• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Definisi Operasional ... 9

BAB II MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE (SSCS), KONSTRUKTIVISME, PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS ... 13

A. Teori Konstruktivisme ... 13

B. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) ... 15

1. Perananan Guru dalam Model SSCS ... 20

C. Pemahaman Konsep ... 20

D. Keterampilan Berpikir Kritis ... 24

E. Deskripsi Materi Cahaya ... 30

F. Penelitian yang Relevan ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

A. Metode dan Desain Penelitian ... 47

B. Alur Penelitian ... 48

C. Subyek Penelitian... 50

D. Instrumen Penelitian ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 52

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Pemahaman Konsep Cahaya ... 61

2. Keterampilan Berpikir Kritis ... 67

3. Deskripsi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dari Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 73

4. Tanggapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) ... 80

5. Tanggapan Guru Terhadap Proses Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) ... 82

B. Pembahasan ... 84

1. Pemahaman Siswa Terhadap Konsep Cahaya ... 84

2. Penguasaan Siswa Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis ... 88

3. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dari Aktivitas Guru dan Siswa Selama Proses Pembelajaran ... 93

4. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) ... 95

5. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

A. Kesimpulan ... 99

B. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102

LAMPIRAN ... 107

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Keuntungan Model SSCS menurut Pazzini... 18

2.2 Peranan guru selama Model SSCS ... 19

2.3 Indikator Keterampilan Berpikir Kritis... 25

3.1 Desain Penelitian ... 47

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.3 Kategori Validitas butir soal ... 54

3.4 Kategori Reliabilitas Tes ... 54

3.5 Kriteria Indeks Kesukaran Tes ... 55

3.6 Kategori Daya Pembeda... 55

3.7 Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi... 56

3.8. Kriteria Interpretasi angket ... 59

4.1 Hasil Uji Normalitas Gain yang Dinormalisasi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol ... 63

4.2 Hasil Uji-homogenitas Skor Pretest, Posttest, Dan Gain yang Dinormalisasi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 64

4.3 Uji Beda Rata-rata Pemahaman Konsep Cahaya Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 65

4.4 Hasil Uji Normalitas Gain yang Dinormalisasi Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

(4)

4.6 Uji Beda Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis

Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol... 71 4.7 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Search, Solve, Create and Share (SSCS) Dari Aktivitas Guru... 74 4.8 Hasil Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Search, Solve, Create and Share (SSCS) Dari Aktivitas Siswa.... 78 4.9 Data Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran

Search, Solve, Create and Share (SSCS)... 81 4.10Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Terjadinya Bayangan Umbra dan Bayangan Penumbra ... 31

2.2 Pemantulan Teratur …………... 32

2.3 Pemantulan Baur ……….... 32

2.4 Pemantulan Cahaya Pada Cermin Datar menurut Prinsip Huygens ………... 33

2.5 Hukum Pemantulan Cahaya ………... 34

2.6 Pembentukan Bayangan Maya pada Cermin Datar... 35

2.7 Bagian-Bagian pada Cermin Cekung ... 36

2.8 Dua sinar dari titik P mengumpul setelah dipantulkan Oleh Cermin Cekung membentuk bayangan Nyata... 37

2.9 Jalan Sinar Pada Cermin Cekung... 39

2.10 Geometri untuk Menentukan Perbesaran Bayangan pada Cermin Cekung ... 41

2.11 Bagian-bagian Cermin Cembung ... 42

2.12 Dua Sinar dari Titik P Setelah Refleksi Oleh Cermin Cembung 42 2.13 Pembentukan Bayangan pada Cermin Cembung... 44

3.1 Alur Penelitian ... 49

4.1 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Pretest, Posttest, dan Gain yang Dinormalisasi Penguasaan Konsep Siswa Kedua Kelas ... 62

(6)

4.3 Diagram Perbandingan Skor Rata-rata Dinormalisasi

Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kedua Kelas... 68 4.4 Diagram Gain yang Dinormalisasi Kelas Kontrol dan

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman Lampiran A : Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Cahaya Ke 1... 107

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Cahaya Ke 2... 110

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Cahaya Ke 3... 114

4. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan 1... 118

5. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan 2... 127

6. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan 3... 134

7. Rencana Kerja Siswa ... 138

Lampiran B : Instrumen Penelitian 1. Kisi-Kisi Soal Pemahaman Konsep... 142

2. Kisi-Kisi Soal Keterampilan Berpikir Kritis ... 151

3. Soal Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis ... 159

4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 167

5. Lembar Observasi Aktivitas Guru... 169

6. Angket Siswa... 171

7. Angket Tanggapan Guru... 173

Lampiran C : Hasil Uji Coba Instrumen 1. Soal Ujicoba Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis... 175

2. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep ... 188

3. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis 189 4. Data Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep dan Berpikir Kritis .... 192

5. Pengolahan Uji Kesahihan Tes Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis ... 198

Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, N-Gain dan Angket 1. Skor Pretest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen... 200

2. Skor Posttest Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen... 202

3. Skor Pretest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol ... 204

4. Skor Posttest Pemahaman Konsep Kelas Kontrol... 206

5. Perhitungan N-Gain Penguasaan Konsep... 207

6. Skor Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol... 209

7. Skor Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Kontrol... 210

8. Skor Pretest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen... 211

9. Skor Posttest Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen... 212

10.Perhitungan N-Gain Keterampilan Berpikir Kritis... 213

(8)

12.Hasil Tes Kelas Kontrol dan Eksperimen Setiap

Keterampilan Berpikir Kritis... 215

13.Data Tanggapan Siswa... 216

14.Data Tanggapan Guru... 218

Lampiran E : Pengolahan Data 1. Uji Normalitas... 219

2. Uji Homogenitas Pemahaman Konsep ... 220

3. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji-t) Pemahaman Konsep ... 221

4. Uji Homogenitas Keterampilan Berpikir Kritis ... 222

5. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji-t) Keterampilan Berpikir Kritis... 223

Lampiran F : Dokumen Pendukung 1. Foto Kegiatan Siswa... 224

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan

pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak

untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global.

Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan hal penting yang

harus dipikirkan secara sungguh-sungguh.

Jika pendidikan merupakan salah satu instrumen utama pengembangan

SDM, tenaga kependidikan dalam hal ini guru sebagai salah satu unsur yang

berperan penting didalamnya, memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan

tugas dan mengatasi segala permasahan yang muncul. Guru merupakan komponen

yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran.

Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran tergantung pada

kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan strategi pembelajaran.

Sudjana (2002) mengemukakan bahwa guru menempati kedudukan

sentral,

sebab

peranannya

sangat

menentukan.

Guru

harus

mampu

menterjemahkan dan menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum,

kemudian mentransformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses

pengajaran di sekolah. Menurut Hamalik (2002), bagaimanapun baiknya

(10)

peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil pembelajaran yang

diharapkan.

Banyak ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran kurang variatif, memiliki

kecenderungan pada metode tertentu dan kadang-kadang tidak memperhatikan

tingkat pemahaman siswa terhadap informasi yang di sampaikan. Siswa kurang

aktif dalam proses belajar, siswa lebih banyak mendengar dan menulis,

menyebabkan isi pelajaran sebagai hafalan sehingga siswa tidak memahami

konsep yang sebenarnya. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh

pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

Kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan

(DEPDIKNAS, 2002).

Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang

didorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir. Proses pembelajaran di

dalam kelas diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi,

siswa terbiasa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut

untuk memahami informasi yang diingat itu dan menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari, akibatnya siswa hanya pintar secara teoretis tetapi miskin

aplikasi. Situasi seperti ini juga terjadi pada mata pelajaran sains. Mata pelajaran

sains belum dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan

sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir belum digunakan secara baik

dalam proses pembelajaran. Menurut Liliasari (1996), rendahnya penguasaan

(11)

pembentukan sistem konseptual IPA. Model pembelajaran yang digunakan

sebelumnya, belum dapat membantu siswa memperoleh pemahaman konsep

dengan baik dan jarang mendorong siswa menggunakan penalaran logis yang

tinggi.

Menurut Whitehead (dalam Arifin, 2003) berpikir kritis merupakan aspek

yang perlu mendapat penekanan dalam pembelajaran. Berpikir kritis

memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah ramainya kejadian

dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Agar siswa dapat memahami

konsep dan teori fisika yang lebih baik, maka siswa harus dilibatkan dalam

kegiatan pembelajaran dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir

kritisnya.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka diperlukan suatu model atau

pendekatan pembelajaran yang tepat dan lebih bermakna bagi siswa. Berhasil

tidaknya pembelajaran tergantung pada taraf makna yang terkandung dalam

pelajaran itu bagi siswa. Menurut Dahar (1989) belajar akan lebih bermakna dan

informasi yang dipelajari akan bertahan lama dengan cara mengaitkan konsepsi

awal siswa dengan konsep baru yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan

prinsip mengajar menurut pandangan konstruktivisme. Menurut pandangan

konstuktivisme, keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan

atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan

pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar.

Pembelajaran yang inovatif yang relevan dengan keterlibatan dan peran

(12)

pada siswa (

student centered

) dan keterkaitannya dengan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Salah satu dari pembelajaran tersebut adalah pembelajaran

yang menekankan agar siswa sendiri yang akan membangun pengetahuannya,

sedangkan guru harus merancang kegiatan pembelajaran bagi siswa untuk

meningkatkan pengetahuan awal yang dimilikinya.

Ausubel

(Dahar, 1996),

menyatakan bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar

adalah apa yang telah diketahui siswa. Disini siswa dituntut untuk dapat

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Menurut Nur dan Wikandari (2000),

guru dapat membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, dengan

cara-cara mengajar yang membuat informasi yang diberikan oleh guru menjadi sangat

bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dan dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan dan menetapkan ide-ide mereka sendiri untuk

belajar. Disini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran. Selanjutnya Nur

dan Wikandari (2002) mengatakan bahwa guru dapat memberi siswa “tangga”

yang dapat membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi,

namun diupayakan agar siswa sendiri yang memanjat “tangga” tersebut.

Lie ( 2007) mengemukakan ada empat hal yang harus diperhatikan oleh

guru dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, yakni : (1)

pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa; (2) siswa

membangun pengetahuan secara aktif; (3) pengajar perlu mengembangkan

kompetensi; (4) pendidikan adalah interaksi-interaksi pribadi diantara para siswa

(13)

diharapkan potensi positif dari interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan

siswa akan lebih dominan dalam pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran sains modern yang bersifat kontekstual

dengan menggunakan pemecahan masalah sebagai basis dari aktivitas

pembelajaran secara keseluruhan, jika dipersiapkan dengan sebaik-baiknya akan

memberikan beberapa keuntungan komparatif, antara lain; dapat memberikan

gambaran kepada siswa tentang kegunaan dari konsep-konsep yang akan

dipelajari. Siswa akan termotivasi mengikuti pembelajaran karena untuk dapat

menyelesaikan masalah harus menguasai konsep dengan baik, dan tentu ketika

siswa (yang diposisikan sebagai

problem solver

) dapat memecahkan masalah yang

dihadapi maka akan ada kepuasan tersendiri di benak mereka.

