• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KETERAMPILAN BAHASA TULIS MELALUI HASIL GAMBAR ANAK : Studi Deskriptif Analitik Di TK Al-Furqon Jl. H Alpi No 1 Kelurahan Cibuntu Barat Kecamatan Bandung Kulon Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI KETERAMPILAN BAHASA TULIS MELALUI HASIL GAMBAR ANAK : Studi Deskriptif Analitik Di TK Al-Furqon Jl. H Alpi No 1 Kelurahan Cibuntu Barat Kecamatan Bandung Kulon Bandung."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran di PAUD menggunakan pendekatan bermain sambil belajar

yang merupakan sarana efektif dalam upaya mengembangkan seluruh potensi

anak. Melalui bermain seluruh aspek perkembangan anak baik fisik, kognitif,

bahasa, sosial emosional dapat dikembangkan. Bermain dapat memberikan

kesempatan belajar, mengekspresikan ide dan pikirannya serta dapat

mengembangkan keterampilan- keterampilan yang dimiliki anak yaitu

keterampilan literasi (baca tulis dini). Keterampilan baca tulis tersebut merupakan

modal awal anak untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.

Idealnya dalam memperkenalkan anak dengan baca tulis, guru dapat

mempergunakan berbagai macam kegiatan seperti bercerita, bernyanyi dan

menggambar sehingga anak memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.

Guru tidak hanya melakukan drill kepada anak sehingga terkesan memaksa saat

mengajarkan baca tulis dan akan berdampak negatif pada mental anak. Solehudin

(2000:72) mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan baca tulis

awal, para guru dan orangtua dapat melakukannya dengan menyediakan

lingkungan kelas dan rumah yang kaya dengan bahan - bahan tulisan seperti buku

cerita bergambar, majalah, koran serta poster-poster huruf dan gambar sehingga

anak mendapatkan pengalaman yang bermakna dalam mengembangkan

(2)

hanya dengan mengajarkan abjad, membunyikan huruf, suasana yang memaksa

dan kurang menyenangkan, maka dinilai kurang tepat.

Salah satu cara yang sering dilakukan untuk memfasiitasi keterampilan baca

tulis anak di sekolah adalah melalui kegiatan seni yaitu menggambar. Jerold Ross

dari National Art Research Centre berpendapat bahwa aktivitas seni rupa dan

mendengarkan musik memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan

akademik anak, karena kegiatan tersebut mempunyai kapasitas yang besar untuk

meningkatkan konsentrasi dan fokus terhadap apa yang dikerjakan (Read, 2000).

Penelitian yang dilakukan Jensen terhadap 96 anak kelas 1 selama 7 bulan

diberikan perlakuan berupa kegiatan seni rupa dan mendengarkan musik, hasilnya

pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan keterampilan membacanya

49%, konsep matematika 55% dan keterampilan pemecahan masalah 63%. Pada

kelompok eksperimen keterampilan membacanya 49%, konsep matematika 73%

dan keterampilan pemecahan masalah 71%.

Read juga mengungkapkan bahwa '' drawing can help student sharpen

perception and knowledge, increasing understanding of the world, design

inventions and solvè problem''. Menggambar juga dapat membantu siswa untuk

mengasah persepsi dan pengetahuan, meningkatkan pemahaman tentang dunia,

rancangan dan pemecahan masalah dalam kegiatan sehari-hari, aktifitas

menggambar dapat dilakukan secara spontan (berdasarkan kegiatan anak), sesuai

dengan rencana pembelajaran atau sebagai media evaluasi bagi anak dimana anak

menggambarkan pengalaman/pengetahuan mereka mengenai hal yang telah

(3)

sarana pengekspresian ide, gagasan dan pengalaman-pengalaman yang telah

dialami anak. bahkan aktivitas menggambar memiliki peranan yang sangat

penting mengingat pembendaharaan kosa kata anak yang masih terbatas. Sehingga

anak bisa menuangkan perasaannya didalam gambar tersebut dan diharapkan

orang dewasa dapat menangkap makna apa yang akan disampaikan anak.

Hal tersebut didukung oleh Berger (1984) dalam sun ardi (2005: 19) yang

mengemukakan bahwa '' seeing comes before words, the child looks and

recognize before it can speak ''. Anak mengungkapkan semua ide yang dilihatnya

kemudian menuangkannya dalam goresan- goresan sebelum mereka dapat

mengungkapkannya dengan kata- kata. Clarke (1974) meneliti 81 anak dengan

usia berkisar 3- 6 tahun untuk menguji hubungan antara tingkat coretan/ gambar

anak dengan bagaimana anak merespon komunikasi dari orang dewasa. Hasilnya

ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan anak dalam

merespon pengarahan dari orang dewasa dengan tingkat perkembangan

menggambar anak. Selain sebagai media komunikasi, coretan/ gambar juga dapat

menjadi media ekspresi untuk mengungkapkan perasaan, suasana hati dan

keinginan.

Sidelnick (2000: 174) menjelaskan bahwa '' drawing can move children from

the visual to spoken and then to the written word and can be used to give children

with learning disabillities to desire to learn and to write ''. Gambar dapat

memberikan pemahaman anak dari sesuatu yang visual menuju ke kemampuan

berbicara dan pada akhirnya kepada keterampilan menulis kata, selain itu juga

(4)

perkembangan baca tulis dini dimulai pada awal kehidupan seseorang,

kemampuan baca tulis berkembang sejalan dengan kemampuan visual dan

keterampilan motorik anak (Steffani 2009).

Senada dengan hal tersebut, Karnowski dalam Sildenick (2000: 177) meyakini

bahwa '' drawing as one of the primary ways young children can communicate''.

Dengan begitu dengan menggambar seharusnya gambar anak dapat mewakili apa

yang anak pikirkan sehingga orang dewasa bisa mamaknai gambar anak tersebut

sebagai suatu bentuk komunikasi diantara keduannya. Tabrani (2005) berpendapat

bahwa anak-anak yang masih belum menguasai bahasa kata dan bahasa tulisan

dengan baik, dapat dengan mudah berkomunikasi dengan bahasa rupa yang telah

dianugerahkan oleh tuhan sejak anak berusia sekitar 2 tahunan.

