• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. MASRUR AND SON DI SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. MASRUR AND SON DI SIDOARJO."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh :

MOCH. SULAIMAN 0312010542 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

PT. MASRUR AND SON DI SIDOARJO

S K R I P S I

Oleh :

MOCH. SULAIMAN 0312010542 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

JAWA TIMUR

(3)

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja

Organisasi Dan Kepuasan Kerja Karyawan PT. Masrur And Son Di Sidoarjo” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. H. Ali Maskun, MS, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

(4)

memberikan dorongan dan bimbingan kepada penulis

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan ilmu yang

sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.

7. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan karunia-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak

Surabaya, Juli 2010

(5)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Perilaku Organisasi ... 10

2.2.2. Budaya Organisasi ... 13

2.2.2.1. Pengertian Budaya Organisasi ... 13

2.2.2.1. Karakteristik Budaya Organisasi ... 14

(6)

2.2.3.1. Pengertian Kinerja Organisasi... 19

2.2.3.2. Penilaian Kinerja ... 19

2.2.4. Kepuasan Kerja ... 23

2.2.4.1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 24

2.2.4.2. Indikator-Indikator Kepuasan Kerja ... 25

2.2.5. Hubungan Antar Variabel ... 27

2.2.5.1. Hubungan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi ... 27

2.2.5.2. Hubungan Kinerja Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja ... 28

2.3. Kerangka Konseptual ... 30

2.4. Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32

3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 32

3.1.2. Pengukuran Variabel ... 36

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 37

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 42

3.4.1. Uji Asumsi Model SEM ... 42

3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal ... 44

(7)

4.1.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 48

4.1.2. Deskripsi Budaya Organisasi (X) ... 49

4.1.3. Deskripsi Kinerja Organisasi (Y) ... 51

4.1.4. Deskripsi Kepuasan Kerja Karyawan (Z) ... 52

4.2. Analisis Data ... 53

4.2.1. Evaluasi Outlier ... 53

4.2.2. Evaluasi Reliabilitas ... 54

4.2.3. Evaluasi Validitas ... 56

4.2.4. Evaluasi Construct Reliability dan Variance Extracted ... 57

4.2.5. Evaluasi Normalitas ... 58

4.2.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM ... 59

4.2.7. Uji Kausalitas ... 62

4.3. Pembahasan ... 63

4.3.1. Pengujian Hipotesis Hubungan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi ... 63

4.3.2. Pengujian Hipotesis Hubungan Kinerja Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 66

(8)
(9)

Tabel 1.1 Pengukuran Kinerja PT. Masrur And Son ... 4

Tabel 1.2 Jumlah Karyawan PT. Masrur And Son Sidoarjo Periode tahun

2006 – 2009 ... 5

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Budaya

Organisasi (X)... 50

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja

Organisasi (Y)... 51

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja

Karyawan (Z) ... 52

Tabel 4.6. Residuals Statistics ... 54

Tabel 4.7. Pengujian Reliability Consistency Internal ... 55

Tabel 4.8 Standardize Faktor Loading dan Construct dengan Confirmatory

Factor Analysis ... 56

Tabel 4.9. Construct Reliability dan Variance Extracted ... 57

Tabel 4.10. Assessment Of Normality ... 58

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Base Model ... 60

Tabel 4.12. Variabel yang Dimodifikasi Dalam Model ... 61

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Modifikasi ... 61

(10)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29

Gambar 3.1 Contoh Model Pengukuran Budaya Organisasi ... 41

Gambar 4.1. Model Pengukuran & Struktural Budaya Organisasi, Kinerja Organisasi, dan Kepuasan Kerja Karyawan, Model: One Step

Approach – Base Model ... 59

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Budaya Organisasi, Kinerja Organisasi, dan Kepuasan Kerja Karyawan, Model: One Step

(11)

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Tanggapan Responden Terhadap Budaya Organisasi (X), Kinerja Organisasi (Y), dan Kepuasan Kerja (Z)

(12)

ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

PT. MASRUR AND SON DI SIDOARJO

Oleh :

Moch. Sulaiman

Abstraksi

Fenomena yang terjadai adalah terjadinya penurunan kinerja pada tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya dan penurunan jumlah karyawan PT. Masrur And Son Sidoarjo. Fenomena tersebut mengindikasikan bahwa perlunya peningkatan kinerja perusahaan yang didukung tentunya dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas, dan terjadinya ketidakpuasan kerja karyawan pada PT. Masrur And Son Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja organisasi pada PT Masrur And Son, dan mengetahui pengaruh kinerja organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT Masrur And Son Sidoarjo.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu karyawan PT. Masrur And Son. Skala pengukuran yang digunakan adalah semantic differential scale dengan teknik pengukuran dengan jenjang 1 - 7. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling (area random sanpling), yaitu teknik pengambilan sampel berdasar kelompok yang tidak mempunyai tingkatan strata dari anggota populasi. Pengambilan sampel didasari asumsi SEM bahwa besarnya sampel yaitu 5 – 10 kali parameter yang diestimasi. Pada penelitian ini ada 16 indikator, sehingga jumlah sampel yang diestimasi yaitu antara 80-160. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 112 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM diagram yang akan

mempermudah untuk melihat pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja

organisasi, dan pengaruh kinerja organisasi terhadap kepuasan kerja yang akan diuji.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi, dan kinerja organisasi berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT. Masrur And Son.

(13)

1.1 Latar Belakang

Produktivitas kerja merupakan tuntutan utama bagi perusahaan agar

kelangsungan hidup atau operasionalnya dapat terjamin. Produktivitas adalah

ukuran dari kuantitas dan kualitas dari pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan

mempertimbangkan biaya sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan

pekerjaan tersebut (Mathis dan Jackson, 2001:82). Banyak hal yang dapat

mempengaruhi produktivitas kerja, untuk itu perusahaan harus berusaha menjamin

agar faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dapat

dipenuhi secara maksimal.

Dalam suatu perusahaan terdapat enam macam sumber daya yang sering

disebut dengan faktor produksi, yang digunakan untuk mewujudkan operasinya.

Ke enam faktor tersebut adalah manusia, uang, bahan bakku, metode, mesin, dan

pasar.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting yang harus bisa

dikelola oleh perusahaan. Perusahaan akan berusaha untuk dapat mengelola

sumber daya manusia akan selalu memperhatikan dan mengembangkan cara-cara

baru untuk memenuhi kebutuhan dan harapan karyawan. Dengan terpenuhinya

kebutuhan karyawan maka karyawan termotivasi untuk bekerja dengan efektif

(14)

Budaya organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan

nilai-nilai yang berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku

anggota-anggotanya. Budaya organisasi dapat menjadi keunggulan kompetitif

yang utama, yaitu bila budaya organisasi mendukung strategi organisasi dan bila

budaya organisasi dapat mengatasi tantangan lingkungan dengan tepat.

Menurut Robbins (2002:279) budaya organisasi merujuk kepada suatu

sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi

yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Budaya

organisasi merupakan sistem penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang

berkembang dalam suatu organisasi dan mengarahkan perilaku

anggota-anggotanya.

