• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preparation for making handout submatter of biotechnology in high school based on plant tissue culture research Roselle (Hibiscus sabdariffa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Preparation for making handout submatter of biotechnology in high school based on plant tissue culture research Roselle (Hibiscus sabdariffa"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

98 PEMBUATAN HANDOUT SUB MATERI BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

MODERN UNTUK SISWA SMA BERBASIS RISET KULTUR JARINGAN TANAMAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa)

(Preparation for making handout submatter of biotechnology in high school based on plant tissue culture research Roselle (Hibiscus sabdariffa)

Oleh: Imam Mahadi1) , Sri Wulandari1) & Addarwida Omar2)

1) Dosen Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau 2) Alumni Program Studi Pendidikan Biologi

ABSTRACT

Has conducted research for a handout submateri biotechnology high school students based on plant tissue culture research Roselle (Hibiscus sabdariffa). The study includes two phases, namely: (1) Experiments to produce callus tissue culture experiments using completely randomized design (CRD) factorial. The first factor is the level of NAA treatment that is 0, 1, 1.5, 2 and 3 mg/l. The second factor is the level of BAP treatment with 0, 0.5, 1, and 1.5 mg/l. Each treatment was repeated 3 times; (2) Preparation of handouts from the research as a source of learning the ADDIE model (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Parameters measured were the percentage of growing explants, while appearing callus and callus texture. Analysis of data growing percentage of explants with advanced ANOVA and DMRT test at 5% level, while the current and emerging callus texture descriptively. In a growing percentage of explants parameter combination treatment showed a percentage of 100 % are in treatment A0B1,5, A1B0,5 - A3B1,5. For the current parameters appear callus treatment best combination found in treatment A3B1,5 with a mean time of 2 HSK appear callus (days after culture) and for the texture parameters of combination treatment showed callus crumb texture and white color found in treatment A2B0,5 - A3B1,5, the research on callus growth can be used as a learning resource in the form of handouts for high school level students

Key Words: Handout, Rosella plant, callus culture, NAA and BAP hormones

PENDAHULUAN

Handout termasuk media cetakan

yang meliputi bahan-bahan yang

disediakan di atas kertas untuk

pengajaran dan informasi belajar.

Biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Handout bisa

didapatkan melalui berbagai cara

misalnya dengan mengunduh dari

internet atau menyadur dari sebuah buku (Dikti, 2008).

Pada pembuatan handout ini, peneliti mengambil sampel tanaman rosella yang akan dikulturkan untuk

mendapatkan kultur kalus, yang

kemudian akan diaplikasikan ke materi

handout yang berkaitan dengan materi bioteknologi di SMA khususnya pada KD yaitu “Menjelaskan dan menganalisis peran bioteknologi serta implikasi hasil-hasil bioteknologi pada salingtemas” guna untuk membantu peserta didik dalam memahami konsep kultur jaringan. Pembuatan handout

(2)

99

di bidang kultur jaringan tanaman terus

berkembang dengan ditemukannya

metode-metode baru (Imam Mahadi,

2012). Hal ini dapat diterapkan dalam proses pembelajaran biologi di SMA.

Tanaman rosella dikenal sebagai minuman kesehatan. Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan

sebagai antioksidan (Maryani dan

Kristiana,2005). Komponen-komponen kimia alami yang terkandung pada rosella memiliki khasiat yang dapat mencegah berbagai penyakit pada manusia, permintaan rosella semakin meningkat sementara produksi rosella hanya terbatas. Untuk itu tanaman

rosella perlu dibudidayakan salah

satunya dengan teknik kultur jaringan.

Pada kultur tanaman obat-obatan

biasanya menggunakan kultur kalus. Kultur kalus merupakan langkah awal yang penting untuk mengidentifikasi zat metabolit sekunder pada proses kultur jaringan yang dapat memproduksi bibit dalam waktu yang relatif singkat. Dalam budidaya kultur jaringan ini memerlukan ZPT (zat pengatur tumbuh) NAA dan BAP.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji rosella, aquades steril, larutan NaOH, dan HCl, stok hormon NAA (Naftalen Acetyl Acid) dan stok hormon BAP (Benzyl Amino Purin) *konsentrasi NAA dan BAP sesuai perlakuan.

