BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran di PAUD menggunakan pendekatan bermain sambil belajar
yang merupakan sarana efektif dalam upaya mengembangkan seluruh potensi
anak. Melalui bermain seluruh aspek perkembangan anak baik fisik, kognitif,
bahasa, sosial emosional dapat dikembangkan. Bermain dapat memberikan
kesempatan belajar, mengekspresikan ide dan pikirannya serta dapat
mengembangkan keterampilan- keterampilan yang dimiliki anak yaitu
keterampilan literasi (baca tulis dini). Keterampilan baca tulis tersebut merupakan
modal awal anak untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.
Idealnya dalam memperkenalkan anak dengan baca tulis, guru dapat
mempergunakan berbagai macam kegiatan seperti bercerita, bernyanyi dan
menggambar sehingga anak memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.
Guru tidak hanya melakukan drill kepada anak sehingga terkesan memaksa saat
mengajarkan baca tulis dan akan berdampak negatif pada mental anak. Solehudin
(2000:72) mengungkapkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan baca tulis
awal, para guru dan orangtua dapat melakukannya dengan menyediakan
lingkungan kelas dan rumah yang kaya dengan bahan - bahan tulisan seperti buku
cerita bergambar, majalah, koran serta poster-poster huruf dan gambar sehingga
anak mendapatkan pengalaman yang bermakna dalam mengembangkan
hanya dengan mengajarkan abjad, membunyikan huruf, suasana yang memaksa
dan kurang menyenangkan, maka dinilai kurang tepat.
Salah satu cara yang sering dilakukan untuk memfasiitasi keterampilan baca
tulis anak di sekolah adalah melalui kegiatan seni yaitu menggambar. Jerold Ross
dari National Art Research Centre berpendapat bahwa aktivitas seni rupa dan
mendengarkan musik memberikan dampak yang signifikan terhadap kemampuan
akademik anak, karena kegiatan tersebut mempunyai kapasitas yang besar untuk
meningkatkan konsentrasi dan fokus terhadap apa yang dikerjakan (Read, 2000).
Penelitian yang dilakukan Jensen terhadap 96 anak kelas 1 selama 7 bulan
diberikan perlakuan berupa kegiatan seni rupa dan mendengarkan musik, hasilnya
pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan keterampilan membacanya
49%, konsep matematika 55% dan keterampilan pemecahan masalah 63%. Pada
kelompok eksperimen keterampilan membacanya 49%, konsep matematika 73%
dan keterampilan pemecahan masalah 71%.
Read juga mengungkapkan bahwa '' drawing can help student sharpen
perception and knowledge, increasing understanding of the world, design
inventions and solvè problem''. Menggambar juga dapat membantu siswa untuk
mengasah persepsi dan pengetahuan, meningkatkan pemahaman tentang dunia,
rancangan dan pemecahan masalah dalam kegiatan sehari-hari, aktifitas
menggambar dapat dilakukan secara spontan (berdasarkan kegiatan anak), sesuai
dengan rencana pembelajaran atau sebagai media evaluasi bagi anak dimana anak
menggambarkan pengalaman/pengetahuan mereka mengenai hal yang telah
sarana pengekspresian ide, gagasan dan pengalaman-pengalaman yang telah
dialami anak. bahkan aktivitas menggambar memiliki peranan yang sangat
penting mengingat pembendaharaan kosa kata anak yang masih terbatas. Sehingga
anak bisa menuangkan perasaannya didalam gambar tersebut dan diharapkan
orang dewasa dapat menangkap makna apa yang akan disampaikan anak.
Hal tersebut didukung oleh Berger (1984) dalam sun ardi (2005: 19) yang
mengemukakan bahwa '' seeing comes before words, the child looks and
recognize before it can speak ''. Anak mengungkapkan semua ide yang dilihatnya
kemudian menuangkannya dalam goresan- goresan sebelum mereka dapat
mengungkapkannya dengan kata- kata. Clarke (1974) meneliti 81 anak dengan
usia berkisar 3- 6 tahun untuk menguji hubungan antara tingkat coretan/ gambar
anak dengan bagaimana anak merespon komunikasi dari orang dewasa. Hasilnya
ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kemampuan anak dalam
merespon pengarahan dari orang dewasa dengan tingkat perkembangan
menggambar anak. Selain sebagai media komunikasi, coretan/ gambar juga dapat
menjadi media ekspresi untuk mengungkapkan perasaan, suasana hati dan
keinginan.
Sidelnick (2000: 174) menjelaskan bahwa '' drawing can move children from
the visual to spoken and then to the written word and can be used to give children
with learning disabillities to desire to learn and to write ''. Gambar dapat
memberikan pemahaman anak dari sesuatu yang visual menuju ke kemampuan
berbicara dan pada akhirnya kepada keterampilan menulis kata, selain itu juga
perkembangan baca tulis dini dimulai pada awal kehidupan seseorang,
kemampuan baca tulis berkembang sejalan dengan kemampuan visual dan
keterampilan motorik anak (Steffani 2009).
Senada dengan hal tersebut, Karnowski dalam Sildenick (2000: 177) meyakini
bahwa '' drawing as one of the primary ways young children can communicate''.
Dengan begitu dengan menggambar seharusnya gambar anak dapat mewakili apa
yang anak pikirkan sehingga orang dewasa bisa mamaknai gambar anak tersebut
sebagai suatu bentuk komunikasi diantara keduannya. Tabrani (2005) berpendapat
bahwa anak-anak yang masih belum menguasai bahasa kata dan bahasa tulisan
dengan baik, dapat dengan mudah berkomunikasi dengan bahasa rupa yang telah
dianugerahkan oleh tuhan sejak anak berusia sekitar 2 tahunan.
