• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPAT PANJA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SELASA, 8 FEBRUARI 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPAT PANJA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SELASA, 8 FEBRUARI 2011"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH

RAPAT PANJA PEMBAHASAN RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU NO. 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

SELASA, 8 FEBRUARI 2011 Tahun Sidang : 2010 - 2011

Masa Persidangan : III

Rapat ke :

-Jenis Rapat : Rapat Panja

Dengan : Kementrian Hukum dan HAM, Kementerian PAN, Komisi Yudisial. Sifat Rapat : Terbuka

Hari, tanggal : Selasa, 8 Februari 2011

Pukul : 14.00 – 15.25 WIB

Tempat : Ruang Rapat Badan Legislasi DPR RI, Gd. Nusantara I Lantai 1 Ketua Rapat : H. A. Dimyati Natakusumah, SH., MH., M.Si

Sekretaris : Drs. Djaka Dwi Winarko, M.Si

Acara : Pembahasan Ruu Tentang Perubahan Atas UU No. 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi

Hadir : 17 orang dari 28 Anggota Badan Legislasi ANGGOTA DPR RI :

PIMPINAN:

1. H. A. Dimyati Natakusumah, SH., MH., M.Si 2. H. Sunardi Ayub, SH

FRAKSI PARTAI DEMOKRAT: 4 dari 6 orang Anggota 1. Drs. Umar Arsal

2. DR. H. Subyakto, SH., MH., MM 3. DR. Pieter C Zulkifli Simabuea, MH 4. Rusminati, SH

FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA: 2 dari 5 orang Anggota

1. Ferdiansyah, SE., MM 2. Drs. Murad U Nasir

FRAKSI PARTAI PDI PERJUANGAN: FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA: 3 dari 4 orang Anggota

1. Arif Wibowo 2. Honing Sanny

3. Prof. DR. Hendrawan Supratikno

2 dari 3 orang Anggota 1. H. M. Nasir Djamil, S.Ag 2. Ir. Memed Sosiawan

(2)

FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL: FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN: 2 dari 2 orang Anggota

1. Drs. H. Achmad Rubaie, SH., MH 2. Viva Yoga Mauladi, Msi

1 dari 1 orang Anggota 1. Ahmad Yani, SH., MH FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA: FRAKSI PARTAI GERINDRA: 1 dari 1 orang Anggota.

1. Drs. Ibnu Multazam 1 dari 1 orang Anggota. - FRAKSI PARTAI HANURA:

0 dari 1 orang Anggota. -

KETUA RAPAT (H.A. DIMYATI NATAKUSUMAH, S.H., M.H., M.Si) : Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat sore.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang kami hormati anggota panja RUU tentang perubahan atas Undang-Undang Nomer 24 Tahun 2003 Mahkamah Konstitusi.

Yang kami hormati Menteri Hukum dan HAM atau yang mewakili.

Yang kami hormati Menteri PAN dan reformasi birokrasi atau yang mewakili. Dari Komisi Yudisial ada.

Sekertariat.

Hadirin dan hadirot yang berbahagia.

Syukur alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah Tuhan YME atas perkenannya kepada kita semua, sehingga kita dapat menghadiri rapat panja pada siang hari ini. Sesuai dengan laporan Sekertariat rapat panja ini telah ditandatanggani oleh 15 orang anggota dari 26 orang anggota panja, izin 1 jumlah fraksi 6. Oleh karena itu perkenankan kami membuka rapat pada pagi hari ini dan rapat dinyatakan tertutup.

(RAPAT DIBUKA PADA PUKUL 14.25 WIB)

Rapat panja hari ini dilaksanakan untuk melanjutkan pembahasan daftar inventarisasi masalah yang masih dipending yaitu DIM 85 dan seterusnya. Namun demikian sebelum pembahasan DIM dilanjutkan, kami menawarkan acara rapat panja pada hari ini adalah sebagai berikut :

1. Pengantar Ketua Rapat sebagaimana yang telah disampaikan. 2. Pembahasan DIM.

3. Penutup.

Rapat ini akan berlangsung sampai pukul, 1 jam saja ya, jam 15.30 namun dapat dilanjutkan atau diperpanjang sesuai kesepakatan rapat apabila masih ada hal-hal yang perlu didiskusikan. Apakah acara yang kami bacakan dapat disetujui?

(3)

Sebelum pembahasan DIM diberikan kesempatan kepada Pemerintah mungkin ada hal sesuatu yang ingin disampaikan atau lanjut ya Pak Dirjen. Kita mulai pembahasan DIM dimulai dari DIM 85 yang terkait dengan umur, untuk dapat diangkat menjadi Hakim Konsistusi harus memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seorang calon harus memenuhi syarat, berusia paling rendah 47 atau 48 tahun dan paling tinggi 60 tahun. Sebetulnya pensiun 65 tahun, ini bagaimana bahasa yang terbaik, tetapi yang terpenting adalah kita sepakati dahulu terkait dengan umur. Anggota, Pemerintah silahkan.

PEMERINTAH : Baik terima kasih.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Bapak Ketua Panja dan Bapak anggota panja yang kami hormati.

Memang kemarin tersisa dua DIM tetapi rinciannya mungkin ada keterkaitannya dengan DIM yang lain, pertama mengenai Hakim Konsistusi diberhentikan dengan hormat dengan alasan telah berusia, didalam DIM halaman 70. Dan ini nanti akan ada kaitannya dengan DIM 85, sebab apabila kalau kita simulasikan berusia 67 tahun seperti yang ada sekarang maka paling tinggi usianya pun memberikan kesempatan 5 tahun dia untuk menjadi Hakim Konsistusi jadi paling tinggi juga 62 tahun. Tetapi kalau ini paling tinggi 65 tahun sedangkan masa jabatan Hakim Konsistusi itu di Undang-Undang itu adalah 5 tahun berarti 65 ini mengasumsikan usia pensiunnya 70 tahun. Ini kemarin juga sudah ada referensi dari Deputi MenPan mengenai batas usia tetapi khusus di pns sementara ini adalah pejabat negara ini seperti kemarin kami mengikuti saja paparan, kajian dari DPR. Ketika kemarin di 112 di rancangan ini telah menetapkan usia pensiun sebagaimana di DIM 112, kami juga menyebut tetap. Jadi oleh sebab itu bagi kami tentu pikiran dan maksud untuk adanya perubahan ini terutama terkait dengan usia pensiun ini telah dikaji oleh Bapak Ibu di Badan Legislasi dan DPR secara keseluruhan, oleh sebab itu kami akan menyesuaikan dengan pandangan dan pendapat yang ada di DPR.

Terima kasih. KETUA RAPAT :

Bagaimana dengan anggota, umur 65. Silahkan.

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.): Terima kasih Pimpinan.

