain itu, kemampuan guru mengajar juga sangat menentukan
efektivitas pelaksanaan kurikulum Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Butler (1976: 7) bahwa "In point of fact, the major problem in present training
programs is the failure to deal adequetly with students differing in ability and
progress." Atas dasar pertimbangan tersebut maka masalah pokok tersebut
dibatasi hanya pada aspek "Apakah kurikulum Lembaga Pengajaran Tata
Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI
-Bandung periode Februari - Agustus 2001 ini mampu mengakomodasi
kemampuan dan kemajuan belajar siswa dalam mencapai tujuan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan?"
Sistem pelatihan yang tidak tersusun dan terkoordinasi dengan baik
sering kali menghambat tercapainya tujuan utama pelatihan. Penyusunan
program yang kurang memperhatikan analisis kebutuhan pekerjaan dan
mengabaikan kebutuhan peserta pelatihan merupakan salah satu faktor
penunjang tidak efektifnya program pelatihan dalam mencapai tujuan yang
ingin dicapai. Selain itu pelatihan menjadi kurang bermakna bagi peserta
pelatihan pada umumnya. Oleh sebab itu, evaluasi kurikulum perlu dilakukan
dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan efektivitas kurikulum
pelatihan pada Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada
Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI ini.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pokok yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah rencana pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran
Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI
periode Februari - Agustus 2001?
2. Bagaimanakah
pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan
Lembaga
Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP
ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001?
3. Bagaimanakah hasil pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata
Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasardi LPP ARIYANTI periode
Februari - Agustus 2001 ?
4. Apakah kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo
pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001
mampu mengakomodasi kemampuan dan kemajuan belajar
siswa-siswanya dalam mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan?
5.
Faktor-faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi efektivitas
kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada
Tingkat Dasardi LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001 dalam
1.4. Definisi Operasional
Istilah yang perlu dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1. Efektivitas, yaitu kemampuan kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001 mengakomodasi kemampuan dan kemajuan belajar siswa-siswanya dalam mencapai tujuan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Data ini diperoleh dari hasil belajar yang dicapai
oleh para siswa pendidikan dan pelatihan itu.
2. Kurikulum, adalah rencana, pelaksanaan dan hasil dari pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001 Data
ini diperoleh dari hasil studi dokumentasi, observasi dan wawancara
secara mendalam dan tak berstruktur. Rencana pendidikan dan pelatihan
adalah dokumen tertulis yang dibuat guru yang mencangkup: kemampuan awal siswa (peserta pelatihan) yang diharapkan, tujuan yang ingin dicapai, mata pelajaran beserta topik-topik pelajaran yang akan diberikan, waktu yang disediakan, strategi belajar mengajar, sistem evaluasi yang dipilih, tempat, alat dan fasilitas yang disediakan serta hasil-hasil yang diharapkan dari siswa. Data ini diperoleh dari hasil studi
dokumentasi dan wawancara. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
mencangkup: keadaan siswa dan guru yang sebenamya, tujuan yang
mengajar dan siswa untuk belajar, sistem evaluasi yang digunakah^s^feput
keadaan tempat, alat dan fasilitas yang disediakan. Data ini diperoleh dari
hasil observasi, wawancara dan daftar isian identitas siswa. Keadaan
siswa saat mulai mengikuti pendidikan dan pelatihan ini, meliputi: usia,
latar belakang pendidikan. pengalaman, minat, tujuan, kehadiran dan cara belajar. Usia siswa yaitu umursiswa berdasarkan tanggal, bulan dan
tahun lahir yang ditulis oleh siswa dalam daftar isian identitas siswa. Latar
belakang pendidikan siswa yaitu pendidikan terakhir siswa yang lulus
dari jalur sekolah. Data ini diperoleh dari daftar isian identitas siswa
Pengalaman siswa yaitu senngnya siswa membuat pola busana. menjahit
busana, menggambar anatomi tubuh manusia dan mendesain busana
sebelum mengikuti pendidikan dan pelatihan. Data ini yang diperoleh dan
hasil wawancara. Tujuan siswa belajar yaitu maksud siswa mengikuti
pendidikan dan pelatihan. Data ini yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara. Minat siswa yaitu besarnya minat siswa pada mata pelajaran
pengetahuan teknik pola, pengetahuan teknik jahit, gambar anatomi dan
desain. Data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Kehadiran
siswa di kelas yaitu persentase kehadiran siswa saat proses belajar
mengajar sedang berlangsung untuk setiap mata pelajaran. Data ini diperoleh dari daftar absensi. Cara belajar siswa yaitu perhatian siswa
terhadap materi pelajaran, peralatan yang diperlukan untuk belajar,
tanggung jawabnya terhadap tugas-tugas dan disiplin belajarnya. Data ini
latar belakang pendidikan, pengalaman dan kemampuan guru mengajar.
