ii
ABSTRAK
ABSTRACT
iv DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan... i
Abstrak……….. ii
Abstract………... iii
Daftar Isi... iv
Daftar Bagan... vii
Daftar Lampiran……….. viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 13
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 13
1.3.1. Maksud Penelitian……….. 13
1.3.2. Tujuan Penelitian……… 14
1.3.3. Kegunaan Penelitian………... 14
1.3.3.1. Kegunaan Teoritis... 14
1.3.3.2. Kegunaan Praktis... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Merokok…... 16
2.1.1. Definisi Merokok………... 16
2.1.2. Klasifikasi Merokok…………... 16
2.1.3. Alasan Merokok………... .. 17
2.1.4. Adiksi Merokok………... 18
2.1.5. Bahaya Merokok……….. 21
2.1.5.1. Bahaya Secara Fisik………. 21
2.1.5.2. Bahaya Secara Psikologis………. 22
2.1.6. Wanita dan Merokok………. 24
2.2. Proses Perkembangan Kognitif………... 27
2.2.1. Teori Perkembangan Kognitif... 30
2.2.2. Perkembangan Kognitif Dewasa Awal………... 31
2.2.3. Model Kognitif dari Adiksi... 32
2.3. Cognitive Behavior Therapy... 41
2.3.1. Beberapa Prinsip Dasar CBT………... 44
2.3.2. ‘Levels of Cognition’………..… 48
2.3.3. Pendekatan CBT………. 55
2.3.4. Proses CBT……….... 58
2.3.5. Elemen-elemen dalam CBT……… 61
2.3.6. Model CBT Umum Mengenai Perkembangan Masalah…..……... 65
2.4. Kerangka Pemikiran... 67
vi BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian... 84
3.2. Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi Operasional... 85
3.2.1. Variabel dalam Penelitian... 85
3.2.2. Definisi Konseptual... 86
3.2.2.1. Adiksi Merokok... 86
3.2.2.2. Cognitive Behavioral Therapy untuk Mengurangi Frekuensi Perilaku Merokok... 86
3.2.3. Definisi Operasional... 87
3.2.3.1. Adiksi Merokok…... 87
3.2.3.2. Cognitive Behavioral Therapy untuk Mengurangi Frekuensi Perilaku Merokok...…...… 87
3.3. Alat Ukur... 90
3.3.1. Data Utama………... 90
3.3.2. Data Penunjang... 91
3.4. Subjek Penelitian………... 91
3.5. Pengolahan Data………... 92
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian………... 93
4.1.1. Gambaran Subjek……… 93
4.1.1.1.1. Identitas……… 94
4.1.1.1.2. Anamnesa……… 94
4.1.1.2. Kasus 2……… 96
4.1.1.2.1. Identitas………... 96
4.1.1.2.2. Anamnesa………. 97
4.1.2. Analisis Fungsional……….. 99
4.1.2.1. Kasus 1……… 100
4.1.2.2. Kasus 2……….. 102
4.1.3. Perbedaan Skor Adiksi Merokok Pada Wanita Dewasa Awal Sebelum dan sesudah terapi……….. 105
4.1.3.1. Kasus 1………. 105
4.1.3.2. Kasus 2……….. 106
4.1.4. Perbedaan Skor Keyakinan Diri Untuk Berhenti Merokok……. 107
4.1.4.1. Kasus 1………. 107
4.1.4.2. Kasus 2………. 109
4.1.5. Frekuensi Rokok yang Dikonsumsi Selama CBT………... 111
4.1.5.1. Kasus 1………. 111
4.1.5.2. Kasus 2………. 112
4.2. Pembahasan Analisa Proses Terapi……… 114
4.2.1. Analisa Proses Terapi Kasus 1……… 114
4.2.2. Analisa Proses Terapi Kasus 2……….……… 115
4.3. Perbedaan NAT’s Sebelum dan Sesudah mengikuti CBT... 145
viii
4.3.2. Kasus 2... 151
4.4. Perbandingan Kasus……….……… 155
4.4.1. Persamaan Kasus………..……… 155
4.4.2. Keunikan Kasus……….……… 156
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan………. 159
5.2. Saran Penelitian……….. 160
5.2.1. Saran Teroritis………. 160
5.2.2. Saran Guna Laksana………... 162
DAFTAR PUSTAKA... 154
DAFTAR RUJUKAN... 156
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Model Sederhana Lingkaran Setan... 34
Bagan 2.2. Model The Cognitive Principle... 45
Bagan 2.3. Bagan Levels of Cognition... 54
Bagan 2.4.Model Perkembangan Masalah CBT... 66
Bagan 2.5. Bagan Kerangka Pikir... 82
Bagan 3.1. Bagan Rancangan Penelitian……….. 86
Bagan 4.1. Gambaran Perubahan Derajat Adiksi Merokok Subjek 1…. 106
Bagan 4.2. Gambaran Perubahan Derajat Adiksi Merokok Subjek 2…. 107