Saya kira untuk menselaraskan dengan Hakim di Mahkamah Agung saya kira salahnya tidak menyamakan, kalau saya sih masa pensiun itu 20 tahun untuk Hakim di Mahkamah Konstitusi. Apalagi tingkat kelayakan hidup sekarang ini kan meningkat, kalau saya tetap setuju saja 70 tahun karena sama dengan Mahkamah Agung. Mahkamah Agung 70 tahun dan Hakim Konsistusi yang paling penting menurut saya itu bukan umur maksimal tetapi umur minimum. Karena disitu untuk mengukur derajat negarawan itu, ...

(4)

KETUA RAPAT :

Minimumnya berapa? F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Kalau saya minimumnya itu 55, jadi kalau kita mau asumsinya 60, 70 masih bisa dua periode. Soalnya kalau 40 kaya saya ini belum negarawan, ambisi-ambisi politik masih cukup tinggi, masih pengen jadi Presiden. Kita harapkan memang Hakim Mahkamah Konstitusi itu benar-benar memang terbebaskan memang dibaktikan untuk mengawal konsistusi dan betul-betul negarawan. Jadi kalau menurut Pak Andi Mattalata apa definisi negarawan itu mereka sudah selesai dengan urusan pribadinya, saya kira seperti itu. Silahkan kalau teman-teman mau 50 tahun, kalau saya tetap 70 tahun minimum 55 tahun.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.):

Barangkali untuk menyamakan suatu pandangan itu memang agak sulit tetapi disini kan sebagai tolak ukurnya bahwa tingkat kedewasaannya, tingkat kematangan orang berpikir ini kan dibutuhkan tidak hanya sekedar negarawan tetapi dibutuhkan satu jalan pikiran yang masih fit lah kira-kira. Saya pikir kalau 50 itu agak masuk diakal ya, kalau 55 terlalu tua juga.

Yang kedua untuk masa pensiun, saya cenderung ke 65 karena usia 70 itu kan secara fisik kan orang sudah lupa-lupa, seperti Profesor kalau sudah tua kan juga ngomongnya bisa berbeda-beda ini apalagi menyangkut kepentingan bangsa dan negara. Sepertinya 65 itu masih memungkinkan kalau 70 orang sudah cukup tua. Jadi artinya jalan pikirannya juga berbeda kalau usia-usia yang masih produktif lah, itu kan kita bisa anatomi tubuh manusia ada batasnya.

Kemudian secara matik usia 65 itu masih memungkinkan tetapi kalau 70 sudah terlalu tua Pak kira-kira begitu. Pandangan dari kita memang maksimal 65, paling rendah 50 lah itu cukup ideal menurut kami.

KETUA RAPAT :

Memang harus dibedakan antara Mahkamah Agung sama Mahkamah Konstitusi, kalau negarawannya sama cuman tugasnya kalau Mahkamah Agung dia tidak berhadapan dengan publik kalau Mahkamah Konstitusi langsung bersidang dari pagi sampai malam hari. Ini yang perbedaan mencolok, Mahkamah Agung tolak, terima, lebih banyak kepada administratif saja, tolong dicatat itu ya.

Silahkan.

F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO): Pimpinan.

Jadi sebenarnya ini bisa diperdebatkan sampai panjang dengan dasar-dasar yang seperti itu tetapi menurut philsuf Max Hiller, phisluf Jerman, pola kehidupan manusia itu berubah setiap 7 tahunnya. Itu

(5)

sebabnya kalau dasarnya seperti itu dan secara geneologis bisa dipertahankan sebenarnya usia yang wajar secara scientific untuk seseorang bisa dikatagorikan dari pola hidupnya sebagai negarawan itu 49 tahun. Sedangkan untuk usia yang maksimal, life expectation untuk orang Indonesia itu laki-laki 65 tahun, untuk perempuan 67 tahun. Berdasarkan data statistik silahkan bisa protes kepada BPS tetapi demographi kita mengatakan begitu. Itu sebabnya kalau kita pakai angka 65 sebenarnya sudah cukup ideal.

Jadi ini dasar-dasar sekali lagi Pak Yani dasar-dasar filsafat dan demographi. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Semua saya catat tetapi memang kalau 65 tahun berarti sudah dapat bonus 2 tahun, jadi bicaranya begitu saja kalau 65 bonusnya 2 tahun, kalau 70 bonusnya 7 tahun.

Silahkan Pak.

F-PG (DRS. H. MURAD U NASIR, M.SI): Terima kasih.

Jadi begini memang secara fisik mungkin kita melihat merasa bahwa masih hebat sesungguhnya sudah kropos. Jadi sebaiknya minimal 50 tahun kalau saya, maksimalnya antara 60-65 tahun. Kalau sudah 70 tahun itu sudah teringat kepada cucu saja kenegarawannya sudah kurang. Beda kalau tenaga profesional di perguruan tinggi memang diperlukan 70 tahun kan tinggal mengajar tetapi kemarin perbincangan kita bahwa kenapa kita menganut usia 65 tahun, tugas-tugasnya sangat berat bagi seorang Mahkamah Konstitusi ini, memberikan waktu dan tenaga yang sangat banyak. Oleh karena itu usia 65 tahun sudah cukup ideal untuk memangku jabatan pada tugas-tugas yang teramat berat ini, saya kira demikian.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.Ag) Terima kasih Pimpinan.

Memang masalah umur ini selalu menjadi pembicaraan yang serius, pada periode yang lalu juga saat misalnya DPR membicarakan usia pensiun Hakim Agung di Mahkamah Agung itu juga sampai berhari-hari bahkan dead lock. Karenanya menurut kami paling rendah misalnya berusia 50 tahun itu cukup realistis dan paling tinggi sebenarnya jangan 65 tetapi 60 atau katakanlah 63. Tetapi masalah umur ini juga menurut saya relatif ada orang yang 40 tahun sudah sakit-sakitan, ada yang 60-70 masih sehat bugar kita lihat. Ini sangat tergantung dengan pola hidup yang dia lakukan selama masa hidupnya. Kalau kita boros, banyak pengeluaran daripada pemasukan nah ini juga memang bermutu bermuka tua dia.