Perilaku merupakan bagian dari upaya yang berkaitan dengan kinerja,

dengan berperilaku seseorang akan dapat memperoleh apa yang dikehendaki dan

apa yang diharapkan. Jadi perilaku merupakan tindakan yang nyata dilakukan oleh

seseorang untuk memperoleh apa yang diharapkan. Dalam organisasi tentunya

banyak faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Sedangkan jalannya organisasi atau perusahaan tentunya diwarnai oleh

perilaku individu yang merasa berkepentingan dalam kelompoknya

masing-masing. Perilaku yang berada dalam organisasi sangat mempengaruhi organisasi

baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini akibat adanya kemampuan

individu yang berbeda-beda dalam menghadapi tugas atau aktivitasnya.

Budaya organisasi merupakan hal yang esensial bagi suatu organisasi,

(15)

Permasalahan yang berkaitan dengan budaya organisasi dalam PT. Masrur And

Son meliputi kebiasaan keterlambatan karyawan datang, kebiasaan keterlambatan

karyawan masuk kerja setelah jam istirahat, kebiasaan karyawan menunggu

perintah atasan dalam mengerjakan tugas, dan kebiasaan karyawan tidak

menggunakan alat-alat keamanan dan keselamatan dalam bekerja.

Persoalan kepuasan kerja akan dapat terlaksana dan terpenuhi jika

beberapa variabel yang mempengaruhi mendukung. Variabel tersebut adalah

culture dan satisfaction. Siagian (2004: 126) menyatakan kepuasan kerja adalah

sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Artinya bahwa seseorang yang

puas terhadap pekerjaannya akan memiliki sikap yang positif terhadap organisasi

dimana dia bekerja. Sebaliknya, orang tidak puas terhadap pekerjaannya, apapun

faktor penyebabnya maka karyawan tersebut akan cenderung bersikap negatif

terhadap organisasi dimana dia bekerja. Dapat dikatakan pula bahwa secara tidak

langsung kedua variabel tersebut mempengaruhi kinerja seseorang dan pada

akhirnya kinerja perusahaan dapat tercapai dengan baik.

Beberapa karakteristik dari budaya organisasi dikemukakan Robbins

dalam Tika (2005:10), adalah toleransi terhadap tindakan berisiko, integrasi,

dukungan manajemen, kontrol, dan system imbalan. Mengapa budaya organisasi

penting? Karena merupakan kebiasaan yang terjadi dalam hirarki organisasi yang

mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi.

Sesuai dengan yang dikemukakan Keith Davis (1985) dalam Mangku

Negara (2000:17) bahwa “Job satisfaction is the favorable or unfavorable”.

(16)

pegawai dalam bekerja. Apabila karyawan puas terhadap pekerjaannya, maka

karyawan akan senang dan bersemangat dalam bekerja, sehingga kinerja akan

meningkat yang menyebabkan kinerja organisasi juga akan meningkat.

Salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan saat ini adalah

bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan kinerja

yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Produktivitas kerja

merupakan tuntutan utama bagi perusahaan agar kelangsungan hidup

operasionalnya dapat terjamin. Produktivitas adalah ukuran dari kuantitas dan

kualitas dari pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan mempertimbangkan biaya

sumber daya yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut (Mathis dan

Jackson, 2001:82). PT. Masrur And Son telah melakukan pengukuran kinerja

dengan menggunakan metode Balance Scorecard sejak tahun 2006 hingga

pengukuran terakhir yaitu tahun 2009, yang dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 1. Pengukuran Kinerja PT. Masrur And Son

Kinerja

Tabel tersebut menunjukkan keadaan kinerja PT. Masrur And Son dari

tahun 2006 hingga tahun 2009. Terdapat dua warna yaitu warna hijau dan warna

kuning, dimana warna hijau menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik,

(17)

pengukuran adalah sebagai berikut, jika nilai pengukuran lebih dari 2,30 (> 2,30)

maka diberikan warna hijau,sedangkan jika kurang dari 2,30 (< 2,30) maka

diberikan warna kuning. Berdasarkan tabel kinerja pengukuran diatas diketahui

terjadinya penurunan kinerja pada tahun 2009 dibandingkan tahun sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa perlunya peningkatan kinerja perusahaan yang

didukung tentunya dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas.

Kualitas sumber daya manusia akan terpenuhi apabila kepuasan kerja sebagai

unsur yang berpengaruh terhadap kinerja dapat tercipta dengan sempurna

(Koesmono, 2005:163).

Hal ini didukung oleh data jumlah karyawan dalam setiap tahunnya, mulai

tahun 2006 – 2009 sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Karyawan PT. Masrur And Son Sidoarjo Periode tahun

2006 – 2009

Tahun Jumlah Karyawan

(Orang)

Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa selama 4 tahun mulai dari

2006 - 2009 telah terjadi penurunan jumlah karyawan PT. Masrur And Son

Sidoarjo. Fenomena tersebut mengindikasikan terjadinya ketidakpuasan kerja

karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan pada PT. Masrur

(18)

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan

judul, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi Dan Kepuasan

Kerja Karyawan Pada PT. Masrur And Son

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang disampaikan maka dapat

peneliti buat rumusan masalah dari penelitian ini :

a. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi pada

PT Masrur And Son?

b. Apakah kinerja organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan

pada PT Masrur And Son?

1.3. Tujuan Penelitian

a. Untuk membuktikan pengaruh budaya organisasi berpengaruh terhadap

kinerja organisasi pada PT. Masrur And Son

b. Untuk membuktikan pengaruh kinerja organisasi berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT Masrur And Son

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak

perusahaan sebagai bahan informasi untuk mengelola perusahaan terutama

(19)

b. Bagi lembaga

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti guna

penelitian lebih lanjut.

c. Bagi peneliti

Penelitian merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan teori yang

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yang

pernah dilakukan diantaranya adalah :

1. Soedjono (2005), dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap

Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan pada Terminal Penumpang

Umum di Surabaya”. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh

budaya organisasi terhadap kinerja organisasi, kinerja organisasi terhadap

kepuasan kerja karyawan, budaya organisasi terhadap kepuasan kerja

karyawan, pengaruh tidak langsung budaya organisasi terhadap kepuasan

kerja dalam kinerja organisasi. Penelitian ini menggunakan metode survey,

sampel dan kuisioner sebagai alat pengumpulan data utama. Lokasi penelitian

dilaksanakan di kantor-kantor pusat terminal Purabaya, Tambak Oso

Wilangun, Joyoboyo dan Bratang. Structural Equation Modelling (SEM)

dipakai untuk menganalisa model dengan bantuan program AMOS 4.0. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan dari budaya

organisasi terhadap kinerja organisasi, ada penagruh signifikan dari kinerja

organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan, ada pengaruh signifikan dari

budaya organisasi terhadap kepuasan pelanggan, tidak ada pengaruh langsung

dari budaya organisasi yang diarahkan pada kinerja organisasi etrhadap

(21)

terminal, pihak terkait akan bisa menggunakan hasil tersebut untuk

meningkatkan pengahasilan terminal dan menyempurnakan layanan kepada

masyarakat.