Gambar anak memiliki keunikan/ kekhasannya tersendiri dan memiliki pesan
dan makna yang dapat dilihat/ ditangkap oleh seseorang yang melihat gambar
tersebut. Pesan dan makna tersebut dapat diartikan sebagai suatu bentuk
komunikasi yang didasarkan pada sistem simbol tertentu, sejajar dengan bahasa
isyarat dan bahasa lisan. Musfiroh (2010: 6) mengartikan nya sebagai bahasa tulis
dan didukung oleh pernyataan Santrock (2005) juga menyebutkan bahwa bahasa
tulis terdiri dari satuan lingual yang digunakan dalam satu komunitas, memiliki
kaidah pemenggalan dan pengkombinasian.
Anak-anak dapat menggambar dengan bebas baik itu hasil pengalaman
mereka atau menggambar beraneka macam bentuk seperti representasi
pemikirannya terhadap sebuah objek. Aktivitas menggambar tersebut dapat
anak dengan menggambar juga seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan
gagasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Kegiatan menggambar sudah
dapat dimulai saat anak menunjukan perilaku seperti mencorat-coret buku atau
dinding, kondisi tersebut menunjukan berfungsinya sel-sel otak yang perlu
dirangsang supaya berkembang secara optimal (Depdiknas 2007:6).
Namun orang tua dan guru seringkali kurang memahami gambar anak atau
menganggap remeh coretan-coretan anak tersebut, sehingga pada akhirnya orang
dewasa tidak menangkap pesan, gagasan dan makna dari gambar yang telah
dihasilkan oleh anak. Padahal kegiatan menggambar merupakan kegiatan yang
cukup sering dilakukan oleh anak baik di rumah maupun disekolah. Iskandar
dalam Rudiyanto (2003) mengobservasi empat buah SD di sebuah wilayah Jawa
Barat dan hasilnya mengemukakan bahwa guru umumnya menilai gambar anak
hanya dari kerapihan dengan menggunakan angka. Beranggapan bahwa gambar
hanyalah sebatas karya seni yang dilihat dari segi estetikanya tetapi tidak
dijadikan indikator untuk evaluasi perkembangan anak.
Sungguh sangat disayangkan apabila gambar hanya dilihat dari segi kerapihan
dan estetikanya, padahal beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ada
keterkaitan aktivitas menggambar, menulis, membaca dan matematika di TK
(Steffani & Paula, 2009). Adanya hubungan antara menggambar dan keterampilan
memecahkan masalah dalam matematika (Edens dan Ellen, 2007) serta gambar
anak mengandung inner potency matematika dan dapat mengembangkan
Ernst dalam Sidelnick (2000: 176) mengungkapkan '' the relationship between
seeing, telling, drawing and writting is initiate essential and a significant aspect
of teaching the writting act ''. Adanya hubungan antara apa yang dilihat,
dikatakan, menggambar dan menulis adalah hal yang penting dan merupakan
aspek yang signifikan dalam mengajarkan menulis. Pernyataan yang sama
dikemukakan oleh Clay dalam Yang (2006: 146) '' children's drawing is closely
linked to thinking, talking, reading and writting. They express and interpret
meanings in mark making and drawings as well as in speaking and writing.
Gambar anak sangat berhubungan dengan aspek berfikir, berbicara, membaca dan
menulis. Anak dapat mengekspresikan dan menggambarkan arti dari apa yang
telah anak gambar sama halnya dengan berbicara dan menulis.
Berbagai macam coretan, garis dan objek yang digambar anak adalah
merupakan tahapan-tahapan atau cikal bakal keterampilan literasinya. Garis
bergelombang, garis vertikal, garis horizontal dan berbagai macam bentuk seperti
segitiga, lingkaran, oval, kotak dan yang lainnya merupakan unsur yang
terpenting dalam mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak. Melihat
pentingnya hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Agar substansi dari penelitian ini dapat mengarah dengan jelas dan tepat,
maka peneliti memfokuskan permasalahan utama dalam penelitian ini adalah
pada ''Identifikasi keterampilan bahasa tulis melalui hasil gambar anak''.
Permasalahan tersebut diuraikan kedalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah gambaran keterampilan bahasa tulis anak TK Al- Furqon?
2. Bagaimana kaitan antara hasil gambar anak– anak di TK Al- Furqon dengan
pengalaman dirumah atau sekolah ?
3. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi gambar anak – anak di TK Al-
Furqon ?
4. Bagaimana hubungan ekspresi gambar dengan kognisi anak ?
5. Bagaimana upaya guru dan orangtua dalam memfasilitasi kegiatan
menggambar anak untuk mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti tentang
gambar sebagai cikal bakal keterampilan baca tulis dini. Secara lebih khusus
penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran keterampilan bahasa tulis anak TK Al- Furqon.
2. Mengungkap keterkaitan gambar anak di TK Al-Furqon dengan pengalaman
yang mereka alami dirumah dan disekolah.
3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi gambar anak di TK Al-
4. Mengungkap hubungan antara ekspresi gambar dengan kognisi anak.
5. Menjelaskan upaya guru dan orangtua untuk lebih memfasilitasi kegiatan
menggambar anak untuk dapat mengembangkan keterampilan bahasa tulis
anak.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai
pihak, diantaranya :
1. Bagi Pengembangan Teori
Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pengembangan teori perkembangan bahasa tulis dan literasi anak usia dini
khususnya tentang cara mengidentifikasi gambar anak.
2. Bagi Kepentingan Praktek a. Guru
1) Guru dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan
untuk dapat mengidentifikasi dan memahami makna yang ada
didalam gambar anak.
2) Melakukan beberapa stimulasi- stimulasi yang dapat dilakukan
dikelas untuk mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak.
3) Guru dapat lebih mengoptimalkan aktivitas gambar anak dalam
b. Orangtua
1) Dapat memberikan pemahaman dan informasi kepada orangtua
bahwa setiap gambar anak memiliki maknanya sendiri yang dapat
mengungkapkan beberapa aspek perkembangan anak seperti
keterampilan bahasa tulis.
2) Lebih memberikan kebebasan anak untuk berekspresi melalui
coretan-coretannya sehingga dapat mengembangkan keterampilan
bahasa tulis anak.