Gambar anak memiliki keunikan/ kekhasannya tersendiri dan memiliki pesan

dan makna yang dapat dilihat/ ditangkap oleh seseorang yang melihat gambar

tersebut. Pesan dan makna tersebut dapat diartikan sebagai suatu bentuk

komunikasi yang didasarkan pada sistem simbol tertentu, sejajar dengan bahasa

isyarat dan bahasa lisan. Musfiroh (2010: 6) mengartikan nya sebagai bahasa tulis

dan didukung oleh pernyataan Santrock (2005) juga menyebutkan bahwa bahasa

tulis terdiri dari satuan lingual yang digunakan dalam satu komunitas, memiliki

kaidah pemenggalan dan pengkombinasian.

Anak-anak dapat menggambar dengan bebas baik itu hasil pengalaman

mereka atau menggambar beraneka macam bentuk seperti representasi

pemikirannya terhadap sebuah objek. Aktivitas menggambar tersebut dapat

(5)

anak dengan menggambar juga seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan

gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Kegiatan menggambar sudah

dapat dimulai saat anak menunjukan perilaku seperti mencorat-coret buku atau

dinding, kondisi tersebut menunjukan berfungsinya sel-sel otak yang perlu

dirangsang supaya berkembang secara optimal (Depdiknas 2007:6).

Namun orang tua dan guru seringkali kurang memahami gambar anak atau

menganggap remeh coretan-coretan anak tersebut, sehingga pada akhirnya orang

dewasa tidak menangkap pesan, gagasan dan makna dari gambar yang telah

dihasilkan oleh anak. Padahal kegiatan menggambar merupakan kegiatan yang

cukup sering dilakukan oleh anak baik di rumah maupun disekolah. Iskandar

dalam Rudiyanto (2003) mengobservasi empat buah SD di sebuah wilayah Jawa

Barat dan hasilnya mengemukakan bahwa guru umumnya menilai gambar anak

hanya dari kerapihan dengan menggunakan angka. Beranggapan bahwa gambar

hanyalah sebatas karya seni yang dilihat dari segi estetikanya tetapi tidak

dijadikan indikator untuk evaluasi perkembangan anak.

Sungguh sangat disayangkan apabila gambar hanya dilihat dari segi kerapihan

dan estetikanya, padahal beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ada

keterkaitan aktivitas menggambar, menulis, membaca dan matematika di TK

(Steffani & Paula, 2009). Adanya hubungan antara menggambar dan keterampilan

memecahkan masalah dalam matematika (Edens dan Ellen, 2007) serta gambar

anak mengandung inner potency matematika dan dapat mengembangkan

(6)

Ernst dalam Sidelnick (2000: 176) mengungkapkan '' the relationship between

seeing, telling, drawing and writting is initiate essential and a significant aspect

of teaching the writting act ''. Adanya hubungan antara apa yang dilihat,

dikatakan, menggambar dan menulis adalah hal yang penting dan merupakan

aspek yang signifikan dalam mengajarkan menulis. Pernyataan yang sama

dikemukakan oleh Clay dalam Yang (2006: 146) '' children's drawing is closely

linked to thinking, talking, reading and writting. They express and interpret

meanings in mark making and drawings as well as in speaking and writing.

Gambar anak sangat berhubungan dengan aspek berfikir, berbicara, membaca dan

menulis. Anak dapat mengekspresikan dan menggambarkan arti dari apa yang

telah anak gambar sama halnya dengan berbicara dan menulis.

Berbagai macam coretan, garis dan objek yang digambar anak adalah

merupakan tahapan-tahapan atau cikal bakal keterampilan literasinya. Garis

bergelombang, garis vertikal, garis horizontal dan berbagai macam bentuk seperti

segitiga, lingkaran, oval, kotak dan yang lainnya merupakan unsur yang

terpenting dalam mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak. Melihat

pentingnya hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan

(7)

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Agar substansi dari penelitian ini dapat mengarah dengan jelas dan tepat,

maka peneliti memfokuskan permasalahan utama dalam penelitian ini adalah

pada ''Identifikasi keterampilan bahasa tulis melalui hasil gambar anak''.

Permasalahan tersebut diuraikan kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah gambaran keterampilan bahasa tulis anak TK Al- Furqon?

2. Bagaimana kaitan antara hasil gambar anak– anak di TK Al- Furqon dengan

pengalaman dirumah atau sekolah ?

3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi gambar anak – anak di TK Al-

Furqon ?

4. Bagaimana hubungan ekspresi gambar dengan kognisi anak ?

5. Bagaimana upaya guru dan orangtua dalam memfasilitasi kegiatan

menggambar anak untuk mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti tentang

gambar sebagai cikal bakal keterampilan baca tulis dini. Secara lebih khusus

penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Mengetahui gambaran keterampilan bahasa tulis anak TK Al- Furqon.

2. Mengungkap keterkaitan gambar anak di TK Al-Furqon dengan pengalaman

yang mereka alami dirumah dan disekolah.

3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi gambar anak di TK Al-

(8)

4. Mengungkap hubungan antara ekspresi gambar dengan kognisi anak.

5. Menjelaskan upaya guru dan orangtua untuk lebih memfasilitasi kegiatan

menggambar anak untuk dapat mengembangkan keterampilan bahasa tulis

anak.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai

pihak, diantaranya :

1. Bagi Pengembangan Teori

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pengembangan teori perkembangan bahasa tulis dan literasi anak usia dini

khususnya tentang cara mengidentifikasi gambar anak.

2. Bagi Kepentingan Praktek a. Guru

1) Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan

untuk dapat mengidentifikasi dan memahami makna yang ada

didalam gambar anak.

2) Melakukan beberapa stimulasi- stimulasi yang dapat dilakukan

dikelas untuk mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak.