2. H. Teman Koemono (2005), dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi

Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja serta Kinerja karyawan pada Sub

Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur”. Tujuan

dari penelitian adalah untuk menemukan bagaimana besarnya pengaruh

budaya organisasi terhadap motivasi, kepuasan kerja dan kinerja karyawan

khususnya karyawan di bagian produksi. Unit analisisnya adalah karyawan

industri pada sub sektor industri pengolahan kayu di Jawa Timur. Secara

positif perilaku seseorang akan berpengaruh terhadap kinerjanya, disamping

itu peneliti menguji hipotesis bahwa motivasi berpengaruh kepada kepuasan

kerja dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja. Hasilnya bahwa secara

langsung motivasi berpengaruh kepada kepuasan kerja sebesar 1,462 dan

motivasi berpengaruh terhadap kinerja sebesar 0,387, kepuasan kerja

berpengaruh terhadap kinerja sebesar 0,003 dan budaya organisasi

berpengaruh terhadap kinerja organisasi sebesar 0,506, budaya organisasi

berpengaruh terhadap motivasi sebesar 0,680 dan budaya organisasi

berpengaruh terhadap kepuasan kerja sebesar 1,183.

Atas dasar penelitian terdahulu ini, maka dapat digunakan sebagai acuan

penelitian untuk penelitian sekarang dengan menggunakan analisis structural

equation models sehingga diharapkan dapat sebagai pembanding dari hasil

(22)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Perilaku Organisasi

Menurut Robbins (2002:2), perilaku organisasi adalah studi sistematis

tentang tindakan dan sikap yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam organisasi.

Perilaku organisasi juga terkait dengan kepuasan kerja karyawan, yang merupakan

sebuah sikap. Gibson et al (1992:6), perilaku organisasi adalah suatu cara berpikir.

Perilaku dipandapang sebagai sesuatu yang bekerja pada tingkat individu,

kelompok dan organisasi. Pendekatan ini memberikan kesan bahwa apabila

mempelajari perilaku keorganisasian maka perlu diidentifikasi secara jelas tingkat

analisis yang sedang digunakan oleh individu, kelompok atau organisasi.

Berikutnya, perilaku keorganisasian merupakan suatu bidang interdispliner

yang menggunakan prinsip, model, teori dan metode dari ilmu yang mapan.

Supaya kita dapat mengetahui tentang organisasi dan bagaimana fungsinya, maka

seseorang harus mempelajarinya dan melaporkan hasilnya. Dalam mempelajari

organisasi, bagaimana mereka mempelajarinya dan dimanakah mereka

melaporkan hasil dari apa yang mereka pelajari. Untuk dapat lebih menjelaskan

arti perilaku, maka pengertian perilaku organisasi dapat dilihat dari beberapa

pendekatan antara lain adalah :

a. Pendekatan Tujuan

Pendekatan tujuan untuk menentukan dan mengevaluasi efektivitas

didasarkan pada gagasan bahwa organisasi diciptakan sebagai alat untuk

mencapai tujuan. Organisasi dibentuk dengan maksud mencapai tujuan.

(23)

individu itu harus dievaluasi dari segi pencapaian tujuan, telah diterima umum

secara luas (Gibson et al, 1992:2). Pendekatan tujuan menunjukkan bahwa

organisasi itu dibentuk dengan tujuan tertentu, bekerja secaa rasional dan

berusaha mencapai tujuan tertentu yakni prinsip dasar dari masyarakat.

Menurut Frank Harison dalam Gibson et al (1992:28), menyatakan

pendekatan tujuan kelihatan sederhana, tetapi mengandung juga beberapa

persolan. Beberapa kesulitan yang dikenal secara luas meliputi :

1. Pencapain tujuan tidak dapat segera diukur pada organisasi yang tidak

memproduksi barang-barang yang berwujud (tangible outputs).

2. Organisasi berusaha mencapai lebih ari satu tujuan dan tercapainya satu

tujuan sering kali menghalai atau mengurangi kemampuan untuk mencapai

tujuan yang lain.

3. Adanya beberapa tujuan yang harus dicapai dan disepakati oleh semua

anggota, adalah diragukan. Banyak ahli riset melakukan kesulitan untuk

mendapatkan persetujuan diantaranya para manajer mengenai tujuan

khusus dari organisasi mereka.

Walaupun pada pendekatan tujuan terdapat beberapa persoalan, tetapi

pendekatan itu mempuyai pengaruh yang besar sekali terhadap perkembangan

manajemen dan teori serta praktek perilaku keorganisasian. Pembahasan pada

saat ini menunjukkan pentingnya tujuan organisasi dalam pengambilan

keputusan strategis dan pembedaan antara memaksimumkan (maximizing

goals) dan mengoptimumkan tujuan (optimizing goals). Pengambilan

(24)

Pada waktu organisasi menghadapi lingkungannya karena lingkungan itu

sangat tidak menentu dan bermacam-macam, maka organisasi harus puas

dengan mencapai tujuan yang mungkin tercapai dan bukannya tujuan akhir.

b. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem memungkinkan kita menguraikan perilaku

organisasi, baik secara intern maupun ekstern. Secara intern kita dapat melihat

bagaimana dan mengapa orang didalam organisasi melaksanakan tugasnya

secara individu dan secara kolektif. Secara ekstern kita dapat menghubungkan

transaksi organisasi dengan organisasi atau lembaga lain. Dalam pendekatan

ini semua organisasi mendapat sumber dari lingkungan yang lebih luas,

dimana organisasi merupakan bagian daripadanya, dan sebaliknya organisasi

ini menyediakan barang dan jasa yang diminta oleh lingkungan yang lebih

luas itu. Para manajer harus sekaligus menangani segi-segi intern dan ekstern

dari perilaku keorganisasian. Proses yang pada dasarnya rumit ini dapat di

sederhanakan, untuk keperluan analisis, dengan menggunakan konsep dasar

dan teori sisntem

Dalam hubungannya dengan teori sistem, organisasi dipandang sebagai

suatu unsur dari sejumlah unsur yang saling berhubungan dan saling

ketergantungan yang satu dengan yang lain. Arus masukan (input) dan

keluaran (output) merupakan titik bertolak dalam uraian tentang berorganisasi

dengan kata-kata yang paling sederhana, organisasi mengambil sumber (input)

dari sistem yang lebih luas (lingkungan) memproses sumber ini dan

(25)

2.2.2 Budaya Organisasi

Dalam kehidupan seari-hari seseorang tidak aakn lepas dari

lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya

dan agar kepribadiannya tersebut mengarah pada sikap dan perilaku yang positif

tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan

dipatuhi sebagai pedoman dalam bertindak.

Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada dalam kehidupan

organisasi berusaha untuk menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat

mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya

tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing

individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain adalah budaya individu berada, seperti

nilai, keyakinan, anggapan, harapan dan sebagainya.

Budaya yang ada di dalam organisasi bisa kuat an juga lemah. Suatu

budaya yang kuat ditandai oleh nilai-nilai inti organisasi yang dipegang kukuh

dan disepakati secara luas. Semakin banyak anggota organisasi yang menerima

nilai-nilai inti semakin besar komitmen mereka tehadap nilai-nilai tersebut,

semakin kuat suatu budaya. Sejalan dengan definisi ini, suatu budaya yang kuat

jelas sekali akan memiliki pengaruh yang besar dalam sikap anggota organisasi

dibandingkan dengan budaya yang lemah (Robbins, 2002:282).

2.2.2.1Pengertian Budaya Organisasi

Menurut Druicker dikutip Tika (2005:4), Organizational Culture is the

(26)

for a group and that is therefore taught to new members as the correct way to

perceive, think about, and feel in relation to those problems (Budaya organisasi

adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dna internal yang

pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian

mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk

memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait diatas).