Penelitian meliputi 2 tahap yaitu: (1) Percobaan kultur jaringan biji rosella

menggunakan metode eksperimen

dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah NAA dengan taraf perlakuan yaitu 0, 1, 1.5, 2 dan 3 mg/l. Faktor kedua

adalah BAP dengan taraf perlakuan yaitu 0, 0.5, 1, dan 1.5 mg/l. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh eksplan, saat muncul kalus, dan tekstur kalus. Analisis data persentase tumbuh eksplan dengan ANAVA dan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %, sedangkan saat muncul kalus dan tekstur kalus secara deskriptif; (2) Pembuatan handout dari hasil penelitian sebagai sumber belajar dengan Model ADDIE yang terdiri dari 5 tahap yaitu:

Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation. Dalam penelitian ini, pembuaran handout dari hasil penelitian menjadi sumber belajar

hanya dilakukan sampai tahap

Development yang divalidasi oleh 3 orang dosen (teman sejawat)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Tumbuh Eksplan

Hasil pada tabel 1 memperlihatkan bahwa hampir semua perlakuan yaitu A0B1,5, dan A1B0,5–A3B1,5 menunjukkan

persentase tumbuh eksplan mencapai 100% hal ini disebabkan karena eksplan yang digunakan adalah jaringan muda yang memiliki sifat maristematik yang memiliki hormon endogen yang aktif

membelah dan kemudian

dikombinasikan dengan hormon eksogen dari kelompok auksin (NAA) dan

sitokinin (BAP). Seperti yang

dikemukakan oleh Hartman (dalam Zulkarnaen, 2009) bahwa jaringan-jaringan yang sedang aktif tumbuh pada

awal masa pertumbuhan biasanya

merupakan bahan eksplan yang paling baik. Ini berbeda nyata terhadap perlakuan A0B0, A1B0 yang persentase

tumbuh hanya mencapai 50% dan pada perlakuan A0B0,5 dan A0B1 persentase

tumbuh hanya mencapai 66,66%. Penambahan hormon NAA dan

(3)

100

tumbuhnya eksplan sehingga menjadi

planlet. Hal yang menunjukkan

kelengkapan nutrisi pada media MS dalam penelitian ini sampai akhir pengamatan juga diperlihatkan dari kualitas dan morfologi eksplan yang telah menjadi planlet (eksplan yang telah menjadi tanaman lengkap). Faktor lain

yang mendukung keberhasilan

persentase tumbuh eksplan pada

penelitian ini adalah karena penggunaan media MS yang mengandung komposisi lengkap untuk pertumbuhan eksplan. Menurut Wahyuni (2009), pemberian hormon dengan beberapa konsentrasi pada media MS memberikan persentase tumbuh eksplan yang baik, karena pada media mengandung vitamin, unsur hara makro dan mikro, serta besi dan sukrosa

sehingga cukup untuk memacu

pertumbuhan eksplan. Pierik (dalam Andaryani, 2010) menyatakan bahwa

pertumbuhan organ vegetatif

dipengaruhi oleh kandungan nitrogen dalam media, dan sumber nitrogen organik paling tinggi terdapat pada media MS dibandingkan dengan media lainnya. penambahan hormon perangsang baik dari kelompok auksin (NAA) maupun dari kelompok sitokinin (BAP), karena NAA berfungsi sebagai pembentuk kalus, dan perpanjangan akar. Menurut Wattimena (1992) auksin mempunyai

peranan terhadap pertumbuhan sel, dominasi apikal dan pertumbuhan kalus. Sedangkan BAP secara umum berfungsi

menginduksi pembelahan sel dan

pembentukan tunas. Pada perlakuan A1B0 persentase tumbuh juga mencapai

50% hal ini disebabkan karena pada perlakuan tersebut tidak dikombinasikan dengan BAP, yang mana BAP berfungsi menginduksi pembelahan sel. Menurut Gunawan (1988) salah satu sitokinin yang aktif adalah BAP. Oleh karena itu pada perlakuan A0B0 dan A1B0

menunjukkan pertumbuhan eksplan

yang lambat.