3) Guru dapat lebih mengoptimalkan aktivitas gambar anak dalam

(9)

b. Orangtua

1) Dapat memberikan pemahaman dan informasi kepada orangtua

bahwa setiap gambar anak memiliki maknanya sendiri yang dapat

mengungkapkan beberapa aspek perkembangan anak seperti

keterampilan bahasa tulis.

2) Lebih memberikan kebebasan anak untuk berekspresi melalui

coretan-coretannya sehingga dapat mengembangkan keterampilan

bahasa tulis anak.

3) Selalu melakukan stimulasi dengan menyediakan lingkungan yang

(10)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Al-Furqon yang beralamatkan di Jl. H

Alpi No 1 Bandung. TK Al-Furqon ini telah berdiri sejak tahun 1982 dan sudah

terakreditasi A pada tahun 2008. Secara keseluruhan ada empat kelas di TK

Al-Furqon, kelas A (Kijang) ada 16 anak, B1 (Jerapah) 13 anak dan B2 (Macan) 12

anak sehingga jumlah keseluruhannya pada tahun ajaran 2011/ 2012 adalah 41

anak. Siswa-siswi yang bersekolah di TK Al-Furqon pada umumnya adalah

anak-anak yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi sekolah.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah semua anak kelompok B TK Al-Furqon

yang berjumlah 25 anak yang hasil gambar nya dijadikan sebagai objek penelitian.

Dari hasil gambar yang ada, peneliti melakukan klasifikasi sesuai dengan

beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Peneliti membuat 3 kriteria

terhadap gambar anak yaitu : meningkat, stabil dan menurun. Klasifikasi tersebut

untuk memudahkan peneliti pada saat menganalisis

B. Desain Penelitian

Bungin (2007) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, desain

(11)

kasuistik sehingga sulit membuat kesamaan dengan desain penelitian yang

bersifat umum. Dengan mengadaptasi desain penelitian dari Bungin (2007: 134),

maka pelaksanaan penelitian ini mengikuti beberapa tahapan yaitu: tahap

eksplorasi atau observasi umum, tahap eksplorasi terfokus, tahap pengumpulan

data dan tahap konfirmasi dan verifikasi data.

1. Tahap Eksplorasi atau Observasi Umum

Kegiatan eksplorasi atau observasi secara umum dilakukan terhadap

beberapa TK yang akan dijadikan lokasi penelitian. Peneliti mengeksplorasi

sekolah yang berada di Kecamatan Bandung Kulon seperti TKK Penabur, TK

Bandung Raya, TK Al-Furqon, TK Profita dan PAUD Al- Barokah. Tahap

eksplorasi dan observasi umum berupa status sekolah, perizinan penelitian,

jumlah anak dan kegiatan menggambar bebas di sekolah tersebut. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengambil keputusan mengenai

sekolah mana yang akan lokasi penelitian.

Akhirnya peneliti memutuskan bahwa TK Al-Furqon lah yang menjadi

lokasi penelitian. Setelah menetapkan lokasi penelitian, tahap selanjutnya yaitu

tahap observasi umum yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2012. Pada saat

observasi umum, peneliti menjelaskan kepada Kepala sekolah dan Guru tentang

aspek apa yang akan diteliti, sehingga pada saat pengumpulan data tidak terjadi

kesalahpahaman. Begitu juga dengan anak-anak yang menjadi subjek penelitian,

observasi umum dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik antara peneliti dan

anak sehingga pada saat peneliti melakukan wawancara terkait bahasa tulis, anak

(12)

2. Tahap Eksplorasi Terfokus

Tahap selanjutnya yaitu tahap eksplorasi terfokus dimana pada tahap ini

peneliti menentukan sasaran penelitian dan fokus yang akan diteliti. Peneliti

menentukan TK Al- Furqon sebagai lokasi penelitian sedangkan untuk fokus

masalah yang akan diamati yaitu kegiatan menggambar bebas dan keterampilan

bahasa tulis anak usia 5- 6 tahun.

3. Tahap Pengumpulan Data

Setelah melakukan kegiatan eksplorasi terfokus, peneliti masuk pada tahap

pengumpulan data. Pada tahap ini, peneliti mempertimbangkan berbagai hal

seperti penciptaan rapor yang dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan serta

hubungan yang akrab dengan anak dan guru, pemilihan sampel dan teknik-teknik

pengumpulan data.

Setelah melakukan tahap observasi umum, tahap selanjutnya yaitu tahap

pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 5 Maret 2012 s.d 4 April 2012.

Peneliti melakukan pengumpulan hasil karya anak berupa gambar bebas atau

gambar yang tidak bertema. Anak menggambar secara bersama-sama/ klasikal

dikelas dan peneliti melakukan observasi terhadap hasil karya gambar anak,

mewawancara anak untuk mengetahui keterampilan bahasa tulis yang tertuang

dalam hasil karya gambar anak tersebut. Pelaksanaan menggambar bebas tidak

dilakukan setiap hari, hal ini dilakukan untuk mencegah anak bosan dalam

menggambar. Proses pengumpulan data berupa hasil karya anak dilakukan

seminggu 2 sampai 3 kali. Berikut adalah jadwal pengumpulan data dapat dilihat

(13)

Tabel 3.1

Proses Pengumpulan Data

Jumlah gambar yang terkumpul merupakan jumlah gambar pada saat

pelaksanaan pengumpulan gambar sehingga apabila anak yang tidak hadir

dikarenakan sakit atau karena lain hal, tidak dapat menyusul untuk

mengumpulkan gambar. Adapun profil subjek penelitian dapat dilihat pada tabel

di bawah ini : Lokasi Penelitian

Observasi umum

Pengumpulan Data Gambar yang terkumpul

TK Al - Furqon Jumat, 2 Maret

2012

Senin, 5 Maret 2012 17

Kamis, 8 Maret 2012 23

Selasa, 13 Maret 2012 23

Kamis, 15 Maret 2012 20

Senin, 19 Maret 2012 19

Jumat, 23 Maret 2012 21

Selasa, 27 Maret 2012 17

(14)