Schein dalam Luthans (2006:124), menyatakan bahwa budaya organisasi

adalah pola asumsi dasar (diciptakan, ditemukan atau dikembangkan oleh

kelompok tertentu saat mereka menyesuaikan diri dengan masalah-masalah

eksternal dan integrasi internal) yang telah bekerja cukup baik serta dianggap

berharga dan karena itu diajarkan pada anggota cara yang benar untuk menyadari,

berpikir dan merasakan hubungan dengan masalah tersebut.

2.2.2.2Karakteristik Budaya Organisasi

Robbins (2006:248) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu

sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan

organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut, Robbins (1998:248)

menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya

yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Robbins memberikan

karakteristik budaya organisasi sebagai berikut :

1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko (inovation and risk taking), adalah

sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan

(27)

tindakan pengambilan resiko oleh karyawan dan membandingkitkan ide

karyawan.

2. Perhatian terhadap detail (attention to detail), adalah sejauh mana organisasi

mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatian

kepada rincian.

3. Berorientasi kepada hasil (outcome orientation), adalah sejauh mana

manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada

teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.

4. Berorientasi pada manusia (people orientation), adalah sejauh mana keputusan

manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam

organisasi.

5. Berorientasi tim (team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja

diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk

mendukung kerjasama.

6. Agresifitas (aggresiveness), adalah sejauh mana orang-orang dalam organisasi

itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya organisasi

sebaik-baiknya.

7. Stabilitas (stability), adalah sejauh mana mana kegiatan organisasi

menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.

2.2.2.3Fungsi Budaya Organisasi

Ada beberapa pendapat mengenai fungsi budaya organisasi, yaitu sebagai

(28)

a. Robbins dalam bukunya Organizational Behavior membagi lima fungsi

budaya organisasi (Tika, 2005:13), sebagai berikut :

1. Berperan menetapkan batasan.

2. Mengantarkan suatu perasaan identitas bagi anggota organisasi.

3. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas daripada kepentingan

individual seseorang.

4. Meningkatkan stabilitas sistem sosial karena merupakan perekat sosial

yang membantu mempersatukan organisasi.

5. Sebagai mekanisme kontrol dan menjadi rasional yang memandu dan

membentuk sikap serta perilaku para karyawan.

b. Schein dalam bukunya Organizational Culture and Leadership membagi

fungsi budaya organisasi berdasarkan tahap pengembangannya (Tika,

2005:13), yaitu :

1. Fase awal merupakan tahap pertumbuhan suatu organisasi. Pada tahap ini,

fungsi buaya organisasi terletak pada pembeda, baik terhadap lingkungan

maupun kelompok atau organisasi lain.

2. Fase pertengahan hidup organisasi. Pada fase ini, budaya organisasi

berfungsi sebagai integrator karena munculnya sub-sub budaya baru

sebagai penyelamat krisis identitas dan membuka kesempatan untuk

mengarahkan perubahan budaya organisasi.

3. Fase Dewasa. Pada fase ini, budaya organisasi dapat sebagai penghambat

dalam berinovasi karena berorientasi pada kebebasan masa lalu dan

(29)

c. Kreitner dan Kinici dalam bukunya Organisation Begavior membagi empat

fungsi budaya organisasi (Tika, 2005:13), yaitu :

1. Memberikan identitas organisasi kepada karyawannya.

2. Memudahkan komitmen kolektif.

3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial.

4. Membentuk perilaku dengan membantu manajer merasakan

keberadaannya.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa fungsi utama

budaya organisasi (Tika, 2005:14), adalah sebagai berikut :

a. Sebagai batas pembeda terhadap lingkungan, organisasi maupun kelompok

lain.

Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu

organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain

b. Sebagai perekat bagi karyawan dalam suatu organisasi.

Hal ini merupakan bagian dari komitmen kolektif dari karyawan. Mereka

bangga sebagai seorang pegawai/karyawan suatu organisasi/perusahaan.

c. Mempromosikan stabilitas sistem sosial.

Hal ini tergambarkan dimana lingkungan kerja dirasakan positif, mendukung

dan konflik serta perubahan diatur secara efektif.

d. Sebagai mekanisme kontrol dalam memadu dan membentuk sikap serta

perilaku karyawan.

Dengan dilebarkannya mekanisme kontrol, didatarkannya struktur,

(30)

makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan

bahwa semua orang diarahkan kearah yang sama.

e. Sebagai integrator.

Budaya organisasi dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya sub-sub

budaya baru.

f. Membentuk perilaku

Fungsi seperti ini dimaksudkan agar para karyawan dapat memahami

bagaimana mencapai tujuan organisasi.

g. Sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah-masalah pokok organisasi.

Masalah utama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah adaptasi

terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. Budaya

organisasi diharapkan dapat berfungsi mengatasi masalah-masalah tersebut.

h. Sebagai acuan dalam menyusun perencanaan perusahaan

Fungsi budaya organisasi adalah sebagai acuan untuk menyusun perencanaan

pemasaran, segmentasi pasar, penentuan positioning yang akan dikuasai

perusahaan tersebut.

i. Sebagai alat komunikasi.

Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan

bawahan atau sebaliknya, serta antar anggota organisasi.

j. Sebagai penghambat berinovasi.

Budaya organisasi dapat juga sebagai penghambat dalam berinovasi. Hal ini

terjadi apabila budaya organisasi tidak mampu mengatasi masalah-masalah

(31)

2.2.3 Kinerja Organisasi

2.2.3.1Pengertian Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi atau kinerja perusahaan merupakan indikasi (indicator)

tingkatan prestasi yang dapat dicapai dan mencerminkan keberhasilan

manajer/perusahaan. Kinerja merupakan hasil yang dicapai dari perilaku anggota

(Gibson, 1994:179). Jadi kinerja organisasi merupakan hasil yang diinginkan

organisasi dari perilaku orang-orang didalamnya.

Kinerja perusahaan selalu berkaitan dengan produktifitas. Sebuah

organisasi disebut produktif bila dapat mencapai tujuannya, dengan mentransfer

input menjadi output pada biaya yang terendah. Dengan demikian, kinerja

berkaitan dengan aspek efektivitas dan efisiensi (Robbins, 2006:45).

Sebuah organisasi melakukan efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya. Penggerak dari organisasi itu adalah sekelopok

orang yang berperan aktif dalam upaya pencapaian tujuan. Bila kinerja individu

baik, maka diharapkan kinerja organisasi baik pula.

2.2.3.2Penilaian Kinerja

Kinerja perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan perusahaan. Menurut

brigman (1995:58), profitabilitas merupakan ukuran keberhasilan operasi

perusahaan. Perusahaan dikatakan mempunyai keunggulan bersaing apabila

mempunyai tingkat laba yang tinggi dari rata-rata tingkat laba normal. Tingkat

(32)

on Assets = ROA), rasio pengembalian modal sendiri (Return on Equity = ROE)

dan rasio pengembalian penjualan (Return on Sale = ROS).

Mengukur kinerja perusahaan tidaklah mudah. Secara tradisional kinerja

perusahaan diukur dengan finansial. Untuk jangka waktu yang lama, model

pengukuran yang berokus pada ukuran keuangan dapat diterima. Namun pada

pertengahan dekade tahun 1990-an penggunaan tolak ukur finansial semakin tidak

mendapatkan pengikut dengan semakin terkuaknya kelemahan mendasar tolak

ukur tersebut.

