PENGATURAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM UPAYA MENINGKATKAN INVESTASI
DI PROVINSI LAMPUNG
Jurnal Ilmiah
RAISA HARLY RUNIDA AGUSTINE
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS HUKUM
PENGATURAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DALAM UPAYA MENINGKATKAN INVESTASI DI PROVINSI LAMPUNG
Raisa Harly Runida Agustine
Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum
Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaturan pelayanan perizinan terpadu satu pintu dalam upaya meningkatkan investasi di Provinsi Lampung dan mengkaji faktor penghambat dalam pelayanan perizinan terpadu satu pintu di Provinsi Lampung. Untuk dapat memberikan pelayanan yang transparan, perlakuan yang sama, mudah, efisien, cepat, berkeadilan, akuntabilitas, dan kepastian hukum, diperlukan pengaturan pelayanan perizinan secara terpadu satu pintu. Pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan normative empiris. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang dilakukan dengan studi pustaka dan lapangan. Setelah melakukan riset peneliti menemukan faktor-faktor penghambat dalam pelayanan di Provinsi Lampung adalah masih kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam PTSP, terjadi perbedaan persepsi antara satu dengan yang lain, proses perizinan yang melibatkan satuan kerja lainnya, serta fasilitas IT yang kurang memadai.
Kata Kunci : Pelayanan perizinan Satu Pintu
ABSTRACT
developing service conductury by PTSP such as; the lack of human resources, the difference of perspective among the officer, permit process involving sectoral unit, and last is the lack of IT facilities.
Key words : one door integrated permit service,
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Untuk memberikan pelayanan yang
transparan, perlakuan yang sama, mudah,
efisien, cepat, berkeadilan, akuntabilitas,
dan kepastian hukum, diperlukan
pelayanan di bidang penanaman modal,
baik pelayanan perizinan maupun
nonperizinan yang dilaksanakan secara
terpadu satu pintu, yang dalam tingkat
provinsi disebut dengan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang
penanaman modal. PTSP adalah kegiatan
penyelenggaraan suatu Perizinan dan
Nonperizinan yang mendapat
pendelegasian atau pelimpahan wewenang
dari lembaga atau instansi yang memiliki
kewenangan perizinan dan nonperizinan
yang proses pengelolaannya di mulai dari
tahap permohonan sampai dengan tahap
terbitnya dokumen yang di lakukan dalam
satu tempat.
Pada Tahun 2007 Pemerintah
mengeluarkan UU No. 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal. Pasal 26 ayat
(1) menjelaskan bahwa “PTSP bertujuan
membantu penanam modal dalam
memperoleh kemudahan pelayanan,
fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal”.1 Selanjutnya tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
penanaman modal diatur dalam UU No. 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
khususnya Pasal 25 ayat (4) di antaranya menyatakan bahwa ”perusahaan penanaman modal yang akan melakukan
kegiatan usaha wajib memperoleh izin
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dari instansi yang memiliki kewenangan” melalui PTSP.
Dalam otonomi daerah pada tahun 2006
dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri) No. 24 Tahun 2006
tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP),
pemerintah daerah diharuskan
menyesuaikan pengaturan perizinannya
dengan ketentuan tersebut. Dengan
berlakunya ketentuan tersebut akan banyak
timbul permasalahan baik dari tugas dan
fungsi masing-masing instansi maupun
pihak instansi terkait yang berkepentingan
dalam permasalahan perizinan. Kemudian
pada tahun 2011 dikeluarkanlah Pergub
1 UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang
Pelimpahan Kewenangan di Bidang
Perizinan dan Nonperizinan Kepada Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPMPPT) Provinsi
Lampung. Dengan dikeluarkannya Pergub
tersebut, maka kewenangan pelayanan
perizinan di Provinsi Lampung di
serahkan ke BPMPPT Provinsi Lampung.
Sehingga satuan kerja yang biasanya
menangani proses perizinan tidak lagi
mengeluarkan surat izin dari pemohon.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
menarik untuk mengetahui pengaturan dan
faktor-faktor apa saja yang menjadi
penghambat dalam pelayanan perizinan
terpadu satu pintu dalam upaya
meningkatkan investasi di Provinsi
Lampung. Pendekatan dalam penelitian,
yaitu pendekatan hukum normatif –
empiris. Sumber data yang digunakan
ialah data primer dan data sekunder
dengan prosedur pengumpulan data terdiri
dari studi pustaka dan studi lapangan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang,
maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaturan pelayanan
perizinan terpadu satu pintu dalam
upaya meningkatkan investasi di
Provinsi Lampung?