Model

Search, Solve, Create, and Share

(SSCS)

problem solving

merupakan sebuah pembelajaran yang terpusat pada siswa. Pazinni (1996)

mengemukakan model

Search, Solve, Create, and Share

(SSCS)

problem

solving

ini mempunyai keunggulan dalam upaya merangsang para siswa untuk

menggunakan perangkat statistik sederhana dalam mengadministrasikan data

atau fakta hasil pengamatan studinya. Model SSCS adalah sangat efektif, dapat

dipraktekkan, dan mudah untuk digunakan. Model pemecahan masalah SSCS

membuat studi konteks pada perkembangan dan menggunakan

perintah-perintah kemampuan berpikir yang lebih tinggi dan hasil-hasil pada kondisi yang

lebih penting pada kemampuan berpikir mentransfer dari satu ruang lingkup

(14)

Dari topik-topik yang ada dalam mata pelajaran fisika di SMP sesuai

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dipilih topik cahaya.

Cahaya merupakan salah satu pokok bahasan dari materi fisika SMP kelas VIII

semester genap. Alasan dipilihnya topik ini karena masalah cahaya banyak

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa masih sulit memahami konsep ini

karena sebagaian konsepnya dibelajarkan secara abstrak, sementara konsep ini

dibelajarkan secara konkrit supaya siswa dapat memahami konsep-konsep dan

hukum-hukum fisika. Oleh karena itu agar siswa dapat memahami konsep-konsep

dan hukum-hukum fisika khususnya masalah pemantulan cahaya, maka perlu

diadakan penelitian untuk mencari cara pembelajaran yang tepat, sebagai upaya

untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Salah satu upaya adalah

menggunakan model pembelajaran

Search, Solve, Create, and Share

(SSCS)

problem solving

, agar dapat membantu meningkatkan pemahaman konsep dan

juga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka

(15)

Untuk memfokuskan masalah tersebut, maka dijabarkan ke dalam

beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :

1.

Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep pada topik

cahaya antara siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa (konvensional)

dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model

search, solve,

create, and share

(SSCS) di SMP?

2.

Bagaimanakah perbandingan keterampilan berpikir kritis pada topik

cahaya antara siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa (konvensional)

dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran model

search, solve,

create, and share

(SSCS) di SMP ?

3.

Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model

pembelajaran

search, solve, create, and share

(SSCS) pada topik cahaya di

tingkat SMP?

C.

Asumsi dan Hipotesis Penelitian

1.

Asumsi

a.

Tahapan-tahapan pada kegiatan pembelajaran dalam model pembelajaran

Search, Solve, Create and Share

(SSCS) dapat memfasilitasi terjadinya

proses latihan berpikir untuk dapat memahami pengetahuan deklaratif

fisika, dan mengembangan kemampuan berpikir kritis.

b.

Model model pembelajaran

Search, Solve, Create and Share

(SSCS) dapat

memfasilitasi keterlibatan siswa untuk turut berperan aktif secara

(16)

informasi, sesi diskusi mengerjakan tugas, serta dalam sesi pemaparan

hasil belajar kelompoknya.

2.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

a.

Ho

1

: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan pemahaman

konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran model

Search, Solve, Create and Share

(SSCS) dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran biasa (konvensional) pada topik

cahaya.

(Ho

1

:

µ

A1

=

µ

A2

).

Ha

1

: Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan pemahaman

konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran model

Search, Solve, Create and Share

(SSCS) dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran biasa (konvensional) pada topik

cahaya.

(Ha

1

:

µ

A1

>

µ

A2

).

b.

Ho

2

: Tidak

terdapat

perbedaan

yang

signifikan

peningkatan

keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan

pembelajaran model

Search, Solve, Create and Share

(SSCS)

dengan

siswa

yang

mendapatkan

pembelajaran

biasa

(konvensional) pada topik cahaya.

(17)

Ha

2

: Terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan keterampilan

berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran model

Search, Solve, Create and Share

(SSCS) dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran biasa (konvensional) pada topik cahaya.

(Ha

2

:

µ

A1

>

µ

A2

).

D.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji coba penerapan

model pembelajaran

search, solve, create and share

(SSCS) pada pembelajaran

topik cahaya, untuk melihat potensinya dalam meningkatkan pemahaman konsep

cahaya dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP.

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empirik tentang

potensi model pembelajaran

search, solve, create and share

(SSCS) dalam

mengembangkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis, yang

nantinya dapat memperkaya hasil-hasil penelitian dalam bidang kajian sejenis dan

dapat digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan dengan hasil studi ini,

seperti guru-guru mata pelajaran IPA dan sekolah yang tertarik untuk menerapkan

(18)

F.

Definisi Operasional

1.

Model pembelajaran

Search, Solve, Create and Share

(SSCS)

Model pembelajaran SSCS merupakan kegiatan pembelajaran yang

membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok. Di awali dengan

kegiatan membuat kelompok yang terdiri dari 4 dan 5 orang siswa.