Jadi begini Pak Ketua kalau menurut saya memang kalau kita lihat kan selain usia, syarat-syaat untuk menjadi Hakim Konsistusi itu juga kan mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Negara menurut saya juga harus memberi perhatian selama Hakim Konsistusi ini bertugas bagaimana agar jasmani dan rohaninya itu dijaga sehingga memiliki kemampuan begitu loh. Kemarin ketika dengan Mahkamah Agung kami juga menyampaikan Komisi III agar Ketua Mahkamah Agung memperhatikan kesehatan para Hakim Agung, usia kan juga sudah gaek-gaek juga itu sudah

(6)

banyak yang sakit-sakitan. Karena mereka membawa pulang membaca perkara dirumah tidur kadang-kadang sampai jam 12 malam, jam 1-2 dinihari kemudian sakit karena tubuhnya sudah tidak sanggup lagi menahan beban. Nah oleh karenanya menurut saya, saya memberikan catatan dalam rapat ini supaya menjadi perhatian bagi kita semua bagaimana kemudian negara bisa memberikan kemampuan, memberikan perhatian, sehingga selama menjalankan tugasnya Hakim-Hakim Konsistusi ini mampu secara jasmani itu, itu bagaimanalah negara memperhatikannya. Jangan kemudian Hakim-Hakim Konsistusi itu dibiarkan sakit-sakitan harus dijaga, harus dipelihara oleh negara, harus dijaga dengan baik oleh negara agar dia tetap menjadi negarawan.

Jadi ketika syarat Hakim Konsistusi itu negarawan, menurut saya catatan risalah yang dibagikan oleh Hakim Konsistusi, kan Mahkamah Konstitusi membagikan risalah itu pembahasan UUD cobalah baca yang kotaknya hitam itu. Ternyata memang syarat negarawan itu salah satunya agar negara memperhatikan Hakim-Hakim itu sehingga dia benar-benar negarawan. Kalau kemudian negara tidak bisa memberikan kepada Hakim-Hakim itu terkikislah negarawannya itu, dikeroposkanlah jasmani dan rohaninya akhirnya dia tidak negarawan lagi.

Jadi kami masalah umur ini bagaimanapun nanti berkaitan dengan rasionalitasnya walaupun masih lagi, tetapi kami memberikan catatan adalah bagaimana maupun secara jasmani dan rohani dalam melakukan kewajiban itu benar-benar menjadi perhatian negara.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT :

Sebetulnya kalau orang Muslim itu sudah dicontohkan oleh Nabi sebetulnya, kalau sudah lewat 63 itu bonus, tetapi ini dicontohkan bagi orang muslim, kalau non muslim tahu umur berapa ya.

Bapak Ibu sekalian.

Jadi kalau kita lihat, kita kaji secara mendalam ini lebih condong Pak Nasir Djamil malah lebih 62-63 tetapi kalau kita lihat minimum itu 49-50. Kalau saya tadinya hitungan 47-48 karena saya punya jagoan calon anggota Mahkamah Konstitusi Pak Yani, hitungan saya 3 tahun lagi belum negarawan, karena Beliau belum negarawan jadi mungkin 50 belum siap untuk jadi anggota Mahkamah Konstitusi.

Jadi kita ambil rata-rata minimum 50 Pak ya, Pemerintah oke ya, setuju ya? (RAPAT : SETUJU)

Maksimal ini pensiun tadi ada yang 63 ada yang 64, rata-rata 65 dan Pak Yani yang 70, ini catatan saja jadi kita setujui 65 Pak ya.

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Jangan dahulu Pak jangan gara-gara saya sendiri akhirnya saya kalah, saya kira saya tetap mempertahankan 70 tahun dan faktanya juga diruangan ini Bapak kita umur 67 masih energik. Yang bersangkutan 67 di bilang sudah keropos, dia mengakui keropos, ini kalaupun ketemu yang lebih muda dia lebih semangat lagi Pak. Saya tetap setuju 70 tahun karena semakin mereka ini kan teorinya berdasarkan teori ideologis ada teori lain semakin mereka banyak memikirkan kehormatan dan kenegarawan itu umur semakin panjang, orang yang berhenti berpikir itu umur semakin pendek, jadi ini dipending saja dahulu Pak.

(7)

KETUA RAPAT :

Ini catatan saya ini sudah dipending beberapa kali ini masalah umur ya Pak Yani ya ini catatan saja tidak apa-apa, kita sepakati dengan Pemerintah, intinya nanti ada di ayat kita.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.Ag)

Memang apalah artinya sebuah umur Pak Ketua tetapi ini menurut juga punya pengaruh karenanya juga perlu diberi catatan kalau misalnya Pak Yani yang rupawan dan dermawan ini mengusulkan 70 ada 65, kita bisa mengambil angka tengah misalnya 67, jadi tidak naik kalipun tidak turun kalipun dia.

KETUA RAPAT :

Ini kalau 63 itu 70 ini kita ambil tengah 65 tadi, karena Menpan itu dasar maksimal itu sudah dapat bonus 65 tahun hasil kajian Menpan. Beliau sudah ada kajian maka kita ambil jalan tengah.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.Ag)

Kajiannya sudah diuji belum jangan belum diuji kajian-kajian saja, jadi perlu diperhatikan usul Pak Yani untuk dipending sehingga kemudian kita bisa mencari. Karena terus terang Pak ya, Pak Dim itu periode yang lalu itu alot sekali sampai dead lock itu masalah umur tentang Mahkamah Agung sampai terhenti beberapa saat ya ketika bahas masalah umur. Walaupun orang menganggap kecil sekali antara angka-angka kalau tidak 63, 67 dan sebagainya.

Terima kasih Pak Ketua.

F-PDIP (HENDRAWAN SUPRATIKNO):

Pimpinan sidang sebenarnya kita bisa melakukan studi yang lebih enpirik dari Hakim-Hakim Mahkamah Konstitusi yang ada dalam dua periode ini, rata-rata usianya berapa sih. Dari periode yang pertama dari Pak Jimly berapa rata-rata usianya, jamannya Pak Mafud ini berapa. Itu kan dari situ sebenarnya kita sudah dari situ melihat studi enpiriknya, dasar enpiriknya jelas. Sehingga kalau kita nanti memberi margin lebih ada dasar teman-teman dari tenaga ahli mungkin bisa.

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya kira kalau argumentasi kita tadi ada studi enpiriknya di Indonesia saya kira tenaga ahli bisa melakukan studi juga dibeberapa negara itu kan bisa dilacak, berapa sih umur-umur tertinggi Hakim-Hakim di Jerman kan bisa seperti itu kita lihat. Walaupun kita belum melakukan studi banding kesana kan tetapi bisa melacak. Jadi dalam rangka melacak itu saya pada hakekatnya kita pending dahulu kalau memang nanti di luar itu juga lebih kurang umur sebagaimana kita sepakati tidak masalah, tetapi perlu ada studi banding. Tidak hanya Indonesia tetapi diluar karena saya melihat umur harapan hidup bangsa Indonesia ini akan semakin meningkat apalagi dengan tingkat kesejahteraan berdasarkan data statistik. Beliau ini kan memberikan data statistik tadi semakin tinggi, kalau saya tidak percaya data statistik, jadi saya tidak mengunakan data acuan itu. Profesor kan mengunakan acuan itu maka data statistik kita itu tingkat

(8)

kesejahteraan semakin tinggi sekarang ini. Maka berkorelasi dengan umur, jadi Pak Profesor seharusnya juga setuju bahwa umur itu seperti itu kalau mengunakan data fisik. Kalau saya tidak setuju dengan data BPS itu.