Waktu Muncul Kalus

Hasil pengamatan saat muncul kalus pada semua perlakuan menunjukkan respon yang berbeda–beda dan mampu membentuk kalus. Hal ini karena adanya interaksi dengan hormon endogen yang

dikandung eksplan dalam

mempengaruhi pembentukan kalus.

Keadaan ini juga dipengaruhi oleh penambahan hormon eksogen yang dapat merangsang pertumbuhan kalus seperti penambahan hormon NAA dan BAP seperti yang terlihat pada tabel 1. Saat muncul kalus dinyatakan dalam HSK (hari setelah kultur) terlihat bahwa rerata saat muncul kalus berkisar antara 12,66 dan 2 HSK. Rerata saat muncul kalus tertinggi terdapat pada perlakuan A0B0, A0B0,5, dan A1B0 yaitu 12,66 HSK

(4)

101

Tabel 1. Rerata pengaruh pemberian Hormon NAA dan BAP terhadap pertumbuhan kalus tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa)

Perlakuan

Persentase Tumbuh Eksplan (%)

Waktu Muncul Kalus (HSK)

Tekstur Kalus

A0B0 (kontrol) 50 c 12,66 Berair, berwarna bening

A0B0,5 66,66 b 12,66 Berair, berwarna bening

A0B1 66,66 b 11,66 Berair, berwarna bening

A0B1,5 100 a 11,66 Berair, berwarna bening

A1B0 50 c 12,66 Berair, berwarna bening

A1B0,5 100 a 9,66 Remah, berwarna putih

A1B1 100 a 9,66 Remah, berwarna putih

A1B1,5 100 a 9,33 Remah, berwarna putih

A1,5B0 100 a 9,33 Remah, berwarna putih

A1,5B0,5 100 a 8,33 Remah, berwarna putih

A1,5B1 100 a 8 Remah, berwarna putih

A1,5B1,5 100 a 6,33 Remah, berwarna putih

A2B0 100 a 6 Remah, berwarna putih

A2B0,5 100 a 5,66 Remah, berwarna putih

A2B1 100 a 4,33 Remah, berwarna putih

A2B1,5 100 a 2,33 Remah, berwarna putih

A3B0 100 a 3,66 Remah, berwarna putih

A3B0,5 100 a 3,33 Remah, berwarna putih

A3B1 100 a 2,33 Remah, berwarna putih

A3B1,5 100 a 2 Remah, berwarna putih

Ket: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada setiap baris menunjukkan beda nyata pada taraf 5% pada uji wilayah berganda Duncan α = 0,05 A = NAA B = BAP

Pada perlakuan A0B0 ini merupakan

perlakuan kontrol yang berarti pada media tidak ditambahkan hormon baik dari kelompok auksin (NAA) maupun dari kelompok sitokinin (BAP) sehingga kalus muncul pada waktu yang lama dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya kalus muncul lebih cepat. Tetapi pada perlakuan A1B0 eksplan juga tidak

menunjukkan tanda–tanda tumbuhnya kalus pada waktu yang cepat hal ini disebabkan karena pada media tidak dikombinasikan hormon dari kelompok sitokinin (BAP) hanya NAA saja, karena auksin berperan dalam merangsang pembentukan kalus dan BAP berperan dalam menginduksi pembelahan sel sehingga kalus yang muncul dalam waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Santoso dan Nursandi (2004)

yang menyatakan dalam aktivitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai hormon yang mampu menginduksi terjadinya kalus, membentuk akar atau

tunas dan auksin juga dapat

mempengaruhi kestabilan genetik sel tanaman.