Kaplan dan Norton (1992:76), mengembangkan tolak ukur keberhasilan

perusahaan yang lebih komprehensif, dinamakan balanced scorecard (BSC).

Menurut konsep balanced scorecard kinerja perusahaan untuk mencapai

keberhasilan kompetitif dapat dilihat dari empat bidang/perspektif yaitu

berdasarkan :

a. Perspektif Finansial

Pada perspektif ini perusahaan dituntut untuk meningkatkan pangsa pasar,

peningkatan melalui penjualan produk perusahaan. Selain itu peningkatan

efektivitas biaya dan utilitas aset dapat meningkatkan produktivitas

perusahaan.

b. Perspektif Pelanggan

Perusahaan harus mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan segmen pasar.

Identifikasi secara tepat kebutuhan pelanggan sangat membantu perusahaan

(33)

c. Perspektif Bisnis Internal

Perusahaan harus mengidentifikasi proses-proses yang paling kritis untuk

mencapai tujuan peningkatan nilai bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan

tujuan peningkatan nilai finansial.

d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan dan

proses bisnis internal mengidentifikasi di mana organisasi harus unggul untuk

mencapai terobosan kinerja, sementara tujuan dalam perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan memberikan infrastruktur yang memungkinkan

tujuan-tujuan ambisius dalam ketiga perspektif itu tercapai. Tujuan-tujuan-tujuan dalam

perspektif ini merupakan pengendali untuk mencapai keunggulan outcome

ketiga perspektif sebelumnya. Terdapat tiga kategori sangat penting dalam

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu kompetensi karyawan,

infrastruktur teknologi dan budaya organisasi.

Masalah yang paling pokok dalam kinerja organisasi adalah menentukan

kriteria. Terdapat syarat-syarat tertentu untuk memutuskan baik atau tidaknya

kriteria penilaian kinerja. Adapun persyaratan tersebut sebagai berikut :

a. Relevansi (relevance)

Sistem penilai digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatab yang ada

hubungannya dimana antara hasil pekerjaan dan tujuan telah ditetapkan.

b. Dapat diterima (acceptability)

Hasil dari sistem penilaian dapat diterima dalam hubungannya dengan

(34)

c. Keterpercayaan (ireliability)

Hasil dari sistem penilaian dapat dipercaya dan stabil.

d. Kepekaan (sensitivity)

Sistem penilaian cukup peka untuk membedakan kegiatan yang berhasil,

cukup berhasil ataupun gagal.

e. Praktis dalam penerapan (practicality)

Sistem penilaian dapat mendukung secara langsung tercapainya tujuan

organisasi atau perusahaan melalui peningkatan kinerja karyawan.

Suyadi (1999:137) mengemukakan lima prinsip mendasar yang harus

ditaati dalam menyeleksi sistem penilaian kinerja. Kelima prinsip tersebut sebagai

berikut :

a. Mengevaluasi kembali sistem lama (reevaluate existing measures).

Mengevaluasi kembali sistem penilaian yang sudah ada dan menjadikannya

bahan pembanding.

b. Mengukur proses-proses bisnis yang penting (measures important business

processed, not just result). Sistem penilaian perlu untuk menilai sejauh mana

bisnis telah dijalankan agar dapat melihat secara menyeluruh dan memperoleh

petunjuk tentang hal-hal yang harus diperhatikan atau diperbaiki.

c. Pengukuran harus dapat mendorong terciptanya tim kerja yang berorientasi

pada tujuan (measures should foster goal driven teamwork). Sistem penilaian

yang baik akan mendorong terciptanya tim kerja yang berorientasi pada

pencapaian tujuan (tujuan penilaian), dikarenakan masalah penilaian terlalau

(35)

d. Pengukuran harus merupakan satu paket yang terpadu (measures should be an

integrated set, balances in their application). Sistem penilaian harus

dirancang sedemikian rupa agar menjadi bagian yang terintegrasi dari strategi

perusahaan.

e. Pengukuran sedapat mungkin harus memiliki fokus eksternal (measures

should have on external focus whenever possible). Fokus eksternal dimaksud

sebagai faktor-faktor pembanding bagi kinerja karyawan perusahaan.

Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang diperkenalkan

Robert Kaplan, sebagai perkembangan dari konsep pengukuran kinerja

(performance measurement) yang mengukur kinerja perusahaan. Robert Kaplan

mempertajam konsep pengukuran kinerja dengan menentukan suatu pendekatan

efektif yang “seimbang” (balanced) dalam engukur kinerja strategi perusahaan.

Pendekatan tersebut berdasarkan empat perspektif yaitu : finansial, pelanggan,

proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard

menjabarkan visi dan misi serta strategi perusahaan kedalam suatu kumpulan yang

melekat dari tolak ukur kinerja. Keempat perspektif tersebut menawarkan suatu

keseimbangan (balanced) antara tujuan jangka pendek dari jangka panjang.

2.2.4 Kepuasan Kerja

Pada dasarnya seseorang dalam bekerja akan merasa nyaman dan tinggi

kesetiaannya pada perusahaan apabila dalam bekerjanya memperoleh kepuasan

kerja sesuai dengan apa yang diinginkan. Khususnya di perusahaan manufaktur,

(36)

manufaktur kegiatan dimulai dari pengadaan bahan baku sampai menajdi barang

jadi penuh dengan tantangan baik secara psikologi maupun jasmani. Makna dari

kepuasan kerja bagi pekerja ada dua kata kepuasan dan kerja. Kepuasan adalah

suatu perasaan yang dialami oleh seseorang, dimana apa yang diharapkan telah

terpenuhi atau bahkan apa yang diterima melebihi apa yang diharapkannya,

sedangkan kerja merupakan usaha seseorang untuk mencapai tujuan dengan

memperoleh pendapatan atau kompensasi dari kontribusinya kepada tempat

kerjanya.

2.2.4.1Pengertian Kepuasan Kerja

Handoko (1995:193), mendefinisikan kepuasan kerja (job satisfaction)

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan

mana para karyawan memandang pekerjaan mereka, kepuasan kerja

mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam

sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di

lingkungan kerjanya. Martoyo (2000:142), kepuasan kerja sebagai keadaan

emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai

balas jasa kerja karyawan dari perusahaan/organisasi dengan tingkat balas jasa

yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Kepuasan kerja adalah sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya.

Artinya bahwa seseorang yang memiliki rasa puas terhadap pekerjaannya akan

memiliki sikap yang positif terhadap organisasi dimana dia bekerja. Sebaliknya,

(37)

ketidakpuasan tersebut cenderung bersikap negatif terhadap organisasi dimana dia

bekerja. Menurut Locke yang dikutip Luthans (2006:243), kepuasan kerja adalah

emosi yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau

pengalaman kerja seseorang.