Dilanjutkan dengan kegiatan mengorientasi siswa pada masalah dengan cara

mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Kegiatan berikutnya membimbing siswa

membuat prediksi sementara terhadap jawaban dari pertanyaan, menuntun

siswa untuk membuktikan jawaban dengan melakukan

penyelidikan-penyelidikan, pengukuran, analisis data dan menarik kesimpulan. Dilanjutkan

dengan membimbing siswa dalam menyusun laporan yang akan

dipresentasikan dan menentukan cara untuk mempresentasikan laporan.

Diakhiri dengan kegiatan siswa untuk membagi informasi atau pengetahuan

yang didapatkan dengan siswa yang lain melalui kegiatan diskusi.

Keterlaksanaan dari model pembelajaran SSCS diamati melalui lembar

observasi.

2.

Pemahaman Konsep

Pemahaman Konsep merupakan ukuran kemampuan siswa dalam memaknai

suatu konsep yang diberikan. Indikator pemahaman konsep dalam penelitian

ini terdiri dari tiga jenis yaitu menterjemahkan, menafsirkan dan

mengekstrapolasi. Indikator pemahaman konsep dalam penelitian ini hanya

meneliti dua dari tiga jenis indikator yang ada dalam pemahaman konsep

(19)

penelitian ini pemahaman konsep siswa diukur sebelum dan setelah

pembelajaran dengan menggunakan tes pemahaman konsep berupa tes tertulis

berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator pemahaman

konsep

3.

Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan dasar dari proses berpikir untuk menganalisis

argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan

interpretasi untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis,

memahami asumsi dan biasanya yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan

model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan (Liliasari,

2002). Indikator berpikir kritis yang akan diukur adalah: (1) memberikan

contoh dan bukan contoh, (2) menerapkan prinsip, (3) membuat hipotesis, (4)

menggunakan prosedur yang ada dalam melakukan eksperimen (Ennis,

1987). Dalam penelitian ini keterampilan berpikir kritis diukur dengan

menggunakan tes keterampilan berpikir kritis dalam bentuk pilihan ganda.

4.

Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional didefinisikan sebagai model pembelajaran

yang biasa digunakan oleh guru fisika di salah satu SMP Negeri yang ada di

Kabupaten Padang Pariaman yang menjadi tempat penelitian. Pembelajaran

ini didominasi oleh metode ceramah yang diakhiri dengan kegiatan

pembuktian (verifikasi) melalui kegiatan demonstrasi atau percobaan, dimana

guru cenderung lebih aktif sebagai sumber informasi bagi siswa dan siswa

(20)

pembelajaran konvensional yaitu diawali oleh guru memberi informasi,

kemudian menerangkan suatu konsep yang disertai diskusi dengan siswa.

Setelah itu siswa diminta memperhatikan demonstrasi dan melakukan

percobaan untuk memverifikasi konsep yang telah diinformasikan

sebelumnya. Selanjutnya siswa diminta untuk mempresentasikannya hasil

percobaan dan pengamatan mereka. Kegiatan terakhir, siswa mencatat materi

yang diterangkan dan diberi soal-soal pekerjaan rumah.

5.

Konsep Cahaya

Cahaya merupakan salah satu bentuk energi yang menyebabkan kita dapat

melihat

benda-benda

disekitar

kita

dan

merupakan

gelombang

elektromagnetik. Dalam KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

materi ini berada dalam kompetensi dasar 6.3 yaitu menyelidiki sifat-sifat

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba penerapan model

pembelajaran

search, solve, create and share

(SSCS) untuk melihat pengaruhnya

terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa

SMP. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen semu, dengan

menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran

search, solve, create

and share

(SSCS) dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran

konvensional. Data penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu skor

pre-test

dan

post-test

pemahaman konsep sebelum dan setelah pembelajaran, data kualitatif

berupa tanggapan siswa dan guru yang diperoleh melalui angket. Desain

eksperimen yang digunakan adalah

randomized

c

ontrol group pre-test-post-test

design

(Arikunto, 2001). Bagan rancangannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas

Pre-test

Perlakuan

Post-test

Eksperimen

O

X

O

(22)

Keterangan:

X : perlakuan pembelajaran dengan model

Search, Solve, Create and Share

,

Y : perlakuan pembelajaran denan model konvensional

O :

pre-test

dan

post-test

B.

Alur Penelitian

Pelaksanaan penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti

(23)

Gambar 3.1 Alur Proses Penelitian

Studi Pendahuluan

Uji Coba, Revisi, Validasi

Tes Awal

Model pembelajaran Search,Solve,Create,and

Share

Pembelajaran Konvensional

Tes Akhir

(Posttest)

Anlket Tanllapan Siswa dan Guru

Observasi Keter-laksanaan pendekatan

Penlolahan dan Analisis

Data

Temuan

Penyusunan Instrumen 1. Soal-soal tes

2. Angket siswa dan guru 3. Pedoman observasi 4. Lembar observasi

Studi Literatur: Model pembelajaran Search, Solve, and Create, Kemampuan berpikir kritis dan materi pemantulan cahaya

Penyusunan Rencana Pembelajaran pembelajaraan Search,Solve,Create,and Share Perumusan Masalah

Kesimpulan

Kelompok Eksperimen Kelompok

(24)

C.

Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap pada salah

satu SMP Negeri di Kabupaaten Padang Pariaman. Sebagai sampel penelitian

dipilih dua kelas dari delapan kelas yang memiliki kemampuan yang setara

dengan teknik random perkelas tanpa mengacak siswa.

