PENGARUH KIDS’ ATHLETICS TERHADAP SELF-ESTEEM DAN KEBUGARAN JASMANI
(Studi Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran)
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
Oleh :
Anggi Setia Lengkana
1004791
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAH RAGA
SEKOLAH PASCASARJANA
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui dan Disahkan Oleh:
Pembimbing I
Prof. Dr. Adang Suherman, M.A NIP. 196306181988031000
Pembimbing II
Dr. Yunyun Yudiana, M.Pd NIP. 196506141990011001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “PENGARUH
KIDS’ ATHLETICS TERHADAP SELF-ESTEEM DAN KEBUGARAN
JASMANI” (Studi Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran) ini
beserta seluruh isinya benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakkan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2013
Yang membuat pernyataan
Ex Post Facto pada Siswa Sekolah Atletik Pajajaran). (Anggi Setia Lengkana, 2013)
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data empirik mengenai pengaruh Kids’ Athletics Terhadap Self-Esteem Dan Kebugaran Jasmani pada siswa Sekolah Atletik Pajajaran. Metodologi penelitian menggunakan Ex Post Facto yakni metode penelitian yang di dalamnya variable bebas telah terjadi atau telah dilaksanakan (tanpa ada perlakuan).
Instrumen yang digunakan ialah Hare Self-esteem Scale ( HSS ) yang dikembangkan oleh Bruce R. Hare (Kevin Corcoran & Joel Fischer, 2000 : 550-552) dan Tes kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang dikembangkan Depdiknas (2003). Sampel yang diambil adalah siswa SD kelas V usia antara 11-12 tahun. Pengambilan sampel menggunakan teknik Nonprobability Sampling, dengan menggunakan sampling jenuh (Total Sampling). Terbagi dalam dua kelompok yaitu : kelompok Kids’ Athletics dan kelompok Multilateral Activity sebagai kontrol, masing-masing kelompok terdiri dari 30 siswa. Penelitian dilakukan di Club Atletik Pajajaran Bandung dan SDN Pameulah Kab. Sumedang. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS serie 17 dengan alat uji yang digunakan: Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov), Uji Homogenitas (Lavene stastistic), Uji-t (Independent samples test).
Hasil penelitian diperoleh 1) Program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Self-Esteem Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran. 2) Program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Kebugaran Jasmani Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran.
Facto Study on Student School Athletic Pajajaran). (Anggi Setia Lengkana, 2013)
The purpose of this study to obtain empirical data on the effect of Kids' Athletics Against Self-Esteem And Fitness Physical Education Athletics Pajajaran students. The research methodology uses the Ex Post Facto research method in which the independent variable has occurred or has been implemented (without any treatment).
The instrument used is the Hare Self-esteem Scale (HSS) developed by Bruce R. Hare (Kevin Corcoran and Joel Fischer, 2000: 550-552) and the Indonesian Physical Fitness Test (TKJI) developed by Ministry of Education (2003). Samples taken are fifth grade elementary school students aged between 11-12 years. Sampling using nonprobability sampling, using a sampling saturation (Total Sampling). Divided into two groups: the Kids' Athletics and Multilateral Activity as a control group, each group consisting of 30 students. The study was conducted at the Athletic Club and SDN Pameulah Pajajaran Bandung regency. Sumedang. Data analysis in this study using SPSS serie 17 with test equipment used: Test Normality (Kolmogorov-Smirnov), Homogeneity Test (Lavene stastistic), t-test (Independent samples test).
The results obtained by 1) Program Kids' Athletics have a significant influence on Self-Esteem Students in School Athletics Pajajaran. 2) Program Kids' Athletics have a significant influence on students in the School of Physical Fitness Athletic Pajajaran.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ……... i
KATA PENGANTAR ... ……... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... …….. iii
DAFTAR ISI ... …….. vi
DAFTAR TABEL ... …….. ix
DAFTAR GAMBAR ... ……... x
DAFTAR LAMPIRAN ... …….. xi
B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ……… ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 16
D. Manfaat Penelitian ... 16
E. Pembatasan Penelitian ... 17
F. Definisi Operasional ... 17
B A B I I T I N J A U A N T E O R E T I S , K E R A N G K A B E R P I K I R A. Tinjauan Teoretis dan Hipotesis ... 19
1. Perkembangan Multilateral... 19
2. Kid’s Athletics ... 25
a. Isi Tujuan dari Kid’s Athletics ... 26
b. Usia Grup Program Event Kid’s Athletics ... 27
3. Self Esteem ... 35
a. Definisi Self Esteem ... 35
b. Komponen Self Esteem ... 42
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Esteem ... 45
d. Perkembangan Self Esteem di Masa Kanak-Kanak ... 50
e. Hirarki Struktur Self Esteem ... 52
f. Karakteristik Anak yang Memiliki Self Esteem Tinggi / Rendah 53 4. Kebugaran Jasmani ... 56
a. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 56
b. Komponen Kebugaran Jasmani ... 60
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebugaran Jasmani ... 63
5. Beberapa Penelitian Terkait ...67
B. Kerangka Berpikir ... 71
C. Hipotesis ... 80
B A B I I I M E T O D O L O G I P E N E L I T I A N A. Metode Penelitian ... 81
B. Desain Penelitian ... 83
1. Program latihan Kids’ Athletics ………... 86
C. Populasi dan Sampel ... ... 87
D. Variabel Penelitian ... 89
1. Hare Self-Esteem Scale (HSS) ... 91
2. Konsep Self-Esteem ... 92
3. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) ... 98
F. Uji Coba Instrumen ………... 103
G. Analisis Instrumen ... 105
H. Teknik Analisis Data ... 107
B A B I V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 110
1. Deskripsi Data ... 110
2. Uji Normalitas ……….…... 115
3. Uji Homogenitas ………... 117
4. Pengujian Hipotesis………... 120
a.
Hasil Uji Independent Samples t-test ..………….……….. 121b. Uji Kesamaan Varians ... ... 121
c. Uji Kesamaan Rata-rata …………... 123
B. Pembahasan ………... 125
B A B V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ……….... 131
B. Rekomendasi ………. 131
DAFTAR PUSTAKA ... 134
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Tabel Usia Grup Program Event Kid’s Athletics ... 28
2.2 Components of Health and Motor-Performance Fitness ... 62
2.3 Tahapan Klasifikasi Bermain ……….. 74
3.1 Kisi-kisi Angket Self-Esteem ... 95
3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 97
3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Self-Esteem ... 105
3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Self-Esteem ... 107
4.1 Deskripsi data Self-Esteem ... 111
4.2 Deskripsi data Kebugaran Jasmani ... 113
4.3 Hasil Uji Normalitas Self-Esteem dan Kebugaran Jasmani .………. 115
4.4 Hasil Uji Homogenitas Self-Esteem antara Kid’s Athletics dan Multilateral Activity ……… 117 4.5 Hasil Uji Homogenitas Kebugaran Jasmani antara Kid’s Athletics dan Multilateral Activity ……… 119
4.6 Hasil Uji-t (Independent Samples test) ….……… 121
4.7 Independent Samples t-test Self-Esteem ...……… 123
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Phases Of Long-Term Athletic Training ...21
2.2 Pengembangan Latihan Pada Athletics ... 24
2.3 Lari Sprint / Gawang (Kanga’s Escape) ... 29
2.4 Lari Sprint / Lari Belak Belok (Slalom) ... 31
2.5 Sprint, Gawang dan Lari Slalom (Formula One) ... 32
2.6 Lari Enduro / Daya tahan ... 33
2.7 Lempar Lembing Anak-anak ( Turbo) ... 34
2.8 Lompat Jauh dan Berdiri (Loncat Katak) ... 35
2.9 Struktur Self-Esteem... 52
2.10 Komponen Kebugaran ... 62
3.1 Desain Penelitian Causal-Comparative ... 84
3.2 Desain Penelitian Causal-Comparative modifikasi ... 84
3.3 Langkah-langkah Penelitian ... 85
3.4 Tes Lari Sprint 30 m ... 99
3.5 Tes Angkat badan (Pull-up) ... 100
3.6 Tes Baring Duduk (Sit-Up) ... 101
3.7 Tes Loncat Tegak (Vertical Jump) ... 103
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1. Data dan Analisis Uji Coba Instrumen
Lampiran 2. Data Angket HSS
Lampiran 3. Data Kebugaran Jasmani
Lampiran 4. Uji Normalitas dan Homogenitas
Lampiran 5. Uji-t (Independent Samples test)
Lampiran 6. Angket Hare Self-esteem Scale (HSS)
Lampiran 7. Program Latihan Kid’s Athletics
Lampiran 8. Surat Keputusan Pembimbing Tesis
Lampiran 9. Surat Pengantar Penelitian
Lampiran 10. Surat Bukti Penelitian
Lampiran 11. Photo Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan bagian intergral dari pendidikan secara
keseluruhan. Sesuai dengan Bucher (1972:31) menyatakan bahwa: “Physical
education, an integral part of the total education process, is a field of endeavor that has as its aim the development of physically, mentally, emotionally, and
socially fit citizens that have been selected with a view to realizing these outcome”.