Bagan 4.3. Gambaran Perubahan Derajat Keyakinan Diri Untuk Berhenti Merokok Subjek 1……… 108
Bagan 4.4. Gambaran Perubahan Derajat Keyakinan Diri Untuk Berhenti Merokok Subjek 2……… 110
Bagan 4.5. Gambaran Perubahan Frekuensi Merokok Subjek 1 Selama mengikuti sesi CBT……… 112
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Garis Besar Prosedur Pelaksanaan terapi
LAMPIRAN B Alat Ukur
LAMPIRAN B1 Alat Ukur Data Utama: Fagerstrom Test for Nicotine
Dependence (FTND)
LAMPIRAN B2 Alat Ukur Data Penunjang: Kuesioner Modifikasi Global
Adult Tobbaco Survey 2009 (GATS)
LAMPIRAN C Angket Evaluasi
LAMPIRAN C1 Angket Evaluasi Per Sesi Terapi
LAMPIRAN C2 Angket Evaluasi Terapi Keseluruhan
LAMPIRAN D Verbatim Kasus
LAMPIRAN D1 Klien 1 (R)
LAMPIRAN D2 Klien 2 (M)
LAMPIRAN E Pekerjaan Rumah
LAMPIRAN E1 Klien 1 (R)
LAMPIRAN E2 Klien 2 (M)
LAMPIRAN F Evaluasi Sesi Terapi
LAMPIRAN F1 Evaluasi Per Sesi Terapi Klien 1
LAMPIRAN F2 Evaluasi Per Sesi Terapi Klien 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Bentuk rokok sangatlah sederhana yaitu silinder dari kertas berukuran
panjang antara 70 hingga 120 mm dan diameter 10 mm. Namun akibat merokok
tidak sesederhana bentuknya. Tak heran rokok kini menjadi isu global. Bagi
sebagian orang, rokok adalah sahabat sejati yang menemani di segala situasi.
Rokok pun kerap dijadikan penolong. Saat seseorang merasa gelisah atau tidak
tahu apa yang harus dilakukan, rokok menjadi pelarian. "Rokok telah menjadi a
global issue. Di banyak negara seperti Tiongkok, Indonesia, India, masih sangat banyak yang merokok," ujar Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI)
Adiati Arifin M Siregar (http://www.detiknews.com).
Menurut Tobacco Atlas (2006), perusahaan rokok memproduksi 5,6 triliun
batang rokok per tahun, atau 900 batang rokok per tahun untuk setiap pria, wanita
dan anak-anak di seluruh dunia. Lima negara teratas yang mengkonsumsi separuh
dari konsumsi rokok global adalah Tiongkok, USA, Rusia, Jepang dan Indonesia.
Tingginya konsumsi disebabkan oleh citra rokok yang digambarkan oleh para
produsen rokok. Para produsen rokok menggambarkan kebiasaan merokok
sebagai kebiasaan yang maskulin, menimbulkan kebahagiaan, kekayaan,
2
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha bahaya merokok yang terkait di bidang kesehatan yaitu kanker, impotensi,
gangguan kehamilan dan janin (http://www.wpro.who.int).
Pada kenyataannya, dampak rokok terhadap kesehatan tidak hanya sebatas
yang disebutkan oleh produsen rokok. Bukti dari penelitian yang dahulu tidak
dipublikasikan secara umum menyatakan bahwa resiko yang dihadapi perokok
antara lain: rambut rontok, katarak, kulit keriput, kehilangan pendengaran, kanker
kulit, pembusukan gigi, jari yang berubah warna menjadi kuning kehitaman, susah
bernapas, osteoporosis, psoriasis, sakit jantung, dan stroke. Pada laki-laki, rokok
juga dapat menyebabkan infertilitas, impotensi, dan gangguan sperma. Pada
wanita, merokok memiliki risiko menjadi infertil (mandul) dan kemungkinan
menopause lebih awal, bahkan sering terjadi akibat merokok wanita hamil di luar
kandungan. Wanita perokok juga sangat dimungkinkan terserang kanker mulut
rahim, pendarahan tekanan darah tinggi, dan berisiko mendapatkan bayi lahir
cacat. Risiko penyakit jantung pada wanita perokok lebih tinggi, terutama pada
mereka yang menggunakan kontrasepsi oral. Perokok pasif juga memiliki
kemungkinan resiko terkena kanker paru-paru (20-30%) dan sakit jantung (25%).
Bahkan menurut penelitian, dampak yang ditimbulkan rokok terhadap perokok
pasif lebih berbahaya daripada dampak rokok terhadap perokok aktif (Tobacco
Atlas, 2006).