Latar belakang pendidikan guru adalah pendidikan yang berkaitan
dengan tata busana yang lulus diikuti oleh guru yang diperoleh dari hasil
wawancara. Pengalaman yaitu lamanya guru berkecimpung di bidang tata
busana. Data ini diperoleh dari hasil wawancara. Kemampuan guru
mengajar yaitu kemampuan guru dalam merencanakan proses belajar
mengajar, menyampaikan materi, mengelola kelas, membimbing siswa,
mengevaluasi hasil belajar mengajar dan mengadministrasi tugas-tugas
siswa. Data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Hasil
pendidikan dan pelatihanadalah kualitas tugas-tugas yang dikerjakan
oleh siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
3. Mengakomodasi kemampuan dan, kemajuan belajar siswa, yaitu
menyesuaikan rencana, pelaksanaan dan hasil dengan kemampuan dan
kemajuan belajar siswa-siswa Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan
Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari
-Agustus 2001 yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara
mendalam dan tak berstruktur. Kemampuan belajar siswa adalah
kesanggupan siswa mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh guru dan sesuai dengan waktu yang disediakan.
Kemajuan belajarmencangkup: bertambahnya kreativitas, pengetahuan dan keterampilan siswa.
4. Faktor-faktor penghambat, yaitu segala sesuatu yang mengakibatkan
&z
Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus200MdaT?Z^„
mampu mengakomodasi kemampuan dan kemajuan belajar
siswa-siswanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Faktor-faktor penghambat ini mencangkup: kemampuan guru mengajar,
cakupan materi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, cara siswa belajar, waktu yang disediakan untuk siswa
belajar, waktu yang dibutuhkan untuk guru mengajar, alat dan fasilitas
yang disediakan serta kondisi fasilitas tersebut. Data ini diperoleh dan
hasil observasi dan wawancara secara mendalam dan tak berstruktur.
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di
LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001. Tujuan khusus penelitian
ini adalah:
1. Menilai rencana pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata
Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode
Februari - Agustus 2001.
2. Menilai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata
Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode
Februari - Agustus 2001.
3. Menilai hasil pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata Busana
Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode
4. Menilai efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan
Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari
-Agustus 2001 dalam mengakomodasi kemampuan dan kemajuan belajar
siswa dalam mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
5. Mengemukakan faktor-faktor penghambat apa saja yang mempengaruhi
efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari -Agustus 2001.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis:
Hasil evaluasi ini sangat berguna sebagai bahan masukan bagi
pengembangan kurikulum pendidikan luar sekolah untuk pendidikan dan
pelatihan tata busana terutama dalam hal menilai efektivitas kurikulum
pendidikan luar sekolah untuk pendidikan dan pelatihan tata busana.