Berdasarkan pernyataan di atas, penjas merupakan bagian integral dari
pendidikan secara keseluruhan, karena pembelajaran penjas di sekolah memiliki
dampak terhadap perkembangan aspek kebugaran jasmani, keterampilan sosial,
stabilitas emosi, dan perkembangan mental. Dalam perkembangan yang diperoleh
anak dari dampak pembelajaran penjas di sekolah, dapat dipengaruhi oleh
aktivitas anak ketika mengikuti pembelajaran secara aktif.
Lutan (2001:15) menyatakan bahwa Pendidikan Jasmani merupakan proses
belajar untuk bergerak, dan belajar melalui gerak. Melalui aktivitas jasmani yang
dilaksanakan dalam lingkup proses belajar mengajar, maka dapat tumbuh dan
berkembang secara harmonis baik aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Frost
(1975:32) menyatakan bahwa: “Physical education is that integral part of total
sequence of learning experiences designed to fulfill the growth, development, and behavior needs of each student”.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara total yang
berkontribusi terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas fisik
(Pergerakan Manusia). Pendidikan jasmani merupakan sebuah urutan
pengalaman-pengalaman belajar yang direncanakan secara seksama untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan, perkembangan, dan perilaku setiap anak.
Pada dasarnya dalam pembelajaran aktivitas jasmani ada dua hal khusus
yang perlu diperhatikan: yang pertama adalah proses pembelajaran itu sendiri
yang meliputi pelaksanaan materi dan metode pembelajaran yang tepat dan yang
kedua adalah ketercapaian tujuan kegiatan jasmani kepada anak sehingga anak
mendapatkan manfaat yang nyata dari proses pembelajaran.
Berkaitan dengan perkembangan jasmani pada anak dalam mengikuti
pembelajaran, maka pembelajaran harus mampu memberikan pengaruh yang
berkaitan dengan fisik sebagai upaya meningkatkan kesehatan anak, memperkuat
perkembangan atau perubahan fisiologis yang dapat menguntungkan untuk
perkembangan dimasa dewasa, menentukan kebiasaan latihan pada kanak-kanak
dan berkesinambungan pada aktifitas fisik di masa dewasa. Chan (Lumintuarso,
2011:33). Dauer, etc. (1989:1) mengatakan bahwa hakikat dari pendidikan
jasmani sebagai bagian yang memberikan sumbangan dalam pendidikan secara
umum. Melalui pemberian pengalaman tugas gerak dalam rangka membantu
nature of physical education as part contribute to education in general. Through the experience of motion tasks in order to assist the growth and development of
children who are total or overall”.
Program pendidikan jasmani di sekolah diarahkan pada upaya
pengembangan pribadi anak yang menyeluruh, sungguh tidak bijaksana jika
program pendidikan jasmani dipersempit pada beberapa cabang olahraga tertentu.
Karena pembatasan aktivitas gerak anak akan merugikan pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh, sebab anak akan kurang memiliki
kekayaan dan keluwesan gerak yang kompleks lebih lanjut.
Gerakan melengkapi seseorang dengan kemampuan untuk berinteraksi dan
belajar dari lingkungannya. Kemampuan gerak seseorang yang khas merupakan
hasil interaksi yang kompleks dari pengaruh keturunan dan lingkungan.
Aktivitas jasmani merupakan sebuah kegiatan yang perlu diprogramkan
dengan pengelolaan yang benar melalui pendekatan pertumbuhan dan
perkembangan anak. “Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil”
Thompson (Lumintuarso, 2011:33). untuk itu setiap anak memiliki ciri dan sifat
yang khas yang harus diberikan perlakuan yang khas pula.
Dauer, etc. (Mahendra, 2008:20) dijelaskan bahwa pembelajaran pendidikan
jasmani bisa memberikan sumbangan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan
kesehatan. Fox (1987:6) menyatakan bahwa “Physical fitness is seen as a physiological aspect, namely the functional capacity to improve the quality of life”. Jadi, kebugaran jasmani dipandang sebagai aspek fisiologis, yakni kapasitas
Fox di atas dapat dipahami sebagai kebugaran menyeluruh (Total Fitness), sedang
kebugaran jasmani (Physical Fitness) merupakan bagian dari kebugaran
menyeluruh tersebut. Oleh karena itu aktivitas jasmani seharusnya dipilih dan
disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.
Melalui kegiatan pendidikan jasmani diharapkan anak didik menjadi
tumbuh dan berkembang sehat dan segar jasmaninya, serta perkembangan
pribadinya secara harmonis. Dalam hubungannya dengan peningkatan prestasi
olahraga, pendidikan jasmani berupaya membentuk keterampilan gerak dasar
yang bermanfaat dalam usaha pembibitan olahragawan melalui kegiatan
ekstra-kurikuler.
Vannier (Gallahue, 1978) menyatakan bahwa pendidikan di Sekolah Dasar
dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Usia bermain pada kelompok kelas bawah
(kelas 1 - 2 – 3) dan (2) usia pengembangan keterampilan motorik pada kelompok
kelas atas (kelas 4 - 5 - 6). Pada masa-masa ini aktivitas jasmani dalam bentuk
permainan merupakan aktivitas yang paling diminati oleh anak sekolah dasar.
Primary education is divided into two parts: (1) age play in the lower classes (grades 1-2 - 3) and (2) the age of the development of motor skills in the upper classes (grades 4 - 5 - 6). In this period of physical activity in the form of a game is the most popular activity by elementary school students.
Aktivitas jasmani memiliki banyak keuntungan bagi anak-anak, seperti pada
penelitian di New Zealand Ministry of Health (2010:1) menyebutkan bahwa
aktivitas jasmani memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan dan kesejahteraan.
Kesehatan menyeluruh yang lebih baik Energy yang lebih banyak
Tingkat stress yang lebih rendah Self-esteem yang meningkat
Postur dan keseimbangan yang lebih baik
Manajemen dan kontrol berat badan yang lebih baik Kebugaran yang meningkat
Otot dan tulang yang lebih kuat
Tidur yang lebih baik dan merasa lebih santai
Physical activity has a number of benefits for health and well being. If you are physically active you tend to have:
better overall health more energy
lower stress levels increased self-esteem better posture and balance
better weight management and weight control improved fitness
stronger muscles and bones better sleep and feel more relaxed
Perbandingan dengan hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa anak
yang berpartisipasi dalam aktivitas jasmani memiliki tingkatan Self-esteem yang
lebih tinggi daripada anak yang tidak berpartisipasi dalam aktivitas jasmani.