Tabel 3.2

Profil Subjek Penelitian

No Kelas Nama Usia

1

B 1 Jerapah

AM 6 tahun

2 DZ 6 tahun

3 FLY 6 tahun

4 MM 6 tahun

5 NAR 5,6 tahun

6 RNP 6 tahun

7 RM 6 tahun

8 RJ 6 tahun

9 SAF 5, 9 tahun

10 SB 6 tahun

11 SFM 6 tahun

12 SRD 6 tahun

13 SP 6 tahun

14 NPH 6 tahun

15

B 2 Macan

AFK 6,5 tahun

16 CSA 6 tahun

17 IN 6 tahun

18 MRR 6 tahun

19 NAP 6,4 tahun

20 RRI 6,6 tahun

21 RVD 6 tahun

22 SNN 6,5 tahun

23 SPH 6 tahun

24 LS 6,1 tahun

25 MRF 6,11 tahun

4. Tahap Konfirmasi dan Verifikasi Data

Tahap konfirmasi dan verifikasi data merupakan tahap bertujuan untuk

mengecek kebenaran dan me-review data dari berbagai informasi yang telah

dikumpulkan oleh peneliti. Data yang telah terkumpul dicek kebenaranya pada

guru sebagai informan. Peneliti juga me-review data-data yang telah terkumpul

(15)

dilakukan sebagai upaya menyusun klasifikasi data sesuai kategori rumusan

masalah. Berikut adalah desain penelitian yang diadaptasi dari Bungin (2007).

Bagan 3.1

Desain Pelaksanaan Penelitian (diadaptasi dari Bungin, 2007)

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Mc Millan dan

Schumacher (2003) berpendapat bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu

pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti

mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan

orang-orang ditempat penelitian. Menurut Sugiyono (2009) Pendekatan kualitatif

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah Eksplorasi atau Observasi

umum terhadap beberapa TK dan PAUD yang akan dijadikan lokasi penelitian.

Eksplorasi Terfokus untuk menentukan sasaran penelitian (Sekolah dan sampel penelitian serta kegiatan menggambar bebas dan keterampilan bahasa tulis anak yang akan diteliti).

Pengumpulan data berupa hasil karya gambar anak, melakukan observasi terhadap aktivitas menggambar anak ,melakukan wawancara pada anak dan menyebarkan angket ke orangtua.

(16)

sebagai instrumen kunci dan hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada kesimpulan umum /generalisasi.

Bungin (2007) memaparkan bahwa pendekatan kualitatif melampaui

tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir

secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial,

melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian

berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati.

Untuk menganalisis hasil gambar anak dan mencatat kondisi lapangan

serta temuan- temuan kejadian yang muncul dilapangan maka digunakan metode

penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian

yang berusaha untuk menjelaskan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data

dan faktan yang ada di lapangan. Metode ini juga menyajikan data, menganalisis

dan menginterpretasikan data dapat bersifat komperatif dan korelatif (Narbuko

dan Achmadi 2004).

D. Definisi Operasional

Judul dari penelitian ini adalah Analisis gambar anak terhadap

keterampilan bahasa tulis anak usia dini. Dari rumusan judul penelitian tersebut,

maka variabel dan definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bahasa Tulis

Menurut Musfiroh (2010: 6) bahasa tulis diartikan sebagai bentuk

komunikasi yang didasarkan pada sistem simbol tertentu, sejajar dengan bahasa

(17)

terdiri dari satuan lingual yang digunakan dalam satu komunitas, memiliki kaidah

pemenggalan dan pengkombinasian. Bahasa tulis memiliki tiga unsur bahasa yaitu

bentuk, makna dan fungsi. Moesfiroh juga menyebutkan istilah bahasa tulis

digunakan oleh banyak ahli yaitu Dyson (1991), Cox (1999) dan Steinberg

(2001). Cox 1999 (123-124) mendeskripsikan sebuah urutan bentuk- bentuk

menulis yang muncul pada anak-anak begitu memulai menulis. Tahapan

perkembangan menulis tersebut adalah :

a) Mencoret dan menggores (Scrible stage).

Pada tahap ini anak mulai membuat coretan. Bagi anak coretan itu adalah

sebuah tulisan yang bermakna. Pada tahap ini, tulisan guru dan orangtua sangat

dibutuhkan sebagai model menulis bagi anak. Menurut Cox, tahap ini terjadi pada

usia 1 tahun.

Gambar 3.1 Mencoret

b) Tahap Pengulangan Linear (Linear Repetitif Stage ).

Tahap ini anak “menulis” dengan bentuk linear dan menangkap kesan

bahwa kata-kata ada yang berbentuk panjang dan ada pula yang pendek. “Kata

(18)

tahap ini anak membutuhkan dukungan, sehingga garis-garis gelombang itu mulai

membentuk huruf-huruf. Tahap ini terjadi pada usia 2 – 3 tahun.

Gambar 3.2 Pengulangan Linear

c) Tahap Huruf Acak (Random Letter Stage)

Pada tahap ini anak mulai menulis huruf-huruf yang walaupun bukan

kata-kata yang konvensional, tetapi bagi mereka adalah kata-kata-kata-kata. Dua huruf yang

dijajar mungkin bermakna kata yang sangat berbeda dengan bentuknya. Pada

tahap ini guru dan orangtua perlu memberi respon positif tetapi tidak

mengkritiknya. Jika guru menghargai tulisan anak, keterampilan tulis mereka

akan berkembang pesat. Tahap ini muncul pada anak usia 3 – 4 tahun.

(19)

d) Tahap Menulis Fonetik (Phonetic Writting Stage)

Pada tahap ini, anak mulai menghubungkan bentuk tulisan dengan

bunyinya. Tahap ini disebut menulis nama huruf (letter name writting) karena

anak menuliskan huruf-huruf yang nama dan bunyinya sama. Misalkan

menuliskan kata you dengan u, sebagaimana huruf u dilafalkan. Tulisan m fa u uto

dibaca sebagai “me and my family are going to utah”, tahap ini terjadi di usia 4

tahun keatas.