Jadi saya mohon dengan tenaga ahli coba dilacak itu berapa umur dari negara-negara baik yang menganut model seperti kita maupun yang menganut model yang dimasukan dalam Mahkamah Agung, berapa sih Hakim Konsistusi itu.

Terima kasih.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.Ag)

Pak Ketua saya pikir dipending saja apalagi Pak Dim dan Pak Yani satu fraksi kan, kita bicarakan lebih lanjut terkait dengan usia ini barangkali demikian Pak Ketua.

KETUA RAPAT :

Ini namanya mister pending, kita sudah pending ini berapa kali ini cuman memang kemampuan hidup di Indonesia masih rendah, kita lihat masih dibawah 65 tahun. Cuman ini memang kesempatan regenerasi bagi orang-orang dibawah untuk mengisi pos-pos yang strategis di negara ini, saya yakin banyak orang muda yang negarawan bukan hanya orang tua. Nanti ini Mahkamah Konstitusi ini menjadi lembaga retire, orang-orang yang mau pensiun baru diisi ke Mahkamah Konstitusi padahal tugasnya sangat berat.

Saya yakin di luar negeri ini retire ini sudah ada batasan-batasannya, tetapi kemarin saya studi ke Belanda tua-tua juga anggota DPR. Ini kan kita hanya dua membahas soal ini, kalau dua-duanya dipending karena saya menghitung masalah PAW saja ini Pemerintah masih pending, jadi berarti tinggal satu saja yang harus kita sepakati bersama. Kalau semuanya berubah-ubah nanti yang ini minta 70 terus yang satu 71 bahaya juga kan tidak pernah selesai. Makanya kalau saya lihat ini kita ambil idealnya begitu memang kondisi yang ada, biarpun ini ditambah ini yang namanya Hakim Konsistusi yang ada di Mahkamah Konstitusi itu pensiun karena mereka April sudah habis. Jadi walaupun ini diketok sekarang belum tentu mereka bisa diperpanjang, karena mesti diundang-undangkan dan sebagainya tetap pensiun.

(9)

Oleh sebab itu kalau saya menggarisbawahi, mumpung kita lagi menyusun sistem kita buat takaran-takaran malah nanti kalau bisa Presiden pun, umurnya harus ada batasan. Jangan sampai nanti karena kuat sudah kakek-kakek makin kakek-kakek kan semangat ininya makin kadang-kadang makin tinggi malah kembali ke anak-anak, ini yang jadi problematika. Sistem di Mahkamah Konstitusi pun yang memang harus diperbaharui oleh kita, sebenarnya di Mahkamah Konstitusi itu satu suara, dia kadang-kadang mengabaikan konsistusi dengan cara musyawah mufakat atau voting yang dilakukan. Bagaimana ini dengan umur mau dipending juga?

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.): Sedikit Pak Ketua barangkali menambahkan.

Karena pembahasan untuk ini kan sudah prosesnya cukup panjang dan alot pula tetapi bagi kami barangkali memang kita mencari jalan tengah sajalah, idealnya kira-kira masuk logika akal yang sehat. Sehingga untuk dikemudian hari ketika pembahasan itu, kalau dibilang hal ini tidak substantif boleh juga, subtantif juga boleh juga tetapi secara umum kalau 65 ideal lah kira-kira begitu.

Terus barangkali kalau kita perdebatkan toh tidak ada, tidak begitu substantif menurut saya ketika Profesor tadi menyampaikan metode empiriknya metode penelitiaannya itu kan masuk akal pula. Memang terlalu tua kalau 70 tahun, banyak usia-usia segitu seharusnya memang sudah harus pensiun seharusnya sudah harus di rumah, menikmati hidup. Dan regenerasi memang penting pula karena apa dimasa-masa daya pikir manusia itu kan terbatas dengan usia yang cukup tua itu banyak pelupa itu sudah tidak bisa dihindari lagi, itu sudah hukum alam, tidak bisa dibantah. Kita boleh berpikir merasa muda sudah tua tetapi merasa muda tetapi faktanya tidak seperti itu, tetapi saya lebih cenderung kepada Pak Ketua tadi supaya tidak bertele-tele pembahasan kita ini karena juga mengundang Pemerintah terus kan begitu kira-kira, hanya faktor begitu saja, kira-kira 67-65 lah.

Terima kasih Ketua. KETUA RAPAT :

Bagaimana setuju ya 65? F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M.): Terima kasih Pimpinan.

Bapak Ibu anggota yang terhormat.

Dan Bapak-Bapak dari Pemerintah, pejabat Eselon 1 dan 2.

Kami mencoba kalau tadi bicara pada posisi itu tetapi kalaupun ingin menampung dari penjelasan yang terhormat Saudara Nasir dan juga tadi dari teman-teman juga, yaitu mengenai kalau jika dimungkinkan, itu bahasanya telah berusia 65 tetapi tidak ditutup peluang apabila ada yang lebih dari itu mungkin tetapi dengan ada persyaratan khusus. Persyaratan khusus itu kita jelaskan di penjelasan apa yang dimaksud persyaratan khusus kalau mau diambil jalan tengah, ini sebagai gambaran saja Pimpinan daripada ada yang dipusingkan Pimpinan. Tetapi kalau memang dirasa oleh teman-teman ini masih perlu kajian dan juga berdasarkan data-data atau apapun namanya silahkan juga kami tidak memaksa untuk pending. Tetapi kalaupun ini dianggap sebagai jalan keluar yaitu dengan klausul khusus, jika dimungkinkan jadi jika dimungkinkan bisa sampai 65 dengan persyaratan khusus. Persyaratan khusus itu tentu misalnya

(10)

dengan keahliannya, sangat luar biasa, misalnya dia Profesor Dokter khusus agak jarang, kalau kita menemukan hal itu bagaimana itu saja pertanyaannya Pimpinan. Hanya supaya bisa clausul escapenya dan nanti juga bisa berjenjang-jenjang. Kalau memang ditemukan hal-hal orang yang memang punya keahlian khusus dan sangat jarang di Republik ini.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT :

Memang ini angka ini tugasnya membantu DPR, ini kalau kita pikir ngapain produk kita diacak-acak lagi oleh Mahkamah Konstitusi, apalagi kalau misalnya Korea Selatan 65 tahun.Sebetulnya kalau sudah tua itu kasihan, kalau orang sudah tua kita kasih kerjaan jadi Dirut saja misalnya Pak, kasihan juga kalau orang sudah tua tetapi ya saya. Silahkan anggota apa misalnya bisa disetujui 65, kalau bisa disetujui 65 kita ketok kalau tidak ya pending lagi.