Menurut data Global Adult Tobbaco Survei Indonesia tahun 2011,
prevalensi perokok aktif di Indonesia adalah 67.7% untuk pria, dan 2.7% untuk
wanita dengan jumlah total perokok aktif sebanyak 54.3 juta orang. Dan dari
menjadi 6.9% di kalangan wanita. Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Tidak
Menular Kementrian Kesehatan RI Ekowati Rahajeng (2014), dulu wanita masih
malu-malu untuk merokok, namun saat ini semakin mudah ditemui wanita yang
merokok. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh modernisasi dan terkait norma
merokok yang tidak baik itu belum ada sehingga para perokok wanita tidak malu
untuk merokok (www.kompas.com). Peningkatan jumlah wanita yang merokok
menjadi hal yang berbahaya karena wanita akan menjadi ibu di masa depan. Ibu
yang merokok akan berpengaruh terhadap kondisi bayi yang akan dilahirkannya
kelak dan tentu saja akan merusak generasi penerus bangsa. Bayi dengan ibu
merokok memiliki resiko yang berbahaya seperti menyebabkan bayi kekurangan
oksigen sehingga menghambat pertumbuhan janin, bayi berpotensi lahir dengan
berat rendah dan memiliki perkembangan fisik, emosi, intelektual yang lebih
rendah dari bayi normal, meningkatkan resiko bayi lahir dengan cacat bawaan
seperti bibir sumbing, mempengaruhi bayi terkena retardasi mental lebih besar
50% dari bayi normal, dan resiko terburuknya yaitu resiko kematian bayi secara
mendadak karena fungsi paru yang buruk (www.bnn.go.id).
Selain akibat buruk yang ditimbulkan rokok terhadap kandungan, sebuah
studi membuktikan bahwa racun rokok lebih banyak membunuh wanita daripada
pria. Wanita perokok 25% lebih banyak menderita penyakit jantung dibanding
pria perokok. Para peneliti menjelaskan bahwa wanita dan pria memiliki
perbedaan secara fisiologis yang menyebabkan berat badan rendah dan pembuluh
darah menyempit menjadi bahaya besar bagi wanita yang merokok. Menurut ahli
4
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha karsinogen dan racun lainnya lebih besar daripada pria dengan jumlah rokok yang
sama. Temuan lain dari 86 penelitian internasional yang melibatkan 2,4 juta orang
menambahkan bukti bahwa kesehatan wanita semakin buruk karena dipengaruhi
kebiasaan merokok. Rasio risiko antara perokok dibandingkan dengan mereka
yang tidak merokok dengan penyakit jantung koroner, ditemukan menjadi 25%
lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. Meningkat sebesar 2% setiap
tahunnya, ini berarti bahwa semakin lama seorang wanita merokok, maka semakin
tinggi risiko terkena penyakit jantung, dibandingkan dengan pria yang merokok
dalam jangka waktu yang sama (www.intisari-online.com).
Untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai perilaku merokok pada
wanita, telah dilakukan survey awal terhadap sepuluh orang perokok wanita di
Universitas “X” Bandung yang berusia 24-30 tahun, kebanyakan dari mereka
memulai merokok semenjak SMP atau SMU yaitu pada usia 15-17 tahun (60%),
dan sisanya mulai merokok semenjak usia kuliah yaitu 18-22 tahun (40%). Hal
yang menyebabkan mereka memulai merokok adalah coba-coba karena diajak
teman (dipilih oleh 4 orang), merokok karena melihat orang tua juga merokok
(dipulih oleh 3 orang) dan merokok karena ada masalah pribadi (dipilih oleh 6
orang). Jumlah rokok yang mereka konsumsi per hari adalah diatas sepuluh
batang rokok per hari (100%). Dari survey awal terhadap sepuluh orang perokok
yang berusia 24-30 tahun tersebut, mereka semua berkata bahwa mereka tahu
mengenai bahaya yang dapat disebabkan oleh rokok (100%). Pengetahuan
mengenai bahaya merokok mereka dapatkan dari iklan di bungkus rokok, dari
perkembangan teknologi pada saat ini membuat mahasiswa semakin mudah untuk
mendapatkan informasi tentang bahaya merokok. Mahasiswa perokok tahu sama
banyaknya dengan mahasiswa bukan perokok mengenai risiko merokok pada
kesehatan, namun pengetahuan ini tidak berpengaruh banyak dalam mengurangi
tingkah laku merokok mereka sehingga mereka tetap melakukan perilaku
merokok (Miller & Slap, 1989 dalam Santrock, 2004).
Menurut dr. Annissa Dian (2014), anggota klinik berhenti merokok di
Rumah Sakit Persahabatan Jakarta, ketergantungan dari merokok bukanlah hal
yang tidak mungkin dilakukan (www.yomamen.com). Faktor yang paling utama
dari ketergantungan rokok itu ada pada unsur psikologis dan jika mau berhenti
saat ini juga, secara medis juga sebenarnya bisa langsung untuk berhenti merokok.