Gambar 3.5 Fonetik

e) Tahap Eja Transisi (Transitional Spelling Stage)

Pada tahap eja transisi anak mulai belajar tentang sistem tulisan, yakni

bahasa tulis yang konvensional. Mereka mulai melafalkan huruf-huruf dalam

rangkaian kata secara konvensional. Kata-kata yang sering didengar dan dilihat

anak itulah yang pertama kali ditulisnya. Disebut transisi karena anak mulai

beralih dari pelafalan fonetik ke pelafalan yang lebih standar. Pada tahap ini anak

perlu memperoleh contoh/ model tulisan yang banyak dan bervariasi sehingga

anak memiliki acuan terhadap kata-kata yang setiap saat mereka butuhkan.

(20)

yang sering didengar dan dilihat anak daripada mengoreksi tulisan yang belum

dimengerti anak. Tahap ini dialami anak usia 4 hingga 8 tahun.

Gambar 3.6 Eja Transisi

f) Tahap Eja Konvensional (Conventional Spelling Stage).

Pada tahap ini anak dapat menulis dengan bentuk yang konvensional. Kata

mendung misalnya ditulis mendung dan bukan mendong. Proses ini terjadi

melalui tahapan diatas dan untuk itu anak membutuhkan dukungan dari guru dan

orangtua. Tahap ini terjadi setelah anak dapat mengakuisisi fitur-fitur tulisan

sebuah bahasa.

(21)

2. Identifikasi Bahasa Tulis

Tahap pemerolehan bahasa tulis anak dibagi kedalam delapan tahap. Beberapa

dari tahap tersebut terdiri dari beberapa sub tahapan yaitu sebagai berikut :

a) Cakar ayam

1) Coret- moret

Pada tahap ini anak membuat coretan dengan bentuk yang masih

sembarang, kadang mengacu pada sebuah tulisan dan terkadang tidak

mengacu. Anak- anak belum memberikan identitas pada coretannya.

Gambar 2.1 Coret- moret

2) Coretan Terarah

Coretan anak sudah mengarah kepada bentuk tertentu, seperti bentuk

bulat, kotak atau bentuk lainnya yang dimaksudkan sebagai kata-kata

atau frase atau kalimat. Anak sudah memiliki niat untuk menulis, tetapi

(22)

Gambar 3.1 Coretan Terarah

b) Pengulangan Linear

Tulisan anak berupa garis bergelombang dan mengulangnya sebagai

representasi tulisan. Garisnya ada yang pendek dan ada juga yang panjang.

Panjang dan pendek garis mengindikasikan dengan referen/ objek, atau

mungkin juga tidak.

(23)

c) Mirip Huruf

Tulisan anak berupa coretan-coretan yang menyerupai huruf. Beberapa

fitur/ ciri huruf seperti garis vertikal-horizontal, setengah lingkaran mulai

dituangkan. Beberapa huruf masih mengalami ketidaksempurnaan.

Gambar 3.3 Mirip Huruf

d) Huruf Acak

1) Huruf Acak Total

Tulisan anak berupa huruf atau deretan huruf tetapi tidak ada kaitan

antara simbol dengan lafal simbol. Masih terdapat bentuk mirip huruf

tetapi sudah mulai berkurang. Sistem menulis belum dikuasai (kiri ke

kanan) huruf-huruf yang dibuat cenderung bertebaran (belum ditata).

(24)

Gambar 3.4 Huruf Acak Total

2) Semi Huruf Acak

Tulisan anak berupa huruf atau deretan huruf (mengacu pada frase,

kata atau kalimat), tetapi belum ada kaitan antara simbol dengan kata

atau lafal yang diacu. Pada tahap ini anak menjajarkan huruf, tidak

sembarangan seperti pada tahap acak total.

(25)

e) Ejaan Awal

1) Huruf Awal

Tulisan anak telah mengandung huruf awal dari kata. Anak menulis

bunga dengan b atau B, ulat dengan u atau U. Anak mungkin akan

melengkapi tulisannya dengan koleksi huruf yang anak punyai.

2) Satu kata 2 – 3 huruf

Tulisan anak telah didasarkan pada pemisahan suku kata dalam kata.

Anak menemukan kaitan huruf dengan suku kata dan menuliskannya

pada kata yang dimaksud. Misalkan “bg” mungkin mengacu pada kata

bunga atau burung.

Gambar 3.6 Ejaan Awal

f) Fonetik

1) Satu huruf satu suku kata

Pada tahap ini tulisan anak didasarkan pada bunyi. Pada tahap ini

interferensi grafem dan nama huruf sangat terlihat. Anak menulis kata

berdasarkan nama huruf dan seringkali gagal mendapatkan pasangan

huruf untuk suku kata. Anak mungkin saja menulis ika dengan IK,

(26)

Pada tahap ini, anak senang menulis nama diri dan nama temannya.

Pada tahap ini anak sudah hafal semua atau beberapa nama huruf.

Tahap ini sangat dipengaruhi oleh latihan menghapal huruf.

2) Suku Terbuka

Tulisan anak didasarkan pada penggabungan dua huruf menjadi suku

kata terbuka. Suku kata tertutup benar-benar menyulitkan anak. Tahap

ini sangat didukung dengan latihan mengeja suku terbuka.

Anak menulis ‘burung’ sebagai ‘buru’, ‘robot’ sebagai ‘robo’. Anak

menggunakan startegi meluluhkan ketika merasa gagal menemukan

huruf akhir suku kata tertutup.

3) Satu Huruf satu fonem

Tulisan anak didasarkan pada korespondensi 1:1 antara huruf dan

fonem. Oleh karena penguasaan sistem grafofonemis bahasa Indonesia

belum sempurna, anak menyamaratakan sistem GPC (korespondensi

grafo- fonem). Grafem berhuruf rangkap seperti (ng) dan (ny)

membuat anak menjadi bingung. Begitu juga dengan kata ‘bunga’

ditulis ‘buna’ atau ‘buga’, ‘yang’ ditulis ‘yan’ atau ‘yag’, ‘grafiks’

ditulis ‘gafik’.