2.2.4.2Indikator-Indikator Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosional yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan

memandang pekerjaan (Handoko, 1995:193). Kepuasan kerja merupakan

cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam

sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif

pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi dan lingkungnya. Sebaliknya, karyawan

yang tidak puas akan bersifat negatid terhadap pekerjaan dan bentuk yang

berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Adanya ketidakpuasan kerja karyawan

seharusnya dapat dideteksi oleh perusahaan. Menurut Muchinsky (1997:424),

variabel-variabel yang dapat dijadikan indikasi menurunnya kepuasan kerja

adalah absenteism, turnover, and job performance. Mengutip pendapat tersebut

As’ad (1995:103) menjelaskan bahwa variabel yang dapat dijadikan indikasi

menurunnya kepuasan kerja adalah tingginya tingkat absensi (absenteism),

tingginya keluar masuknya karyawan (turnover), menurunnya produktivitas kerja

atau prestasi kerja karyawan (performance). Aplikasi indikasi menurunnya

kepuasan kerja karyawan tersebut muncul kepermukaan, maka hendaknya segera

(38)

Mengacu pada pendapat Handoko (1995:167) dan As’ad (1995:105),

Nirman (1998:36) bahwa dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan

mengaitkannya pada output yang dihasilkan, yaitu produktivitas kerja menurun,

turnover meningkat, dan efektivitas lainnya. Untuk mengetahui indikator apa saja

yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Luthans (2006:431) terdiri dari atas

lima indikator, yaitu :

1. Pembayaran, seperti gaji dan upah. Keryawan menginginkan sistem upah dan

kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan

segarid dengan pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang

didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar

pengupahan komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan.

2. Pekerjaan itu sendiri. Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan

yang memeberi kesempatan untuk mengunakan kemampuan dan

keterampilannya, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka

beekrja.

3. Rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi kebutuhan akan

interaksi sosial.

4. Promosi pekerjaan, terjadi pada saat seorang karyawan berpindah dari suatu

pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi, dengan tanggung jawab dan

jenjang organisasionalnnya.

5. Kepenyeliaan (supervisi). Supervisi mempunyai peran yang penting dalam

manajemen. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan

(39)

lebih suka mempunyai supervisi yang adil, terbuka dan mau bekerjasama

dengan bawahan.

2.2.5 Hubungan Antar Variabel

2.2.5.1Hubungan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi

Pembahasan mengenai budaya organisasi dengan kinerja perusahaan

sangat luas yang di jelaskan pada tabel 2.1, bahwa asumsi dasar budaya organisasi

terdiri dari tujuh unsur, yaitu hakekat hubungan dengan lingkungan hakekat

berorientasi waktu, hakekat sifat manusia, hakekat aktifitas manusia, hakekat

hubungan manusia, hakekat kebenaran dan hakekat universalisme. Sedangkan

unsur-unsur yang menyangkut kinerja perusahaan, digunakan unsur-unsur yang

biasa dipakai dalam balanced scorecard dalam mengukur kinerja perusahaan

yang meliputi perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Tika, 2005:131).

Denison pada tahun 1990 (dalam buku milik Yangki hartijasti, 2001, yang

dikutip Tika, 2005:136), mengemukakan bahwa ada empat prinsip integratif

mengenai hubungan timbal balik antara budaya organisasi dan efektifitas kinerja

perusahaan. Keempat prinsip ini diberi nama empat sifat utama (main cultural

trais) yang mencakup keterlibatan, konsistensi, adaptabilitas dan misi.

Dari keempat aspek diatas bisa diintegrasikan seperti keterlibatan dan

konsistensi membicarakan dinamika internal sebuah organisasi dengan

lingkungan eksternal. Adaptasi dan penghayatan misi memfokuskan hubungan

(40)

dapat digunakan untuk mengitegrasikan adalah keterlibatan dan adaptabilitas

merupakan pasangan yang menekankan kapasitas organisasi pada fleksibelitas dan

perubahan. Konsistensi dan penghayatan misi berorientasi pada stabilitas.

Dampak budaya organisasi terhadap kinerja dapat dilihat pada beberapa

contoh perusahaan yang memiliki kinerja yang tinggi, seperti Singapore Airlines

yang menekankan pada perubahan-perubahan yang berkesinambungan, inovatif

dan menjadi yang terbaik. Baxter International, salah satu perusahaan terbesar di

dunia, memiliki budaya respect, responsiveness dan result, dan nilai-nilai yang

tampak disini adalah bagaimana mereka berperilaku ke arah orang lain, kepada

customers, pemegang saham, supplier dan masyrakat, dan dapat dinyatakan

bahwa budaya organisasi yang kuat dapat meningkatkan kinerja organisasi.

2.2.5.2Hubungan Kinerja Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

Menurut Strauss dan Syales, yang dikutip Handoko (1995:196), kepuasan

kerja juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh

kepuasan kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologi dan pada

gilirannya akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun,

mempunyai semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil,

sering absent dan melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan

pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan karyawan yang mendapatkan

kepuasan kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan

(41)

Paloepi (1999:87), pengaruh kinerja organisasi terhadap kepuasan kerja

karyawan kerja karyawan terjadi karena kebanggaan karyawan atas keberhasilan

pencapaian tujuan organisasi. Manajemen kinerja adalah suatu proses yang

dirancang untuk menghubungkan pencapaian tujuan organisasi dengan tujuan

individu karyawan. Mereka merasa ikut serta dalam pencapaian tujuan organisasi

maka karyawan benar-benar termotivasi dalam pencapaian tujuan organisasi dan

(42)

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Budaya

Organisasi

(X)

Kinerja Organisasi

(Y)

(43)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan rumusan teori diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut :

1. Budaya Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja Organisasi pada

PT. Masrur And Son.

2. Kinerja Organisasi berpengaruh positif terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

(44)

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.1.1 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dibutuhkan untuk mendefinisikan masing-masing

variabel agar tidak ada kesalah pahaman dalam pengertian antar masing-masing

variabel. Definisi masing-masing variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Budaya Organisasi (X)

Robbins (2006:248) mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu

sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan

organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut, Robbins

(1998:248) menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk

oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain.

Robbins memberikan karakteristik budaya organisasi sebagai berikut :

1. Inovasi (inovation) (X1) adalah sejauh mana PT. Masrur And Son

mendorong para karyawan bersikap inovatif. Selain itu bagaimana

PT. Masrur And Son menghargai hasil pemikiran dan pendapat karyawan

sehingga mampu mendorong dan membangkitkan ide karyawan.

2. Perhatian terhadap detail (attention to detail), (X2) adalah sejauh mana

PT. Masrur And Son mengharapkan karyawan memperlihatkan

(45)

3. Berorientasi kepada hasil (outcome orientation), (X3) adalah sejauh mana

manajemen dari PT. Masrur And Son memusatkan perhatian pada teknik

dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut.

4. Berorientasi pada manusia (people orientation), (X4) adalah sejauh mana

keputusan manajemen dari PT. Masrur And Son memperhitungkan efek

hasil-hasil pada orang-orang di dalam perusahaan.

5. Berorientasi tim (team orientation), (X5) adalah sejauh mana kegiatan

kerja PT. Masrur And Son diorganisasikan sekitar tim-tim, tidak hanya

pada individu-individu untuk mendukung kerja sama.

6. Agresifitas (aggresiveness), (X6) adalah sejauh mana orang-orang dalam

PT. Masrur And Son itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan budaya

organisasi sebaik-baiknya.

7. Stabilitas (stability), (X7) adalah sejauh mana kegiatan PT. Masrur And

Son menekankan status quo sebagai kontrak dari pertumbuhan.

b. Kinerja Organisasi (Y)

Kaplan dan Norton (1992:76), mengembangkan tolak ukur keberhasilan

perusahaan yang lebih kompetitif, dinamakan balanced scorecard (BSC).