2. Manfaat praktis:
a. Hasil evaluasi kurikulum ini dapat digunakan untuk memperbaiki
kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada
Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI.
b. Hasil evaluasi ini juga berguna bagi lembaga-lembaga pendidikan
dan pelatihan tata busana yang lainnya sebagai bahan masukan dan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Vj^wsT^,
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian evaluatif. Hal ini sesuai dengan tujuan utama penelitian ini yaitu menilai efektivitas kurikulum. Model evaluasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model studi kasus yang memfokuskan
pada satu masalah yaitu kurikulum di satu unit kegiatan pendidikan Lembaga
Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung periode Februari - Agustus 2001 Pendekatan evaluasi
yang digunakan adalah evaluasi kualitatif, meskipun demikian, model studi
kasus tidak menolak pemakaian data kuantitatif apabila data tersebut
memang diperiukan.
Evaluasi yang terkandung dalam penelitian ini memiliki fungsi formatif. Hasil evaluasi kegiatan kurikulum dapat dipergunakan untuk memperbaiki
kurikulum sebagai rencana. Sebagaimana dikemukakan Hasan (1988: 39)
bahwa "Fungsi evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar bagian kurikulum yang sedang dikembangkan."
Dalam melakukan evaluasi terhadap kurikulum, pendekatan pengembangan kriteria evaluasi kurikulum yang digunakan adalah
pengembangan kriteria mutual adaptive. Sebagaimana dikemukakan oleh
Hasan (1988:69) bahwa "Pengembangan kriteria mutual adaptive ini adalah
penyesuaian kriteria antara yang dikembangkan berdasarkan literaturdengan
lapangan".
60
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah empat guru, dua puluh tiga siswa dan seorang humas yang terlibat dalam pendidikan dan pelatihan di Lembaga
Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo di LPP ARIYANTI - Bandung periode Februari - Agustus 2001. Keseluruhan populasi menjadi sampel penelitian Penentuan sampel penelitian dilakukan melalui sampling purposive
sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu menilai efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di
LPP ARIYANTI - Bandung periode Februari - Agustus 2001.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Pedoman observasi dan
pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh validitas hasil observasi
dan wawancara. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
dianjurkan dalam model studi kasus. Observasi ini membantu evaluator memperoleh data yang sesungguhnya ada dan terjadi di lapangan. Jenis
observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif atau "participant
observation"artinya peneliti harus memperlihatkan diri atau ikut serta dalam
kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok yang diamati. Dengan observasi partisipasi ini, peneliti dapat lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri, seperti halnya individu yang sedang diamati. Observasi partisipatif ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2001 - Februari
61
tentang kurikulum yang dikaji ini. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudjana (1989: 202) bahwa "Wawancaraindepth dilakukanopen ended dan
tak berstruktur, sehingga lebih fleksibel. Studi dokumentasi meliputi: brosur,
diktat dari guru maupun catatan harian siswa selama pelatihan berlangsung. Studi kepustakaan digunakan untuk menganalisis kurikulum sebagai ide dan
kurikulum sebagai rencana
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Nasution (1996: 9) bahwa "Peneliti adalah key
instrument". Alasannya ialah bahwa segala sesuatu tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya sehingga segala sesuatu masih perlu
dikembangkan sepanjang penelitian ini berlangsung. Oleh karena, hanya peneliti sendirilah satu-satunya alat yang dapat menghadapi keadaan yang
serba tidak pasti dan tidak jelas itu. Peneliti sebagai instrumen penelitian juga didasarkan pada asumsi bahwa hanya manusia yang dapat memahami
makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan
dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden.
3.5. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Evaluator melakukan familiarisasi terhadap kurikulum yang dikaji. Ada dua
jenis familiarisasi yang dilakukan, yaitu: Pertama, familiarisasi terhadap
dasar-dasar pikiran yang melahirkan kurikulum sebagai rencana.
62
Kedua, familiarisasi ketika evaluator berada di lapangan. Di sini evaluator
berusaha menguasai kebiasaan-kebiasaan yang ada sehingga dapat
berkomunikasi dalam bahasa yang sama seperti yang digunakan di lapangan. Dengan kedua jenis familiarisasi tersebut, evaluator dapat mengobservasi lapangan dengan baik. Persoalan-persoalan pokok yang penting yang ditemukan dalam observasi dijadikan masalah utama dalam penelitian ini. Langkah selanjutnya adalah evaluator mengembangkan instrumen yang sesuai dengan keadaan lapangan.