(27)

g) Ejaan Transisi

1) Padan Ejaan

Tulisan anak didasarkan pada sistem grafofonemik tetapi anak juga

memperhatikan sistem otografi nya. Anak seringkali menebak/

menduga-duga bentuk yang benar, menghapus tulisan yang dibuat, lalu

memperbaiki. Anak menulis ‘girya’ lalu menghapusnya menjadi

‘griya’, menulis ‘dava’ lalu menghapus dan memperbaikinya menjadi

‘dafa’, ‘koka kola’ diganti jadi ‘coca cola’ setelah melihat bentuk

aslinya. Pada tahap ini anak juga mulai memperhatikan komponen

spasi, kata-kata sudah mulai dipisahkan sehingga tidak lagi berupa

huruf-huruf yang dijajar.

2) Ejaan Transisi

Tulisan anak sudah didasarkan pada sistem ortografi tetapi belum

sempurna sehingga tulisan anak kadang benar kadang salah. Anak

mulai mengetahui bahwa tulisan mungkin berbeda dengan lafalnya.

Anak menulis beberapa kata yang dikenal (pernah ditulis dan dibaca

sebelumnya) dapat ditulis ulang dengan benar. Bentuk baru yang

kompleks kadang masih keliru, seperti ‘dokter’ kadang ditulis ‘dokter’

tetapi terkadang juga ditulis ‘doukter’, ‘menggambar’ ditulis

‘menggambar’ kadang ‘megambar’. Penguasaan sistem tulisan anak

(28)

Gambar 3.8 Ejaan Transisi

h) Ejaan Konvensional

1) Konvensional Awal

Tulisan anak sudah didasarkan pada sistem ortografis tetapi belum

sepenuhnya mengikuti tata tulis yang benar. Anak dapat menulis

dengan benar sebagian kata, tetapi masih mencampur huruf besar dan

huruf kecil. Anak sudah memisahkan kata yang satu dengan kata yang

lain. Anak sudah mampu menulis kata, frase atau kalimat, tetapi belum

melengkapinya dengan tanda baca. Beberapa anak TK B telah

mencapai tahap ini.

2) Konvensional Lanjut

Anak sudah dapat menuliskan kata-kata dengan benar, sesuai dengan

ejaan yang berlaku. Sebagian anak dapat menulis kata-kata sesuai

ejaan konvensional, tetapi belum ada yang mencapai tahap ini secara

utuh. Tahap konvensional ini hanya dapat dicapai anak melalui

pengalaman berbahasa tulis yang matang dan kontinyu.

(29)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk penelitian mengacu kepada

tahapan menulis anak dan dikembangkan dari tahapan pemerolehan keterampilan

bahasa tulis anak yang berasal dari Cox (1999: 123) dan Musfiroh (2010: 37) serta

dari

Kemudian penelitian ini juga ingin melihat apakah yang mempengaruhi

anak dalam pemilihan konten/ objek yang digambarnya. Dengan begitu

dibutuhkan angket yang ditujukan ke orangtua sehingga peneliti mengetahui

hubungan orangtua dan penyedian lingkungan yang dapat memperngaruhi

keterampilan bahasa tulis anak. Dengan memodifikasi angket dari Jurnal Young

Exceptional Children, Home Literacy Inventory : Assesing Young Children’s

Contexts for Emergent Literacy dari Christine A. Marvin dan Nancy J. Ogden.

Berikut adalah kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.1 dan 3.2 :

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Bahasa Tulis Anak

VARIABEL ASPEK INDIKATOR TEKNIK

PULTA

SUMBER DATA 1. Coret- moret a. Coretan sembarang.

b. Tidak ada identitas didalam coretannya. 2. Coretan

Terarah

a. Coretan sudah

berbentuk (bulat, kotak, oval, persegi, segitiga). b. Belum menguasai fitur

garis dan huruf. 3. Pengulangan

Linear

a. Garis bergelombang

dan berulang-ulang. b. Garis panjang. c. Garis pendek.

(30)

BAHASA TULIS

4. Mirip Huruf a. Coretan menyerupai

huruf.

b. Garis vertikal/

horizontal.

c. Gambar setengah

lingkaran.

d. Huruf belum sempurna. Observasi Gambar

anak 5. Huruf Acak

Total

a. Belum ada kaitan

antara huruf dan

simbol.

b. Belum menguasai

sistem menulis dari kanan ke kiri.

c. Huruf-huruf masih

cenderung bertebaran. 6. Ejaan Awal a. Anak menulis huruf

awal dari kata.

b. Anak menulis 2-3 huruf

untuk kata yang

dimaksud.

7. Fonetik a. Menulis kata dengan

singkatan

b. Senang menulis nama sendiri

c. Senang menulis nama temannya

d. Penggabungan 2 huruf menjadi kata

e. Belum bisa menulis

suku kata tertutup seperti kakak, robot, burung, grafik, bunga.

8. Ejaan Transisi a. Anak sudah mulai memperbaiki

tulisannya.

b. Anak sudah mulai

memperhatikan

komponen spasi/ jarak antara kata.

c. Tulisan anak kadang benar, kadang salah. 9. Ejaan

Konvensional

a. Anak sudah menulis

dengan benar.

b. Adanya pencampuran

huruf besar dan kecil. c. Sudah mampu menulis

kata.

[image:30.595.108.524.110.749.2]
(31)
[image:31.595.109.537.173.748.2]

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Aktivitas Literasi Anak di Rumah

VARIABEL ASPEK INDIKATOR TEKNIK

PULTA SUMBER DATA Aktivitas Literasi Anak di Rumah

1. Sesuatu yang

menjadi kesukaan anak

a. Buku cerita anak. b. Film kesukaan anak.

c. Acara TV kesukaan

anak.

d. Lagu kesukaan anak.

e. Kegiatan menulis/

menggambar.

Angket Orangtua

2. Aktivitas Non-print

a. Menonton TV / Film.

b. Kegiatan yang

dilakukan anak dirumah

dengan seseorang

selama kurang dari 1 minggu.