Dengan demikian, partisipasi dalam melaksanakan setiap tuntutan tugas gerak
membantu pengembangan Self-esteem pelakunya.
Harga diri (self esteem) adalah suatu istilah psikologi yang merefleksikan
evaluasi menyeluruh seseorang terhadap nilai dirinya. Harga diri (self esteem)
meliputi kepercayaan diri dan emosi seperti kemenangan, putus asa, kebanggaan,
dan rasa malu. Harga diri (self esteem) dapat diaplikasikan secara spesifik
Self-esteem is a term used in psychology to reflect a person's overall evaluation or appraisal of his or her own worth. Self-esteem encompasses beliefs (for example, "I am competent") and emotions such as triumph, despair, pride and shame. Self-esteem can apply specifically to a particular dimension (for example, "I believe I am a good writer, and feel proud of that in particular") or have global extent (for example, "I believe I am a bad person, and feel bad of myself in general"). (Wikipedia, 2011)
Kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran yang terjadi dianggap anak sebagai
sebuah tantangan, sehingga memicu motivasi anak untuk meraih keberhasilan.
Manakala anak meraih keberhasilan pada saat yang bersamaan menumbuhkan
Self-esteem anak. Cheatumn dan Hammond (2000:46) menegaskan bahwa keberhasilan dalam tugas gerak menumbuhkembangkan self-esteem. Keberhasilan dalam tugas gerak juga akan menumbuhkan perasaan dan emosi
“senang” dan perubahan kondisi “mood” yang lebih baik. “Success in the task to
develop the self-esteem movement. Success in this task will also foster a feeling of motion and emotion "happy" and changing conditions "mood" better”.
Oleh karena itu pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang
bagaimana yang sesuai untuk anak sekolah dasar dalam mengembangkan
self-esteem mereka. Untuk itu perlu dicoba dan diteliti, pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sesuai dengan perkembangan usia anak sekolah dasar.
Pembelajaran aktivitas jasmani sebaiknya dilakukan dengan suasana yang
menyenangkan dan dikemas sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak
sekolah dasar, yakni melalui metode bermain. Bermain adalah suatu hal yang
menyenangkan, karakteristik anak yang suka bermain akan selalu mendukung
Seifert, Hoffnung (1987:322) menyatakan bahwa bermain adalah dunia
anak-anak yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang. Pada usia
enam tahun, kemampuan motoriknya sudah mulai berkembang lebih kompleks,
yaitu dapat berjalan dengan berbagai variasi kecepatan, loncat, menggeser,
memanjat, memindahkan sesuatu dengan tepat, berdiri satu kaki, menangkap bola,
dan menggambar sesuatu, maka latihan yang sesuai dengan ketrampilan tersebut
dapat dilakukan.
Play is a child's world that took place in the period that is long enough. At the age of six, her motor skills begin to develop more complex, which can be run with a variety of speeds, diving, sliding, climbing, moving the right thing, standing on one leg, catching the ball, and draw something, then exercise the appropriate with skills it can be done. (Seifert, Hoffnung, 1987:322)
Apabila sarana dan prasarana dalam pembelajaran kurang lengkap, maka
seorang guru dituntut untuk selalu berkembang sesuai dengan pertumbuhan anak
didik di masa sekarang. Sehingga guru harus mampu mengatasi masalah
kurangnya sarana dan prasarana yaitu dengan metode pendekatan bermain.
Dengan metode bermain, anak akan lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran,
dan gerak dasar yang dimiliki anak dapat ditingkatkan. Belajar akan lebih efektif
apabila dilakukan dalam suasana menyenangkan, hal ini senada dengan pendapat
Peter Kline (Gordon Dryden dan Jeannette Vos, 2002: 22), belajar akan lebih
efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Berdasarkan latar belakang di atas bahwa aktivitas olahraga yang baik untuk
anak usia dini, disesuaikan dengan pertumbuhan dan pekembangan anak dan
(Multilateral Training) , hal ini sesuai dengan pendapat (Enung, 2006), yang
menyatakan bahwa:
Sesuai dengan fase perkembangan maka aktivitas olahraga yang baik untuk anak usia pelajar adalah aktivitas yang mempunyai karakteristik; (1) memberi bermacam-macam pengalaman gerak (multilateral training) dalam bentuk permainan dan perlombaan; (2) merangsang perkembangan seluruh panca indra; (3) mengembangkan imajinasi/fantasi; dan (4) bergerak mengikuti irama/lagu dan cerita.
Melalui bentuk permainan dan perlombaan dengan suasana yang
menyenangkan, maka pada penelitian ini penulis mencoba menerapkan beberapa
bentuk Pembinaan Multilateral bagi anak usia sekolah dasar, yakni Kids’Athletics.
Pembinaan dengan Kids’Athletics merupakan kegiatan Multilateral yaitu proses
dimana dalam satu sesi pertemuan berisi berbagai keterampilan dasar seperti lari,
lempar, lompat, keterampilan dasar olahraga dengan bola besar, bola kecil dan
olahraga dengan alat. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat disajikan materi
kurikulum dengan lebih menarik dan memiliki keleluasaan waktu untuk
menyajikan seluruh aspek dalam gerak dasar dan dasar gerak olahraga. Untuk
mencapai aspek-aspek yang menjadi tujuan dan fungsi pembinaan, kegiatan
multilateral dirancang dengan berbagai bentuk penyajian yaitu: permainan dan
perlombaan, kerja individu dan kelompok, penerapan disiplin dan peraturan yang
sederhana, peralatan yang disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak (Modifikasi), dan berbagai tugas gerak untuk dilaksanakan dalam kelompok
anak. Pembelajaran pendekatan permainan merupakan pembelajaran permainan
ini diungkapkan Webb, et.al (2002:1) “Modifying and adapting games is an
important part of using this approach.”
Program ini terdiri dari atletik disesuaikan dengan anak-anak antara 6 - 13
tahun yang menyenangkan, menarik dan dapat diakses untuk semua tanpa
diskriminasi. Selain itu, Kids’Athletics telah dirancang untuk menjadi layak di
mana-mana, menggunakan peralatan yang disesuaikan, dibuat dari material lokal,
produk limbah dan sumber daya alam yang tersedia di lingkungan langsung.
Salah satu kendala yang sering ditemui di lapangan antara lain adalah
kurang tersedianya fasilitas dan perlengkapan untuk kegiatan atletik yang
memadai. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah dana untuk pengadaan dan
pemeliharaan peralatan atletik standar yang harganya relatif mahal dan sulit
dijangkau oleh anggaran sekolahnya.
Masalah lainnya adalah kemampuan guru penjas dalam menyajikan Proses
Belajar Mengajar (PBM) atletik yang lebih banyak menekankan pada penguasaan
teknik dan berorientasi kepada hasil atau prestasi siswa pada setiap nomor atletik.
Dengan demikian unsur bermain dan kesenangan siswa menjadi kurang
diperhatikan. Untuk itu barangkali kreatifitas guru penjas perlu terus
dikembangkan dan ditingkatkan dengan mencoba memodifikasi peralatan atletik.
Oleh karena itu, diharapkan melalui program Kids' Athletics dapat membawa
sebuah perubahan bagi pembelajaran atletik disekolah dan pembinaan atletik di
kegiatan ekstrakurikuler serta club-club atletik yang membina anak usia sekolah
Kids' Athletics suatu program pembinaan atletik bagi atlet usia pelajar sekolah dasar sesuai dengan kebijakan IAAF (International Athletics Amateur
Federation). Nomor-nomor perlombaannya adalah Kanga's Escape (Sprint/Gawang), Frog Jump (Loncat Katak), Turbo Throwing (Lempar Turbo)
dan Formula 1 (Lari, Rintangan, Slalom). Dalam Kids' Athletics, olahraga atletik
dibuat lebih mudah dilakukan karena banyak mengandung permainan dan
dipertandingkan dalam nomor beregu sehingga tidak menimbulkan rasa bosan.
(http://www.iaaf.org/mm/Document/imported/37262.pdf).
Dilihat dari jenisnya, program untuk anak Sekolah Dasar ini, memang lebih
sederhana di bandingkan dengan cabang atletik untuk anak usia sekolah
menengah. Selain lebih simpel jenis pembelajaran ini memang lebih
menyenangkan bagi anak. Penggunaan alat yang relatif murah serta mudah dalam
membuatnya.
Maksud dan tujuan dari Kids' Athletics itu sendiri ialah memberi motivasi
kepada anak-anak supaya terlibat dalam aktivitas fisik dan untuk mengetahui
sendiri keuntungan serta manfaat dari latihan yang teratur, mendorong anak-anak
untuk bermain dalam rangka meningkatkan kesehatan jangka panjang,
memberikan rangsangan kepada anak-anak untuk menanamkan nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam Kids' Athletics.
Masalah yang dihadapi penulis saat ini adalah, masih belum adanya data
empirik tentang penelitian Kids’ Athletics baik di luar negeri maupun di dalam
negeri agar supaya dijadikan bahan rujukan dan merevieuw penelitian yang sudah
Sedangkan program Kids’ Athletics saat ini sedang diperkenalkan di seluruh dunia
dan diimplementasikan, termasuk di Indonesia sudah terlanjur dilakukan
sosialisasi melalui pelatihan yang di peruntukan bagi setiap pelatih klub atletik
dan guru pendidikan jasmani yang ada di setiap Provinsi, Kota maupun
Kabupaten.
Di Indonesia sendiri telah dilakukan sosialisasi salah satunya di
Banyuwangi, yang di prakarsai oleh sebuah organisasi wanita atau PERWOSI
(Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia) Banyuwangi yang menjadi
anggota KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) serta mitra bagi induk
organisasi olahraga pada umumnya, mengadakan Sosialisasi dan Pelatihan Kid’s Athletics bagi Guru–guru Olahraga Putri Tingkat SD Se-Kabupaten Banyuwangi. Di Provinsi Jawa Barat sendiri sering dilakukan sosialisasi mengenai Kids’
Athletics Guru–guru Olahraga Tingkat SD Se-Kabupaten Bandung Barat. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan pelatihan Kids’ Athletics tersebut diharapkan
dapat dikembangkan oleh peserta di sekolah masing-masing sebagai upaya
memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, utamanya
mencetak atlet berprestasi sejak dini. Pada penelitian ini penulis mencoba
mengkaji mengenai program Kids’ Athletics . Program Kids’ Athletics dikemas
dalam program bermain atletik yang menyenangkan yang disesuaikan dengan
Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari hubungan antara
aktivitas fisik dan self-esteem (harga diri) namun saat ini masih sedikit dilakukan
penelitian mengenai pembinaan multilateral terhadap self-esteem dan kebugaran
jasmani di Indonesia.
Berikut adalah beberapa penelitian terkait:
1) Davis (2004:26) dalam penelitiannya yang berjudul “Athletic Participation and Self-Esteem in Eighth Grade Students” melakukan
penelitian untuk mengetahui perbedaan antara self-esteem anak kelas
delapan yang merupakan atlet olahraga kompetitif dan anak kelas delapan
yang tidak mengikuti berpartisipasi dalam olahraga kompetitif. Davis
menemukan bahwa anak-anak yang berpartisipasi dalam olahraga
memiliki self-esteem yang lebih tinggi daripada anak-anak yang tidak
berpartisipasi. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan bahwa anak yang
merasa sukses dalam olahraga yang diikutinya memiliki self-esteem yang
lebih tinggi daripada anak yang tidak sukses dalam olahraga yang
diikutinya.
2) Penelitian Gruber (1985), dari hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa
aktivitas jasmani menunjukan adanya hasil psikologis yang positif, dan
meningkatkan self-esteem bagi anak-anak muda.
3) Cung (2003:41) melakukan penelitian yang berjudul : “Physical self
concept between PE major and non-PE major student in Hong Kong”.
Penelitian ini dilakukan terhadap 92 orang mahasiswa jurusan pendidikan
perbandingan jumlah wanita dan pria yang seimbang. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa mahasiswa laki-laki dan mahasiswa jurusan
pendidikan jasmani yang biasanya mengalokasikan waktu yang lebih
banyak dalam aktivitas fisik memiliki kebugaran dan skill oriented self
concept yang lebih baik daripada mahasiswa wanita dan mahasiswa bukan jurusan pendidikan jasmani.
Dari beberapa penelitian di atas maka penulis bermaksud mencoba meneliti
program pembinaan Multilateral melalui Kids’ Athletics terhadap self-esteem dan
kebugaran jasmani.
B. Rumusan Masalah
Pentingnya pengembangan self-esteem pada diri anak perlu menjadi
perhatian para pendidik, terutama dalam upaya mengangkat kepercayaan diri anak
sehingga bisa berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pengembangan self-esteem pada diri anak melalui pembelajaran aktivitas jasmani
bisa dilakukan dengan merancang dan mengorganisasikan keberhasilan tugas
yang dilakukan oleh anak. Keberhasilan pelaksanaan tugas gerak ini sangat
bergantung pada pemilihan tugas ajar dengan memperhatikan tingkat kesulitan
gerak, kompetensi anak, dan cara-cara didaktik serta metodik pengajaran guru
pendidikan jasmani. Kejelasan tugas gerak, tahapan tugas gerak, dan cakrawala
gerak yang perlu dibelajarkan kepada anak perlu diperhatikan oleh guru
Oleh karena itu, masalah mendasar yang perlu mendapat perhatian dan
harus dicari pemecahannya adalah pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani
yang bagaimana yang sesuai untuk anak sekolah dasar dalam mengembangkan
self-esteem mereka. Untuk itu pembelajaran pada pendidikan dasar harus
memperhatikan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak pada tingkat
tersebut. Pembelajaran pada pendidikan dasar jangan terlalu menuntut untuk
menguasai suatu kompetensi tertentu yang mangakibatkan anak tidak merasa
nyaman belajar di sekolah. Pada Anak tingkat pendidikan dasar, pengalaman
belajar yang menyenangkan dibutuhan untuk perkembangan dan pertumbuhannya.
Hal ini berarti bahwa pembelajaran harus mengadopsi suatu pengalaman belajar
yang menyenangkan bagi anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Griffin et al,
(1995);. Lawton, (1989) dalam Kirk, D., and MacPhail, A. (2002) „Pendekatan
permainan lebih menyenangkan dibandingkan dengan pendekatan teknik,
sehingga mereka mungkin lebih sangat termotivasi untuk berpartisipasi.‟
Penelitian Alison & Thorpe, (1997), Rink, (1996), Turner & Martinek, (1992)
dalam Hopper (2002:2)„Pendekatan permainan mempunyai pengaruh yang sama
yaitu peningkatan kesenangan ketika belajar.‟
Pembelajaran yang diarahkan pada suatu kondisi yang menyenangkan
merupakan dambaan setiap anak, sehingga guru harus kreatif dan inovatif dalam
meramu kegiatan pembelajarannya. Salah satu pengalaman belajar dalam
pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa digunakan untuk memenuhi
Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan pembelajaran bermain, dengan bermain akan merasakan senang,
namun rasa senang itu akan makin terpenuhi bila yang bermain atau semua yang
bermain akan bermain sungguh-sungguh, tetapi bermain itu sendiri bukan
merupakan suatu kesungguhan. Pendapat ahli lainnya bahwa siswa lebih
termotivasi dan tertarik pada pelajaran permainan yang menekankan memainkan
permainan, salah satunya dijelaskan Sukintaka (1992:11) yaitu “Kalau anak
bermain atau diberi permainan dalam rangka pelajaran penjas, maka anak akan
melakukan permainan itu dengan senang, pada umumnya anak merasa lebih
senang melakukan permainan, dari pada melakukan cabang olahraga yang lain.”
Program pembinaan dengan Kids’ Athletics merupakan program multilateral dan merupakan program dengan karakteristik bermain yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar. Dengan program tersebut
diharapkan dapat lebih menarik dan memiliki keleluasaan waktu untuk
menyajikan seluruh aspek dalam gerak dasar dan dasar gerak olahraga.
Berdasarkan masalah penelitian yang dikemukakan diatas, dapat
dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap Self-Esteem Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran ?
2. Apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang signifikan
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang diajukan, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Meneliti apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap Self-Esteem Siswa di Sekolah Atletik Pajajaran.
2. Meneliti apakah program Kids’ Athletics memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap Kebugaran Jasmani Siswa di Sekolah Atletik
Pajajaran.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua orang maupun
semua kalangan terutama yang berkecimpung di dunia pendidikan khususnya bagi
penulis umumnya bagi pembaca. Manfaat penelitian dibedakan menjadi dua yaitu
manfaat secara teoritis dan manfaat praktis.
Manfaat secara teoritis diharapkan dapat menambah pemahaman dan
keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun manfaat praktis
dari penelitian ini adalah
1. Masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih meningkatkan
kualitas pembelajaran pendidikan jasmani.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani untuk
memasukan Kids’ Athletics menjadi materi dalam pembelajaran
E. Pembatasan Penelitian
Untuk menghindari penyebaran permasalahan penulis melakukan
pembatasan yang bertujuan agar tidak menyimpang atau terjadi salah penafsiran,
sehingga permasalahan akan lebih terarah. Adapun pembatasan yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Penelitian ini untuk mencari dan menemukan pengaruh Kids’ Athletics
terhadap self-esteem dan kebugaran jasmani.
b. Populasi yang digunakan dalam penelian ini adalah anak yang tergabung
ke dalam Sekolah Atletik Pajajaran Bandung sebanyak 60 orang, akan
tetapi dari 60 orang tersebut, anak yang mengikuti latihan dengan intensif
adalah sebanyak 30 orang, Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang
anak yang diambil melalui (total sampling), dari seluruh populasi anak
yang intensif mengikuti latihan.
c. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu angket self-esteem HSS, tes
kebugaran jasmani indonesia (lari cepat 40 m, Pull-up 30 detik, Sit-up 30
detik, Vertical jump, lari 600 m). (Depdiknas, 2003)
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang keliru dan memberikan penjelasan
istilah-istilah dalam penelitian ini, penulis menganggap perlu untuk memberikan
1. Kids’ Athletics
Program pembinaan atletik bagi anak usia 8 – 13 tahun yang sesuai dengan
kebijakan IAAF (International Athletics Amateur Federation).
Nomor-nomor perlombaannya adalah Kanga's Escape (Sprint/Gawang), Frog
Jump (Loncat Katak), Turbo Throwing (Lempar Turbo) dan Formula 1(Lari, Rintangan, Slalom).
(http://www.iaaf.org/mm/Document/imported/37262.pdf).
2. Self-Esteem
Slavin. E Robert (1994:91) mengatakan self esteem adalah nilai-nilai yang
ada pada diri, kemampuan dan perilaku. Self esteem dapat dikatakan
sebagai penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri karena apa yang
ada pada diri seseorang itu adalah kekuatan yang mesti dihargai dan
dikembangkan.
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view
&id=69&Itemid=97
3. Kebugaran Jasmani
(Giriwijoyo, 2007:23). Kebugaran jasmani sesungguhnya adalah derajat
sehat dinamis tertentu yang dapat menanggulangi tuntutan jasmani dalam
melaksanakan tugas hidup sehari-hari dengan selalu masih mempunyai
cadangan kemampuan (tidak lelah berlebihan) untuk melakukan kegiatan
fisik extra serta telah pulih kembali esok harinya menjelang tugas
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Saat melakukan penelitian seorang peneliti memerlukan suatu metode
sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan penelitian dan membantu
mengungkapkan suatu permasalahan. Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak
terlepas dari metode yang digunakan dalam penelitian. Masalah yang diteliti serta
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu penelitian akan menentukan penggunaan
metode penelitian.
Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh
data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam
pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan
metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Disamping itu penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan
dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari efektifitas,
efisiensi, dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif
apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan
yang diharapkan. Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penggunaan
waktu, fasilitas, biaya, dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun
dapat mencapai hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu
penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi
Sehubungan dengan masalah yang diutarakan dalam penelitian ini, penulis
mengunakan metode ex post facto. Dalam hal ini Kerlinger (1964:360)
mendefinisikan metode penelitian ex post facto sebagai:
The research in which the independent variable or variable have already occurred and in which the researchers starts with the observations of a dependent variable or variables in retrospect for their possible relations to, and effects on, the dependent variable or variables.
Pendapat Kerlinger dapat disimpulkan bahwa ex post facto adalah suatu
metode penelitian yang di dalamnya variable bebas telah terjadi atau telah
dilaksanakan (tanpa ada perlakuan), dan peneliti memulai dengan mengobservasi
hubungan yang terlihat antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Lebih
lanjut Sugiyono (1999:7) mengemukakan bahwa “Penelitian ex post facto adalah
suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan
keudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut.”
Ciri utama dalam penelitian ex post facto adalah tidak adanya perlakuan yang
diberikan oleh peneliti atau dengan kata lain perlakuannya sudah dilakukan tanpa
ada control dari peneliti. Hal ini seperti dijelaskan oleh Nasir (1999:73) sebagai
berikut: “sifat penelitian ex post facto yaitu tidak ada kontrol terhadap variabel.
Variabel dilihat sebagaimana adanya.” Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari
data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung.
Metode penelitian ex post facto disebut juga dengan istilah metode Causal
dan Metrota (1966) yang dikutip oleh Luky (2011:) menjelaskan bahwa: This
method is based on mill’s canon of agreement and disagreement which states that
causes of a given observed effects may be ascertained by noting elements which are invariable present when the result is present and which is invariably absent
when the result is absent.
Pernyataan Sukhia dkk tersebut dapat disimpulkan bahwa metode causal
comparative berdasarkan pada aturan dan suatu perjanjian dan perbedaan paham
dalam suatu keadaan, yang menyebabkan efek yang diamati. Diberikan mungkin
melalui penambahan dengan cara mencatat unsur-unsur yang diperoleh ketika
hasilnya tidak berubah-rubah serta tanpa alternative meskipun hasil yang diraih
kosong atau tidak tampak.