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Pak Dim sebenarnya ada hal-hal yang juga belum kita selesaikan kecuali dengan adanya pembahasan 65 atau 67, clear seluruh persoalan tidak ada masalah. Kan masih banyak juga hal-hal yang belum kita selesaikan. Jadi tadi tenaga ahli sudah menyebutkan Korea itu kita sudah dapat fakta coba cari lagi yang lain, istilahnya kita bisa mempertanggung-jawabkan juga masalah umur ini. Nelson Mandela itu jadi Presiden umur 70 tahun Pak, walaupun mungkin nanti peluang itu sedikit sekali orang tetapi kita harus dipilihkan ruang. Nanti ada seorang anak bangsa yang umurnya hampir 68 tahun pikiran-pikirannya dibutuhkan untuk jadi Mahkamah Konstitusi itu terhambat gara-gara Undang-Undang ini yang menghambat dia. Akhirnya kita harus mengamandemen lagi membuat Undang-Undang itu, padahal mekanisme kita untuk membuat perubahan ini begitu lama Pak. Presiden saja mengeluarkan Kepres saja lama sekali Pak itu bisa ditinjau lagi perhatian lagi bagi Pemerintah. Itu banyak yang saya pelajari yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang seharusnya Pemerintah cepat tetapi tidak dilakukan, itu bisa memberikan peluang Bapak Presiden tidak melaksanakan dengan sungguh-sungguh sumpah dan janjinya itu dalam pelaksanaan Undang-Undang. Saya menemukan cukup banyak, banyak sekali yang saya temukan dalam proses legislasi Pemerintah tidak taat terhadap peraturan perundang-undangan, banyak sekali saya temukan itu, saya lagi mengkompilasinya.

Untuk itu menurut saya, pending saja dahulu ini saya pada umumnya tidak keberatan 65-70 tetapi menurut saya harus diberikan ruang juga buat anak bangsa yang punya pikiran-pikiran cukup bagus. Kaya Pak Buyung itu sudah 70 tahun lebih energik kok dia masih, jadi ada ruang itu yang diberikan. Jangan dihambat dengan administrasi umur, tolong tenaga ahli sambil kita menunggu berikutnya di Korea berarti 65, Turki, Jerman, Amerika, dikombinasilah.

(11)

KETUA RAPAT :

Kalau Hakim di Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi itu berapa? PEMERINTAH :

Untuk Pengadilan Tinggi itu 67 sekarang Pak, Pengadilan Negeri 65, Mahkamah Agung 70. Boleh kami sampaikan sedikit Pak Ketua dan Bapak anggota yang terhormat bahwa saya kira masih banyak yang ketika menyusun Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Tahun 2004 memang lalu disepakati usia pensiun itu 67 tahun, ini yang saya kira sudah berlaku. Kalau digambarkan tadi memang kajian umur itu sudah cukup mendalam dari usia harapan hidup yang tadi disampaikan Pak Ketua bahwa laki-laki itu rata-rata 65 tahun dan perempuan itu 67 dan umumnya yang tingkat tertinggi itu 65,67 itu orang-orang Yogya. Jadi kalau mau usia panjang pensiunlah pindah ke Yogya kemudian sehingga sekarang begitu statistik disebutkan banyak itu wanita daripada pria yang banyak ya yang tua-tua itu, yang 69-67 itu. Kalau Undang-Undang Mahkamah Agung, Undang-Undang-Undang-Undang 1485, waktu itu usia Hakim Agung itu 65. Kemudian diubah dengan Undang Nomer 5 Tahun 2004, 65 dan dapat diperpanjang menjadi 67. Ketika Undang-Undang itu diubah yang kedua Undang-Undang-Undang-Undang 3 Tahun 2009, baru loncat ke 70 itu. Ini pernah dipakai di Mahkamah Agung itu 65 dan dalam hal tertentu dapat diperpanjang menjadi 67 itu pernah dipakai.

Saya kira memang pengalaman Hakim Agung itu memang cukup lama karena berdirinya Mahkamah Agung cukup lama tetapi studi Hakim Konsistusi saya kira referensi dari luar seperti diusulkan yang terhormat Pak Yani tadi perlu tetapi kalau nunggu pengalaman-pengalaman juga ya mungkin rumusan-rumusan itu. Jadi 67 yang sekarang dan 65, 65 misalnya dan dapat diperpanjang menjadi 67 dengan syarat-syarat tertentu. Itu yang sudah berlaku dahulu di Undang-Undang 5 Tahun 2004 perubahan pertama Undang-Undang 85 tentang Mahkamah Agung. Ini sekedar pengalaman mengikuti pembahasan didalam batas usia pensiun dari Hakim Agung.

Terima kasih Pak. KETUA RAPAT :

Saya kira memang ini kelihatannya menjadi penting juga Pak, saya tidak tahu ini usulannya ini saya kira perlu kita mengkaji diluar disamping tenaga ahli, studi banding juga ada argumentasi kita untuk studi banding. Putuskan ya 65 ya, hanya catatan saja satu, Pemerintah setuju?

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Saya tidak setuju kalau mau diputuskan silahkan. (RAPAT : SETUJU)

(12)

KETUA RAPAT :

Catatan ya Pak Yani ya tetapi kita, catatannya kalau nanti kita sudah mendapatkan studi banding untuk studi kesitu bisa ditinjau kembali.

Kita lanjut masalah PAW, ya ini kita informasikan karena tadi Pak Yani usulannya adalah melakukan studi komperatif keluar negeri insya Allah, kita Mahkamah Konstitusi akan melakukan studi komperatif. Saya sudah buat surat ke Pimpinan DPR untuk minta izin untuk keluar negeri, setuju ya Jerman dan Thailand. Sudah itu referensi dari Mahkamah Konstitusi ya setuju ya Jerman dan Thailand.

(RAPAT : SETUJU) F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.Ag)

Maaf Pak Ketua apakah kunjungan keluar negeri tadi berlaku untuk yang ada catatan. KETUA RAPAT :

Semua yang anggota panja bisa keluar negeri tetapi kita lagi buat surat mudah-mudahan disetujui karena kita melebihi dari 50 substansi, 50% substansinya lebih. Jadi kita targetkan untuk karena usul Pak Yani ini kita putuskan segera.

PAW, terkait PAW apakah sisa masa jabatan atau 5 tahun ini problematika kalau terjadi begini, DPR juga minta begitu, problematika begini maka semua akan minta yang sama. Maka begitu mau hampir habis misalnya dia sudah menjalankan 4 tahun sisa 1 tahun sudahlah PAW saja kan kamu dapat 5 tahun. Ini problematika dipolitisasi yang namanya atau disuruh mundur oleh misalnya DPR punya calon 5, karena DPR mau habis 2014 habis sudah kamu mundur tak bayar naik supaya dia bisa 5 tahun. Belum tentu DPR yang ini bisa mencalonkan yang 3 itu, ini jadi problematikanya dipolitisasi sama Pemerintah juga terjadi, kalau ini dibiarkan selama 5 tahun. Maka PAW itu adalah mengisi sisa jabatan.