2. Data yang sudah dikumpulkan langsung dan dianalisis sejak awal. Jadi
analisis data dilakukan ketika evaluator masih berada di lapangan dan ketika evaluator masih dalam proses pengumpulan data Dengan
demikian laporan sudah dapat mulai ditulis bersamaan dengan pekerjaan lapangan sehingga ketika pekerjaan evaluasi di lapangan selesai evaluator tinggal memoles laporan tadi menjadi laporan akhir.
3.6. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Data yang telah diperoleh segera dianalisis sejak awal. Sebagaimana
dikemukakan oleh Nasution (1996: 129), bahwa "Dalam penelitian kualitatif
analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dari lapangan
segera dituangkan dalam bentuk uraian, tabel-tabel dan analisis." Oleh sebab itu, analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik. Paton
(Hasan, 1988) mengemukakan bahwa 'Analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan suatu
63
langkah-langkah Nasution (1996:129) yaitu reduksi data, display data,
mengambil kesimpulan dan verifikasi. Langkah-langkah tersebut dijabarkan
sebagai berikut:
1. Reduksi Data. Pada langkah ini, semua data yang diperoleh dari
lapangan diatur, diurutkan, dikelompokkan, diberi kode, dan ditulis dalam
bentuk uraian atau laporan dan matriks-matriks. Laporan-laporan itu
kemudian dirangkum, direduksi atau dipilih hal-hal yang pokok yang
menjadi dasar untuk melakukan evaluasi selanjutnya dicari tema, pola dan
hubungannya setelah itu disusun secara sistematis. Ini memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.
2 Display Data. Pada langkah ini, untuk memudahkan melihat gambaran
hasil penelitian secara keseluruhan dan mengambil kesimpulan dengan
tepat maka sebagian data akan disajikan dalam berbagai matriks
3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi. Pada langkah ini kesimpulan yang lebih "grounded" diperoleh dengan bertambahnya berbagai data
penelitian. Verifikasi dilakukan melalui suatu tim yaitu para siswa periode Februari - Agustus 2001 berjumlah 6 orang yang mengikuti tingkat lanjutan periode Agustus 2001 - Februari 2002 untuk mencapai "inter
subjective consensus"yakni persetujuan bersama mengenai fakta-fakta
BABV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan khusus yang dapat diambil dari temuan hasil penelitian ini
adalah:
1 Rencana pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata Busana
Susan Budihardjo di LPP ARIYANTI - Bandung ini disusun berdasarkan
pada filosofi pendidikan klasik di mana guru mempunyai kuasa penuh
dalam menentukan materi pelajaran, metoda dan teknik evaluasi.
Rencana pendidikan dan pelatihan ini tidak disusun berdasarkan pada
analisis deskripsi pekerjaan yang jelas dan analisis kebutuhan siswa.
Rencana pendidikan dan pelatihan ini kurang memperhatikan
keseimbangan dan kesesuaian antara cakupan materi, strategi belajar,
waktu yang dibutuhkan untuk belajar mengajar, media belajar, alat dan
fasilitas yang dibutuhkan dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Lembaga Pengajaran Tata
Busana Susan Budihardjo di LPP ARIYANTI - Bandung ini lebih
menekankan pada aspek mengetahui, bukan pada aspek kemampuan
mensintesis seluruh topik-topik pelajaran, keahlian menjahit, membuat
pola dan mendesain. Waktu pelaksanaan pada umumnya tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan. Waktu yang ditetapkan tidak sesuai
dengan kebutuhan guru untuk mengajar dan kebutuhan siswa untuk
126
mempelajari dan mensintesisi topik-topik tersebut. Persiapan mengajar
guru yang kurang matang dan kemampuan guru mengajar yang kurang
memenuhi standar profesi keguruan membuat cara belajar siswa pada
umumnya menjadi kurang disiplin dan kurang bertanggung jawab
sehingga hasil belajarnya menjadi tidak karuan.3. Hasil pendidikan dan pelatihan ini sangat mengecewakan, karena
sebagian besar siswa tidak mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik,
tuntas dan selesai tepat pada waktunya. Pada umumnya siswa lebih
berorientasi pada mengerjakan tugas-tugas yang harus dikerjakan bukan
pada kemampuan mensintesis topik-topik pelajaran dan kualitas
tugas-tugas itu.4. Hasil pendidikan dan pelatihan ini menunjukkan bahwa kurikulum ini
kurang mampu menyesuaikan rencana dan pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan ini dengan kemampuan dan kemajuan belajar siswa dalam
mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Dengan
kata lain, efektivitas Kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan
Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari
-Agustus 2001
dalam mengakomodasi kemampuan dan kemajuan
belajar siswanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan sangatlah rendah.