3) Selalu melakukan stimulasi dengan menyediakan lingkungan yang
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Al-Furqon yang beralamatkan di Jl. H
Alpi No 1 Bandung. TK Al-Furqon ini telah berdiri sejak tahun 1982 dan sudah
terakreditasi A pada tahun 2008. Secara keseluruhan ada empat kelas di TK
Al-Furqon, kelas A (Kijang) ada 16 anak, B1 (Jerapah) 13 anak dan B2 (Macan) 12
anak sehingga jumlah keseluruhannya pada tahun ajaran 2011/ 2012 adalah 41
anak. Siswa-siswi yang bersekolah di TK Al-Furqon pada umumnya adalah
anak-anak yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi sekolah.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah semua anak kelompok B TK Al-Furqon
yang berjumlah 25 anak yang hasil gambar nya dijadikan sebagai objek penelitian.
Dari hasil gambar yang ada, peneliti melakukan klasifikasi sesuai dengan
beberapa kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Peneliti membuat 3 kriteria
terhadap gambar anak yaitu : meningkat, stabil dan menurun. Klasifikasi tersebut
untuk memudahkan peneliti pada saat menganalisis
B. Desain Penelitian
Bungin (2007) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, desain
kasuistik sehingga sulit membuat kesamaan dengan desain penelitian yang
bersifat umum. Dengan mengadaptasi desain penelitian dari Bungin (2007: 134),
maka pelaksanaan penelitian ini mengikuti beberapa tahapan yaitu: tahap
eksplorasi atau observasi umum, tahap eksplorasi terfokus, tahap pengumpulan
data dan tahap konfirmasi dan verifikasi data.
1. Tahap Eksplorasi atau Observasi Umum
Kegiatan eksplorasi atau observasi secara umum dilakukan terhadap
beberapa TK yang akan dijadikan lokasi penelitian. Peneliti mengeksplorasi
sekolah yang berada di Kecamatan Bandung Kulon seperti TKK Penabur, TK
Bandung Raya, TK Al-Furqon, TK Profita dan PAUD Al- Barokah. Tahap
eksplorasi dan observasi umum berupa status sekolah, perizinan penelitian,
jumlah anak dan kegiatan menggambar bebas di sekolah tersebut. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam mengambil keputusan mengenai
sekolah mana yang akan lokasi penelitian.
Akhirnya peneliti memutuskan bahwa TK Al-Furqon lah yang menjadi
lokasi penelitian. Setelah menetapkan lokasi penelitian, tahap selanjutnya yaitu
tahap observasi umum yang dilaksanakan pada tanggal 2 Maret 2012. Pada saat
observasi umum, peneliti menjelaskan kepada Kepala sekolah dan Guru tentang
aspek apa yang akan diteliti, sehingga pada saat pengumpulan data tidak terjadi
kesalahpahaman. Begitu juga dengan anak-anak yang menjadi subjek penelitian,
observasi umum dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik antara peneliti dan
anak sehingga pada saat peneliti melakukan wawancara terkait bahasa tulis, anak
2. Tahap Eksplorasi Terfokus
Tahap selanjutnya yaitu tahap eksplorasi terfokus dimana pada tahap ini
peneliti menentukan sasaran penelitian dan fokus yang akan diteliti. Peneliti
menentukan TK Al- Furqon sebagai lokasi penelitian sedangkan untuk fokus
masalah yang akan diamati yaitu kegiatan menggambar bebas dan keterampilan
bahasa tulis anak usia 5- 6 tahun.
3. Tahap Pengumpulan Data
Setelah melakukan kegiatan eksplorasi terfokus, peneliti masuk pada tahap
pengumpulan data. Pada tahap ini, peneliti mempertimbangkan berbagai hal
seperti penciptaan rapor yang dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan serta
hubungan yang akrab dengan anak dan guru, pemilihan sampel dan teknik-teknik
pengumpulan data.
Setelah melakukan tahap observasi umum, tahap selanjutnya yaitu tahap
pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 5 Maret 2012 s.d 4 April 2012.
Peneliti melakukan pengumpulan hasil karya anak berupa gambar bebas atau
gambar yang tidak bertema. Anak menggambar secara bersama-sama/ klasikal
dikelas dan peneliti melakukan observasi terhadap hasil karya gambar anak,
mewawancara anak untuk mengetahui keterampilan bahasa tulis yang tertuang
dalam hasil karya gambar anak tersebut. Pelaksanaan menggambar bebas tidak
dilakukan setiap hari, hal ini dilakukan untuk mencegah anak bosan dalam
menggambar. Proses pengumpulan data berupa hasil karya anak dilakukan
seminggu 2 sampai 3 kali. Berikut adalah jadwal pengumpulan data dapat dilihat
Tabel 3.1
Proses Pengumpulan Data
Jumlah gambar yang terkumpul merupakan jumlah gambar pada saat
pelaksanaan pengumpulan gambar sehingga apabila anak yang tidak hadir
dikarenakan sakit atau karena lain hal, tidak dapat menyusul untuk
mengumpulkan gambar. Adapun profil subjek penelitian dapat dilihat pada tabel
di bawah ini : Lokasi Penelitian
Observasi umum
Pengumpulan Data Gambar yang terkumpul
TK Al - Furqon Jumat, 2 Maret
2012
Senin, 5 Maret 2012 17
Kamis, 8 Maret 2012 23
Selasa, 13 Maret 2012 23
Kamis, 15 Maret 2012 20
Senin, 19 Maret 2012 19
Jumat, 23 Maret 2012 21
Selasa, 27 Maret 2012 17
Tabel 3.2
Profil Subjek Penelitian
No Kelas Nama Usia
1
B 1 Jerapah
AM 6 tahun
2 DZ 6 tahun
3 FLY 6 tahun
4 MM 6 tahun
5 NAR 5,6 tahun
6 RNP 6 tahun
7 RM 6 tahun
8 RJ 6 tahun
9 SAF 5, 9 tahun
10 SB 6 tahun
11 SFM 6 tahun
12 SRD 6 tahun
13 SP 6 tahun
14 NPH 6 tahun
15
B 2 Macan
AFK 6,5 tahun
16 CSA 6 tahun
17 IN 6 tahun
18 MRR 6 tahun
19 NAP 6,4 tahun
20 RRI 6,6 tahun
21 RVD 6 tahun
22 SNN 6,5 tahun
23 SPH 6 tahun
24 LS 6,1 tahun
25 MRF 6,11 tahun
4. Tahap Konfirmasi dan Verifikasi Data
Tahap konfirmasi dan verifikasi data merupakan tahap bertujuan untuk
mengecek kebenaran dan me-review data dari berbagai informasi yang telah
dikumpulkan oleh peneliti. Data yang telah terkumpul dicek kebenaranya pada
guru sebagai informan. Peneliti juga me-review data-data yang telah terkumpul
dilakukan sebagai upaya menyusun klasifikasi data sesuai kategori rumusan
masalah. Berikut adalah desain penelitian yang diadaptasi dari Bungin (2007).