B. Desain Penelitian
Untuk memberikan gambaran mengenai alur pikir dalam penelitian ini
penulis memberikan gambaran sebuah desain penelitian casual-comparative dari
Fraenkel, etc. (1993). Desain yang dipilih oleh penulis dimaksudkan untuk
membandingkan dengan kelompok peneliti yang berbeda terhadap satu variabel
yang akan diteliti. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh frankel etc. (1993:321)
X1 Y1
X2 Y2
Gambar 3.1 Desain Penelitian Causal-Comparative (Sumber: Frankel etc, 1993:321)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan desain penelitian causal
comparative, atau dengan kata lain menitikberatkan pada penelitian komparatif. Menurut Sugiyono (2005:11) menjelaskan penelitian komparatif sebagai berikut:
“suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Disini variabelnya masih sama
dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau
dalam kurun waktu tertentu.” Pada desain ex post facto komparatif, sampel dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang seolah-olah diberikan perlakuan dan
kelompok yang tidak diberikan perlakuan yang berfungsi sebagai kelompok
pembanding.
Maka untuk lebih memudahkan penelitian, desain penelitiannya yang sudah
dimodifikasi dapat dilihat pada gambar 3.2. Berikut ini:
Gambar 3.2 Desain Penelitian Causal-Comparative modifikasi Fraenkel dkk, (1993)
Group Independent Variable Dependent variable
I C1 0
(Kids’ Athletics) (Self-Esteem dan Kebugaran Jasmani)
II C2 0
Keterangan gambar :
X1 = Kelompok Kids’ Athletics X2 = Kelompok Kontrol
Y = Tes self-esteem dan tes kebugaran jasmani
Mengenai langkah-langkah penelitian, pendapat Sutresna (2002:125) yang
diadaptasi dari Gay (1996:91-98) menjelaskan bahwa: “Umumnya langkah
penelitian diawali dengan proses penelusuran masalah, penelusuran data dan teori,
perumusan hipotesis, penentuan model penelitian, analisis dan interpretasi data,
penarikan kesimpulan, implikasi dan saran.” Secara skematis, langkah penelitian
tersebut tersusun dalam gambar berikut:
Gambar. 3.3 Langkah-langkah Penelitian Diadaptasi dari sumber: LR. Gay, Educational Research; Competencies for Analysis and Application;
New Jersey, Prentice Hall Inc. (1996,pp. 91-98).
Mencari Permasalahan yang terjadi di Lapangan sehingga memunculkan beragam masalah penelitian (Selection And Definition Of A Problem)
Perumusan Hipotesis dengan mengacu pada kerangka berpikir dan kajian empirik serta teoritik
Penentuan Metode Penelitian berkenaan dengan: Sampel, Instrumen, desain dan prosedur penelitian (method,
subject, instruments, design & procedure)
Analisis dan Interpretasi Data (data analysis)
Penarikan kesimpulan, implikasi dan saran berdasarkan hasil penelitian
Penelusuran beragam data empirik dan teoritik sebagai landasan berpikir berkaitan dengan masalah penelitian
1. Program latihan Kid’s Athletics
Pertemuan 1 s/d pertemuan ke 8
Fokus : Fisik: Mengembangkan komponen biomotorik dasar, yaitu kelentukan, kekuatan, dan daya tahan
Teknik: Memperbaiki kesalahan teknik-teknik dasar dengan Running ABC, permainan POA, Kids’ Athletics.
Mental: Mengembangkan unsur disiplin, motivasi, kerjasama dalam maupun luar latihan dan menanamkan kebiasaan serta komitmen berlatih, team building
Frekuensi 3 Kali per Minggu. (8 sesi) Lamanya 20-60 menit
Intensitas Rendah
Interval istirahat
Sedikit atau tidak ada istirahat antara set.
Pertemuan ke 9 s/d pertemuan ke 12
Fokus Fisik: Pengembangan unsur fisik dasar (kelincahan, daya tahan otot, power, dan stamina), dan pemeliharaan
Teknik: Memperbaiki kesalahan teknik-teknik dasar dengan Running ABC, permainan POA, Kids’ Athletics.
Mental: Disiplin, team building, motivasi, kerjasama dalam maupun luar latihan dan menanamkan kebiasaan serta komitmen berlatih.
Frekuensi 3 Kali per Minggu (4 sesi) Intensitas Rendah hingga menengah
Lamanya Ditentukan oleh intensitas, jumlah set, interval istirahat (contoh : semakin tinggi intensitas dan lamanya, semakin panjang interval istirahat (jedah):jumlah set bervariasi.
Pertemuan ke 13 s/d pertemuan ke 16
Fokus Teknik: Running ABC, Kombinasi permainan POA, Kids’
Athletics.
Mental: Team building (pembentukan tim): penetapan tujuan (goal vision), Kerjasama tim (team work): (communication), team spirit: (motivation, achievement, character).
Fisik : pemeliharaan Frekuensi 3 kali perminggu. (4 sesi)
Lamanya Singkat, unik, tiap set tidak boleh dari 3 menit. Intensitas Menengah hingga tinggi
Lamanya istirahat
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupaka
penelitian populasi. Sampel menurut Arikunto (2002 : 109) adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Setiap penelitian selalu berhubungan dengan
sejumlah objek yang akan diteliti baik berupa benda maupun manusia. Objek yang
akan diteliti itu disebut populasi. Menurut Sudjana (1989: 84), bahwa: “Populasi
maknanya berkaitan dengan elemen yakni unit tempat diperoleh informasi.
Elemen tersebut bisa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, kelas,
organisasi dan lain-lain. Dengan kata lain populasi adalah kumpulan dari sejumlah
elemen.” Populasi anak yang tergabung ke dalam Sekolah Atletik Pajajaran
Bandung sebanyak 60 orang.
2. Sampel
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi”, Sugiyono (2009: 62). Mengenai berapa besarnya sampel tidak ada
ketentuan yang jelas berapa jumlahnya yang akan diteliti yang diambil dari
populasi, maka syarat utama dari sampel tersebut adalah mewakili dari populasi
yang ada.
Tentang pengambilan sampel menurut Sugiyono (2012:122), menjelaskan
tentang nonprobability sampling bahwa “nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur
sampling ini terdapat beberapa teknik pengambilan sampel, Sugiyono (2012: 123)
menjelaskan bahwa :”Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota aksidental, purposive, jenuh, snowball”. Dari pernyataan diatas peneliti
menggunakan teknik sampling jenuh.
Populasi anak terdapat 60 orang, akan tetapi dari 60 orang tersebut, anak yang
mengikuti latihan dengan intensif adalah sebanyak 30 orang. Masih adanya anak
yang tidak mengikuti latihan dengan intensif, dalam hal ini peneliti tidak dapat
memaksa anak yang akan diteliti untuk mengikuti latihan. Maka peneliti
menggunakan Sampel seluruh anak yang masih intensif mengikuti latihan
sebanyak 30 orang anak. Sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012:124), bahwa
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil menggunakan sampling
jenuh (Total Sampling). Istilah lain dari sampling jenuh adalah sensus, dimana
semua anggota populasi dijadikan sampel. Dalam penentuan sampel, kemampuan
anak yang mengikuti latihan di Sekolah Atletik Pajajaran Bandung bersifat
heterogen, sehingga, anak tidak memiliki peluang yang sama untuk menjadi
sampel maka teknik penentuan sampel yang tepat adalah menggunakan teknik
nonprobability sampling.
Arikunto (2006:130) dalam pembahasannya mengenai sampel menyatakan
bahwa:
D. Variabel Penelitian
Sebelum mengambil kesimpulan-kesimpulan teoritis, seorang peneliti harus
mengidentifikasikan variabel-variabel utama yang akan diteliti agar penelitian
yang akan dilakukan tidak menyimpang dari variabel-variabel yang telah
ditentukan oleh penulis.
Menurut Rosmalawati (2000: 29) yang mengatakan:
Berdasarkan terdapatnya, variabel secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu variabel pada masalah dan variabel pada tujuan. Variabel yang terdapat pada masalah penelitian disebut variabel bebas yakni yang sifatnya mempengaruhi, sedangkan variabel yang terdapat pada tujuan penelitian disebut variabel terikat yakni yang sifatnya dipengaruhi.
Variabel yang akan diteliti terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat
(Y). Varabel bebas adalah variabel yang bisa menyebabkan perubahan
(mempengaruhi) terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel terikat itu sendiri
adalah variabel yang menjadi akibat (dipengaruhi), disebabkan oleh variabel
bebas.
Dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel-variabel yang akan dikaji
sebagai pembatas terhadap kemungkinan terjadinya penafsiran-penafsiran suatu
istilah yang menyebabkan kekeliruan pendapat dan mengaburkan pengertian yang
sebenarnya. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kids’ Athletics . Untuk
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data supaya pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2002:128).
Dari pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa instrumen adalah alat
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Instrumen tersebut berbentuk angket Self-esteem dan tes
kebugaran jasmani. Melalui angket ini dapat diperoleh informasi atau gambaran
secara mendalam mengenai pengaruh siswa yang mengikuti program Kids’
Athletics terhadap Self-esteem, serta dapat diperoleh informasi secara mendalam mengenai pengaruh siswa yang mengikuti program Kids’ Athletics terhadap
kebugaran jasmani.
Perlu dijelaskan bahwa dalam menyusun pernyataan agar responden dapat
menjawab salah satu alternatif jawaban, maka pernyataan-pernyataan tersebut
disusun dengan berpedoman pada penjelasan Surakmand (1990:184) sebagai
berikut:
a. Rumuskan setiap pernyataan sejelas-jelasnya dan seringkas-ringkasnya.
b. Mengajukan pernyataan-pernyataan yang memang dapat dijawab oleh responden, pernyataan mana yang tidak menimbulkan kesan negatif.
c. Sifat pernyataan harus netral dan objektif.
d. Mengajukan hanya pernyataan yang jawabannya tidak dapat diperoleh dari sumber lain.
Dari uraian yang dipaparkan sebelumnya, maka dalam menyusun pernyataan
dalam angket ini harus bersifat jelas, ringkas, dan tegas. Berikut adalah instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini:
1.
Hare Self-esteem Scale ( HSS )esteem (harga diri) diukur dengan menggunakan instrumen Hare Self-esteem Scale ( HSS ) yang dikembangkan oleh Bruce R. Hare (Kevin Corcoran & Joel Fischer, 2000 : 550-552), menyatakan bahwa HSS adalah instrumen yang
didesain untuk menyediakan pengukuran self-esteem bagi siswa di sekolah dasar
yang berisikan 30 instrumen yang mengukur harga diri yang digunakan di sekolah
dasar. HSS berisi 10 item sub skala yang lebih spesifik (sebaya, sekolah dan
rumah), dan di sajikan secara jelas. Kesimpulan dari ke 30 item nantinya
merupakan pengukuran self-esteem secara umum. item-item tersebut terdiri dari
item untuk mengevaluasi diri dan item evaluasi lainnya. Item-item terseut juga
harus bisa membujuk si responden untuk melaporkan perasaan dirinya di setiap
area yang diukur. Ketiga area yang diukur untuk melihat self-esteem siswa adalah
teman sebaya, sekolah dan rumah, yang berupa area umum interaksi anak yang
nantinya self-esteem mereka tersebut akan berkembang menjadi perasaan berharga
mereka. Nanti hal tersebut akan mencerminkan sesuatu tentang anak secara umum
untuk evaluasi diri. HSS dapat diteliti baik secara individu atau kelompok, baik
secara lisan maupun tulisan. Korelasi HSS secara umum dengan. 83 baik untuk
(misalnya pencapaian skor membaca di sekolah). Hal ini menyatakan bahwa
perubahan di area spesifik self esteem tidak serta merta mengakibatkan perubahan
level self-esteem secara umum.
The HSS is a 30-item instrument that measures self-esteem of school age children. The HSS consists of three 10-item subscales that are area-specific (peer, school, and home) and presented as distinct units. The sum of all 30 items is viewed as a general self-esteem measure. Items were chosen to include both self-evaluative and other-evaluative items. The items are also intended to induce respondents to report a general sense of the self-feeling within each area. The rationale for concluding that the sum of the three subscales produces an overall measure of self-esteem is that peer, home, and school are the major areas of interaction for the child in which he or she develops a sense of self-worth. Thus, they represent something close to the child's universe for self-evaluation. The HSS can be administered individually or in groups, orally or in writing. The HSS general scale correlated .83 with both the Coopersmith Self-esteem Inventory and the Rosenberg Self-esteem Scale, indicating excellent concurrent validity. The HSS subscales also correlate significantly with changes in life status and with predicted area-specific activities (e.g., reading achievement scores with school subscale). This suggests that changes in area-specific sources of self-esteem do not result in changes in the level of general self-esteem.
2. Konsep Self-esteem
Self-esteem merupakan kebutuhan individu yang berhubungan dengan motif berprestasi dan kepercayaan diri sendiri. Self-esteem berkaitan erat dengan status,
pengakuan, dan reputasi yang menimbulkan perasaan untuk menghargai diri
sendiri. Maslow (Sudibyo Setyobroto, 2001:72)
Motif berprestasi adalah sebagai usaha mencapai sukses dengan tujuan
untuk berhasil dalam kompetisi berdasarkan ukuran keunggulan. Ukuran keunggulan
ini dapat dilihat berdasarkan pelaksanaan tugas, keberhasilan diri sendiri dan
mempertahankan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala aktifitas dengan
menggunakan suatu ukuran tertentu sebagai pembanding. Beberapa indikator dari orang
yang memiliki motif berprestasi yang baik dan kurang baik adalah:
Percaya diri dengan kemampuannya untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan.
Memahami kemampuan dan potensi diri.
Sulit berprestasi.
Kepercayaan diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualitas
diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal dan memahami diri
sendiri. Sementara itu, kurangnya percaya diri akan menghambat
pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan
menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan
ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam
menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan
orang lain. Beberapa indikator dari orang yang memiliki Percaya diri yang baik dan
kurang baik adalah:
Percaya diri atas kemampuan dan potensi diri.
Mampu memlihara hubungan dengan orang lain.
Pesimis.
Tidak menerima keadaan diri sendiri.
Percaya diri bahwa kemampuan dan potensinya tidak kalah dengan orang
lain.
Perasaan diri adalah suatu fakta yang tak dapat disangkal. Perasaan itu
semestinya dialami. Perasaan secara umum dapat memberikan dampak
menyeluruh dalam dimensi kehidupan kita. Perasaan positif akan
memberikan motivasi positif, sedangkan perasaan yang dinilai negatif
memberikan motivasi negatif pula. Perasaan itu unik, bahwa setiap reaksi
terhadap segala sesuatu selalu melalui perasaan.
Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing.
Merasa pantas.
Merasa tidak pantas.
Merasa tidak berguna bagi orang lain.
Penghargaan diri: Maslow membagi penghargaan menjadi dua, yaitu
pengahargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan terhadap orang lain.
Penghargaan terhadap diri sendiri atau harga diri meliputi kebutuhan
akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
kemandirian dan kebebasan. Sedangkan penghargaan terhadap orang lain
meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, atau
keberhasilan dalam masyarakat. Beberapa indikator dari orang yang memiliki
penghargaan diri yang baik dan kurang baik adalah:
Tidak aktif dalam hidup berkelompok.