2. Apakah faktor-faktor penghambat
dalam pelayanan perizinan terpadu satu
pintu di Provinsi Lampung?
METODE PENELITIAN
Pendekatan masalah dalam penelitian ini
menggunakan normatif empiris. Sumber
data menggunakan data primer dan data
sekunder. Metode pengumpulan data baik
primer maupun sekunder menggunakan
studi kepustakaan dan studi lapangan.
Metode pengolahan data menggunakan
seleksi data, klasifikasi data dan
sistematika data. Analisis data dalam
penelitian ini menggunakan analisis
kualitatif.
PEMBAHASAN
3.1 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung
Berdasarkan Pergub Lampung No. 33
Tahun 2010 tentang Rincian tugas, Fungsi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Derah
Provinsi Lampung, maka tugas pokok
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu (BPMPPT) Provinsi
Lampung yang diatur dalam pasal 100 ayat
(1) adalah:
“BPMPPT mempunyai tugas
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
pelayanan penanaman modal dan perizinan
terpadu yang menjadi kewenangannya,
tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan
yang diberikan pemerintah kepada
Gubernur serta tugas lain sesuai dengan
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Gubernur berdasarkan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
BPMPPT Provinsi Lampung, dalam
melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 menyelenggarakan
fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis
pengelolaan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu;
b. Pemberian dukungan atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah
dibidang pelayanan Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas
dibidang Penanaman Modal dan
Pelayanaan Perizinan Terpadu;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Gubernur di bidang Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu;
e. Pengelolaan administratif
3.2 Pembentukan PTSP di Provinsi Lampung
Pembentukan PTSP di Provinsi Lampung
didasari oleh Perda No. 12 Tahun 2007
tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari
Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi
Lampung. Pada tahun 2009 diterapkan
Perda No. 12 Tahun 2009 tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga
Teknis Daerah provinsi Lampung, yang
berisi penggabungan antara Badan
Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan. Hal ini bertujuan untuk
memudahkan investor dalam melakukan
investasi di Provinsi Lampung.
Untuk rincian tugas diatur dalam Pergub
Lampung No. 33 Tahun 2010 tentang
Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah dan Lembaga
Teknis Daerah Provinsi Lampung,
terbentuklah dengan resmi BPMPPT
Provinsi Lampung.
3.2 Pengaturan PTSP di Provinsi Lampung
Pengaturan PTSP diatur dengan
dikeluarkannya Permendagri No. 24 Tahun
nasional. Kemudian di Provinsi Lampung
dalam memudahkan dan memberikan
pelayanan prima kepada investor, melalui
Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011
tentang Pelimpahan Kewenangan di
Bidang Perizinan dan Nonperizinan
Kepada Kepala BPMPPT Daerah Provinsi
Lampung2 maka telah dilimpahkan
kewenangan 17 satuan kerja kepada
BPMPPT Provinsi Lampung di bidang
perizinan.
Perizinan yang tadinya masih ditangani
oleh 17 (tujuh belas) satuan kerja yang
kemudian dilimpahkan ke BPMPPT
Provinsi Lampung yaitu:
1. Dinas Perhubungan Provinsi
Lampung
2. Dinas Peternakan dan Kesehatan
Hewan Provinsi Lampung
3. Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Lampung
4. Dinas Perkebunan Provinsi Lampung
5. Dinas Kehutanan Provinsi Lampung
6. Dinas Komunikasi dan Informatika
Provinsi Lampung
7. Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Lampung
8. Dinas Nakertrans Provinsi Lampung
2 Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang
Pelimpahan Kewenangan di Bidang Perizinan dan Nonperizinan Kepada Kepala BPMPPT Daerah Provinsi Lampung
9. Dinas Pengairan dan Pemukiman
Provinsi Lampung
10. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Provinsi Lampung
11. Dinas Pertanian dan Holtikultura
Provinsi Lampung
12. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
13. BPLHD Provinsi Lampung
14. Dinas Koperasi, UMKM,
Perindustrian dan Perdagangan
Provinsi Lampung
15. BPM dan PPTD Provinsi Lampung
16. Dinas Sosial Provinsi Lampung
17. BAPPEDA Provinsi Lampung
3.3 Mekanisme Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu di Provinsi Lampung
Menurut hasil wawancara dengan Kepala
BPMPPT Ruslan proses pelayanan
perizinan dari pemohon dilakukan oleh
unit pelayanan (front office) yang di
dalamnya terdapat koodinator, petugas
informasi dan pengaduan, petugas
penerima berkas dan penyerahan dokumen
izin. Setelah itu baru dilakukan
pemrosesan izin di back office, yaitu
orang-orang yang bekerja di dalam kantor
tersebut. Setelah itu, mereka berkoordinasi
dengan SKPD terkait untuk mendapatkan
rekomendasi izin. Dari SKPD tekhnis
tersebut akan dikembalikan kembali ke
dikembalikan lagi ke front office yang selanjutnya akan dikeluarkan izin dan
diberikan kembali oleh pemohon.
Mengenai persyaratan, masa berlaku izin
dan waktu proses telah diatur di dalam
Standar Prosedur Operasional. Peraturan
itu diatur dalam Peraturan Kepala
BPMPPT Provinsi Lampung No.
503/5998.a/II.06/2011 tentang Standar
Prosedur Operasional (Standard Operating
Procedure) Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan pada BPMPPT Provinsi
Lampung.3
3.4 PTSP Dalam Upaya Meningkatkan Investasi di Provinsi Lampung Pemberian pelayanan kepada masyarakat
merupakan kewajiban utama bagi
pemerintah.4 Berikut adalah upaya
BPMPPT dalam meningkatkan investasi:
1. BPMPPT menata PTSP Bidang
Penanaman Modal, lebih meningkatkan
fasilitas mulai dari nomor antrian,
penataan ruang tunggu, pelayanan
informasi berbasis IT melalui SPIPISE
(Sistem Pelayanan Informasi dan
Perizinan Investasi Secara Elektronik),
serta pengaduan pelayanan.
3Peraturan Kepala BPMPPT Provinsi Lampung
No. 503/5998.a/II.06/2011 tentang Standar Prosedur Operasional (Standard Operating Procedure) Pelayanan Perizinan dan
Nonperizinan pada BPMPPT Provinsi Lampung.
4 Hukum Perizinan Dalam sektor Pelayanan Publik
2. Sumber Daya Manusia yang ada di
diklatkan ke Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) RI
sehingga kompetensinya meningkat.
3. Sarana dan prasarana yang ada, mulai
dari komputer dan sistemnya, AC dan
pendukung lainnya, juga di benahi.
Semua itu dilakukan untuk
mengembangkan PTSP dalam
meningkatkan pelayanan perizinan
sehingga dapat meningkatkan investasi
di Provinsi lampung.
3.5 Faktor Penghambat Dalam PTSP di Provinsi Lampung
Berdasarkan hasil wawancara dengan
Gunawan selaku Kasubbid Perizinan
Kesejahteraan Rakyat diketahui bahwa
faktor-faktor penghambat dalam PTSP di
Provinsi Lampung adalah sebagai berikut:
1. Masih kurangnya sumber daya manusia
yang kompeten dalam PTSP yang
memiliki kualifikasi tentang
penguasaan IT, bahasa asing maupun
peraturan yang berlaku terutama dalam
PTSP guna terciptanya pelayanan yang
prima.
2. Dalam hal pelaksanaan tugas sering
terjadinya persepsi yang masih belum
utuh sehingga dapat menyebabkan
yang satu dengan yang lainnya.
Pelaksanaan PTSP di daerah di dukung
oleh pemerintah pusat melalui
Kementrian Dalam Negeri ( Direktorat
Jendral
Pembangunan Derah) dan BKPM RI
yang tujuannya adalah sama yaitu
mengoptimalkan kinerja pelayanan
perizinan, tetapi di daerah kadang
masih ditemukan pendapat bahwa
PTSP yang dijalankan mengikuti
peraturan BKPM RI saja padahal
keduanya memiliki tujuan yang sama.
Contohnya, BKPM RI memberikan
bantuan dana guna mengoptimalkan
perizinan, hal ini menguatkan persepsi
dari daerah bahwa PTSP yang
dijalankan adalah PTSP BKPM RI.
Padahal aturan keduanya mempunyai
tujuan yang sama. Persepsi yang belum
utuh ini tentunya akan mengganggu
dalam pelaksanaan PTSP dalam rangka
pelayanan prima.
3. Dalam proses mekanisme perizinan
yang masih melibatkan satuan kerja
lainnya yaitu dalam hal pemberian
rekomendasi izin sesuai dengan satuan
kerja masing-masing yang dipandang
dapat membuat suatu proses perizinan
yang bisa memakan waktu lebih lama
dan kurang efisien dalam hal
penggunaan waktu serta kurang praktis
dalam mekanisme perizinan itu sendiri
dalam pelayanan PTSP.
4. PTSP di tuntut untuk memberikan
pelayanan yang cepat, muda dan
transparan yang dapat diakses oleh para
investor. Tetapi kendalanya adalah
fasilitas IT yang kurang memadai.