Pengelompokkan sampel

terdiri atas satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas eksperimen, adalah

kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan model

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS), sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang mendapatkan

pembelajaran dengan model konvensional.

D.

Instrumen

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini, peneliti

menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan

penelitian yaitu tes pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis sebagai

instrumen utama, observasi serta angket sebagai instrumen pelengkap. Dalam

penelitian ini digunakan empat instrumen yaitu; (1) tes pemahaman konsep, (2)

tes keterampilan berpikir kritis, (3) lembar observasi aktivitas keterlaksanaan

model

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS) siswa dan guru, (4) angket sikap

siswa dan guru. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen :

1.

Tes Pemahaman Konsep

Tes ini kadang-kadang disebut juga tes prestasi belajar, berguna untuk

mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu

(25)

ganda dengan jumlah pilihan

(option)

sebanyak empat. Setiap soal dibuat

untuk menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup

dalam materi pemantulan cahaya. Dengan demikian tes ini bersifat konseptual

dengan indikator pemahaman konsep yang dilihat yaitu translasi dan

interprestasi. Tes ini dipergunakan dua kali, yaitu pada saat tes awal sebelum

pokok bahasan pemantulan cahaya diajarkan yang bertujuan untuk melihat

pemahaman awal siswa terhadap topik cahaya, dan pada saat tes akhir setelah

pembelajaran konsep cahaya dilaksanakan, yang bertujuan untuk mengukur

pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran. Dari hasil tes awal dan tes

akhir ini selanjutnya dapat diketahui peningkatan pemahaman konsep sebagai

hasil dari penggunaan model pembelajaran.

2. Tes Kemampuan Berpikir kritis

Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes objektif pilihan ganda dengan

mengunakan 4 (empat) pilihan. Indikator yang diadopsi dari indikator

keterampilan berpikir kritis Ennis dengan indikator yang diteliti antara lain 1)

memberikan contoh dan bukan contoh, 2) menerapkan prinsip, 3) membuat

hipotesis, 4) membuat kesimpulan, 5) menggunakan prosedur. Tes ini

dilakukan dua kali, yaitu pada saat

pre-tes

sebelum konsep cahaya diajarkan,

yang bertujuan untuk melihat keterampilan berpikir kritis awal siswa, dan

pada saat

post-test

setelah pembelajaran konsep cahaya selesai dilaksanakan.

Dari hasil tes awal dan tes akhir ini selanjutnya dapat diketahui peningkatan

kemampuan keterampilan berpikir kritis sebagai hasil dari penggunaan model

(26)

3.

Angket Tanggapan Siswa yang Belajar dengan Model pembelajaran

Search,

Solve, Create

and

Share

(SSCS)

Angket bertujuan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap penerapan

model pembelajaran

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS), mengungkap

ketertarikan siswa terhadap model pembelajaran

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS), dan mengungkap motivasi siswa akibat model pembelajaran

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS). Skala pengukuran sikap guru dan

siswa yang digunakan adalah skala

Likert

. Guru dan siswa diminta untuk

menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S),

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

4.

Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Search, Solve,

Create

and

Share

(SSCS)

Lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model

pembelajaran

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS) sesuai dengan skenario

kegiatan model pembelajaran

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS) pada

topik cahaya.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu

melalui tes, angket, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu

menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan

instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat

(27)

Tabel 3.2.

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen

1. Siswa Pemahaman konsep

siswa sebelum men-dapat perlakuan dan setelah mendapat per-lakuan.

Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda yang meng-evaluasi pemaham-an konsep.

2. Siswa Keterampilan

ber-pikir kritis siswa se-belum mendapat per-lakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda yang meng-evaluasi keteram-pilan berpikir kritis.

3. Siswa Tanggapan siswa

terhadap penggunaan model pembelajaran

search, solve, create

dan share (SSCS)

Kuesioner Angket

4. Guru Tanggapan guru

terhadap penggunaan model pembelajaran

search, solve, create

dan share (SSCS)

Kuesioner Angket

5. Guru dan Siswa Keterlaksanaan

pem-belajaran model

search, solve, create

dan share (SSCS)

Observasi/pengamatan Pedoman observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran

F.

Teknik Analisis Data

Dalam Penelitian ini diperoleh tiga macam data yaitu angket, observasi,

dan data hasil tes yang akan dianalisis dan dinilai.

1.

Uji Instrumen Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan program

ANATES V.4 untuk menguji kesahihan tes yang meliputi :

a.

Validitas Butir Soal

Validitas butir soal yang digunakan untuk mengetahui dukungan suatu

(28)

butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan

memiliki validitas tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar

terhadap skor total.

b.

Reliabilitas Tes

Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi

dalam mengukur atau ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Kalau

alat evaluasi itu reliabel maka hasil dari dua kali atau lebih pengevaluasian yang

senilai (ekivalen) pada masing-masing pengetesan akan serupa (Russefendi,

2001). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberikan hasil tetap yang dihitung dengan koefesien reliabilitas.

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002) :

c.

Tingkat Kemudahan Butir Soal

Tingkat kemudahan butir soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar

atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kemudahan berkisar antara 0,0 sampai

1,00. Soal dengan indeks kemudahan 0,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu

sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah.

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut :

d.

Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan rendah dengan siswa yang berkemampuan

tinggi. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks

(29)

Dari 20 item soal pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda dengan

empat pilihan, ternyata 5 soal tidak valid, sehingga jumlah soal yang memenuhi

syarat untuk digunakan berjumlah 15 butir soal. Dilihat dari tingkat kesulitannya,

didapatkan 10 item dikategorikan sedang, 1 item sukar, 2 item mudah dan 2 item

sangat mudah (lampiran C). Sedangkan untuk keterampilan berpikir kritis dari 18

item soal keterampilan berpikir kritis berbentuk pilihan ganda dengan empat

pilihan, ternyata 8 soal tidak valid, sehingga 10 soal memenuhi syarat untuk

digunakan. Tingkat kesulitan soal terbagi atas 3 item soal mudah, 5 item soal

sedang, 1 item soal sukar dan 1 item soal sangat sukar (lampiran C).

Tabel 3.7.

Rekapitulasi Ujicoba Soal

Aspek yang diukur

Jumlah butir soal

yang diujikan

Jumlah butir soal

yang terpakai

Pemahaman Konsep

20 butir soal

15 butir soal

Keterampilan Berpikir Kritis

18 butir soal

10 butir soal

2.

Peningkatan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung

dengan

gain

yang dinormalisasi dengan rumus

Hake

(

Cheng, et.al

, 2004) :

pre maks

pre post

S S

S S g

− − =

Keterangan:

S

post

: Skor posttest

S

pre

: Skor pretest

(30)
[image:30.595.110.517.241.770.2]

Tabel 3.8.

Kategori Tingkat

Gain

yang Dinormalisasi

Batasan

Kategori

g > 0,7

Tinggi

0,3

g

0,7

Sedang

g < 0,3

Rendah

Nilai N-gain yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat peningkatan

pemahaman konsep, keterampilan berpikir kritis siswa antara penerapan pembelajaran

model search, solve, create and share (SSCS) dan penerapan pembelajaran model

konvensional pada topik cahaya.

3.

Uji Hipotesis

Uji Kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua

keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata

gain yang dinormalisasi

siswa pada

kelompok eksperimen dengan nilai rata-rata

gain yang dinormalisasi

siswa pada

kelompok kontrol, Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan

menggunakan

SPSS for windows versi 16.0

yaitu uji-t dua sampel independen

(

Independent-Sample t Test

)

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2009) :

1.

Dengan Asumsi kedua

variance

sama besar (

equal variances assumed

) :

        + − = y x p n n S y x t 1 1

dengan derajat kebebasan: nx + ny -2

2

)

1

(

)

1

(

2 2

+

+

=

x x y y
(31)

dimana: n

x

= besar sampel pertama

n

y

= besar sampel kedua

2.

Dengan asumsi kedua

variance

tidak sama besar (

equal variances not

assumed

) :

        + − = y y x x n S n S y x t 2 2

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik

yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 16.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis

inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji

normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa kedua kelas. Dalam

penelitian uji normalitas data menggunakan

One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan

uji Levene test, kemudian dilakukan uji-t. t yang diperoleh dari hasil perhitungan

kemudian dibandingkan dengan t dari tabel dengan derajat kebebasan dan taraf

kepercayaan tertentu. Kriteria pengujian jika sig > α maka tidak terdapat pengaruh

dari perlakuan atau tidak terdapat perbedaan signifikan hasil dari perlakuan dan

jika sig <

α

maka terdapat pengaruh dari perlakuan atau terdapat perbedaan

(32)

4.

Pengolahan Hasil Angket dan Observasi

Angket tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model pembelajaran

Search, Solve, Create

and

Share

(SSCS) diukur dengan menggunakan skala

Likert

. Guru dan siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Dari jawaban siswa dan guru pada angket dikelompokkan menjadi menjadi dua

kelompok yakni kelompok responden yang setuju dan kelompok responden yang

tidak setuju.

Kemudian dilanjutkan dengan mencari persentase tiap item yang dihitung dengan

menggunakan rumusan :

R =

100%

Keterangan:

= persentase responden yang menjawab alternatif

jawaban untuk item pertanyaan/pernyataan

P = jumlah responden yang memilih item yang tersedia

F = Jumlah seluruh seluruh responden

Untuk mempermudah analisis hasil persentase angket tersebut digunakan kriteria

[image:32.595.112.510.242.756.2]

(Budiarti, 2007).

Tabel 3.9.

Kriteria interpretasi angket

Batasan (persentase)

Kategori

R = 0

Tidak seorang pun

0 < R < 25

Sebahagian kecil

25 < R < 50

Hampir setengahnya

R = 50

Setengahnya

50 < R < 75

Sebahagian besar

75 < R < 100

Hampir seluruhnya

R = 100

Seluruhnya

(33)

Data yang diperoleh dari observasi digunakan untuk mengetahui

keterlaksanaan dari model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS)

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan

bahwa:

Penggunaan model pembelajaran

search, solve, create and share

(SSCS) pada

konsep cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan kemampuan

pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan

penggunaan model pembelajaran konvensional,

1.

Penggunaan model pembelajaran

search, solve, create and share

(SSCS)

pada konsep cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan

pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan penggunaan model

pembelajaran konvensional.

2.

Penggunaan model pembelajaran

search, solve, create and share

(SSCS)

pada konsep cahaya secara signifikan dapat lebih meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan penggunaan

model pembelajaran konvensional.

3.

Tanggapan siswa dan guru setelah memperoleh pembelajaran

search,

solve, create and share

(SSCS) pada konsep cahaya memberikan hampir

semuanya menyatakan bahwa pembelajaran SSCS meningkatkan motivasi

siswa dalam memahami konsep cahaya, meningkatkan kesadaran dalam

(35)

SSCS juga dapat melatih menggunakan prosedur, membuat hipotesis,

menerapkan prinsip dan membuat kesimpulan. Model pembelajaran ini

juga melatih siswa dalam interaksi dengan sesama siswa dan melatih

berkomunikasi dengan baik.