Bagan 3.1
Desain Pelaksanaan Penelitian (diadaptasi dari Bungin, 2007)
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, Mc Millan dan
Schumacher (2003) berpendapat bahwa pendekatan kualitatif adalah suatu
pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti
mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan
orang-orang ditempat penelitian. Menurut Sugiyono (2009) Pendekatan kualitatif
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah Eksplorasi atau Observasi
umum terhadap beberapa TK dan PAUD yang akan dijadikan lokasi penelitian.
Eksplorasi Terfokus untuk menentukan sasaran penelitian (Sekolah dan sampel penelitian serta kegiatan menggambar bebas dan keterampilan bahasa tulis anak yang akan diteliti).
Pengumpulan data berupa hasil karya gambar anak, melakukan observasi terhadap aktivitas menggambar anak ,melakukan wawancara pada anak dan menyebarkan angket ke orangtua.
sebagai instrumen kunci dan hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada kesimpulan umum /generalisasi.
Bungin (2007) memaparkan bahwa pendekatan kualitatif melampaui
tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir
secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial,
melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian
berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati.
Untuk menganalisis hasil gambar anak dan mencatat kondisi lapangan
serta temuan- temuan kejadian yang muncul dilapangan maka digunakan metode
penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang berusaha untuk menjelaskan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data
dan faktan yang ada di lapangan. Metode ini juga menyajikan data, menganalisis
dan menginterpretasikan data dapat bersifat komperatif dan korelatif (Narbuko
dan Achmadi 2004).
D. Definisi Operasional
Judul dari penelitian ini adalah Analisis gambar anak terhadap
keterampilan bahasa tulis anak usia dini. Dari rumusan judul penelitian tersebut,
maka variabel dan definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahasa Tulis
Menurut Musfiroh (2010: 6) bahasa tulis diartikan sebagai bentuk
komunikasi yang didasarkan pada sistem simbol tertentu, sejajar dengan bahasa
terdiri dari satuan lingual yang digunakan dalam satu komunitas, memiliki kaidah
pemenggalan dan pengkombinasian. Bahasa tulis memiliki tiga unsur bahasa yaitu
bentuk, makna dan fungsi. Moesfiroh juga menyebutkan istilah bahasa tulis
digunakan oleh banyak ahli yaitu Dyson (1991), Cox (1999) dan Steinberg
(2001). Cox 1999 (123-124) mendeskripsikan sebuah urutan bentuk- bentuk
menulis yang muncul pada anak-anak begitu memulai menulis. Tahapan
perkembangan menulis tersebut adalah :
a) Mencoret dan menggores (Scrible stage).
Pada tahap ini anak mulai membuat coretan. Bagi anak coretan itu adalah
sebuah tulisan yang bermakna. Pada tahap ini, tulisan guru dan orangtua sangat
dibutuhkan sebagai model menulis bagi anak. Menurut Cox, tahap ini terjadi pada
usia 1 tahun.
Gambar 3.1 Mencoret
b) Tahap Pengulangan Linear (Linear Repetitif Stage ).
Tahap ini anak “menulis” dengan bentuk linear dan menangkap kesan
bahwa kata-kata ada yang berbentuk panjang dan ada pula yang pendek. “Kata
tahap ini anak membutuhkan dukungan, sehingga garis-garis gelombang itu mulai
membentuk huruf-huruf. Tahap ini terjadi pada usia 2 – 3 tahun.
Gambar 3.2 Pengulangan Linear
c) Tahap Huruf Acak (Random Letter Stage)
Pada tahap ini anak mulai menulis huruf-huruf yang walaupun bukan
kata-kata yang konvensional, tetapi bagi mereka adalah kata-kata-kata-kata. Dua huruf yang
dijajar mungkin bermakna kata yang sangat berbeda dengan bentuknya. Pada
tahap ini guru dan orangtua perlu memberi respon positif tetapi tidak
mengkritiknya. Jika guru menghargai tulisan anak, keterampilan tulis mereka
akan berkembang pesat. Tahap ini muncul pada anak usia 3 – 4 tahun.
d) Tahap Menulis Fonetik (Phonetic Writting Stage)
Pada tahap ini, anak mulai menghubungkan bentuk tulisan dengan
bunyinya. Tahap ini disebut menulis nama huruf (letter name writting) karena
anak menuliskan huruf-huruf yang nama dan bunyinya sama. Misalkan
menuliskan kata you dengan u, sebagaimana huruf u dilafalkan. Tulisan m fa u uto
dibaca sebagai “me and my family are going to utah”, tahap ini terjadi di usia 4
tahun keatas.