,5. Kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihadjo pada
127
tidak mampu mengakomodasi kemampuan dan kemajuan sebagian besar
siswanya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kemampuan guru mengajar tidak sesuai dengan standar profesi
keguruan. Pada awal proses belajar mengajar, gum tidak melakukan
tes kemampuan awal, minat dan kebutuhan siswa. Guru tidak
membuat perencanaan mengajar yang matang. Rencana mengajar
sangat sederhana hanya mencangkup topik-topik pelajaran saja.
Persiapan untuk mengajarkan topik-topik pelajaran agarsiswa mudah
belajar dan mencemanya kurang mendapat perhatian khusus,
terutama alat peraga dan contoh-contoh untuk beberapa topik-topik
pelajaran Guru tidak mendiskusikan rencana belajar mengajarnya
dengan siswa. Administrasi terhadap kehadiran dan tugas-tugas
siswa tidak dilakukan oleh guru. Tindakan ini menyebabkan siswa
kurang berdisiplin saat belajar, kurang bertanggung jawab terhadap
tugas-tugas dan tidak adanya kompetisi belajar dalam kelas. Hal ini
dikarenakan pemahaman guru terhadap perencanaan proses belajar
mengajar bagi orang dewasa sangat minim.b. Cakupan materi kurang sesuai dengan pendidikan dan pelatihan ini.
Hal ini dikarenakan kurikulum tidak disusun secara komprehensif dan
rinci
sehingga
guru
mengalami
kesulitan
mengakomodasi
kemampuan dan kemajuan belajar siswanya.
c. Tempat, alat dan fasilitas belajar sangat tidak seimbang dengan
128
memberikan keleluasaan bagi siswa untuk belajar dengan baik dan
tuntas.
d.
Media pengajaran terutama buku-buku penunjang dan alat peraga
sangat kurang sehingga proses belajar mengajar kurang efektif dan
kurang bermakna bagi siswa.
Kesimpulan umum dari hasil penelitian ini adalah kemampuan
professional keguruan seorang guru merupakan faktor kunci keberhasilan
pendidikan dan pelatihan ini. Dalam pendidikan luarsekolah guru atau pelatih
merupakan pembimbing siswa dalam belajar. Guru atau pelatih memiliki
tanggung jawab terhadap keberhasilan siswa dalam mengerjakan suatu pekerjaan dengan benar. Agar siswa berhasil dalam mengerjakan suatu pekerjaan dengan benar, guru perlu memiliki kemampuan-kemampuan
khusus. Kemampuan khusus itu adalah kemampuan professional keguruan,
seperti: (1) Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar
keilmuannya; (2) Pengelolaan program belajar mengajar; (3) Pengelolaan
kelas; (4) Penggunaan media dan sumber pembelajaran; (5) Penguasaan
landasan-landasan kependidikan; (6) Pengelolaan interaksi belajar mengajar;
(7) Penilaian prestasi siswa; (8) Pengenalan fungsi dan program bimbingan
dan penyuluhan; (9) Pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah;
(10) Pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan
untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran. Kemampuan professional
129
kemampuan dan kemajuan belajar siswa sehingga siswa dapat mencapai
tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
5.2. Rekomendasi
Temuan hasil penelitian memperlihatkan bahwa persiapan guru
mengajar sangat mempengaruhi cara belajar siswa. Tanpa persiapan yang
matang, proses belajar mengajar tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh
sebab itu, guru haruslah memiliki peta tujuan dan peta pembelajaran serta
membuat rencana belajar yang komprehensif, sistematis, logis, terpadu dan
bervariasi. Dengan demikian. siswa memperoleh pengetahuan yang utuh
mengenai apa yang ia butuhkan. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan
guru dalam menangani kemampuan dan kebutuhan belajar siswa sehingga
proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan bermakna bagi setiap
siswa.