Adapun yang menyebabkan mahasiswa perokok sulit mengurangi tingkah laku
merokok adalah zat nikotin yang terkandung didalam rokok. Jika dilihat dari sisi
fisiologis, nikotin mengaktifkan pusat kesenangan di otak dengan meningkatkan
level dopamine yang mengakibatkan perokok merasa senang, lalu efeknya akan
berkurang dalam beberapa menit kemudian yang membuat seseorang ingin
merokok lagi dan lagi sepanjang hari. Efek nikotin terhadap perokok
berbeda-beda tergantung dari banyaknya seseorang merokok. Semakin banyak jumlah
seseorang merokok akan menyebabkan lebih sulit berhenti merokok karena kadar
nikotin didalam darah sudah tinggi. Jika kadar nikotin didalam tubuh sudah
menurun maka otak akan mengisyaratkan sinyal untuk menambah kadar nikotin
didalam tubuh dengan cara merokok sehingga siklus ini akan terus berulang dan
6
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha banyak kasus-kasus pasien yang ditemui yaitu ketika seseorang bisa berhenti
merokok secara langsung ketika diminta oleh orang terkasihnya, ketika divonis
terkena penyakit serius yang mengharuskan pasien berhenti merokok, atau ketika
pasien mengetahui bahwa dirinya hamil. Pasien-pasien tersebut dapat berhenti
merokok secara spontan dan mempertahankan keadaan berhenti merokok sampai
waktu yang lama. Menurut mereka yang dapat menyebabkan mereka berhenti
secara spontan adalah niat untuk berhenti. Dalam proses berhenti merokok itu,
mereka merasa tidak enak badan selama seminggu, tidak bersemangat, juga
merasa tidak enak mulut karena mukosa mengeluarkan sisa-sisa zat racun dari
nikotin. Biasanya setelah lewat seminggu orang akan bisa mengatasi keinginannya
untuk merokok karena kadar nikotin didalam tubuh sudah menghilang atau hanya
tersisa sangat sedikit.
Hasil dari survey awal yang dilakukan kepada 10 orang menyatakan
bahwa mereka pernah mencoba untuk berhenti merokok secara pribadi (60%)
sedangkan sisanya (40%) berkata bahwa belum ada keinginan untuk berhenti
merokok. Hal yang menyebabkan mereka ingin berhenti merokok adalah alasan
kesehatan (dipilih oleh 10 orang) yaitu takut terkena penyakit parah, tekanan
keluarga yang menyarankan mereka untuk berhenti merokok (dipilih oleh 5
orang), tidak ingin berdampak pada keluarga terutama anak (dipilih oleh 8 orang)
dan alasan keuangan (dipilih oleh 3 orang). Ketika sedang berusaha untuk
berhenti merokok dengan upaya mereka sendiri, semua responden mengalami
kegagalan (100%). Kebanyakan mereka hanya bisa bertahan paling lama 1-3 hari
berhenti merokok adalah tidak kuat menahan keinginan untuk merokok (100%).
Keinginan merokok yang sangat kuat dan sulit untuk ditahan muncul ketika
bangun pagi dan setelah makan. Menurut responden sudah menjadi hal yang biasa
untuk merokok dan mengopi ketika bangun pagi, hal ini telah menjadi kebiasaan
yang sulit untuk dihentikan karena sudah menjadi pola kebiasaan sehari-hari.
Kebiasaan merokok setelah makan juga biasa dilakukan karena menurut para
responden, mulut mereka menjadi asam jika sehabis makan tidak merokok. Kedua
hal ini telah menjadi kebiasaan sehingga ada yang aneh ketika setelah bangun pagi
atau makan mereka tidak merokok.
Hal lain yang menurut responden juga menyebabkan mereka gagal
berhenti merokok adalah lingkungan pertemanan, terutama jika sedang berkumpul
dengan teman-teman yang juga merokok (100%). Menurut mereka melihat orang
merokok membuat mereka juga menginginkan untuk merokok. Mengobrol dan
berkumpul dengan teman juga telah menjadi kebiasaan yang dikaitkan dengan
rokok, mengobrol menjadi aneh dan kurang menyenangkan jika tidak merokok.
Ada juga responden yang mengatakan bahwa jika ia sedang berpikir maka ia
harus merokok agar merasa lebih relaks dan santai serta membuat proses berpikir
menjadi lebih mudah (70%). Keseluruhan responden (100%) juga mengatakan
bahwa ketika mereka sedang stres mereka sangat ingin merokok karena membuat
perasaan lebih tenang, relaks dan agak mengurangi stres yang sedang mereka
hadapi. Selain itu, ketika kesepian para responden merasa bahwa rokok adalah
teman yang senantiasa dapat diandalkan dalam kondisi apapun (100%).
8
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha responden juga dirasakan menjadi penghambat dalam usaha responden dalam
berhenti merokok (50%).