Silahkan Pemerintah. PEMERINTAH :

Baik terima kasih Pak Ketua dan anggota yang kami hormati.

Nomer 136, tadi memang disini hak Pemerintah menambahkan Hakim Konsistusi yang mengantikan sebagaimana dimaksud ayat (2) untuk masa jabatan 5 tahun. Memang ini kalau kita lihat di Undang-Undang MD3 memang bahkan ada paragraph khusus tentang pengantian antar waktu baik menyangkut anggota DPD, anggota DPR dan DPRD Propinsi, atau Kabupaten/Kota. Lalu di eksplisitkan bahwa masa jabatan anggota DPD penganti antar waktu melanjutkan sisa masa jabatan anggota DPD yang digantikannya. Begitu juga DPRD Propinsi juga begitu DPRD Kabupaten/Kota juga begitu. Namun kalau kita lihat bahwa untuk Hakim Konsistusi ini tidak ada ketentuan khusus apalagi paragraph khusus yang menyebut pengantian antar waktu. Dan didalam Undang-Undang yang ada tidak menyebut pengantian antar waktu tetapi pengantian saja ini yang kita inikan selama ini. Dan yang kedua ya memang diluar hal-hal yang disampaikan Pak Ketua tadi ada side effect yang disebutkan ini memang idealnya diharapkan bahwa Hakim Konsistusi menjabat untuk sampai 5 tahun sehingga usia tertingginya pun kita tetapkan sehingga diharapkan umurnya mencapai usia pensiun dan dia penuh selama 5 tahun. Oleh sebab itulah kami melihat bahwa ini tidak digantungkan kepada sisa masa jabatan yang diganti tetapi dia tetap

(13)

penuh 5 tahun. Kalau kita lihat Mahkamah Agung, itu kan pengisian Hakim Agung memang karena ada yang kosong tetapi pengantinya pun tetap sampai usia pensiun tidak mengantikan sisa jabatan dari Mahkamah Agung.

Ada yang kedua kesulitan juga yang kita bayangkan misalnya calon dari Mahkamah Agung, Hakim Agung diusulkan oleh Mahkamah Agung ini syaratnya sudah cukup kita perberat disini Pak. Pertama harus Hakim Agung baru selama ini baru Pak Lecal yang Hakim Agung yang lain itu Hakim tinggi semua yang diusulkan oleh Mahkamah Agung untuk Hakim Mahkamah Konstitusi. Tetapi di Undang-Undang ini kita katakan harus Hakim Agung, yang kedua syaratnya harus Doktor. Ini sebagai simulasi dan pandangan ideal saja kalau mencari Wakil dari Mahkamah Agung yang menganti Doktor dan Hakim Agung, lalu kalau yang ingin digantikannya masanya tinggal 1 tahun sementara kalau dia di Mahkamah Agung dia akan bertahan sampai 70 tahun. Ya mungkin tersedia pun sedikit belum lagi yang bersedia pun mungkin juga terbatas lagi. Ini perlu dipikirkan ini agak beda misalnya mohon dimaafkan kalau nanti ini terkait. Kalau di DPRD, DPD memang disebut pengantian antar waktu itu mengantikan sisa jabatan yang diganti karena memang tidak mungkin dia melebihi 5 tahun. Karena akan ada sistem yang mengantikannnya dengan mekanisme 5 tahunan pemilihan umum DPR dan DPRD jadi tidak mungkin juga memang. Yang digantikan 2 tahun dia 5 tahun karena akan berakhir masa periodesasinya. Tadi Pak Ketua kita gambarkan Mahkamah Agung ini agak muncul. Kemarin kita tetapkan bahwa Doktor dan Hakim Agung itu sudah suara mungkin tidak ada orangnya atau sedikit, lalu kalau lagi dia masa panjang lalu ditugaskan ke Mahkamah Konstitusi yang hanya 2 tahun dan tidak ada jaminan nanti balik lagi. Saya katakan tadi tersedia pun sedikit terlebih lagi kalau yang bersedia.

Jadi kami melihat bahwa masa jabatan ini ya 5 tahun memang di Undang-Undang yang lama dikatakan Hakim Konsistusi diangkat untuk 5 tahun. Demikian yang dapat kami sampaikan Pak Ketua dan anggota yang terhormat.

KETUA RAPAT :

Ini saya sekarang ini kan kuliah Universitas Padjajaran S3, saya lihat Hakim Agung sekarang pada kuliah Pak. Apakah dengan adanya Undang-Undang Mahkamah Konstitusi ini semangat belajar tadinya orang Hakim Agung SH saja cukup sekarang harus S2 dia harus mesti kuliah, sekarang S3 harus kuliah lagi makin dia mencari menambah ilmu walaupun sudah pada tua. Jadi luar biasa itu mendorong orang untuk belajar, terkait Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi kalau Mahkamah Agung tanpa periodesasi dari awal, kalau Mahkamah Konstitusi ada periodesasi 5 tahun. Ini yang dasarnya adalah PAW tadi, jadi oleh sebab itu anggota silahkan.

F-PPP (AHMAD YANI, S.H., M.H.):

Ini usul Pemerintah itu memang PAW itu kalau menyelesaikan masa jabatan sangat tidak menarik sebetulnya andai sudah mengalami 4 tahun setengah tinggal mengisi 6 bulan lagi, proses seleksinya saja sudah selesai. Sama seperti kita kemarin KDK seperti itu hanya kitalah ingin masa jabatan 4 tahun, fraksi-fraksi lain tetap mau setahun. Saya tetap bahwa masa jabatan ini tetap masa jabatan diangkat dan disumpah. Mereka yang mau menjadi Hakim Konstitusi memang akan problemnya itu kalau yang meningal atau yang pensiun ini contohnya Pak Hakim Konsistusi yang sekarang ini Pak Anwar Azab, kuat dari Mahkamah Agung itu, Hakim Mahkamah Agung yang mau masuk menjadi Hakim Mahkamah Konstitusi sebuah kelangkaan, hanya orang-orang yang langka. Mereka pada umumnya di cek satu persatu tidak mau, memang mereka yang mencintai keilmuan, mencintai konsistusi, ini berat sesungguhnya buat Mahkamah Agung ini. Makanya tidak tahulah diputuskan apa tidak paling tidak akan membuat catatan juga buat Mahkamah Agung itu sudah kita syaratkan pendidikannya tinggi tidak harus menurut saya dari Hakim

(14)

Mahkamah Agung. Karena Mahkamah Agung itu satu kesatuan juga bisa saja dari Hakim Tinggi seperti itu, kalau itu memberikan ruang yang cukup banyak. Betul tadi Bapak mengatakan hanya Pak Laika ya kan karena Pak Laika sesungguhnya bukan habitat Hakim Agung, dia itu habitat akademisi. Dia keluar dari miliu sesungguhnya di Mahkamah Agung itu.