3. Aktivitas Membaca

a. Frekuensi membaca

buku cerita dengan

orangtua/ orang dewasa. b. Posisi/ tempat membaca

buku cerita.

c. Frekuensi “membaca”

buku cerita dengan

sendirian.

d. Perilaku yang

ditunjukkan anak pada

saat membaca buku

cerita.

e. Kegiatan yang

dilakukan anak dirumah

dengan seseorang

selama kurang dari 1 bulan.

f. Barang/ benda-benda

yang sering dilihat dan dipakai anak dirumah.

4. Aktivitas Menulis

a. Frekuensi anak menulis/ menggambar dirumah.

b. Barang/ benda-benda

yang anak anda lihat

dan gunakan saat

(32)

c. Perilaku yang ditunjukkan anak pada

saat menggambar/

menulis dirumah.

d. Yang dilakukan

orangtua saat melihat

anak menggambar/

menulis dirumah.

5. Kemampuan

Anak

a. Pernyataan yang

menunjukkan

keterampilan membaca anak.

b. Pernyataan yang

menunjukkan

keterampilan membaca anak.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha pemecahan masalah dalam penelitian, maka dilakukanlah

prosedur untuk memperoleh data yaitu pengumpulan data. Oleh karena itu

diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang

akan diteliti. Sugiyono (2005) mengungkapkan bahwa “teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data”.

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Observasi

Sugiyono (2005), menyatakan bahwa tenik pengumpulan data dengan

observasi digunakan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala

alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Selain itu, observasi

(33)

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati

baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Arikunto 1996:

31). Adapun teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

observasi non partisipatif, dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan. peneliti

hanya berperan mengamati kegiatan dan tidak ikut dalam kegiatan. Kegiatan yang

diamati peneliti adalah ketika anak sedang menggambar bebas dikelas.

1. Wawancara

Teknik pengumpul data yang kedua yaitu wawancara. Dalam penelitian

kualitatif, teknik wawancara merupakan teknik pengumpul data yang sangat

penting karena bertujuan untuk menggali berbagai informasi dari narasumber.

Seperti yang dikemukakan oleh Arismunandar (2006) bahwa wawancara

merupakan pertukaran informasi, opini atau pengalaman dari satu orang ke orang

lain. Tujuan melakukan wawancara adalah menggali dan mengumpulkan

informasi dari nara sumber secara lengkap, akurat dan adil.

Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan

dari anak tentang hasil gambar yang telah dibuat serta dari guru tentang hal-hal

yang berkaitan dengan baca tulis anak di kelas. Adapun jenis wawancara yang

digunakan yaitu wawancara semi struktur yang dikategorikan sebagai in depth

interview, dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan

wawancara terstruktur. Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa tujuan dari

wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,

(34)

2. Studi Dokumentasi

Untuk melengkapi hasil dari wawancara dan observasi, maka diperlukan

bukti yang dapat mewakili apa yang menjadi objek yang penelitian yaitu dengan

studi dokumentasi. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa hasil penelitian dari

observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila

didukung oleh berbagai dokumen. Maksud dari penggunaan teknik studi

dokumentasi ini adalah untuk menghimpun data otentik yang tersimpan dalam

dokumentasi.

3. Kuesioner (Angket)

Kuesioner/ angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan beberapa pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Angket dalam penelitian ini ditujukan kepada orangtua yang

dimaksudkan untuk mengetahui lebih banyak perilaku baca tulis yang ditunjukkan

anak dirumah serta apakah ada stimulasi orangtua untuk memberikan pengalaman

(35)

G. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data yang digunakan bersifat induktif,

dimana analisis berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan secara

berulang-ulang hingga pada akhirnya mencapai suatu kesimpulan.

Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama proses

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpumpulan data dalam

periode tertentu. Jenis analisis data yang digunakan adalah model Miles dan

Huberman. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2005), mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung

secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas

dalam analisis data model Miles dan Huberman, terdiri dari:

1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola serta

membuang yang tidak perlu. Reduksi data bertujuan untuk memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

2. Penyajian data, merupakan langkah kedua setelah reduksi data. Penyajian

data dilakukan dengan cara pengorganisasian data dan menyusun pola

hubungan, sehingga akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dan

merencanakan kerja selanjutnya.

3. Verifikasi/gambaran kesimpulan, yaitu penarikan kesimpulan dari proses

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan identifikasi terhadap 140 hasil gambar bebas anak, maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Hasil gambar anak bersifat unik dan personal yang dapat menggambarkan

ide, gagasan serta pengalaman masing- masing anak.

2. Coretan anak merupakan cikal bakal keterampilan bahasa tulisnya.

Keterampilan bahasa tulis anak TK Al – Furqon yang berada di usia 5 – 6

tahun berada dalam tahapan coretan terarah, pengulangan linear, tahapan

fonetik, tahapan ejaan konvensional, mirip huruf, tahapan ejaan transisi, huruf

acak dan coretan.

3. Objek dan peristiwa yang sering digambar anak adalah sesuatu yang pernah

dilihat, dialami dan dirasakan sesuai pengalamannya. Huruf, dan kata – kata

yang dapat mewakili ide atau gagasan yang berhubungan dengan apa yang

digambar anak seperti menuliskan nama benda, menuliskan nama orang –

orang terdekatnya yaitu mamah, nama keluarganya, nama teman main

disekolah atau dirumah. Kata- kata yang sering didengar dan dilihat anakpun

dituliskan seperti rumah, bintang atau kata yang sedang banyak

diperbincangkan seperti XTC yang merupakan nama sebuah geng motor.

4. Interaksi yang terjadi antara anak dan keluarga dirumah serta interaksi anak,

(37)

Interaksi dan aktivitas – aktivitas yang dilakukan anak dikelas mampu

menstimulasi perkembangan bahasa tulisnya. Dunia sosial yang berupa

interaksi anak dikelas dengan teman sebaya ataupun guru memberikan

kesempatan bagi anak untuk melebur pada saat memahami bahasa, tulisan

dan bacaan yang ada dilingkungan sekitar.