Menurut konsep balanced scorecard kinerja perusahaan untuk mencapai

keberhasilan kompetitif dapat dilihat dari empat bidang/ perspektif, yaitu

berdasarkan:

1. Perspektif Finansial (Y1)

Pada perspektif ini perusahaan dituntut untuk meningkatkan pangsa pasar,

(46)

peningkatan efektifitas biaya dan dapat meningkatkan produktivitas

PT. Masrur And Son.

2. Perspektif Pelanggan (Y2)

PT. Masrur And Son harus mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan

segmen pasar, identifikasi secara tepat kebutuhan pelanggan sangat

membantu perusahaan bagaimana memberikan pelayanan terhadap

pelanggan.

3. Perspektif Bisnis Internal (Y3)

PT. Masrur And Son harus mengidentifikasi proses-proses yang paling

kritis untuk mencapai tujuan peningkatan nilai bagi pelanggan (perspektif

pelanggan) dan tujuan penungkatan finansial.

4. Perspektif Pembelanjaan dan Pertumbuhan (Y4)

Tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan dan

proses bisnis internal mengidentifikasi dimana organisasi harus unggul

untuk mencapai terobosan kinerja, sementara tujuan dalam perspektif

pembelanjaan dan pertumbuhan memberikan infrastruktur yang

memungkainkan tujuan-tujuan ambisius dalam ketiga perspektif itu

tercapai. Tujuan-tujuan dalam perspektif ini merupakan pengendali untuk

mencapai keunggulan outcome ketiga perspektif sebelumnya. Terdapat

tiga kategori sangat penting dalam perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan, yaitu kompetensi karyawan, infrastruktur teknologi, dan

(47)

c. Kepuasan Kerja Karyawan (Z)

Mengacu pada pendapat Handoko (1995:167) dan As’ad (1995:105),

Nirman (1998:36) bahwa dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan

mengkaitkannya pada output yang dihasilkan, yaitu produktivatas kerja

menurun, turnover meningkat, dan efektivitas lainnya. Untuk mengetahui

indikator apa saja yang mempengruhi kepuasan kerja menurun. Luthans

(2006:431) terdiri atas 5 indikator, yaitu:

1. Pembayaran (Z1), seperti gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem

upah dan kebijakan promosi yang dipresepsikan sebagai adil, tidak

meragukan dan segaris dengan pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai

adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan

individu, dan standar pengupahan komunitas kemungkinan akan

dihasilkan kepuasan.

2. Pekerjaan itu sendiri (Z2). Karyawan cenderung menyukai

pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk menggunakan kemampuan

dan ketrampilannya, kebebesan, dan umpan balik mengenai betapa baik

mereka bekerja.

3. Rekan kerja (Z3). Bagi kebanyakan karyawan kerja juga mengisi

kebutuhan dan interaksi sosial.

4. Promosi pekerjaan (Z4), terjadi pada saat seorang karyawan berpindah dari

suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi, dengan tanggung

(48)

5. Kepenyeliaan (supervisi) (Z5). Supervisi mempunyai peran yang penting

dalam manajemen. Supervisi berhubungan dengan karyawan secara

langsung dan mempengaruhi karyawan dalam melakukan pekerjaannya.

Umumnya karyawan lebih suka mempunyai supervisi yang adil, terbuka

dan mau bekerjasama dengan bawahan..

3.1.2 Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan variabel tersebut adalah skala interval

dan untuk teknik pengukurannya menggunakan teknik semantic differentials

scale. Analisis ini dilakukan dengan meminta responden untuk menyatakan

pendapatnya tentang serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang

diteliti dalam bentuk nulai yang berada dalam rentang dua sisi. Skala ini disusun

dalam suatu garis kontinu dengan jawaban sangat positifnya yang terletak di

sebelah kanan dan jawaban sangat negatifnya disebelah kiri, atau sebaliknya.

Skala data yang digunakan jenjang 7, digambarakan sebagai berikut :

1 7

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor yang

berada dalam rentang 1 sampai 7 pada masing-masing skala, dimana nilai 1

menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 menunjukkan nilai tertinggi (Sugiyono,

(49)

3.2 Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:55). Populasi

dalam penelitian ini adalah jumlah semua karyawan PT. Masrur And Son, dimana

jumlah keseluruhan karyawan PT. Masrur And Son pada tahun 2009 sebanyak

240 karyawan.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakterisik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2007:56). Metode pengambilan sampel yang

digunakan adalah probability sampling yaitu teknik yang memberikan peluang

yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota

sample (Sugiyono, 2007:57). Jenis sampel yang digunakan dengan menggunakan

teknik cluster random sampling (area random sanpling), yaitu teknik

pengambilan sampel berdasar kelompok yang tidak mempunyai tingkatan strata

dari anggota populasi (Supardi, 2005:112-113). Pada penelitian ini, karyawan

PT. Masrur And Son dibagi menjadi 4 sub bagian, yaitu bagian keuangan terdiri

dari 6 karyawan, bagian pemasaran terdiri 8 karyawan, bagian produksi terdiri

220 karyawan, serta bagian personalia terdiri 6 karyawan.

Penentuan sampel didasarkan pada pedoman ukuran sampel rumus Slovin

(50)

... (Husain Umar, 2002:141)

Jumlah sampel dalam penelitian ini menurut asumsi SEM bahwa besarnya

sampel yaitu 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi (Ferdinand, 2002:48).

Berhubung pada penelitian ini ada 16 indikator, maka jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 7 x 16 indikator = 112 sampel, jadi jumlah sampel yang

digunakan dalam penelitian ini sebanyak 112 karyawan PT. Masrur And Son.

Penelitian ini menggunakan pendekatan proporsional, maka masing-masing sub

bagian akan diwakili jumlah sampel sebagai berikut:

(51)

220

3.3 Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data yang diperoleh dari wawancara penulis dengan para karyawan

PT. Masrur And Son, hasil observasi lapangan serta penyebaran daftar

pertanyaan atau kuisioner kepada respoden.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh berupa catatan-catatan atau dokumen-dokumen

perusahaan.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan cara :

a. Kuesioner

Pengambilan data dengan jalan menyebarkan angket berisi daftar

pertanyaan seputar hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini.

b. Wawancara

Pengambilan data dengan jalan mengadakan tanya jawab dengan

orang-orang yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

c. Observasi

(52)

sistematis terhadap berbagai macam hal yang berkaitan dengan

penelitian ini yang dijumpai pada obyek penelitian.

d. Dokumentasi

Mengutip data-data kuantitatif dari arsip-arsip (dokumen-dokumen)

perusahaan menjadi obyek penelitian.

Kuesioner digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data

penelitian, yaitu dengan menyebarkan kuesioner berdasarkan area

penelitian kepada responden yang memiliki karakteristik populasi.

Dimana populasi penelitian adalah para karyawan yang bertugas di

bagian produksi PT. Masrur And Son.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian

ini adalah structural equation modelling (SEM). Model ini digunakan

karena didalam model konseptual terdapat variabel-variabel laten dan

indikator-indikatornya, serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

dari masing-masing variabel laten. Model pengukuran untuk variabel

budaya organisasi, kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan

menggunakan confirmatory factor analysis. Penaksiran pengaruh

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat menggunakan koefisien

jalur. Langkah dalam model pengukuran analisis SEM dengan

(53)

Persamaan dimensi Budaya Organisasi :

Bila persamaan diatas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model

untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis,

maka model pengukuran faktor akan tampak sebagai berikut :

Gambar 3.1 Contoh Model Pengukuran Budaya Organisasi

(54)

Keterangan :

X1, X2,...; X7 = pertanyaan tentang ...

er j = error term X3.j

demikian juga dengan faktor-faktor yang lain seperti budaya organisasi,

kinerja organisasi dan kepuasan kerja karyawan.

3.4.1. Uji Asumsi Model SEM

1. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

a. Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau

dengan menggunakan metode statistik.

b. Menggunakan critical ratio yang diperoleh dengan membagi

koefisien sampel dengan standard error-nya dan skeweness value

yang biasa disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik

yang digunakan untuk menguji normalitas sebaran data itu disebut

Z-value. Dengan kriteria penilaian pada tingkat signifikansi 1%,

jika nilai Z score lebih besar dari nilai kritis maka dapat diduga

bahwa distribusi data adalah tidak normal.

2. Evaluasi Outlier

a. Mengamati nilai Z score, ketentuaannya diantara ±3,0 non outlier.

b. Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak mahalanobis pada

tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi Square [X2] pada derajat

kebebasan (df) sebesar jumlah variabel bebasnya. Dengan

(55)

Outlier adalah observas atau data yang memiliki karakteristik

unik yang terlihat sangat berbeda dibandingkan observasi-observasi

yang lain dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah

variabel tunggal atau variabel kombinasi.

3. Deteksi Multicolinearity dan Singularity

Deteksi multicolinearity dan singularity dilakukan dengan

mengamati Determinant Matrix Covariance. Dengan ketentuan apabila

determinant sample matrix mendekati angka 0 (kecil), maka terjadi

multikolinearitas dan singularitas.

4. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah

indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa

yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran

mengenai konsitensi internal dari indikator-indikator sebuah konstruk

yang menunjukkan derajat dimana masing-masing indikator mampu

menghasilkan konstruk/faktor variabel laten.

Karena merupakan indikator multidimensi maka uji validitas

dari setiap latent variables construct akan diuji dengan melihat loading

factor dari hubungan antara setiap observed variable dan latent

variable. Sedangkan relibailitas diuji dengan costruct reliability dan

variance extracted.

Construct Reliability dan Variace Extracted dihitung dengan

(56)

Construct Reliability =

[

]

Standardize Loading didapt dari output AMOS, dengan melihat

nilai estimasi setiap construct standardize regression weights terhadap

setiap butir sebagai indikatornya.

Sementara εj dapat dihitung dengan formulan εj = 1 –

[Standardize Loading]. Secara umum nilai construct reliability yang

dapat diterima adalah ≥ 0,7 dan variance extracted ≥ 0,5.

3.4.2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefien jalur) diamati dari bobot regresi

terstandar, dengan pengujian signifikan pembanding nilai CR (Critical

Ratio) atau P (Probability) yang sama dengan nilai thitung, apabila thitung

lebih besar dari pada ttabel berarti signifikan.

3.4.3. Pengujian Model dengan One-Step Approach

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural

parameter-parameternya dieliminasi secara bersama-sama. Cara ini agak

mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan

terbesar disebabkan oleh terjadinya interaksi antara measurement model

(57)

SEM) yang digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang

kuat serta validitas dan reliabilitas yang sangat baik.

3.4.4. Evaluasi Model

Pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk

mengevaluasi utilitas hipitesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model

teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan “good fit”

dengan data, maka model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya,

suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai “poor

fit” dengan data. AMOS dapat menguji apakah model good fit atau poor

fit. Jadi good fit model yang diuji sangat penting dalam menggunakan

SEM. Pengujian terhadap model dikembangkan melalui uji kesesuian dan

uji statistik yang meliputi :

a. X2 – Chi-Square Statistic

Alat uji yang paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah

likehood ratio chi-square statistic. Model yang diuji akan dipandang

baik atau memuaskan apabila nilai chi-squarenya rendah. Semakin

kecil nilai X2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan

probabilitas dengan cut-off value sebesar ρ > 0,05 atau ρ > 0,10.

b. RMSEA (The Root Mean Square of Approximation)

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan untuk

mengkompensasi chi-square statistic dalam yang besar. Nilai RMSEA

(58)

diestimasi dalam populasi. Nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama

dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat diterimanya model yang

menunjukkan sebuah close fit dari model itu berdasarkan degree of

freedom.

c. GFI – Goodness of Fit Index

Indeks kesesuaian (fit index) ini akan menghitung proporsi tertimbang

dari varians dalam matriks kovarians sampel yang dijelaskan oleh

matriks populasi yang terestimasikan. GFI adalah sebuah ukuran

non-statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai

dengan 1.0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah better fit.

d. AGFI – Adjusted Goodness of Fit Index

GFI adalah analog dalam regresi linier berganda yaitu suatu koefisien

yang mengukur ketepatan sebuah model yang digunakan. Tingkat

penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI mempunyai

nilai sama dengan atau lebih besar dari 0,90. GFI maupun AGFI

adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari

varians dalam sebuah matriks kovarians sampel.

e. CMIN/DF

The Minimum Sample Discrepancy Function (CMIN) dibagi dengan

Degree of Freedom (DF)nya akan menghasilkan indeks CMIN/DF,

yang umumnya dilaporkan oleh para peneliti sebagai salah satu

(59)

kurang dari 2.0 atau bahkan kadang kurang dari 3.0 adalah indikasi

dari acceptable fit antara model dan data.

f. TLI (Tucker Lewis Indeks)

TLI adalah sebual alternative incremental fit index yang

membandingkan sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline

model. Nilai yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya

sebuah model adalah penerimaan ≥ 0.95 dan nilai yang sangat

mendekati 1 menunjukkan a very good fit.

g. CFI – Comparative Fit Index

Merupakan besaran indeks ini adalah rentang nilai sebesar 0 – 1,

dimana semakin mendekati 1, mengidentifikasikan tingkat fit yang

paling tinggi - a very good fit. Nilai yang direkomendasikan adalah

Gambar

Gambar 4.1.  Model Pengukuran & Struktural Budaya Organisasi, Kinerja Organisasi, dan Kepuasan Kerja Karyawan, Model: One Step
Tabel 1. Pengukuran Kinerja PT. Masrur And Son
Tabel 2.  Jumlah Karyawan PT. Masrur And Son Sidoarjo Periode tahun
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi konsentrasi IBA dan BA yang optimal dalam pertumbuhan tunas

Islamic Boarding School Parung-Bogor. Untuk Menjelaskan Manajemen Pemberdayaan Sumber Daya Santri Melalui Entrepreneurship di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran dinamika kognitif yang dialami pada kelompok vegan pada saat mengambil keputusan

Dab diharapkan nanti nya dengan meningkat nya sikap kemandirian siswa SMP terhadap mata pelajaran IPA di kabupaten Muaro Jambi dapat bersaing untuk menjadikan

[r]

Hal ini menunjukkan bahwa variabel- variabel eksogen yang digunakan pada penelitian ini secara keseluruhan (jumlah benih, pupuk organik, pupuk kimia, tenaga kerja, pestisida

The Smart Campus Demonstrator building at the University of Brescia, Italy, is equipped with sensors to monitor and control comfort, indoor air quality and HVAC parameters, such

Penghubung sistem merupakan media penghubung yang memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem yang lainnya Keluaran (output) dari satu