Jadi saya setuju usul Pemerintah 5 tahun seperti ini yang berbeda dari masalah umur beda kita kan, mau 5 tahun meneruskan tidak meneruskan ya laksanakan 5 tahun. Ini kalau kawan-kawan yang lainnya ada misi PAW agak berbeda kalau diilustrasikan dengan DPR, agak beda menurut saya. Terima kasih saya setuju usul Pemerintah 5 tahun.

F-PKS (H. MUHAMMAD NASIR DJAMIL, S.Ag) Terima kasih Pak Ketua.

Apa yang disampaikan oleh Pemerintah memang sepintas masuk dalam logika kita tetapi memang perlu untuk dicermati juga. Kalaupun memang kita menerima usulan yang seperti disampaikan oleh Pemerintah tentu harus ada semacam, katakanlah misalnya kalau Hakim Konsistusi yang berasal dari DPR PAW, itu seperti apa. Apakah kemudian DPR harus memilih lagi atau seperti apa atau seperti anggota KPU, ketika satu PAW, masuk naik yang dibawahnya, jadi ini juga perlu dipikirkan. Walaupun saya belum tentu setuju dengan apa yang disampaikan oleh Pemerintah juga. Karenanya kalaupun nanti kita setujui barangkali catatan kami agar model seperti yang saya sebutkan tadi itu juga harus ya minimal menjadi perhatian kita karena kalau kita ingin memposisikan Mahkamah Konstitusi sebagai kumpulan para negarawan tentu memang kita harus membedakan dengan lembaga-lembaga lainnya. Tetapi menurut saya juga barangkali Pemerintah mengusulkan ini tentu ada hal lain saya tidak begitu yakin, saya tidak begitu percaya bukan berarti Pak Dirjen bohong bukan. Maksudnya kalau kemudian Pemerintah mengatakan argumentasinya seperti itu mungkin ada hal lain Pak Dirjen kenapa kemudian Pemerintah ingin mengusulkan hal seperti itu. Apakah karena faktor-faktor waktu, biaya dan lain sebagainya sehingga Pemerintah perlu mengusulkan kepada DPR agar Hakim Konsistusi itu mengisi jabatan yang baru, kalau disini 5 tahun. Begitu Pimpinan saya pikir apa yang disampaikan kita terima saja dahulu, jangan kita ambil keputusan nanti kita elaborasi lagi, kita pendalaman lagi. Seperti apa prakteknya di negara-negara yang memiliki Mahkamah Konstitusi sehingga kita punya preseden. Contoh bagaimana negara-negara ikut disana mem PAW Hakim Konsistusi tersebut.

Terima kasih Pak Ketua. KETUA RAPAT :

Ini memang kita harus punya gambaran kalau yang periodesasi PAW dan periodesasi bisa selamanya sesuai dengan umur.

F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M.): Terima kasih Pimpinan.

Saya sependapat dengan Pimpinan juga dan bersamaan juga yang terhormat Saudara Nasir. Jadi soal periodesasi itu memang karena kalau kita lihat apa yang telah kita sepakati di DIM 26 itu juga

(15)

dasarnya 5 tahun setelah pengangkatan, berarti ada periodesasi kesana kalau kita cermati DIM 26 yang kita sepakati. Makanya dibikin kalau tidak salah ingat jalan tengahnya itu kan 2,5-2,5 pada usul Pemerintah setiap tahun terjadi pergantian Pimpinan dan Wakil Pimpinan, Hakim Mahkamah Konstitusi. Kalau itu dirubah dengan sementara penjelasan dari Pemerintah, mungkin kalau ada penjelasan lagi yang disampaikan Saudara Nasir mungkin kita perlu mendengarkan apa ada penjelasan lain, tetapi kalau dengan penjelasan sementara kami belum bisa menerima hal itu, karena apa terkait dengan DIM 26 ini. DIM 26 itu kan ada kesan itu terjadi periodesasi 5 tahun itu jadi pengalan-pengalan itu. Sebenarnya keseragaman itu kan waktu itu kita juga sampaikan bahwa keinginan kita beberapa teman berbicara DIM 26 juga karena ini agak concordan dengan DIM 26 bahwa itu seperti halnya dipejabat negara lainnya. Karena di UU protokol kan Mahkamah Konstitusi termasuk katagori pejabat negara.

Jadi ada kesamaan, keseragaman dalam hal periodesasi 5 tahunnya betul kemudian ada keseragaman dalam hal waktunya katakanlah kalau Mahkamah Konstitusi misalnya 2000 berapa sampai 2000 berapa itu yang mungkin menjadi pertimbangan Pimpinan. Kalau mungkin Pemerintah ada alasan yang ingin disampaikan memperjelas lagi ya silahkan, tetapi untuk sementara kami belum bisa mendapat apa yang disampaikan alasan Pemerintah, karena terkait dengan DIM-DIM sebelumnya juga Pimpinan. Terima kasih Pimpinan.

F-PKS (IR. MEMED SOSIAWAN): Terima kasih.

Satu lagi pertimbangan yang memang harus dicatat itu adalah unsur-unsur yang mengusulkan anggota Mahkamah Konstitusi itu sendiri, 9 orang itu unsurnya 3 dari Presiden, berarti kan Presiden itu terikat dari periode pemilu dia. Kalau Presidennya diganti apakah Presiden baru ini nanti kalau yang usulan Presiden kena PAW ini apakah masih berkenan dengan pengantinya yang kemungkinan mempunyai masa bukan sisa jabatan misalnya begitu ya.

Jadi yang terikat oleh pemilu itu adalah Presiden dan yang tiga usulan dari DPR, sedangkan yang usulan dari Mahkamah Agung itu memang agak lebih longgar karena Ketua Mahkamah Agung nanti bergantinya kan karena pensiun bukan karena pemilu. Ini yang berganti karena pemilu itu Presiden dan para anggota DPR yang mereka itu mengusulkan 3 dari Presiden dan 3 dari DPR, sedangkan yang 3 dari Mahkamah Agung ini memang dia tidak terikat oleh periode pemilu. Itu mungkin juga salah satu pertimbangan Pimpinan yang kita belum tahu formula dan format idealnya tetapi ini juga mempertimbangkan unsur-unsur pengusulnya.

Terima kasih.

F-PD (DR. H. SUBYAKTO, S.H., M.H., M.M.): Pimpinan sedikit menambahkan barangkali ya.