B. Saran-Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1.

Agar pembelajaran model

search, solve, create, and share

(SSCS)

berlangsung baik, sebaiknya guru membagi kelompok siswa dengan

memperhatikan kemampuan masing-masing siswa.

2.

Kegiatan membuat pertanyaan-pertanyaa pada tahap search, kelompok

mengalami kendala yang disebabkan oleh kurang terbiasanya dalam

mengukapkan masalah dalam bentuk pertanyaan secara tertulis dengan

bahasa sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut guru dapat melatih dan

membiasakan siswa dalam mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dengan

bahasa lisan dan tulisan.

3.

Kegiatan penyelidikan pada tahap create, penyelidikan kelompok

mengalami kendala yang disebabkan oleh kurang terbiasanya siswa

melakukan kegiatan praktikum dalam kelompok. Oleh karena itu guru

sebaiknya memberikan bimbingan yang baik dan maksimal pada saat

(36)

4.

Untuk meningkatkan efisiensi waktu sebaiknya penyelidikan telah terlebih

dahulu diujicobakan dengan memperhitungkan waktu dan kejadian yang

tak terduga yaitu dengan cara membiasakan siswa dalam kegiatan

pratikum.

5.

Agar kegiatan presentasi pada tahap share berlangsung dengan baik, guru

hendaknya dapat memberikan pengarahan terlebih dahulu pada awal

pembelajaran bagaimana mempresentasikan hasil penyelidikan agar tidak

memakan waktu.

6.

Agar diskusi yang dilakukan pada tahap share tidak memakan banyak

waktu, maka guru hendaknya mampu mengatur kesesuaian waktu yang

tersedia sehingga pembelajaran dapat terlaksana lebih maksimal.

7.

Model pembelajaran ini dapat digunakan pada materi fisika lainnya

misalnya suhu dan kalor atau pelajaran IPA dengan menyesuaikan dengan

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. (1987).

Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode “Discevery” dan “Inquiry” Bagian I.

Jakarta:

Depdikbud, Dirjen Dikti.

Armiza. (2007). Model Siklus Belajar Abduktif Empiris Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada

Materi Pemantulan Cahaya.

Tesis

, Bandung: SPS UPI: Tidak diterbitkan.

Arifin, M. (2003).

Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.

Surabaya: Airlangga Press

Arikunto, S. (2003).

Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan

(Edisi Revisi). Jakarta.

Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2001).

Prosedur Penelitian

. Jakarta. Rineka Cipta.

Akinoglu, O. & Tandagon, R. O. (2006).

The Effects of Problem-Based Active

Learning in Science Education on Students` Academic Achievement,

Attitude and Concept Learning

. Eurasia Journal of Mathematics, Science

& Technology Education, 2007, 3(1),71-81. Tersedia [On line] : http:

www.ejmdte.com

. [31 Oktober 2008]

Arends, Richard, I., (1997),

Classroom Instruction and Management

, New York;

McGraw-Hill.

Bloom, B.S. (1979).

Taxonomy of Educational Objectives

, The Classification of

Educational Goals

, Hand Book 1: Cognitive Domain. USA : Longman

Inc.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006.

Panduan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

Jakarta: BSNP

Baroto, Gogol. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran PBL dan Model

Pembelajaran SSCS Ditinjau Dari Kreativitas dan Intelegensi Siswa.

Tesis

.

PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(38)

Cheng, K.K.,

et.al.

(2004). “Using Online Homework System Enhances Student

Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”.

American

Journal of Physics. 72, (11), 1447-1453.

Costa, AL dan Pressceisen, B.Z. (1985).

Developing Mind : A Resource Book for

Teaching Thinking

. Alexandria. Ascd.

Dahar, R.W. (1989).

Teori-teori Belajar

. Jakarta. Erlangga.

Depdiknas. (2002).

Model-model Pembelajaran Alternatif.

Jakarta: Dirjen

Dikdasmen.

Ennis, R.H. (1987).

An Elaboration of a cardinal goal of science instruction

,

Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34.

Gamze, S. et. al. (2008).

The Effect of Problem Solving Instruction on Physics

Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use

. Tersedia :

http:// www. Journal. Lapen. Org.mx. (26 Agustus 2008)).

Haliday & Resnick. (1977).

Fisika Jilid 2

. Jakarta. Erlangga.

Haynes, Stein, B. and Understein, J (2003).

Assessing Critical Thinking Skills

.

Nashville.

Tennessee

Technological

University.

http://web.tntech.edu/cti/SACS%20presentation%20

paper.pdf.(1-13)

Heller, P., & Heller, K., (1999)

Problem-Solving Labs, in Cooperative Group

Problem Solving in Physics, Research Report, Department of Physics,

University of Minnesota.

Hirsch, E.D. 1996.

Critical guide to educational terms and pharases.

http://www.ed.psu.edu/edadm/shouse/roger2.htm

.

Ibrahim, M. dan Nur, M. (2002).

Pengajaran Berdasarkan Masalah

. Surabaya.

UNESA Universitas Press.

Johnson, E. (2002).

Contextual Teaching & Learning

. Bandung. Mlc.

John W. Best. (1978).

Research In Education

. New Delhi. Prentice-Hall Inc.