Selain dari survey awal, peneliti juga telah melakukan wawancara kepada
tiga orang calon subjek penelitian mengenai pemikiran perokok wanita sebelum,
saat, dan sesudah merokok. Dari hasil wawancara orang pertama, ia menyebutkan
bahwa ia suka merokok pada saat mengerjakan tugas, di saat sedih, dan bersama
teman. Pikiran yang ia pikirkan sebelum merokok saat mengerjakan tugas adalah
“meningkatkan vitalitas dengan merokok”, pikiran saat merokok sambil
mengerjakan tugas adalah “rokok rasanya enak dan membuat volume pekerjaan
bertambah”, dan pikiran sesudah merokok saat mengerjakan tugas adalah “dengan
merokok pekerjaan semakin cepat selesai dan semakin banyak yang dikerjakan”.
Yang kedua, pikiran sebelum merokok di saat sedih adalah “ingin merokok untuk
menghilangkan kesedihan”, pikiran saat merokok di saat sedih adalah “asap rokok
terkesan mengangkat kesedihan”, dan pikiran sesudah merokok di saat sedih
adalah “tidak terlalu sedih karena sudah hilang bersama asap. Yang ketiga, pikiran
sebelum merokok saat berkumpul bersama teman adalah “tidak ada”, pikiran saat
merokok ketika berkumpul bersama teman adalah “obrolan menjadi lebih seru”,
dan pikiran sesudah merokok ketika berkumpul bersama teman adalah “tidak
ada”.
Pada orang kedua, ia menyebutkan bahwa ia suka merokok saat setelah
makan, saat BAB (Buang Air Besar), dan saat berkumpul dengan kawan dan
kerabat. Untuk saat setelah makan dan saat BAB ia tidak dapat menyebutkan
berkumpul dengan kawan dan kerabat”, sebelum merokok ia berpikir bahwa
“tidak akan santai ataupun relax jika saat berkumpul dan lain lain jika tidak
sambil merokok”, dan saat merokok ia memiliki pikiran “mimpi-mimpi bahkan
dengan khayalan saya bisa, mampu dan mau membahagiakan orang-orang di
sekitar saya”.
Pada orang ketiga, ia menyebutkan bahwa ia suka merokok saat BAB,
sehabis makan, sibuk kerja, dan mengobrol. Pikiran yang ia pikirkan sebelum
merokok saat BAB adalah “gelisah”, pikiran saat merokok sambil BAB adalah
“tenang”, dan pikiran sesudah merokok saat mengerjakan tugas adalah “biasa
saja”. Yang kedua, pikiran sebelum merokok di saat sehabis makan adalah
“mual”, pikiran saat merokok ketika sehabis makan adalah “nyaman”, dan pikiran
sesudah merokok di saat sehabis makan adalah “tenang”. Yang ketiga, pikiran
sebelum merokok saat sibuk bekerja adalah “ingin tenang”, pikiran saat merokok
ketika saat sibuk bekerja adalah “santai”, dan pikiran sesudah merokok ketika
sibuk bekerja adalah “kembali tenang”. Yang keempat, pikiran sebelum merokok
saat mengobrol adalah “ingin santai”, pikiran saat merokok ketika mengobrol
adalah “santai”, dan pikiran sesudah merokok ketika mengobrol adalah “santai”.
Dari alasan-alasan yang dikemukakan diatas, diketahui bahwa perilaku
merokok yang dilakukan oleh para perokok wanita dilandasi oleh pemikiran yang
mereka pikirkan. Pikiran-pikiran yang dimiliki para perokok wanita mengenai
interpretasi keuntungan dan kenikmatan yang mereka dapatkan dari merokok
merupakan pikiran yang salah dan menyebabkan mereka sulit untuk berhenti
10
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha menjadi habit yaitu merasa sangat menginginkan rokok saat setelah makan dan
saat BAB. Habit tersebut juga dilandasi belief bahwa “rokok meningkatkan
vitalitas”, “rokok membuat pekerjaan semakin cepat selesai dan semakin banyak
pekerjaan yang dilakukan”, “rokok dapat menghilangkan kesedian” “obrolan
menjadi lebih seru dengan merokok”, dan masih banyak pemikiran lainnya yang
salah. Dengan belief yang salah yang dimiliki oleh para perokok ini, mereka pun
berpikir bahwa mereka tidak dapat mengontrol keinginan untuk merokok.