Gambar 3.5 Fonetik
e) Tahap Eja Transisi (Transitional Spelling Stage)
Pada tahap eja transisi anak mulai belajar tentang sistem tulisan, yakni
bahasa tulis yang konvensional. Mereka mulai melafalkan huruf-huruf dalam
rangkaian kata secara konvensional. Kata-kata yang sering didengar dan dilihat
anak itulah yang pertama kali ditulisnya. Disebut transisi karena anak mulai
beralih dari pelafalan fonetik ke pelafalan yang lebih standar. Pada tahap ini anak
perlu memperoleh contoh/ model tulisan yang banyak dan bervariasi sehingga
anak memiliki acuan terhadap kata-kata yang setiap saat mereka butuhkan.
yang sering didengar dan dilihat anak daripada mengoreksi tulisan yang belum
dimengerti anak. Tahap ini dialami anak usia 4 hingga 8 tahun.
Gambar 3.6 Eja Transisi
f) Tahap Eja Konvensional (Conventional Spelling Stage).
Pada tahap ini anak dapat menulis dengan bentuk yang konvensional. Kata
mendung misalnya ditulis mendung dan bukan mendong. Proses ini terjadi
melalui tahapan diatas dan untuk itu anak membutuhkan dukungan dari guru dan
orangtua. Tahap ini terjadi setelah anak dapat mengakuisisi fitur-fitur tulisan
sebuah bahasa.
2. Identifikasi Bahasa Tulis
Tahap pemerolehan bahasa tulis anak dibagi kedalam delapan tahap. Beberapa
dari tahap tersebut terdiri dari beberapa sub tahapan yaitu sebagai berikut :
a) Cakar ayam
1) Coret- moret
Pada tahap ini anak membuat coretan dengan bentuk yang masih
sembarang, kadang mengacu pada sebuah tulisan dan terkadang tidak
mengacu. Anak- anak belum memberikan identitas pada coretannya.
Gambar 2.1 Coret- moret
2) Coretan Terarah
Coretan anak sudah mengarah kepada bentuk tertentu, seperti bentuk
bulat, kotak atau bentuk lainnya yang dimaksudkan sebagai kata-kata
atau frase atau kalimat. Anak sudah memiliki niat untuk menulis, tetapi
Gambar 3.1 Coretan Terarah
b) Pengulangan Linear
Tulisan anak berupa garis bergelombang dan mengulangnya sebagai
representasi tulisan. Garisnya ada yang pendek dan ada juga yang panjang.
Panjang dan pendek garis mengindikasikan dengan referen/ objek, atau
mungkin juga tidak.
c) Mirip Huruf
Tulisan anak berupa coretan-coretan yang menyerupai huruf. Beberapa
fitur/ ciri huruf seperti garis vertikal-horizontal, setengah lingkaran mulai
dituangkan. Beberapa huruf masih mengalami ketidaksempurnaan.
Gambar 3.3 Mirip Huruf
d) Huruf Acak
1) Huruf Acak Total
Tulisan anak berupa huruf atau deretan huruf tetapi tidak ada kaitan
antara simbol dengan lafal simbol. Masih terdapat bentuk mirip huruf
tetapi sudah mulai berkurang. Sistem menulis belum dikuasai (kiri ke
kanan) huruf-huruf yang dibuat cenderung bertebaran (belum ditata).
Gambar 3.4 Huruf Acak Total
2) Semi Huruf Acak
Tulisan anak berupa huruf atau deretan huruf (mengacu pada frase,
kata atau kalimat), tetapi belum ada kaitan antara simbol dengan kata
atau lafal yang diacu. Pada tahap ini anak menjajarkan huruf, tidak
sembarangan seperti pada tahap acak total.
e) Ejaan Awal
1) Huruf Awal
Tulisan anak telah mengandung huruf awal dari kata. Anak menulis
bunga dengan b atau B, ulat dengan u atau U. Anak mungkin akan
melengkapi tulisannya dengan koleksi huruf yang anak punyai.
2) Satu kata 2 – 3 huruf
Tulisan anak telah didasarkan pada pemisahan suku kata dalam kata.
Anak menemukan kaitan huruf dengan suku kata dan menuliskannya
pada kata yang dimaksud. Misalkan “bg” mungkin mengacu pada kata
bunga atau burung.
Gambar 3.6 Ejaan Awal
f) Fonetik
1) Satu huruf satu suku kata
Pada tahap ini tulisan anak didasarkan pada bunyi. Pada tahap ini
interferensi grafem dan nama huruf sangat terlihat. Anak menulis kata
berdasarkan nama huruf dan seringkali gagal mendapatkan pasangan
huruf untuk suku kata. Anak mungkin saja menulis ika dengan IK,
Pada tahap ini, anak senang menulis nama diri dan nama temannya.
Pada tahap ini anak sudah hafal semua atau beberapa nama huruf.
Tahap ini sangat dipengaruhi oleh latihan menghapal huruf.
2) Suku Terbuka
Tulisan anak didasarkan pada penggabungan dua huruf menjadi suku
kata terbuka. Suku kata tertutup benar-benar menyulitkan anak. Tahap
ini sangat didukung dengan latihan mengeja suku terbuka.
Anak menulis ‘burung’ sebagai ‘buru’, ‘robot’ sebagai ‘robo’. Anak
menggunakan startegi meluluhkan ketika merasa gagal menemukan
huruf akhir suku kata tertutup.