Aktif dalam hidup berkelompok.
Berikut adalah kisi-kisi angket yang memuat variabel penelitian, sub variabel,
indikator, nomor item. Indikator pada angket merupakan penjelasan atau rincian
dari setiap sub variabel berdasarkan kajian teoritik. Kisi-kisi angket Self-Esteem
yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-kisi angket Self-Esteem
Komponen Sub Komponen Indikator No. Item
Self-esteem merupakan
Motif berprestasi Percaya diri dengan kemampuannya untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan
26, 21, 16, 29
Memahami kemampuan dan potensi diri Sulit berprestasi
Kepercayaan diri Percaya diri atas kemampuan dan potensi diri potensinya tidak kalah dengan orang lain Percaya dirinya rendah
Perasaan diri Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
15, 30, 18, 27, 10
Merasa pantas Merasa tidak pantas
Merasa tidak berguna bagi orang lain
Penghargaan diri Aktif dalam hidup berkelompok 1, 4, 2
Tidak mampu memelihara hubungan dengan orang lain
Pertanyaan dalam angket HSS adalah sebagai berikut :
a) Skala Pengukuran Self-esteem antar Teman Sebaya
1. Saya mempunyai teman sejumlah yang dimiliki teman saya pada umumnya 2. Saya tidak sepopuler teman saya pada umumnya
3. Seperti halnya yang suka dilakukan teman saya, saya melakukan segala sesuatunya sebagus mereka
4. Dibandingkan teman saya pada umumnya, Saya paling percaya diri dengan kemampuan saya menghadapi situasi-situasi yang sulit.
5. Orang lain berfikir saya orang yang menyenangkan
6. Saya seringkali pendiam karena saya tidak seperti teman saya pada umumnya 7. Orang lain seringkali berharap mereka seperti saya
8. Saya seringkali berharap saya menjadi orang yang berbeda agar mendapatkan banyak teman
9. Jika teman sekelompok saya menentukan pemimpin kelompok kami, tentunya sayalah yang dipilih untuk posisi tinggi tersebut
10. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, saya bukanlah orang yang akan dimintai pertolongan.
b) Skala Pengukuran Self-esteem Di Rumah
11.Orang tua saya bangga terhadap orang seperti saya 12.Tidak ada orang yang memperhatikan saya di rumah 13.Orang tua saya berfikir saya dapat berdiri sendiri
14.Saya seringkali merasa jika mereka bisa, mereka akan menukar saya dengan anak lain
15.Orang tua saya berusaha memahami saya 16.Orang tua terlalu berharap dari saya
17.Saya orang yang penting bagi orang tua saya 18.Saya seringkali merasa tidak diinginkan di rumah
19.Orang tua saya percaya saya akan menjadi orang yang sukses di kemudian hari
20.Saya seringkali berharap saya dilahirkan di tengah-tengah keluarga lain.
c) Skala Pengukuran Self-esteem Di Sekolah
21.Guru saya terlalu berharap dari saya
24.Saya selalu bangga dengan rapor saya
25.Sekolah agak sulit buat saya dari pada sebagian besar orang lain 26.Guru saya seringkali terlihat senang dengan pekerjaan saya
27.Saya merasa percaya diri dengan kemampuan saya untuk belajar hal-hal baru. 28.Saya orang penting di kelas saya
29.Tampaknya tidak peduli seberapa kuat saya mencoba, saya tidak pernah mampu mendapatkan peringkat yang seharusnya saya raih
30.Saya merasa sangat beruntung memiliki guru-guru yang saya miliki sekarang ini.
(P/+) 1, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 16, 17, 19, 21, 22, 24, 26, 27, 28, 30 (N/-) 2, 6, 8, 10, 12, 14, 18, 20, 23, 25, 29
(Kevin Corcoran & Joel Fischer, 2000 : 550-552)
Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang
disajikan dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang sudah tersusun, dimana
responden tinggal memilih atau memberi tanda ceklish (√) pada kolom alternatif
jawaban sesuai dengan keadaan yang dirasakan pribadinya. Mengenai alternatif
jawaban dalam angket digunakan skala sikap yakni skala Likert dengan kategori
penyekoran dimana terlihat pada tabel 3.2
3. Tes kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)
Alat yang akan dipakai yaitu kebugaran jasmani untuk anak SD, tes ini telah
direvisi oleh Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi 1999. Tes ini memiliki
validitas sebesar 0,92 dan reliabilitas sebesar 0,89, tes ini terdiri dari lima item tes,
yaitu : (1) Lari cepat 30 m, (2) Angkat tubuh (Pull Up), (3) Baring duduk (Sit Up),
(4) Loncat tegak (Vertical Jump), (5) Lari 600 m. (Depdiknas, 2003)
Adapun pelaksanaan tesnya sebagai berikut :
a) Lari 30 meter.
Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.
Alat dan Fasilitas : Lintasan lurus lebih 30 meter, bendera start, peluit, stop
watch, dan tester.
Pelaksanaan :
Sikap permulaan, peserta berdiri di belakang garis start, sikap start
berdiri.
Pada aba-aba “YA” teste berlari secepat mungkin menuju garis finish
menempuh jarak 30 meter.
Lari diulang apabila mencuri start, tidak melewati garis finish,
diganggu oleh teste lain.
Penilaian :
Waktu diambil dari saat bendera diangkat sampai testee melewati garis
finish.
Gambar 3.4 Tes Lari Sprint 30 m
b) Tes Angkat Badan (Pull Up)
Tujuan : tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan
dan bahu
Alat dan Fasilitas : Palang tunggal, stop watch, serbuk magnesium karbonat,
tester.
Pelaksanaan :
Testee melompat dan menggantung
Kemudian mengangkat badannya sampai dagu berada di atas palang
tunggal
Pertahankan sikap tersebut selama mungkin
Penilaian :
Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh testee untuk
Gambar 3.5 Tes Angkat Badan (Pull-Up)
c) Tes Baring Duduk (Sit-Up)
Tujuan : tes ini bertujuan untuk kekuatan dan kekuatan otot perut
Alat dan Fasilitas : Matras, stop watch, tester
Pelaksanaan :
Berbaring terlentang dimatras, kedua lutut ditekuk 90°, kedua jari
tangan bersilang di belakang kepala.
Pada aba-aba “YA” testee bergerak mengambil sikap duduk dan
menyentuhkan kedua siku ke lutut dan kembali ke posisi semula.
Penilaian :
Hitung jumlah baring duduk secara sempurna yang bisa dilakukan
Gambar 3.6 Tes Baring Duduk (Sit-Up)
d) Tes Loncat Tegak (Vertical Jump)
Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur power tungkai.
Alat dan fasilitas: Papan berskala cm yang dipasang di dinding, serbuk kapur,
tester.
Pelaksanaan :
Testee berdiri tegak di samping papan skala, kemudian tangan yang
dekat dinding diangkat lurus ke atas dan sentuhkan ujung jari supaya
meninggalkan bekas pada papan skala.
Lakukan loncatan, dan sambil meloncat sentuhkan kembali jari tangan
ke papan skala.
Penilaian :
Dihitung jarak antara jangkauan sambil berdiri dan jangkauan sambil
Gambar 3.7 Tes Loncat Tegak (Vertical Jump)
e) Tes lari 600 meter
Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan jantung, peredaran
darah, dan kapasitas aerobik.
Alat dan fasilitas : Lintasan, stop watch, tester.
Pelaksanaan : Dihitung waktu tempuh dari mulai garis start sampai garis
finish dalam catatan waktu menit dan detik.