5. Selain memiliki makna yang berhubungan dengan bahasa tulis, gambar anak

juga merupakan ekspresi kognitif yang ada didalam diri anak, karena dalam

menggambar anak menuangkan seluruh ide, imajinasi dan pengetahuan yang

pernah ia dapatkan melalui semua inderanya. Sehingga dengan melihat

gambar anak kita akan mengetahui pengalaman apa yang anak rasakan, apa

yang telah anak ketahui dan pesan apa yang ingin disampaikan yang tentu

saja ekspresi kognitif anak berbeda – beda sesuai dengan pengalaman masing – masing anak.

B. SARAN

Peran serta orangtua dan guru tidak dapat dipisahkan dalam

mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak, adapun beberapa saran yang

diajukan penulis untuk guru dan orangtua adalah :

1. Guru dan orangtua sudah secara maksimal dalam menyediakan lingkungan

yang dapat menstimulasi perkembangan keterampilan menulisnya, namun

seyogyanya guru dan orangtua dapat memilah dan memilih alat tulis dan

bahan bacaan sesuai dengan usia anak begitu juga dengan VCD dan musik

[image:37.595.111.516.208.543.2]
(38)

2. Anak belajar dari apa yang ia lihat, guru dan orangtua agar lebih aktif

memberikan contoh dan pendampingan saat anak mulai tertarik dengan

lingkungan sekitar serta memberikan interaksi yang berupa komunikasi yang

positif terhadap anak baik itu dalam segi bahasa ataupun tingkah laku.

3. Guru dan orangtua bukan merupakan salahsatu faktor yang dapat memberikan

kontribusi positif terhadap anak dalam hal perkembangan keterampilan

menulis anak, namun interaksi dengan teman sebaya jauh lebih berpengaruh

terhadap proses belajar anak. Dengan begitu berilah anak kebebasan untuk

berinteraksi dengan teman sebayanya.

4. Hasil karya anak berupa gambar bukan hanya dinilai dan dilihat dari segi

estetikanya saja melainkan orangtua dan guru harus bisa memaknai apa yang

ada didalam gambar tersebut karena dengan begitu anak merasa lebih percaya

diri untuk menuangkan ide dan gagasannya baik itu dituangkan melalui

gambar, tulisan maupun lisan.

5. Rasa aman dan menyenangkan saat anak mempelajari sesuatu yang baru

merupakan hal yang terpenting, orangtua dan guru harus lebih menciptakan

suasana yang nyaman dan menyenangkan tersebut pada saat anak bertanya

dan menggali pengalaman tentang huruf, kata dan kalimat. Hindari kata- kata

dan perilaku yang membuat anak tertekan dan terpaksa saat mempelajari

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Beaty, J Janice. 1994. Observing Development Of The Young Children. (Third Ed.). New York : Macmillan Publishing Company

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Brittain, W. (1979). Creativity, Art, and the Young Child. New York: Macmillan.

Cox, Carole. (1999). Teaching Language Art ‘A Student and Response- Centered

Classroom’. United State of America: A Viacom Company

Christianakis, Mary. (2011). “Children’s Text Development: Drawing, Pictures and Writting”. National Council of Teachers of English. 46 (1) 22

Dhieni, Nurbiana dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Depdiknas : Universitas Terbuka

Hurlock, B Elizabeth. 1980. Developmental Psycology A Life-Span Approach Fifth Edition

Kendrick, Maureen dan Roberta McKay. (2004). “Drawing as Alternative way of understanding young Children’s Constructions Of Literacy”. Journal Of Early Childhood Literacy. 4 (1) 109 – 128

Lawhon, Tommie. (2000).“Creating Language and Print Awareness Environments For Young Children”. Proquest Education Journals. 71 (3) 5

Musfiroh, Tadqiroatun. (2009). Menumbuhkembangkan Baca- Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo

(40)

Mustafa, Bachrudin. (2009). Memperkaya Pengalaman dan Lingkungan Literasi Anak : Menumbuhkembangkan Anak yang Cerdas dalam Berbahasa. Bandung: Cahaya Insan Sejati.

Mustafa, Bachrudin. (2008). Dari Literasi Ke Literasi Teknologi. Jakarta: Cahaya Insan Sejahtera

Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Roopnarine, L Jaipaul dan James E Johnson. (1993). Approaches To Early Childhood Education (Second Edition). New York: Mc Millan Publishing Company

Santrock, John W. (2007). Child Development (Eleventh Edition). New York: Mc Graw Hill

Sidelnick, Mark A dan Marti L Svoboda. (2000). “The Bridge between drawing and writting: Hannah Story”. Proquest Education Journals. 54 (2) 174

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sujiono, Nurani Yuliani dan Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks

Suyanto, Slamet. (2005). Dasar – Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.

Solehuddin, M. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI

(41)

Spensley, Fiona dan Josie Taylor. (1999). “The Development Of Cognitive Flexibility: Evidence From Children Drawings”. Proquest Education Journals. 42 (6) 300

Steffani, Susan dan Paula M Selvester. (2009). “The Relationship of Drawing, Writting, Literacy and Math in Kindergarten Children”. Proquest Education Journals. 49 (2) 125

Syaodih, Ernawulan. (1999). Peranan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orangtua, dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Perilaku Sosial Anak Taman Kanak – kanak Aisyah IX, Bumi Siliwangi dan Angkasa I.

Tesis pada Program Pasca Sarjana IKIP Bandung :Tidak di terbitkan

BandungTabrani, P. (2005). Bahasa Rupa. Bandung: Kelir.

Tim Penyusun. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah 2011. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Wortham, Sue C. (2006). Early Childhood Curriculum (Fourth Edition). New Jersey: Pearson

Gambar

gambar sebagai cikal bakal keterampilan baca tulis dini. Secara lebih khusus
gambar yang tidak bertema. Anak menggambar secara bersama-sama/ klasikal
Gambar yang
Tabel 3.2 Profil Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait