• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Idealisme dan realisme (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Filsafat Idealisme dan realisme (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

 

Filsafat Idealisme dan Realisme

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok

Mata kuliah: Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu: Suyatno. M.Pdi

Disusun Oleh : IV-PAI D

Chichi ‘Aisyatud Da’watiz Zahroh 10410006

Muhammad Nur Saddam 10410020

Lu’lu’ Nurhusna 10410025

Shaleh Shodiq Hanani Naseh 104100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN KALIJAGA

TAHUN 2012

a. Menjelaskan prinsip dasar filsafat idealism dan realism. b. Mengidentifikasi relevansi filsafat idealism dan realism dalam pendidikan.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(2)

memunculkan beragam “aliran” filsafat pendidikan tradisonal seperti idealism, realism, neoskolatisme, pragmatisme atau eksistensialisme. Perbedaan kepercayaan filosofis menghasilkan keanekaragaman teori dan praktek ke dalam pendidikan baik

sekarang maupun untuk masa depan.

Ada hubungan lansung antar kepercayaan dasar individu dilihat bagaimana dia melihat komponen pendidikan, seperti hakikat peserta didiik, peran pendidik, penekanan muatan kurikuler yang terbaik, metode pengajaran yang paling efektif dan

fungsi sosial sekolah tersebut.

Tapi dalam makalah ini terfokus filsafat idealism dan realism. Dimana kedua aliran ini memiliki relevansi yang besar untuk perkembangan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan dua inti permasalahan yaitu: 1. Apa prinsip dasar filsafat idealism dan realism? 2. Apa relevansi filsafat idealism dan realism dalam pendidikan?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat Idealism dan realism

1. Idealism adalah sebuah pendapat filosofis yang telah memberikan pengaruh besar terhadap pendidikan selama beberapa Abad. Tetapi, idealism kurang mempunyai pengaruh langsung pada abad XX dibandingkan dengan masa sebelumnya. Padahal secara tidak langsung, gagasan-gagasan idealism masih saja merembes ke dalam

pemikiran pendidikan Barat.

(3)

(427-347 SM). Kota Athena, selama Plato hidup adalah kota dalam kondisi transisi. Filsafat Plato dalam skala luas dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan terus menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Plato merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tak sempurna dan berubah. Plato percaya bahwa di dalam idealism terdapat kebenaran-kebenaran yang universal yang disetujui oleh semua orang. Contohnya, dalam matematika 5+7= 12 adalah selalu benar, benar sekarang, dan tetap benar pada masa yang akan datang. Plato berpendapat bahwa kebenaran universal itu ada pada setiap aspek kehidupan, termasuk politik, agama, etika, dan pendidikan. Untuk sampai pada kebenaran-kebenaran universal, Plato melangkah melampaui dunia sensori (dunia pengalaman indrawi) yang senantiasa

berubah menuju ke dunia ide.

Idealism, dengan penakanannya pada kebenaran yang tak berubah, mempunyai pengaruh kuat terhadap pemikiran kefilsafatan. Dalam sejarahnya, idealism erat terkait dengan agama, karena keduanya sama-sama memfokuskan pada aspek spiritual

dan aspek keduniawian lainnya dari realitas.

Pandangan Filosofis Idealism

Plato menegaskan bahwa sebagian besar manusia hidup dalam dunia keindrawian. Namun ini bukanlah dunia realitas puncak, ia hanyalah dunai bayang-bayang dan pengandaian tentang dunia nyata (sebuah dunia murni ide-gagasan yang melampaui dunia indrawiah). Para pemikir/ filosof akan menempati posisi penting dalam masyarakat, jika tatanan sosial yang ada itu adil. Sebaliknya, sebagian besar manusia hidup dengan indra mereka dan tidak sanggup bertsentuhan langsung dengan realitas. Sehingga dapat ditegaskan bahwa realitas bagi penganut idealism itu dikotomik, yakni ada dunia penampakan yang kita tangkap lewat indra, dan ada dunia realitas yang kita

tangkap melalui kecerdasan akal-pikir (mind). merasionalisasi dan menjustifikasi apa yang secara metafisis benar daripada untuk memanfaatkan pengalaman dan metode-metode pengetahuan sebagai sebuah landasan

(4)

Kebenaran adalah sesuatu yang inheren dalam hakikat alam semesta dan karena itu ia (makrokosmos) dapat direnungkan dan pikirkan sebagai dunai Akal-Pikir Absolut, sementara bumi dan pengalaman-pengalaman sensori dapat dijangkau dalam ‘kaca mata’ jagat kecil (mikrokosmos) yakni sebagai bayangan dari apa yang sejatinya ada. Maka akan terbukti bahwa baik kr iteria etik maupun kriteria astetik dari kebaikan dan keindahan itu berada di luar diri manusia, berada pada hakikatnya realitas kebenaran itu sendiri, dan berdasarkan pada prinsip-prinsip yang abadi dan baku. Bagi penganut aliran ini, kehidupan etik dapat direnungkan dan dipikirkan sebagai suatu kehidupan yang dijalani dengan keharmonisan dengan alam. Jika diri Absolut dilihat dari makrokosmos, maka individu manusia dapat diidentifikasi sebagai suatu diri mikrokosmik. Maka lambang perilaku etis penganut ini terletak pada ‘peniruan diri’ Absolut. Manusia adalah moral ketika ia selaras dengan Hukum Moral Universal yang merupakan suatu ekspresi sifat dari zat Absolut. Penganut idealism menganggap sebagai hal yang indah sebagai refleksi tentang hal yang ideal, sehingga seni berupaya mengekspresikan yang absolut sebagai salah sesuatu yang memuaskan secara estetik. Seniman berusaha menangkap aspek universal dan puncak dalam karya seninya. Fungsi dari ragam bentuk seni bukanlah untuk melukiskan secara literal gambaran dunia terhadap daya indrawiah kita, melainkan untuk melukiskan dunia sebagaimana pandangan dari yang absolut tadi.

2. relevansi filsafat idealism dalam pendidikan

di sekolah penganut idealism yaitu guru menempati posisi yang sangat krusial, sebab guru lah yang meladeni murid sebagai sebuah contoh hidup dari apa yang kelak bisa dicapainya. Sang guru berada pada posisi yang lebih dengan Yang Absolut daripada dengan murid, karena Guru mempunyai lebih tentang realitas sehingga mampu bertindak sebagai perantara antara diri mikrokosmis si murid dan Diri Absolut makrokosmis.

(5)

keluhuran etis. Ia adalah pola panutan bagi para murid untuk di ikuti, baik dalam

kehidupan intelektual maupun sosial.

Meteri kajian pembelajaran idealism dapat dilihat dari sudut pandangnya pendapat epistemologisnya. Kurikulum harus disusun dengan mater-materi kajian yang mengantarkan kita bergelut langsung dengan ide-gagasan dan menekankan pada kajian humanities (kemanusiaan=manusia). Sejarah dan kajian dan kasusutraan ada pada pusat sistem kurikuler mereka karena materi-materi kajian ini akan membantu pelajar dalam usahanya mencari dan menemukan sosok manusia dan masyarakat ideal. Matematika murni juga sebuah disipilin kajuan yang cocok karena ia didasarkan pada prinsip-prinsip apriori universal dan menyuguhkan metode-metode yang

berkaitan dengan pengabstrakkan.

Perpustakaan menjadi pusat aktivitas pendidikan di sekolah penganut idealism. Para pelajar bergumul ide gagasan umat manusia yang signifikan. Dalam ruang kelas, metodologi guru seringkalu dilihat dari kaca mata penyampaian kuliahnya dalam sebuah konteks pengertian dimana pengetahuan ditransfer dari guru ke murid. Selain itu guru mengadakan diskusi sehingga ia dan para murid dapat menangkap ide gagasan dari berbagai bacaan dan perkuliahan, kemudian membawanya ke dalam

fokus pembicaraan yang lebih tajam.

Guru tidak akan bersemangat secara khusus melalu kunjungan lapangan ke sebuah perusahaan susu, sirup, kue atau dengan pengajaran auto-mekanik di sekolah lanjutan atas karena kegiatan-kegiatan itu letaknya dipinggir makna hidup sejati.

B. Filsafat Realism

1. Prinsip dasar Filsafat Realism

Latar belakang

Realism adalah reaksi terhadap keabstrakan dan ‘kedunia-lainan’ dari idealisme. Titik tolak utama penganut realisme bahwa objek-objek dari indra kita muncul dengan bentuk apa adanya terlepas dari cerapan pengetahuan yang dikonstruk oleh akal pikir. Realisme yang terumuskan dengan baik bermula dari murid Plato yaitu Aristoteles (384-322 SM). Dia berpendapat bahwa unsur-unsur pokok dari setiap objek adalah bentuk (form) dan isi/materi. Materi dapat dilihat dalam kaca mata unsur material yang membentuk objek indrawiah partikuler apapun. Bentuk dapat muncul tanpa isi/materi(misl ide tentang Tuhan), akan tetapi tidak bisa materi itu muncul tanpa bentuk.

(6)

bentuk universal melalui kajian atas objek-objek material adalah mengarahkannya pada peletakkan struktur dasar bagi apa yang menganyam fisika modern, kehidupan

dan sains sosial.

Realisme menemukan jalan lebar menuju dunia modern melalui pengaruh metodologi induktif Francis Bacon—sebuah metode ilmiah dan gagasan John Locke bahwa akal pikir kejiwaan manusia ialah tabula rasa (kertas putih kosong) yang menerima

pengaruh dari lingkungan.

Pendapat Filosofis Realisme

Realitas segala sesuatu

Menurut penganut realisme, realitas puncak bukanlah ada dalam lingkup akal-pikir(mind). Alam semesta tersusun dari materi dalam gerak, sehingga ia adalah dunia fisik dimana manusia tinggal di dalamnya merancang realitas. Ini adalah sebuah pendekatan lugas-lurus ke arah dunia, segala sesuatu yang berjalan sesuai dengan hukum baku yang lekat-menyatu dalam bangunan alam semesta tadi. Kosmos yang terbentang luas berputar dan bergerak tanpa memperdulikan manusia dan pengetahuannya. Alam semesta ibarat sebuah mesin raksasa dimana manusia adalah sebagai pengamat dan peserta sekaligus. Penganut realisme melihat realitas dalam kaca mata segala sesuatu yang berjalan sesuai dengan hukum alam.

Kebanaran melalui Observasi

Epistemologi realisme adalah sebuah pendekatan common sense terhadap dunia yang mendasarkan metodenya di atas cerapan indrawi. W. E. Hocking mencatat bahwa ‘realisme sebagai suatu watak umum dari mind adalah sebuah kecenderungan untuk menjaga diri kita dan preferensi kita agara jangan sampai mencampuri putusan tentang segala sesuatu, membiarkan objek-objek berbicara untuk diri mereka sendiri. Kebenaran dinilai sebagai fakta yang dapat diamati. Cerapan indra adalah sarana untuk memperoleh pengetahuan. Realisme menggunakan metode induktif dalam upaya mengungkap dunia kealaman dan mendeteksi prinsi-prinsip umum dari observasi. Penganut realisme berusaha menguak bagaimana dunia ini bekerja lewat pengujian terhadapnya. Realisme cenderung menggunakan teori korespondensi untuk mengabsahkan konsepsinya tentang kebenaran yakni, kebenaran adalah hal yang sesuai dengan situasi aktual sebagaimana ditangkap oleh pengamat.

Nilai-nilai dari alam

(7)

penilaian etik dan estetik. Nilai-nilai bersifat permanen karena berakar pada alam

yang tak berubah.

Alam mempunyai hukum moral. Semua manusia memiliki hukum ini atau paling tidak memiliki kemungkinan mengungkapnya. Seperti halnya grafitasi adalah sebuah hukum kealaman yang universal dalam dunia fisik, sehingga suatu hukum diperlukan

juga dalam lingkup ekonomi.

Alam juga mengandung kriteria keindahan. Suatu bentuk seni yang indah merefleksikan logika dan tatanan alam. Seni itu adalah ‘penghadiran kembali’/ penghadiran sebuah rasionalitas alam yang baru setelah rasionalitas itu diturunkan dalam pola, keseimbangan, garis, dan bentuk. Dalam melukis, objek dari sang pelukis harus mencipta ulang dari apa yang ia tangkap serealistis mungkin.

Realis relevansi realisme dalam pendidikan

Menurut penganut ini, pelajar itu dipandang sebagai sebuah organisme hidup yang didapat melalui pengalaman indrawiah, menangkap tatanan alam dunia ini dan kemudian sampai dengan realitas. Pelajar adalah orang yang dapat melihat, merasa, dan mengecap. Dunia ini adalah sesuatu, dan pelajar adalah orang yang dapat

mengetahui dunia ini melalui indra-indranya.

Pelajar dipandang sebagai person yang tunduk pada hukum alam dan tidak bebas dalam pilihannya. Dengan demikian seorang pelajar dapat ‘diprogram’ mirip sebuah program komputer. Tetapi program ini tidak langsung berhasil, sehingga pelajar harus dibina, dilatih dan dibentuk hingga ia belajar dan mahir untuk membuat

respons-respons yang sesuai.

Jika pelajar dipahami sebagai penonton yang leihat mesin alam besar ini, maka guru dapat dilihat sebagai pengamat yang lebih mengetahui tentang banyak hal tentang hukum-hukum kosmos. Karena itu, peran guru adalah memberi informasi yang akurat menyangkut realitas kepada pelajar dengan cara yang paling efisien dan paling cepat. Fungsi pengajaran adalah untuk mendemonstrasikan regularitas (keteraturan baku) dan hukum-hukum alam, dan menyampaikan kepada pelajar fakta-fakta kealaman iu

yang telah dibuktikan lewat penelitian.

(8)

Metode pengajaran penganut realisme sangatlah dekat dengan epitemologi mereka. Jika kebenaran dicapai melalui cerapan indrawi, maka pengalaman belajar harus diorganisir, pada tingkat yang luas, dalam suatu cara yang memanfaatkan indra-indra. Penganut realisme modern menyukai demonstrasi(pemeragaan materi) di ruang kelas, karya wisata dan penggunaan alat bantu audio visual dalam situasi dimana karyawisata tidaklah praktis atau akan memakan banyak waktu. Metode penganut realisme mencakup pengajaran untuk penguasaan fakta-fakta dalam rangka mengembangkan sebuah pemahaman tentang hukum alam. Dalam pendekatan semacam ini, mereka bertumpu sepenuhnya pada logika indkutif karena mereka bergerak dari fakta khusus pengalaman indrawiah menuju ke hukum-hukum yang

lebih umum yang disimpulkan dari data tersebut.

Tujuan sekolah adalah untuk mengalihkan pengetahuan yang ditetapkan oleh mereka yang mempunyai sebuah konsep jelas tentang sains empiris, hukum alam dan fungsinya dalam alam semesta. Sekolah penganut realisme menekankan pada pelestarian warisan budaya, yakni ia amat memperhatikan terhadap pengalihan fakta-fakta yang sudah terbukti(kabeh kok buku penerbit gama media knight gr)

BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar 1.1 Memahami nilai­nilai  keimanan dengan  menyadari hubungan 

Menurut Erlin (2008:27) CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, dengan mendorong

Prinsip keteraturan sebagai determinan kebaruan realitas (pro- ses) itu, dalam sikap kosmologis Emha merupakan manifestasi sunna- tullah (hukum alam) yang memiliki dualisme kodrat:

Dalam dunia pendidikan media pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting bukan saja untuk memudahkan dalam penerimaan materi yang diajarkan oleh guru selain itu

Pendekatan Kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu... Pada abad pertama masehi