Dengan kombinasi efek fisiologis dan psikologis dari rokok inilah yang
membuat para perokok waanita dewasa awal sulit berhenti merokok dengan
usahanya sendiri. Dengan banyaknya jumlah perokok di Indonesia dan sulitnya
usaha untuk berhenti merokok walaupun para perokok telah mencoba
menyebabkan ada banyak lembaga yang menyediakan program untuk berhenti
merokok baik dari sisi medis maupun psikologis. Program-program medis yang
ada terkait dengan usaha penanganan untuk berhenti merokok antara lain adalah
terapi totok wajah (tempointeraktif.com), akupuntur, penggunaan permen karet
nikotin, nicotine nasal spray, dan lain-lain. Pada bidang psikologi ada juga
beberapa cara untuk mengatasi masalah adiksi merokok misalnya melalui
hipnotis, konseling secara individual, konseling kelompok, behavioral
modification, cognitive behavioral therapy, ratio emotive therapy, dan lain-lain (http://tobacco-cessation.org/whatworkstoquit/). Hanya saja, di Indonesia, metode
yang lebih popular adalah hipnotis, belum banyak terdapat informasi mengenai
penggunaan metode Cognitive Behavior Therapy untuk mengatasi masalah adiksi
Di luar Indonesia, Cognitive Behavioral Therapy adalah salah satu
treatment yang seringkali dipakai dan terbukti mampu membantu berhentinya perilaku merokok. Rintangan utama untuk menghilangkan penggunaan rokok
adalah jaringan dari dysfunctional beliefs yang menjadi pusat dari perilaku
merokok. Contoh dari belief ini adalah “saya tidak akan santai maupun relaks saat
berkumpul dengan teman-teman kecuali jika saya merokok”. Individu yang
melakukan mencoba berhenti merokok mungkin ingin mendapatkan pengakuan
dari teman-temannya. Berhenti merokok terlihat sebagai suatu kehilangan
kepuasan dan tempat pelampiasan atau sebuah ancaman terhadap jati dirinya dan
pemfungsian diri (Jennings, 1991; dalam Beck 1993). Beliefs yang ada biasanya
berpusat pada kehilangan yang belum terjadi: “jika saya tidak merokok, saya tidak
akan mampu berfikir”, atau “adalah hal yang aneh jika tidak merokok setelah
makan”. Beliefs lain yang ada biasanya juga berpusat kepada rasa tidak berdaya
untuk mengontrol keinginan merokok: “keinginan merokok ini terlalu kuat”,
“saya tidak punya kekuatan untuk berhenti merokok” atau “jika saya
berhenti-saya pasti akan merokok kembali”. Belief-belief ini akan menjadi self-fulfilling
prophecy. Sejak pasien percaya mereka tidak dapat mengontrol dorongan merokok yang mereka miliki, mereka menjadi kurang mencoba untuk mengontrol
dan hal itu akan membenarkan belief mereka mengenai rasa tidak berdaya dalam
menghadapi kecanduan mereka terhadap rokok.
Para perokok wanita dewasa awal memiliki belief/asumsi yang tidak tepat
mengenai pengalaman yang pernah mereka alami terkait rokok yang dalam CBT
12
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha dengan hal-hal yang terkait dengan kontrol diri untuk berhenti merokok (NATs
attributions of causality yang tidak dapat dikontrol), keyakinan diri untuk berhenti merokok (NATs self efficacy yang rendah untuk berhenti merokok), penghayataan
akan efek merokok yang lebih positif (NATs outcome expectancies yang positif),
serta perilaku yang senantiasa mendekati perilaku merokok (NATs decision
making process yang mendekati perilaku merokok). Negative automatic thoughts para perokok wanita ini dapat terlihat dari data-data yang telah disebutkan
sebelumnya, seperti tidak bisa berhenti merokok karena telah terbiasa harus
merokok setelah makan dan ketika ingin BAB, sulit berhenti merokok karena
tidak bisa bekerja dengan optimal jika tidak merokok, tidak bisa merasa relaks
jika tidak merokok, dan jika sedang berkumpul dengan teman-teman yang
merokok maka mereka juga harus merokok agar obrolan menjadi lebih seru.
Berdasarkan fakta diatas mengenai sulitnya perokok wanita berhenti
dikarenakan negative automatic thoughts (NATs) mengenai sulitnya berhenti
merokok maka peneliti tertarik melakukan intervensi dengan memberikan
Cognitive Behaviour Therapy (CBT). Alasan utama peneliti ingin memberikan CBT dalam bentuk konseling sebagai treatment untuk mengubah NATs para
perokok wanita yang kecanduan merokok adalah karena CBT didasarkan pada
premis bahwa gangguan psikologis ditentukan oleh penghayatan yang diberikan
oleh individu pada suatu kejadian daripada oleh kejadian itu sendiri (Kazantza,
2006). Dengan Cognitive Behavioral Therapy, peneliti mencoba untuk
mengurangi reaksi emosional yang berlebihan dan perilaku self-defeating dengan
yang maladaptif yang menjadi dasar reaksi-reaksi ini (Beck,1976; Beck, Rush
Shaw, & Emery, 1979; dalam Beck 1993).