Sistem pelayanan perizinan sebagian
belum dapat dilaksanakan secara
online.
PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Pengaturan PTSP kepada BPMPPT
melalui Pengaturan PTSP diatur dengan
dikeluarkannya Permendagri No. 24 Tahun
2006 tentang Pedoman PPTSP di tingkat
nasional. Kemudian di Provinsi Lampung
dalam memudahkan dan memberikan
pelayanan prima kepada investor, Pergub
Lampung No. 15 Tahun 2011 tentang
Pelimpahan Kewenangan di Bidang
Perizinan dan Nonperizinan kepada
BPMPPT Provinsi Lampung, yang berisi
perizinan yang tadinya ditangani oleh 17
(tujuh belas) satuan kerja dilimpahkan ke
BPMPPT Provinsi Lampung. Selain itu,
mekanisme mengenai pelayanan PTSP
telah diatur dalam Peraturan Kepala
BPMPPT Provinsi Lampung No.
503/5998.a/II.06/2011 tentang Standar
Procedure) Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan pada BPMPPT Provinsi
Lampung yang mengatur tentang jenis
pelayanan, pengertian pelayanan, dasar
hukum pelayanan, persyaratan pelayanan,
biaya pelayanan, masa berlaku, waktu
penyelesaian pelayanan dan kewenangan
penandatanganan.
Adapun faktor penghambat dalam
pelayanan PTSP di Provinsi Lampung
antara lain:
a. Masih kurangnya sumber daya
manusia yang kompeten dalam PTSP
yang memiliki kualifikasi tentang
penguasaan IT, bahasa asing maupun
peraturan yang berlaku terutama dalam
PTSP guna terciptanya pelayanan yang
prima.
b. Persepsi masih belum utuh sehingga
terjadi perbedaan persepsi antara yang
satu dengan yang lainnya. Persepsi
yang belum utuh ini tentunya akan
mengganggu dalam pelaksanaan PTSP.
c. Proses perizinan yang melibatkan
satuan kerja lainnya dalam hal
pemberian rekomendasi izin yang
dipandang dapat membuat suatu proses
perizinan dapat memakan waktu yang
lebih lama dan kurang praktis dalam
pelayanan PTSP.
d. Fasilitas IT dalam PTSP yang kurang
memadai. Sehingga sistem pelayanan
perizinan sebagian belum dapat
dilaksanakan secara online.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dijabarkan di atas,
peneliti mencoba memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Sebaiknya BPMPPT meningkatkan
sumber daya manusia yang benar-benar
berkompeten dalam PTSP yang
memiliki kualifikasi tentang
penguasaan IT, bahasa asing maupun
peraturan yang berlaku dalam PTSP
dengan mengadakan penerimaan
pegawai yang berkompetensi di bidang
perizinan serta penguasaan IT dan
bahasa asing.
2. Sebaiknya diadakan sosialisasi kepada
sumber daya manusia di bidang
pelayanan perizinan agar mengerti
tentang tujuan pemerintah pusat untuk
mendorong kinerja pelayanan perizinan
agar memiliki pandangan yang sama
tentang tujuan PTSP.
3. Sebaiknya masing-masing satuan kerja
yang memberikan rekomendasi dapat
nya sesuai dengan masing-masing
satuan kerja tersebut dapat berada di
satu tempat sehingga tidak memakan
waktu yang lebih lama.
4. Sebaiknya perlu pengadaan IT yang
maksimal sehingga pelayanan
perizinan dapat dijalankan secara
menyeluruh melalui online.
DAFTAR PUSTAKA A. Literatur
Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
HR, Ridwan. 2006. Hukum Administrasi Negara. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Penerbit PT Citra
Aditya Bakti. Bandung.
Sukirno, Sadono. 1997. Ekonomi Pembangunan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sunariyah. 2003. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Ketiga Penerbit UUP AMP YKPN.
Yogyakarta.
Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Penerbit Sinar Grafika. Jakarta.
Tim Penyusun Peraturan Daerah Ramah
Investasi. 2008. Peraturan derah
Ramah Investasi. Indonesian Netherlands Association. Jakarta.
B. Perundang-undangan
UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal .
Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang pedoman PPTSP.
Pergub Lampung No. 15 Tahun 2011
tentang Pelimpahan Kewenangan Di Bidang Perizinan Dan Non Perizinan Kepada Badan Penanaman Modal Dan .Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Lampung
Pergub Lampung No. 33 Tahun 2010
tentang Rincian tugas, Fungsi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Derah Provinsi LampunPeraturan Kepala BPMPPT Provinsi Lampung No.
503/5998.a/II.06/2011 tentang