Sedangkan pada perlakuan A3B1,5

yang jenis eksplannya adalah batang merupakanrerata saat muncul kalus yang paling rendah yaitu 2 HSK ini berarti kalus muncul pada waktu yang paling cepat yaitu sekitar 5 hari setelah hari pengkulturan eksplan (gambar 1). Hal ini disebabkan karena pengaruh pemberian

hormon eksogen yang diberikan

(5)

102

kalus diawali dengan penebalan eksplan pada bagian potongan dan di daerah yang mengalami pelukaan. Penebalan tersebut merupakan interaksi antara eksplan dengan media tumbuh, zat pengatur tumbuh (ZPT) dan lingkungan tumbuh sehingga eksplan bertambah besar.

Pengaruh konsentrasi pemberian hormon NAA tinggi yang berperan dalam

menginduksi terjadinya kalus dan

pemberian hormon BAP yang cukup tinggi yang berperan dalam pembelahan sel.

Gambar 1. Kalus yang terbentuk pada eksplan batang pada perlakuan A3B1,5

Peningkatan kandungan sitokinin dalam jaringan dapat meningkatkan daya

aktifitas auksin dalam memicu

pembelahan sel untuk membentuk kalus. Hal ini sesuai dengan George dan Sherrington (1993) yang menyatakan bahwa pada kultur jaringan, sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel dan merangsang perkembangan pucuk-pucuk tunas. Menurut Santoso dan Nursandi (2004), yang menyatakan bahwa dalam aktivitas kultur jaringan auksin sangat dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya kalus. Pada konsentrasi rendah akan memacu akar adventif sedangkan pada konsentrasi tinggi mendorong terbentuknya kalus.

Tekstur Kalus

Berdasarkan hasil pengamatan, untuk tekstur kalus yang terbentuk pada setiap perlakuan dengan kombinasi NAA dan BAP pada umumnya adalah bertekstur remah dan berwarna putih. Tetapi pada perlakuan A0B0, A0B0,5,

A0B1, A0B1,5, dan A1B0 kalus yang

tumbuh bertekstur berair dan berwarna bening. Hal ini disebabkan karena pada

sel eksplan terdapat banyak vakuola yang mengandung air yang disebut juga dengan air bebas sehingga pada kalus teksturnya berair dan berwarna bening.

Pada perlakuan juga tidak

dikombinasikan dengan konsentrasi

hormon NAA maupun BAP artinya NAA saja atau BAP saja, oleh karena itu kalus yang dihasilkan tidak remah dan berwarna putih. Ini berarti tekstur kalus yang rapuh dihasilkan dari kombinasi hormon auksin dan sitokinin. Tekstur kalus yang remah (friable) mengalami pembelahan sel yang cepat dari pada tekstur kalus yang kompak. Sel-sel kalus yang terbentuk bersifat remah memiliki ciri-ciri antara satu sel dengan sel lainnya berpisah. Bila kalus diambil dengan pinset, maka kalus tersebut akan menempel pada pinset (Kusumandari dalam Rahmawati, 2007).

Perubahan tekstur kalus yang

semakin remah ini menunjukkan

(6)

103

diaplikasikan menghasilkan kalus

dengan tekstur remah (friable). Kalus dengan tekstur remah merupakan kalus yang terbentuk dari sekumpulan sel yang mudah lepas. Struktur kalus remah sangat berkorelasi dengan kecepatan daya tumbuh kalus sehingga produksi metabolit sekunder tertentu yang ingin diperoleh lebih cepat dicapai (Fatimah, 2010). Tekstur kalus tergantung pada jaringan, umur kalus, dan kondisi pertumbuhan. Morfologi dan warna kalus biasanya tergantung dari jenis sumber eksplannya, dimana ada yang bertekstur remah (friable), kompak atau padat, sedangkan warna kalus biasanya mengikuti warna jenis sumber eksplan. Hal lain yang mempengaruhi morfologi dan pertumbuhan kalus diantaranya adalah sumber eksplan, komposisi media, ZPT yang digunakan, kondisi pertumbuhan seperti suhu dan cahaya, serta lamanya waktu pertumbuhan kalus. Menurut Dian (2004), warna kalus dapat

memperlihatkan baik tidaknya

pertumbuhan kalus, pigmen putih dan kuning pada kalus menunjukkan bahwa pertumbuhan kalus tersebut baik.

Pengembangan Hasil Penelitian sebagai Sumber Belajar Pada Konsep Bioteknologi bagi Siswa SMA

Dijelaskan oleh Djohar (dalam Nurcahyo, 2007), bahwa suatu hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar Biologi ditinjau dari segi proses dan produknya. Proses penelitian merupakan serangkaian proses sains yang dimulai dari perumusan masalah sampai penarikan kesimpulan. Produk penelitian meliputi fakta-fakta yang diperoleh selama kegiatan penelitian

yang selanjutnya digeneralisasikan

menjadi konsep dan prinsip.

Berdasarkan jenis sumber belajar dari sisi perancangannya, maka hasil penelitian ini yang berupa handout

termasuk dalam sumber belajar yang

dirancang (learning resources by design)

dalam bentuk pesan, bahan dan

informasi, karena hasil penelitian merupakan informasi dalam bentuk fakta dan data. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber belajar dengan mengacu fakta – fakta yang diperoleh dari penelitian. Berdasarkan proses dan fakta-fakta yang ada dalam hasil penelitian pembuatan handout

submateri bioteknologi pada siswa SMA berbasis riset kultur jaringan tanaman Rosella (Hibiscus sabdariffa) dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang berupa handout materi bioteknologi,

submateri bioteknologi dengan

menggunakan kultur jaringan tumbuhan untuk siswa SMA kelas XII.

Handout termasuk media cetakan

yang meliputi bahan–bahan yang

disediakan di atas kertas untuk

pengajaran dan informasi belajar yang biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevensi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Menurut Prastowo

(2011), handout adalah bahan

pembelajaran yang sangat ringkas.

Handout ini bersumber dari hasil penelitian dengan beberapa literatur yang relevan terhadap kompetensi dasar dan materi pokok yang diajarkan kepada peserta didik. Handout ini diberikan kepada peserta didik guna memudahkan

mereka saat mengikuti proses

pembelajaran. Dengan demikian

handout ini tentunya bukanlah sesuatu bahan ajar yang mahal melainkan ekonomis dan praktis.

(7)

104

bahan ajar yang dituangkan secara ringkas yang berguna sebagai pegangan dalam pembelajaran. Dengan adanya

handout guru membantu peserta didik dalam mengikuti pembelajaran secara lebih terarah dan terfokus, karena

handout adalah sejenis kisi-kisi materi ajar yang akan disampaikan oleh guru. Hasil penelitian berupa fakta-fakta yang digunakan sebagai sumber belajar dianalisis agar terdapat kesesuaian dengan KTSP untuk tingkat SMA dan berhubungan erat dengan materi pokok bioteknologi pada kelas XII. Analisis

kurikulum dilakukan dengan cara

menentukan SK dan KD yang sesuai dengan hasil penelitian, selanjutnya menentukan indikator serta tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa dengan menggunakan model ADDIE. Model ADDIE ini terdiri dari lima tahap yaitu: Analysis, design, development, implementation, dan evaluation. Untuk tahapan implementation, dan evaluation

tidak dilaksanakan pada penelitian ini. Berikut adalah gambar strukturisasi hasil penelitian untuk sumber belajar dalam

bentuk handout yang dapat

(8)

105

Gambar 2. Tahapan pembuatan handout pembelajaran Bioteknologi

SK:

Memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi serta implikasinya pada salingtemas

KD:

Menjelaskan dan menganalisis peran bioteknologi serta implikasi hasil-hasil bioteknologi pada salingtemas

Tahap 1

Analysis

Tahap 2

Design

Rancangan Materi Pokok:

Proses kultur jaringan

Peran ZPT terhadap pertumbuhan eksplan serta faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan tumbuhan