Terkait masalah apa yang diusulkan Pemerintah, memang ini sebetulnya masa periodesasi ini sangat crucial, tidak segampang apa yang kita pikirkan. Tetapi disini tadi ada wacana untuk setelah dikomperasi artinya ini kan sebagai bahan pula, sehingga saya berpikir dalam hal ini bisa dipending dahulu. Karena toh dari fraksi-fraksi juga tidak semua full disini sehingga ketika kita nanti sudah bahan habis, untuk objek studi komperasi tidak ada nanti. Maka untuk itu usul Pimpinan ini mohon dipertimbangkan. Karena ini

(16)

menyangkut masalah periodesasi dan terkait dengan masalah terintregated dengan insistusi yang lain, kebijakan-kebijakan yang lain.

Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT :

Bagaimana Pemerintah mau dipending atau ada penjelasan lain untuk menyakinkan kami. PEMERINTAH :

Sebelum dipelajari lebih lanjut, lebih seksama, bahkan lebih jauh tempat studinya, agar pandangan kita lebih jauh saya kira ini suatu hal yang lebih bijak juga ini agar kita membentuk Hakim Konsistusi yang bijak tentu kita juga membuat cara untuk menyeleksi dan nanti cara pengantiannya dengan cara yang bijak juga, saya kira itu.

KETUA RAPAT :

Ini kita selesaikan di lobi saja ya, setelah kita studi komperatif, setuju ya tetapi dilobi saja. Nanti saya minta teman-teman dari poksinya lobi dengan Menkumham nanti kita akan lihat hasilnya seperti apa, setuju ya?

F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M.):

Pimpinan kalau lobi karena ini sifatnya jam dibawah panja supaya juga cepat lebih final nanti pengertian lobi itu nanti ketika raker jadi di plenonya saja Pak.

KETUA RAPAT : Di panja saja.

F-PG (FERDIANSYAH, S.E., M.M.):

Jangan Pak dipleno biar nanti tidak bolak-balik lagi. KETUA RAPAT :

Kan pleno itu setelah lobi, kalau tidak hasil pleno, kalau lobinya tidak matang, jadi supaya jangan pecah, setuju ya. Jadi nanti ini dipending ya?

(RAPAT : SETUJU)

Ada kemarin tambahan yang terkait dengan audit BPK, terkait dengan pemeriksaan keuangan ini ditambahkan adalah setelah diaudit BPK, Mahkamah Konstitusi kan diaudit BPK jadi di Pasal berapa ada atau sudah, ada Pasal berapa, DIM berapa. Intinya begitu ya setuju ya, jadi transparan dibuka umum setelah mendapatkan audit dari BPK kan normatifnya begitu, begitu Pemerintah ya setuju ya?

(17)

(RAPAT : SETUJU)

Pasal 9, coba tayangkan Pasal 9 ya sudahlah mati oh pindah, saya rasa itu normatif kok masalah audit BPK, setuju ya, selesai ya.

Bapak Ibu sekalian.

Agar lebih sempurna lagi terkait dengan redaksional dan lain sebagainya nanti kita rencanakan kunjungan ke luar negeri sesuai usulan Pak Yani. Walaupun kita berangkat, termasuk Pak Byakto dan teman-teman yang hadir disini memberikan semangat untuk keluar negeri. Makanya saya mengambil inisiatif menandatanggani untuk izin keluar negeri, syukur alhamdulillah kalau bisa didampingi oleh Menkumham dari Pemerintah atau dari Menpan untuk ikut melakukan studi komperatif terkait UU. Yang akan kita datangi adalah diantaranya yang memiliki Mahkamah Konstitusi. Demikian tetapi tetap kita tunggu ya hasilnya belum ya tetapi mudah-mudahan bisa direalisasikan karena alasan-alasannya jelas. Demikian acara rapat pada hari ini semoga Allah SWT, Tuhan YME memberikan kekuatan lahir dan batin kepada kita semua, tetapi sebelum saya sampaikan mungkin ada closing statement.

Silahkan Pemerintah. PEMERINTAH :

Terima kasih Pak Ketua panja.

Para anggota panja DPR yang kami hormati.

Alhamdulilah apa yang ditugaskan kepada kita untuk membahas DIM yang sudah kita lakukan dalam dua kali masa sidang dan hal-hal yang kita anggap perlu kita dalami kita sudah selesai kita sepakati dan nanti masuk kepada bab selanjutnya dan untuk memperkuat dan memberi penajaman terhadap substansi dimana Bapak Ibu anggota DPR nanti akan melakukan kajian. Ini saya kira juga satu hal yang positif dan oleh sebab itu kami akan selalu bersinergi untuk mengikuti pembahasan-pembahasan selanjutnya.

Terima kasih.

Assalmu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

KETUA RAPAT :

Salam sama Pak Menteri, Pak Dirjen, Pak Mangindaan juga Pak Menteri, salam hangat dari teman-teman anggota panja. Dengan mengucapkan hamdalah alhamdulilah hirobil alamin, rapat dinyatakan ditutup.

Terima kasih.

(18)

(RAPAT DITUTUP PADA PUKUL 15.25 WIB)

Jakarta, 8 Februari 2011 Sekretaris Rapat,

Drs.Djaka Dwi Winarko, M.Si

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gambar sinyal yang berwarna hijau, menujukkan bahwa 2x(n) mengalami penguatan atau pengalian amplitudo sinyal x[n], hal ini mebuktikab bahwa sinyal x[n] mengalami

Pemeriksaan rongga hidung, ingus di meatus medius. Pada pemeriksaan di kamar gelap, dengan meletakkan lampu di sudut mata bagian dalam, akan tampak bentuk sinus frontal di dahi

Dalam perhitungan nilai tanah ini digunakan metode Perbandingan Pendekatan Data Pasar ( Market Data Approach ). Nilai tanah ini didapatkan dari data hasil survei

Hasil pembacaan sensor inframerah dapat dimonitoring didalam web localhost, dengan memberikan informasi kondisi, durasi, dan status parkir motor kepada penjaga

Keluarga d a n pasien akan meningkatkan pengetahuan mengen a i Penyebab, tanda dan gejala serta cara penularan serta penanganan resiko penyebaran infeksi

[21] Prognosis dari penyakit/damage diisi sesuai dengan prognosis yang dibuat berdasarkan penilaian terhadap jejas atau damage (diagnosis/gambaran klinis pada saat

Servik merupakan bagian uterus dengan bagian khusus, terletak dibawah istimus. Servik memiliki serabut otot polos, namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah

Pengembangan masyarakat petani melalui program PIR-BUN ini termasuk dalam upaya penyadaran peran mereka sebagai aktor utama dalam proses pembangunan perkebunan yang juga