3) Satu Huruf satu fonem
Tulisan anak didasarkan pada korespondensi 1:1 antara huruf dan
fonem. Oleh karena penguasaan sistem grafofonemis bahasa Indonesia
belum sempurna, anak menyamaratakan sistem GPC (korespondensi
grafo- fonem). Grafem berhuruf rangkap seperti (ng) dan (ny)
membuat anak menjadi bingung. Begitu juga dengan kata ‘bunga’
ditulis ‘buna’ atau ‘buga’, ‘yang’ ditulis ‘yan’ atau ‘yag’, ‘grafiks’
ditulis ‘gafik’.
g) Ejaan Transisi
1) Padan Ejaan
Tulisan anak didasarkan pada sistem grafofonemik tetapi anak juga
memperhatikan sistem otografi nya. Anak seringkali menebak/
menduga-duga bentuk yang benar, menghapus tulisan yang dibuat, lalu
memperbaiki. Anak menulis ‘girya’ lalu menghapusnya menjadi
‘griya’, menulis ‘dava’ lalu menghapus dan memperbaikinya menjadi
‘dafa’, ‘koka kola’ diganti jadi ‘coca cola’ setelah melihat bentuk
aslinya. Pada tahap ini anak juga mulai memperhatikan komponen
spasi, kata-kata sudah mulai dipisahkan sehingga tidak lagi berupa
huruf-huruf yang dijajar.
2) Ejaan Transisi
Tulisan anak sudah didasarkan pada sistem ortografi tetapi belum
sempurna sehingga tulisan anak kadang benar kadang salah. Anak
mulai mengetahui bahwa tulisan mungkin berbeda dengan lafalnya.
Anak menulis beberapa kata yang dikenal (pernah ditulis dan dibaca
sebelumnya) dapat ditulis ulang dengan benar. Bentuk baru yang
kompleks kadang masih keliru, seperti ‘dokter’ kadang ditulis ‘dokter’
tetapi terkadang juga ditulis ‘doukter’, ‘menggambar’ ditulis
‘menggambar’ kadang ‘megambar’. Penguasaan sistem tulisan anak
Gambar 3.8 Ejaan Transisi
h) Ejaan Konvensional
1) Konvensional Awal
Tulisan anak sudah didasarkan pada sistem ortografis tetapi belum
sepenuhnya mengikuti tata tulis yang benar. Anak dapat menulis
dengan benar sebagian kata, tetapi masih mencampur huruf besar dan
huruf kecil. Anak sudah memisahkan kata yang satu dengan kata yang
lain. Anak sudah mampu menulis kata, frase atau kalimat, tetapi belum
melengkapinya dengan tanda baca. Beberapa anak TK B telah
mencapai tahap ini.
2) Konvensional Lanjut
Anak sudah dapat menuliskan kata-kata dengan benar, sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Sebagian anak dapat menulis kata-kata sesuai
ejaan konvensional, tetapi belum ada yang mencapai tahap ini secara
utuh. Tahap konvensional ini hanya dapat dicapai anak melalui
pengalaman berbahasa tulis yang matang dan kontinyu.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk penelitian mengacu kepada
tahapan menulis anak dan dikembangkan dari tahapan pemerolehan keterampilan
bahasa tulis anak yang berasal dari Cox (1999: 123) dan Musfiroh (2010: 37) serta
dari
Kemudian penelitian ini juga ingin melihat apakah yang mempengaruhi
anak dalam pemilihan konten/ objek yang digambarnya. Dengan begitu
dibutuhkan angket yang ditujukan ke orangtua sehingga peneliti mengetahui
hubungan orangtua dan penyedian lingkungan yang dapat memperngaruhi
keterampilan bahasa tulis anak. Dengan memodifikasi angket dari Jurnal Young
Exceptional Children, Home Literacy Inventory : Assesing Young Children’s
Contexts for Emergent Literacy dari Christine A. Marvin dan Nancy J. Ogden.
Berikut adalah kisi-kisi instrumen disajikan dalam tabel 3.1 dan 3.2 :
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Bahasa Tulis Anak
VARIABEL ASPEK INDIKATOR TEKNIK
PULTA
SUMBER DATA 1. Coret- moret a. Coretan sembarang.
b. Tidak ada identitas didalam coretannya. 2. Coretan
Terarah
a. Coretan sudah
berbentuk (bulat, kotak, oval, persegi, segitiga). b. Belum menguasai fitur
garis dan huruf. 3. Pengulangan
Linear
a. Garis bergelombang
dan berulang-ulang. b. Garis panjang. c. Garis pendek.
BAHASA TULIS
4. Mirip Huruf a. Coretan menyerupai
huruf.
b. Garis vertikal/
horizontal.
c. Gambar setengah
lingkaran.
d. Huruf belum sempurna. Observasi Gambar
anak 5. Huruf Acak
Total
a. Belum ada kaitan
antara huruf dan
simbol.
b. Belum menguasai
sistem menulis dari kanan ke kiri.
c. Huruf-huruf masih
cenderung bertebaran. 6. Ejaan Awal a. Anak menulis huruf
awal dari kata.
b. Anak menulis 2-3 huruf
untuk kata yang
dimaksud.
7. Fonetik a. Menulis kata dengan
singkatan
b. Senang menulis nama sendiri
c. Senang menulis nama temannya
d. Penggabungan 2 huruf menjadi kata
e. Belum bisa menulis
suku kata tertutup seperti kakak, robot, burung, grafik, bunga.
8. Ejaan Transisi a. Anak sudah mulai memperbaiki
tulisannya.
b. Anak sudah mulai
memperhatikan
komponen spasi/ jarak antara kata.
c. Tulisan anak kadang benar, kadang salah. 9. Ejaan
Konvensional
a. Anak sudah menulis
dengan benar.
b. Adanya pencampuran
huruf besar dan kecil. c. Sudah mampu menulis
kata.
[image:30.595.108.524.110.749.2]Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Aktivitas Literasi Anak di Rumah
VARIABEL ASPEK INDIKATOR TEKNIK
PULTA SUMBER DATA Aktivitas Literasi Anak di Rumah
1. Sesuatu yang
menjadi kesukaan anak
a. Buku cerita anak. b. Film kesukaan anak.
c. Acara TV kesukaan
anak.
d. Lagu kesukaan anak.
e. Kegiatan menulis/
menggambar.
Angket Orangtua
2. Aktivitas Non-print
a. Menonton TV / Film.
b. Kegiatan yang
dilakukan anak dirumah
dengan seseorang
selama kurang dari 1 minggu.
3. Aktivitas Membaca
a. Frekuensi membaca
buku cerita dengan
orangtua/ orang dewasa. b. Posisi/ tempat membaca
buku cerita.
c. Frekuensi “membaca”
buku cerita dengan
sendirian.
d. Perilaku yang
ditunjukkan anak pada
saat membaca buku
cerita.
e. Kegiatan yang
dilakukan anak dirumah
dengan seseorang
selama kurang dari 1 bulan.
f. Barang/ benda-benda
yang sering dilihat dan dipakai anak dirumah.
4. Aktivitas Menulis
a. Frekuensi anak menulis/ menggambar dirumah.
b. Barang/ benda-benda
yang anak anda lihat
dan gunakan saat
c. Perilaku yang ditunjukkan anak pada
saat menggambar/
menulis dirumah.
d. Yang dilakukan
orangtua saat melihat
anak menggambar/
menulis dirumah.
5. Kemampuan
Anak
a. Pernyataan yang
menunjukkan
keterampilan membaca anak.
b. Pernyataan yang
menunjukkan
keterampilan membaca anak.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha pemecahan masalah dalam penelitian, maka dilakukanlah
prosedur untuk memperoleh data yaitu pengumpulan data. Oleh karena itu
diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan permasalahan yang
akan diteliti. Sugiyono (2005) mengungkapkan bahwa “teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data”.
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Observasi
Sugiyono (2005), menyatakan bahwa tenik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Selain itu, observasi
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan (Arikunto 1996:
31). Adapun teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi non partisipatif, dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan. peneliti
hanya berperan mengamati kegiatan dan tidak ikut dalam kegiatan. Kegiatan yang
diamati peneliti adalah ketika anak sedang menggambar bebas dikelas.
1. Wawancara
Teknik pengumpul data yang kedua yaitu wawancara. Dalam penelitian
kualitatif, teknik wawancara merupakan teknik pengumpul data yang sangat
penting karena bertujuan untuk menggali berbagai informasi dari narasumber.
Seperti yang dikemukakan oleh Arismunandar (2006) bahwa wawancara
merupakan pertukaran informasi, opini atau pengalaman dari satu orang ke orang
lain. Tujuan melakukan wawancara adalah menggali dan mengumpulkan
informasi dari nara sumber secara lengkap, akurat dan adil.
Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan
dari anak tentang hasil gambar yang telah dibuat serta dari guru tentang hal-hal
yang berkaitan dengan baca tulis anak di kelas. Adapun jenis wawancara yang
digunakan yaitu wawancara semi struktur yang dikategorikan sebagai in depth
interview, dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan
wawancara terstruktur. Sugiyono (2005) mengemukakan bahwa tujuan dari
wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka,
2. Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi hasil dari wawancara dan observasi, maka diperlukan
bukti yang dapat mewakili apa yang menjadi objek yang penelitian yaitu dengan
studi dokumentasi. Sugiyono (2005) menyatakan bahwa hasil penelitian dari
observasi dan wawancara akan lebih kredibel atau dapat dipercaya apabila
didukung oleh berbagai dokumen. Maksud dari penggunaan teknik studi
dokumentasi ini adalah untuk menghimpun data otentik yang tersimpan dalam
dokumentasi.
3. Kuesioner (Angket)
Kuesioner/ angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan beberapa pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Angket dalam penelitian ini ditujukan kepada orangtua yang
dimaksudkan untuk mengetahui lebih banyak perilaku baca tulis yang ditunjukkan
anak dirumah serta apakah ada stimulasi orangtua untuk memberikan pengalaman
G. Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data yang digunakan bersifat induktif,
dimana analisis berdasarkan data yang diperoleh dan dilakukan secara
berulang-ulang hingga pada akhirnya mencapai suatu kesimpulan.
Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan selama proses
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpumpulan data dalam
periode tertentu. Jenis analisis data yang digunakan adalah model Miles dan
Huberman. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2005), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data model Miles dan Huberman, terdiri dari:
1. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola serta
membuang yang tidak perlu. Reduksi data bertujuan untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian data, merupakan langkah kedua setelah reduksi data. Penyajian
data dilakukan dengan cara pengorganisasian data dan menyusun pola
hubungan, sehingga akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dan
merencanakan kerja selanjutnya.
3. Verifikasi/gambaran kesimpulan, yaitu penarikan kesimpulan dari proses
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan identifikasi terhadap 140 hasil gambar bebas anak, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil gambar anak bersifat unik dan personal yang dapat menggambarkan
ide, gagasan serta pengalaman masing- masing anak.
2. Coretan anak merupakan cikal bakal keterampilan bahasa tulisnya.
Keterampilan bahasa tulis anak TK Al – Furqon yang berada di usia 5 – 6
tahun berada dalam tahapan coretan terarah, pengulangan linear, tahapan
fonetik, tahapan ejaan konvensional, mirip huruf, tahapan ejaan transisi, huruf
acak dan coretan.
3. Objek dan peristiwa yang sering digambar anak adalah sesuatu yang pernah
dilihat, dialami dan dirasakan sesuai pengalamannya. Huruf, dan kata – kata
yang dapat mewakili ide atau gagasan yang berhubungan dengan apa yang
digambar anak seperti menuliskan nama benda, menuliskan nama orang –
orang terdekatnya yaitu mamah, nama keluarganya, nama teman main
disekolah atau dirumah. Kata- kata yang sering didengar dan dilihat anakpun
dituliskan seperti rumah, bintang atau kata yang sedang banyak
diperbincangkan seperti XTC yang merupakan nama sebuah geng motor.
4. Interaksi yang terjadi antara anak dan keluarga dirumah serta interaksi anak,
Interaksi dan aktivitas – aktivitas yang dilakukan anak dikelas mampu
menstimulasi perkembangan bahasa tulisnya. Dunia sosial yang berupa
interaksi anak dikelas dengan teman sebaya ataupun guru memberikan
kesempatan bagi anak untuk melebur pada saat memahami bahasa, tulisan
dan bacaan yang ada dilingkungan sekitar.