Rancangan Indikator: 1. Menjelaskan

proses kultur jaringan tumbuhan 2. Menganalisis

pengaruh ZPT terhadap pertumbuhan eksplan pada kultur jaringan tumbuhan melalui hasil penelitian

Rancangan TP:

1. Siswa dapat menjelaskan proses kultur jaringan tumbuhan

2. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan

3. Siswa dapat menjelaskan pengaruh ZPT terhadap pertumbuhan eksplan pada kukltur jaringan

Tahap 3

Development

Penyusunan/penulisan sumber belajar

Pencetakan sumber belajar yang berupa handout pembelajaran

(9)

106

Hasil validasi oleh 3 validator

terhadap handout pembelajaran

Bioteknologi pada sub topik Biotenologi

Pertanian modern menunjukkan rerata 3,28 yaitu valid (Tabel 3).

Tabel 3. Rerata penilaian pengembangan handout pembelajaran Bioteknologi

Kriteria Penilaian

Rerata penilaian aspek

tampilan dari ketiga validator adalah

3,3 dengan keterangan valid.

Tampilan dalam handout cukup menarik dan dapat memudahkan pemahaman peserta didik. Adapun gambar-gambar yang digunakan di dalam handout merupakan gambar-gambar yang didapatkan selama penelitian. Selain itu, tampilan

handout juga dinilai dapat memotivasi peserta didik.

Rerata penilaian aspek isi adalah 3,3 dengan keterangan valid. Validator ahli materi menilai bahwa

handout telah sesuai dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran serta memiliki keterkaitan antara materi dengan lingkungan sekitar.

Namun dari validator ahli

pendidikan perlu disesuaikan antara

indikator dengan tujuan

pembelajaran dan juga untuk

gambar penelitian perlu

dicantumkan sumbernya.

Rerata penilaian aspek

kepraktisan 3,5 dengan keterangan

valid. Ini berarti handout

pembelajaran ini dapat membantu peserta didik secara mandiri dalam proses belajar, dan memungkinkan peserta didik terlibat secara aktif

dalam menemukan konsep dan fakta-fakta yang ada. Selain itu

peserta didik dinilai mampu

mengaitkan antara satu konsep dengan konsep lain melalui integrasi hasil penelitian di dalam handout.

Rerata penilaian aspek

bahasa adalah 3,3 dengan

keterangan valid. Handout

pembelajaran ini dinilai telah menggunakan kalimat yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia dan mudah dipahami oleh tingkat kognitif peserta didik. Hanya saja sedikit saran dari validator bahwa pada handout setiap istilah atau

singkatan maka dibuat

kepanjangannya seperti NAA maka dibuat naftalen acetyl acid begitu seterusnya.

Rerata aspek kesesuaian adalah 3 dengan keterangan valid.

Materi yang disajikan dalam

handout dinilai telah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain itu, penggunaan gambar dalam handout

dinilai telah sesuai dengan materi yang disajikan.

(10)

107

revisi pada beberapa bagian sesuai

saran dari ketiga validator.

Perbaikan yang dilakukan antara

lain kesesuian konten handout

dengan kegiatan pembelajaran,

kesesuian indikator dengan tujuan

pembelajaran, dan kesesuain

gambar dengan materi yang

disajikan.

Handout yang telah dikembangkan dinilai valid untuk digunakan dengan sedikit revisi pada beberapa bagian dari handout

ini. Selebihnya handout ini dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa SMA kelas XII. Adapun

handout yang telah direvisi

ditampilkan sebagai lampiran,

namun handout yang dilampirkan tersebut tetap merupakan integrasi dari penelitian ini.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian pengaruh NAA dan BAP terhadap pembentukan

kalus tanaman Rosella (Hibiscus

subdariffa) sebagai sumber belajar konsep bioteknologi dapat disimpulkan bahwa perlakuan kombinasi yang terbaik dalam penelitian ini adalah pada perlakuan A3B1,5 (NAA 3 mg/l + BAP

1,5 mg/l) yang dapat membentuk planlet

hingga mencapai 100%, dapat

membentuk kalus dalam waktu 2 HSK (hari setelah kultur), dengan tekstur kalus remah (friable) dan berwarna putih. Fakta-fakta hasil penelitian ini dapat dikembangkan sebagai salah satu sumber belajar yang berupa handout

yang dapat membantu peserta didik dalam belajar pada konsep bioteknologi bagi siswa SMA.