Berdasarkan fakta yang telah dikemukakan diatas maka peneliti
berkeinginan untuk membuat rancangan dan melakukan uji coba mengenai
treatment Cognitive Behavioral Therapy terhadap penurunan frekuensi merokok pada perokok wanita dewasa awal yang ingin berhenti merokok.
1.2. Identifikasi Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah untuk membuat rancangan dan
melakukan uji coba Cognitive Behavioral Therapy dalam mengubah negative
automatic thoughts (NATs) perokok wanita dewasa awal di Bandung untuk menurunkan frekuensi merokok yang mereka miliki.
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
rancangan dan uji coba Cognitive Behavioral Therapy yang dirancang untuk
menurunkan frekuensi merokok pada perokok wanita dewasa awal di Bandung
14
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha 1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji rancangan dan uji coba
Cognitive Behavioral Therapy yang dapat menurunkan frekuensi merokok pada perokok wanita dewasa awal di Bandung yang ingin berhenti merokok.
1.3.3. Kegunaan Penelitian
1.3.3.1 Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan bagi:
• Ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Klinis untuk memperdalam pemahaman
dan memperkaya pengetahuan psikologi mengenai Cognitive Behavioral
Therapy terhadap penurunan frekuensi merokok pada perokok wanita dewasa awal yang ingin berhenti merokok.
• Sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian
mengenai Cognitive Behavioral Therapy terhadap penurunan frekuensi
perilaku merokok ataupun topik adiksi lain yang serupa.
1.3.3.2 Kegunaan Praktis
• Untuk memberi gambaran kepada para psikolog mengenai penggunaan
1.4. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji coba terhadap teknik terapi
dengan pendekatan Cognitive Behavioral melalui konseling individual untuk
mengurangi frekuensi perilaku merokok pada wanita dewasa awal. Pengukuran
dari penelitian ini menggunakan metode Quasi Experimental dengan desain
penelitian One Group Pre-Post Test Design. Pre-Post Test Design yang
menjelaskan perbedaan dua kondisi sebelum dan sesudah intervensi dilakukan
(Graziano & Laurin, 2000). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Accidental Sampling, yaitu mengambil sampel secara
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel bila individu yang ditemui cocok dengan kriteria
159
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan tentang penerapan cognitive behavior therapy
untuk menurunkan frekuensi merokok pada perokok wanita dewasa awal yang
ingin berhenti merokok, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut
1. Cognitive behavioral therapy dapat menurunkan frekuensi perilaku merokok pada perokok wanita dewasa awal yang ingin berhenti
merokok yang menjadi responden penelitian melalui perubahan
kognisi terkait adiksi yang mereka miliki.
2. Keberhasilan terapi didukung oleh motivasi klien untuk berhenti
merokok, keterbukaan klien untuk menerima konsep-konsep baru
yang diajarkan dalam sesi terapi, keseriusannya dalam menerapkan
hal-hal yang telah dipelajari dalam keseharian, dan juga dalam
mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan.
3. Perbedaan latar belakang pendidikan, banyaknya stressor di
lingkungan, faktor budaya, support system, serta motivasi untuk
berhenti merokok akan memberikan variasi terhadap bagaimana
klien dapat mempersepsi hal-hal baru yang diberikan dalam sesi
4. Selain mengatasi masalah klien dalam hal merokok, ada hal-hal lain
yang juga dapat memberikan variasi terhadap perkembangan klien
dalam mengikuti sesi terapi, yaitu masalah-masalah lain yang ada
dalam kehidupan klien. Untuk itu, banyaknya sesi yang diberikan
kepada klien akan mengikuti perkembangan dan kebutuhan klien
dalam mengurangi frekuensi perilaku merokok klien.
5.2. Saran Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dapat diajukan saran teoritis dan praktis
sebagai berikut:
5.2.1. Saran Teoritis
1. Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka untuk penelitian cognitive
behavioral therapy selanjutnya diharapkan menggunakan sampel yang lebih banyak karena penelitian ini hanya menggunakan dua
subjek. Hal ini dimaksudkan untuk melihat efektivitas kegunaannya
dalam mengurangi frekuensi perilaku merokok klien.
2. Berdasarkan kesimpulan penelitian, mengingat subjek pada
penelitian ini hanya berjenis kelamin wanita, maka untuk penelitian
cognitive behavioral therapy selanjutnya diharapkan menggunakan sampel dengan gender yang berbeda untuk melihat efektivitas
161
3. Berdasarkan kesimpulan penelitian, ditemukan bahwa cognitive
behavior therapy dapat mengatasi masalah lain selain adiksi seperti contohnya pada kemarahan. Untuk itu, disarankan untuk peneliti
selanjutnya agar dapat melakukan penelitian terhadap masalah yang
berbeda dengan metode penelitian yang sama untuk memperkaya
literature mengenai keefektifan cognitive behavior therapy dalam
mengatasi masalah lain di bidang psikologi.