5. Selain memiliki makna yang berhubungan dengan bahasa tulis, gambar anak
juga merupakan ekspresi kognitif yang ada didalam diri anak, karena dalam
menggambar anak menuangkan seluruh ide, imajinasi dan pengetahuan yang
pernah ia dapatkan melalui semua inderanya. Sehingga dengan melihat
gambar anak kita akan mengetahui pengalaman apa yang anak rasakan, apa
yang telah anak ketahui dan pesan apa yang ingin disampaikan yang tentu
saja ekspresi kognitif anak berbeda – beda sesuai dengan pengalaman masing – masing anak.
B. SARAN
Peran serta orangtua dan guru tidak dapat dipisahkan dalam
mengembangkan keterampilan bahasa tulis anak, adapun beberapa saran yang
diajukan penulis untuk guru dan orangtua adalah :
1. Guru dan orangtua sudah secara maksimal dalam menyediakan lingkungan
yang dapat menstimulasi perkembangan keterampilan menulisnya, namun
seyogyanya guru dan orangtua dapat memilah dan memilih alat tulis dan
bahan bacaan sesuai dengan usia anak begitu juga dengan VCD dan musik
[image:37.595.111.516.208.543.2]2. Anak belajar dari apa yang ia lihat, guru dan orangtua agar lebih aktif
memberikan contoh dan pendampingan saat anak mulai tertarik dengan
lingkungan sekitar serta memberikan interaksi yang berupa komunikasi yang
positif terhadap anak baik itu dalam segi bahasa ataupun tingkah laku.
3. Guru dan orangtua bukan merupakan salahsatu faktor yang dapat memberikan
kontribusi positif terhadap anak dalam hal perkembangan keterampilan
menulis anak, namun interaksi dengan teman sebaya jauh lebih berpengaruh
terhadap proses belajar anak. Dengan begitu berilah anak kebebasan untuk
berinteraksi dengan teman sebayanya.
4. Hasil karya anak berupa gambar bukan hanya dinilai dan dilihat dari segi
estetikanya saja melainkan orangtua dan guru harus bisa memaknai apa yang
ada didalam gambar tersebut karena dengan begitu anak merasa lebih percaya
diri untuk menuangkan ide dan gagasannya baik itu dituangkan melalui
gambar, tulisan maupun lisan.
5. Rasa aman dan menyenangkan saat anak mempelajari sesuatu yang baru
merupakan hal yang terpenting, orangtua dan guru harus lebih menciptakan
suasana yang nyaman dan menyenangkan tersebut pada saat anak bertanya
dan menggali pengalaman tentang huruf, kata dan kalimat. Hindari kata- kata
dan perilaku yang membuat anak tertekan dan terpaksa saat mempelajari
DAFTAR PUSTAKA
Beaty, J Janice. 1994. Observing Development Of The Young Children. (Third Ed.). New York : Macmillan Publishing Company
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Brittain, W. (1979). Creativity, Art, and the Young Child. New York: Macmillan.
Cox, Carole. (1999). Teaching Language Art ‘A Student and Response- Centered
Classroom’. United State of America: A Viacom Company
Christianakis, Mary. (2011). “Children’s Text Development: Drawing, Pictures and Writting”. National Council of Teachers of English. 46 (1) 22
Dhieni, Nurbiana dkk. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Depdiknas : Universitas Terbuka
Hurlock, B Elizabeth. 1980. Developmental Psycology A Life-Span Approach Fifth Edition
Kendrick, Maureen dan Roberta McKay. (2004). “Drawing as Alternative way of understanding young Children’s Constructions Of Literacy”. Journal Of Early Childhood Literacy. 4 (1) 109 – 128
Lawhon, Tommie. (2000).“Creating Language and Print Awareness Environments For Young Children”. Proquest Education Journals. 71 (3) 5
Musfiroh, Tadqiroatun. (2009). Menumbuhkembangkan Baca- Tulis Anak Usia Dini. Jakarta: Grasindo
Mustafa, Bachrudin. (2009). Memperkaya Pengalaman dan Lingkungan Literasi Anak : Menumbuhkembangkan Anak yang Cerdas dalam Berbahasa. Bandung: Cahaya Insan Sejati.
Mustafa, Bachrudin. (2008). Dari Literasi Ke Literasi Teknologi. Jakarta: Cahaya Insan Sejahtera
Mutiah, Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Roopnarine, L Jaipaul dan James E Johnson. (1993). Approaches To Early Childhood Education (Second Edition). New York: Mc Millan Publishing Company
Santrock, John W. (2007). Child Development (Eleventh Edition). New York: Mc Graw Hill
Sidelnick, Mark A dan Marti L Svoboda. (2000). “The Bridge between drawing and writting: Hannah Story”. Proquest Education Journals. 54 (2) 174
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sujiono, Nurani Yuliani dan Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks
Suyanto, Slamet. (2005). Dasar – Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.
Solehuddin, M. (2003). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI
Spensley, Fiona dan Josie Taylor. (1999). “The Development Of Cognitive Flexibility: Evidence From Children Drawings”. Proquest Education Journals. 42 (6) 300
Steffani, Susan dan Paula M Selvester. (2009). “The Relationship of Drawing, Writting, Literacy and Math in Kindergarten Children”. Proquest Education Journals. 49 (2) 125
Syaodih, Ernawulan. (1999). Peranan Bimbingan Guru, Pengasuhan Orangtua, dan Interaksi Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Perilaku Sosial Anak Taman Kanak – kanak Aisyah IX, Bumi Siliwangi dan Angkasa I.
Tesis pada Program Pasca Sarjana IKIP Bandung :Tidak di terbitkan
BandungTabrani, P. (2005). Bahasa Rupa. Bandung: Kelir.
Tim Penyusun. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah 2011. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Wortham, Sue C. (2006). Early Childhood Curriculum (Fourth Edition). New Jersey: Pearson