Siswa akan belajar dengan baik apabila rencana guru
dikomunikasikan dengan siswa dan menjadi kesepakatan bersama.
Belajar adalah aktif bukan pasif. Oleh sebab itu, siswa harusdilibatkan
secara aktif dan diberikan keleluasaan dalam membuat program pendidikan
yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Suatu kurikulum
dikatakan efektif apabila mampu memenuhi kebutuhan belajar siswanya
dalam mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
Kurikulum sebagai pedoman belajar haruslah memberikan tujuan yang
jelas, cakupan materi yang dapat memberikan pemahaman yang benar dan
utuh untuk mencapai tujuan tersebut, strategi belajar yang sesuai dengan
fasilitas belajar dan waktu yang sesuai dengan kebutuhan siswa untu
dan guru untuk mengajar, serta sistem evaluasi yang berfungsi dengan baik.
Untuk meningkatkan efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata
Busana Susan Budihardjo di LPP ARIYANTI maka ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
a. Guru atau pelatih hendaknya mempelajari teknik-teknik mengajar yang
efektif atau mengikuti pendidikan dan pelatihan
"cara mengajar yang baik"
di Lembaga-lembaga Kependidikan dan Keguruan.
b.
Rencana pendidikan dan pelatihan disusun dan dibuat secara
komprehensif terdiri dari beberapa paket yang sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan belajar siswa. Tiap paket mencangkup: tujuan, materi,
sistem belajar mengajar, teknik penilaian, waktu belajar, alat dan
bahan-bahan yang dibutuhkan.c. Untuk membuat rencana pendidikan dan pelatihan yang berkualitas,
sebaiknya Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo di LPP
ARIYANTI melibatkan berbagai pihak, seperti: ahli bidang studi, direktur
pendidikan di LPP ARIYANTI, siswa, lulusan, organisasi profesi, dan ahli
pengembangan kurikulum.d. Dalam pelaksanaannya, Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan
Budihardjo di LPP ARIYANTI dapat melibatkan mahasiswa dari Jurusan
Pendidikan Tata Busana Universitas Pendidikan Indonesia untuk
membantu guru memberikan bimbingan, pengarahan dan pelatihan bagi
DAFTAR PUSTAKA
Ash, J. dan Wright, L. (1988). Components of Dress: Desaign, manufacturing,
and image-making in the fashion industry. New York: Chapman and
Hall, Inc.
Bane, A. (1973). Creative Clothing Construction. USA: McGraw-Hill, Inc. Brady, L. (1990). Curriculum Development. Australia: Prentice Hall.
Butler, F.C. (1972). Instructional System Development for Vocational and Technical Training. New Jersey: Educational Technology Publications
Englewood Cliffs.
Davis, ML. (1980). Visual Design in Dress. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Englewood Cliff.
Day, R. A. (1983). How to Wnte and Publish a Scientific Paper, (second ed).
USA: ISI Press Philadelphia.
Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia. (2001).
Pedoman Penulisan Karya llmiah (Laporan Buku. Makalah, Skripsi.
Tesis, Diserfasi). Bandung:UPI.
Doerr, CM. (1967). Smart Sewing The Making of Clothing. New York: The
Macmillan.
Fleck, H. (1971). Toward Better Teaching of Home Economics. USA: The Macmillan Company.
Finch, C.R. (1979). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. USA:Allyn and Bacon, Inc.