REKOMENDASI

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan hormon yang

berbeda dari kelompok auksin dan sitokinin untuk melihat pertumbuhan kalusnya dan untuk memproduksi kalus yang cepat dan banyak dapat digunakan kultur suspensi sel dan perlu juga dilakukan penelitian lanjutan dari implementasi handout dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Andaryani. 2010. Kajian Penggunaan Berbagai Konsentrasi BAP dan 2,4-D Terhadap Induksi Kalus Jarak Pagar (Jatropa curcas) Secara In Vitro. Skripsi Faperta

Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

Anonimus. 2012. Teknik Perbanyakan Tanaman Buah secara Kultur in Vitro (Online), vitro (diakses 6 Maret 2013). Dian. Y. T. 2004. Uji Konsentrasi

Hormon 2,4–D pada Pertumbuhan Kalus Dari Eksplan Kotiledon dan Hipokotil Kedelai (Glycine max). Malang. Jurusan Biologi Lingkungan Fakultas dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Malang. Fatimah. 2010. Pengaruh Komposisi

Media Terhadap Pertumbuhan Kalus dan Kadar Tannin dari Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) Secara In Vitro. Bogor : Jurnal LITTRI. Vol 16. no.1 Gunawan, L.W. 1990. Tekhnik Kultur

Jaringan Tumbuhan. Pusat antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(11)

108

Jersey.

Imam Mahadi. 2012. Induksi kalus

kenerak (Goniothalamus

umbrosus) berdasarkan jenis eksplan menggunakan metode In vitro. J. Agroteknologi Tropika. 1 (1): 18-22.

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: DIVA press

Santoso, U dan Nursandi, F. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiyah Malang.

Saputra, H. 2008. Manajemen Belajar. (Online),http://www.freewebs.co m/Hijrahsaputra/catatan/manaje men. Htm. Manajemen Strategi Belajar (MSB). (diakses 12 April

2013).

Sudrajat, A. 2008. Sumber Belajar. (Online), http://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/04/15/sum

ber-belajar-untuk- mengefektifkan-pembelajaran-siswa/. (diakses 19 Januari 2014). Maryani, H & Kristiana, L. 2005.

Khasiat dan Manfaat Rosella. Agro Media Pustaka. Jakarta Wattimena, G. A. 1991. Bioteknologi

Tanaman. Pusat Antar Universitas Institus Pertania Bogor. Bogor. Hal. 35–116 Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan

Referensi

Dokumen terkait

Pertama, tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar PAI, yaitu dengan melihat besarnya korelasi (r) antara variabel X1

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DENGAN TEKNIK MODELING SIMBOLIS UNTUK MENGURANGI SIKAP POSITIF TERHADAP BULLYING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI..

Adalah daya yang secara electrik bisa diukur, Secara vektor merupakan penjumlahan dari vektor dari perkalian E x I dimana arus mengalir pada komponen resistor sehingga arah

Minuman beralkohol, bahkan mungkin narkoba kerap kali berada di dalam tempat hiburan malam, pengunjung yang kedapatan mengkonsumsi barang tersebut biasanya lepas control dan

That is, without political mobilization, the policies and social programmes designed for communities that have experienced durable inequality (dalits in this case) would

Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian, maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1) Dalam merencanakan proses pembelajaran, sebaiknya guru

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah Bukti Langsung, Keandalan, Daya Tangkap, Jaminan dan Empathy merupakan indikator pembentuk Kualitas Layanan, apakah

26 Maklumat berikut merupakan tugas yang dilaksanakan oleh pegawai yang dilantik oleh Syarikat Borneo Utara British ( SBUB ) untuk membantu menguruskan pentadbiran?.