Karplus, R. (1980). Teaching for the Development of Reasoning. dalam

Science

Education Information Report

. The Ohio State University

(39)

Bahasan Rangkaian Listrik arus Searah

.

Tesis

pada SPs UPI Bandung:

Tidak diterbitkan

Khalidin.

(2005).

Penggunaan

Model

Pembelajaran

Generatif

untuk

Meningkatkan Pemahaman Konsep Pembiasan pada Lensa Kelas I SMA.

Tesis

. PPs UPI Bandung.

Kusmawan, Udan.2002.

Model instruksional DDFK

problem solving.

http://202.159.18.43/jp/21udankusmawan.htm

.

Lawson, A. (1988).

Science Teaching and The Development of Thinking

.

California. W Publishing Company.

Lie, A (2007)

Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperatif Learning di

Ruang-Ruang Kelas) .

Jakarta: Grasindo.

Liliasari. (1996). Beberapa pola berpikir dalam pembentukan pengetahuan kimia

oleh siswa SMA.

Disertasi.

PPS IKIP Bandung.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan

Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir

konseptual Tingkat Tinggi.

Laporan Penelitian

. Bandung. FMIPA UPI.

Nur, M. & Wikandri, P (2000).

Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan

Kontruktivis dalam Pengajaran

. Surabaya. Pusat Studi MIPA Universitas

Negeri Surabaya.

Patton, P. 1997.

Emotional Intelligence in workplace: Bridging the gap between

what we know and what we do.

Singapore: SNP Publishing Pte. Ltd.

Paul, S. (1997).

Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan

. Yogyakarta.

Kanisius.

Paul, Richard and Elder, Linda (2006).

Critikal Thinking Conceps and Tools

,

[online]. Tersedia

www.

criticalthinking

.org/files/

Concepts

_

Tools

.pdf

Pizzini, E.L. 1996.

Implementation Handbook for The SSCS Problem Solving

Instructional Model.

Iowa: The University of Iowa.

Pizzini, E.L Shepardson, Daniel, P. 2009.

A comparison of the classroom

dynamics of a problem-solving and traditional laboratory model of

instruction using path analysis

. Journal of Research in Science Teaching,

vol. 29, Issue 3, pp.243-258

(40)

Riduwan, (2008).

Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian

. Bandung.

Alphabeta.

Ridwan, I (2006).

Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan

Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Hukum-hukum Dasar Kimia.

Tesis

PPs UPI. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Riyanto,Y. (2005). Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta.

Majalah Cakrawala

.

http://www.trial.mil.id/cakrad.php3?id.

Ruseffendi, H.E.T.(1998).

Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan

.

Bandung. CV Andira.

Sanjaya, w. (2007).

Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan

. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Scriven, Michael & Paul, Richard (1987).

Defining Critical Thinking,

[online].

Tersedia:

http://www.criticalthinking.org/aboutCT/define_critical_thinking.cfm [30

Oktober 2009]

Slavin, R.E ( 2008).

Cooperative Learning; Teori riset dan Praktik

. Bandung:

Nusa Media.

Slavin, R.E (2008).

Psikologi Pendidikan (terjemahan)

Bandung: Macan Jaya

Cemerlang

Stiggin, R.J. (1994).

Student-Centered Classroom Assessment.

New York :

Macmillan College Publishing Company, Inc.

Sudjana,N. (2005).

Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar

. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Sudjana. (2005).

Metoda Statistika

. Bandung: Tarsito.

Sear, F.W. (1956).

Principles of Physics series Optics

. Cambridge. Addison-

wesley Publishing Company, Inc.

Serway, R.A dan Jewett, J.W. (2004).

Physics for Scientists and Engineers.

California

.California State Polytechnic University.

(41)

Syaiful, S. (2006).

Konsep dan Makna Pembelajaran

. Bandung. Alfabeta.

Syaodih, N. (2005).

Metode Penelitian Pendidikan

. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Tipler, P. A. (2001).

Physics for Scientist and Engineers

. Jakarta. Erlangga.

Uyanto, Stanislaus S. 2009. Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Wasis dan Iriant, Sugeng Yuli. (2008).

Ilmu Pengetahuan Alam Kls. VIII

. Pusat

Perbukuan. DEPDIKNAS.

Xiao-Li Wu. (July, 2004). Physics is fun, exciting and simple.

The China

Papers

.

http://science.uniserve.edu.au/pubs/china/vol3/cp3-p4.pdf

. (7-22).

Gambar

Tabel
Gambar
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Scanned by CamScanner... Scanned

Features of a Moodle-site for Teaching How to Write Narrative Texts: A Case Study at the Eighth Grade Level of a Junior High School9. Universitas Pendidikan Indonesia

Asesmen portofolio berdampak positif terhadap sikap siswa pada.

Dalam pengolahan data penulis menggunakan Visual Basic 6,untuk memudahkan pencatatan agar lebih efektif dan akurat dalam penjualan kaset

Penelitian ini dilakukan untuk mengukur Kepuasan konsumen Depot Soto Gebraak Cak Anton di lihat dari Segi Pelayanan,Segi Rasa,Segi Harga,Segi CiriKhas,Segi Lokasi dan

The objective of this research is to experimentally test the effectiveness of two burnout mitigating strategies, a flexible work arrangement and stress management

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran fiqih dan pengembangan ranah afektif, bagaimana guru menetapkan tujuan pembelajaran fiqih, materi atau

This year’s effective technology could be left behind in the next 3 years, so information system (IS) is becoming more complex [1]. In banking sector, based on Nugroho’s finding