Gronlund, N.E. (1985). Measurement and Evaluation in Teaching. Edisi
kelima. New York: Macmillan Publishing Company.
Hasan, S.H. (1988). Evaluasi Kurikulum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Hamm, J. (1963). Drawing The Head and Figure. New York: Grosset & Dunlap Publishers.
Jarnow, J.A. (1991). Inside The Fashion Bussiness. New York: Text and Ready.
132
Kaniel, S. (1995). "Quality Control For Curricula". Journal of Curriculum and
Teaching. 10 (1). 3-16.
Kuswinarti. (1999). Penguasaan Pengetahuan Dasar Desain Busana Pada Mahasiswa Program Studi Spesialisasi Pendidikan Tata Busana Angkatan Tahun 1993 dan 1994 Jurusan PKK FPTK IKIP Bandung. Skripsi pada IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Lapp, D. et al. (1975). Teaching and Learning Philosophical, Psychological,
Curricular Applications.New York: Macmillan Publishing Co., Inc.
Levin, H.M. (1994). "Education and Workplace Needs". Theory Into Practice.
33
(2), 132-138.
Lewis, D.S. (1960). Clothing Construction and Wardrobe Planning. New York: The Macmillan Company.
Mahu, S. (2000). Efektifitas Pelaksanaan Program Pelatihan. Tesis pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Margriet. (1991). Handboek Voor Zelfmaak Mode.Amsterdam; Spaarnestad BV, Utrecht.
Nasution, S. (1995). Didaktik Asas-asas mengajar. Edisi Kedua. Jakarta:
Bumi Aksara.
. (1993). Pengembangan Kurikulum. Cetakan Kelima. Jakarta:
Bumi Aksara. *
Nelms, I. (1976). Fashion and Clothing. Great Britain: Hulton Educational
Publications.
Nurtain. (2000). Pola Pengembangan Kurikulum Untuk Peningkatan SDM.
FIP Universitas Negeri Padang. J. Pedagogi. Vol.1. No.1.
Oliva, P.F. (1992). Developing the Curriculum, (third ed.). America:Harper
Collins Publishers.
Philip, W.J. (1992). Handbook of Research on Curriculum. USA: Macmillan Publishing Company.
133
Teknik Menggambar Mode Busana. Yogyakarta:
Kanisius.
Pratiwi, D. et al. (2001). Pola Dasar dan Pecah Pola Busana. Yogyakarta:
Kanisius.
Purwanto, N. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riyanto, A.A. (1990) Pengantar Konsep Pendidikan Tata Busana. Bandung:
Ganeca Exac
. (1991). Pengetahuan Busana. Bandung: Yapemdo.
Sanusi, A. (1991) Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. IKIP Bandung.
(1998) Pendidikan Alternatif menyentuh Aras Dasar Persoalan
Pendidikan dan Kemasyarakatan. Program Pasca Sarjana IKIP Bandung dan PT Grafindo Media Pratama.
Siti, DA. (1999). Pengaruh Penguasaan Materi Teori Menjahit Terhadap Praktek Keterampilan Pembuatan Busana. Skripsi pada IKIP Bandung:tidak diterbitkan.
Soelaeman, M.I. (1985). Suatu Pengantar Kepada Dunia Guru. Menjadi Guru.
Bandung: CV. Diponegoro.
Sri, S.M.R. (1990). Garis Besar Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. FIP IKIP Bandung: Jurusan Pendidikan Kesejahteraan keluarga.
Sudjana, N. (1992). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru.
Sukamto. (1988). Perencanaan & Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK.
Sudjana, N. (1992). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudradjat, D. (2000). Hubungan MotifBerpretasi dan Kreativitas dengan Hasil Pelatihan. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Syaodih, N.S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.
134
White, A.V.M.C.H. (1967). New Manual of Sewing. Liverpool: Lecturer in Needlework and Handicraft at St. Katherine's College.
Williamson, M. dan Stewart, M.L. (1961). Homemaking Education in The High