4. Berdasarkan kesimpulan penelitian, perbedaan latar belakang
pendidikan akan mempengaruhi kelancaran proses klien dalam
menerima informasi yang diberikan oleh terapis. Oleh karena itu,
peneliti selanjutnya perlu memperhatikan kesesuaian latar belakang
pendidikan dengan jenis informasi yang diberikan kepada klien.
Untuk klien yang memiliki latar belakang pendidikan lebih rendah
dapat diberikan materi yang sifatnya lebih konkret agar lebih mudah
dipahami.
5. Berdasarkan kesimpulan penelitian, pada kasus kedua ditemukan
bahwa ada fenomena relapse yang terjadi. Untuk itu, disarankan
untuk melakukan penelitian mengenai terapi pencegahan relapse
untuk mencegah perilaku merokok agar tidak kembali lagi.
6. Berdasarkan kesimpulan penelitian, dapat dilihat bahwa cognitive
jumlah sesi terapi yang akan diberikan kepada klien untuk menjamin
keberhasilan terapi.
7. Berdasarkan kesimpulan penelitian, untuk penelitian selanjutnya,
perubahan kognisi mengenai dampak positif merokok menjadi
dampak negative merokok sebaiknya dilakukan terlebih dahulu
untuk mempermudah proses perubahan kognitif berikutnya.
8. Berdasarkan kesimpulan penelitian, untuk penelitian selanjutnya,
dalam memilih film singkat yang digunakan sebagai materi
diharapkan dapat lebih relevan dan sama dengan situasi yang
dihadapi perokok (video mengenai habit formation perokok)
sehingga memperkuat penghayatan klien terhadap materi yang
diberikan.
5.2.2. Saran Guna Laksana
1. Bagi pihak rumah sakit atau medis, berdasarkan penelitian ini,
cognitive behavior therapy dapat dipertimbangkan dan dikembangkan untuk menjadi cara alternatif untuk menurunkan
frekuensi perilaku merokok para perokok wanita.
2. Bagi klien yang akan menggunakan cognitive behavior therapy
disarankan untuk dapat terlibat aktif dalam sesi terapi, dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, serta melakukan langkah-langkah
yang telah diberikan selama sesi terapi secara konsisten karena dapat
154
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Beck, Aaron T. 1993. Cognitive Therapy of Substance Abuse. New York: The Guilford Press.
Bishop, Michler F. 2002. Brief Cognitive Behavioral Interventions for Substance Abuse. John Wiley & Sons, Ltd.
Bond, Frank W, & Dryden, Windy.2002. Handbook of Brief Cognitive Behaviour Therapy. England: John Wiley & Sons Ltd.
Carson-DeWitt, Rosalyn. 2003. Drugs, Alcohol, and Tobacco Learning About Addictive Behavior: Volume 003 Mo to Z, Cumulative Index. New York: Macmillan Library References (Thomson-Gale).
Dariyo, Agoes. 2004. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Graziano, Anthony M., & Raulin, Michael L. 2000. Research methods, A Process of Inquiry, Fourth Edition. USA: Allyn & Bacon.
Hurlock, Elizabeth B.1980. Development Psychology, A Life Span Approach, Fifth Edition. USA: McGraw-Hill, Inc.
Johnson, Sharon L. 1997. Therapist’s Guide to Clinical Intervention. USA: Academic Press.
Kazantzis, N. (Ed.). 2006. Cognitive Behavior Therapy: Theory, research, and practice. New Zealand Journal of Psychology,35, 114-164.
Latipun. 2003. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
Marlatt, G.Alan & Donovan, Dennis M. 2005. Assessment of Addictive behaviors 2nd edition. New York, London : The Guilford Press
Nazir, Moch. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat
Oemarjoedi, A. Kasandra. 2003. Pendekatan Cognitive Behavior Dalam Psikoterapi. Jakarta: Kreatif media.
Santrock, John W. 2004. Early Adulthood. America: The McGraw-Hill Companies, Inc
Sarafino, E.P. 2006. Helath Psychology; Biopsychosocial Interactions, 5th ed. USA: John Wiley & Sons.
Sitepoe, Mangku. 2001. Kekhususan Rokok Di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana.
Stallard, Paul. 2002. Think Good-Feel Good: A Cognitive Behaviour Therapy Workbook for Children.England: John Wiley & Sons Ltd.
Straussner, Shulalamith Lala Ashenberg & Brown, Stephanie. 2002. The Handbook of Addiction Treatmrnt 1st edition. John Wiley & Sons, Inc.
156
Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
http://nasional.kompas.com
http://tobacco-cessation.org/whatworkstoquit/
http://www.cancer.org/downloads/AA/TobaccoAtlasFront.pdf
http://www.detiknews.com
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
http://www.wpro.who.int
www.bnn.go.id
www.depkes.go.id
www.e-psikologi.com
www.intisari-online.com
www.kompas.com