• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNTAN PADA PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNTAN PADA PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

DESKRIPSI KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK MAHASISWA

PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNTAN PADA PRAKTIKUM PENENTUAN

KADAR ASAM ASKORBAT

Nurbaiti, Eny Enawaty, Rody Putra Sartika Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

Email: [email protected]

Abstract This research aims to describe the psychomotor ability of chemical education

students on the determination of ascorbic acid levels by iodimetry method. The research method used is descriptive method with instrument in the form of observation sheet. Data collection techniques used are direct observation and directcommunication. The subjects of the research were chemical education students of FKIP Untan of 2015 consisting of 24 students. The result of the research indicated that the persentage of psychomotor ability of students in the category of good, good, enough, and less in sequence were 8.3%, 33.3%, 41.2%, and 16.7% respectively. In the indicator of the preparation stage of glassware shows the percentage in the excellent category is 100%. In the scour grinding stage indicator shows the percentages in the categories of good, less, and less once sequence were 50%, 25%, and 25% respectively. In the indicator phase weigh the sample shows the percentage in the excellent category that is 100%. In the indicator stage of the titration tool shows the percentage in the category of both well and well in sequence that is 83.3% and 16.7%. in indicator of flushing burette stage showed percentage in good category and less once sequentially that is 8.3% and 91.7%. In the indicator stage of pouring raw solution showed the percentage on the category very good, good, and enough sequence that is 45.8%, 45.8% and 8.3%. In the implementation stage titration shows the percentage in both excellent and good category in sequence that is 95.8% and 4.2%. Psychomotor analysis result in practicum determination of ascorbic acid level with iodimetry method obtained psychomotor ability average student get good category with percentage 54.2% and at very good category having percentage 45.8%.

Keywords: Psychomotor Skills, Iodimetry, Ascorbic Acid.

PENDAHULUAN

Ilmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan eksperimen, artinya konsep-konsep yang terdapat pada materi kimia dapat dibuktikan melalui kegiatan praktikum. Para ahli pendidikan sains memandang kimia tidak hanya sebagai pembelajaran yang terdiri dari fakta, konsep dan teori yang dapat dihafalkan. Hakikat ilmu kimia mencangkup dua hal yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai

proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta, konsep dan prinsip kimia, sedangkan kimia sebagai proses meliputi keterampilan, sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk

memperoleh dan mengembangkan

(2)

2 berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, (2) ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi, (3) ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Selain itu, menurut Depdiknas (2007), fungsi dan tujuan pembelajaran kimia adalah untuk membentuk sikap positif terhadap kimia, memupuk sikap ilmiah, memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, meningkatkan kesadaran tentang terapan ilmu kimia yang bermanfaat juga merugikan dan memahami konsep, prinsip, hukum dan teori kimia, serta saling berkaitan dalam penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hal tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterampilan siswa adalah metode praktikum. Krischner (dalam Gebi dan Wiwi, 2005) mengemukakan alasan dasar dari kegiatan praktikum berfungsi untuk mengembangkan keterampilan tertentu, sarana yang tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis, dan memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya. Mempelajari ilmu kimia tidak terlepas dari kegiatan percobaan atau eksperimen di laboratorium. Menurut Rustaman et al. (2003) metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan kegiatan percobaan. Proses belajar mengajar dengan metode praktikum ini siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri.

Pada kegiatan praktikum, dibutuhkan keterampilan psikomotorik dari siswa, bagaimana siswa menggunakan alat-alat percobaan, merangkai alat-alat percobaan dan sebagainya. Menurut Firman (2000) salah satu tujuan praktikum adalah mengembangkan keterampilan manipulatif yaitu keterampilan menggunakan alat-alat laboratorium.

Penilaian hasil belajar ranah psikomotorik juga dilaksanakan pada tingkat perguruan tinggi, tidak terkecuali di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan. Penilaian psikomotorik bagi mahasiswa dilakukan melalui praktikum, salah satu praktikum yang dilaksanakan sebagai mata kuliah di Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan adalah praktikum Kimia Analitik. Kompetensi mata kuliah yang ingin dicapai pada praktikum ini salah satunya adalah mahasiswa terampil dalam merangkai buret, mengisi buret, mengetahui alat dan bahan yang akan digunakan, cara melakukan titrasi yang benar, mengamati perubahan warna dan menentukan titik akhir titrasi. Sebagai calon guru kimia, mahasiswa diharapkan dapat menguasai kompetensi ini selain sebagai syarat lulus mata kuliah praktikum Kimia Analitik juga sebagai bekal mengajar disekolah.

Evaluasi terhadap kemampuan psikomotorik mahasiswa dilakukan pada saat ujian akhir praktikum, hal ini diperoleh dari wawancara terhadap dosen pengampu. Penilaian praktikum terdiri dari empat komponen yaitu aktivitas kerja 10%, pretest 20%, laporan 30% dan ujian akhir praktikum 40%. Aktivitas kerja praktikum dinilai berdasarkan absensi mahasiswa dalam praktikum, pretest merupakan tes awal yang diberikan kepada praktikan sebelum melaksanakan praktikum, laporan praktikum berupa hasil kerja praktikan pada saat praktikum, ujian akhir terdiri atas tes tertulis tentang materi praktikum yang telah dilakukan serta praktik salah satu judul praktikum yang telah ditentukan.

(3)

3 menunjukkan sekitar 93% praktikan menguasai praktikum. Hasil tersebut cenderung menggambarkan kemampuan kognitif saja karena penilaian ujian akhir berdasarkan penilaian laporan tentang iodimetri.

Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian kemampuan psikomotorik terhadap mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia angkatan 2015 khusus pada percobaan “Penentuan Kadar Asam Askorbat dalam Tablet Vitamin C dengan Metode Iodimetri”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan psikomotorik mahasiswa yang sebenarnya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan keterampilan psikomotorik mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Untan pada Praktikum Penentuan Kadar Asam Askorbat dalam Tablet Vitamin C dengan Metode Iodimetri. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Untan angkatan 2015 yang mengambil matakuliah Kimia Analitik yaitu mahasiswa pendidikan kimia reguler program PGMIPA-U, reguler A, dan PAPK dengan jumlah mahasiswa sebanyak 76 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini dilakukan dengan mengambil subyek bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah sembilan orang tiap kelas yang diwakili oleh tiga orang kelas atas, tiga orang kelas menengah dan tiga orang kelas bawah yang di pilih berdasarkan nilai praktikum.

Prosedur penelitian disusun dengan tujuan agar langkah-langkah penelitian lebih terarah pada permasalahan yang dikemukakan, prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) melakukan observasi di SMK SMTI Pontianak, wawancara dengan dosen kimia, wawancara dengan mahasiswa pendidikan kimia dan menemukan masalah; (2) menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar penilaian keterampilan psikomotorik; (3) melakukan validasi instrumen penelitian melalui konsultasi dan persetujuan dua orang dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Melakukan revisi instrumen penelitian yang telah di validasi.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) melakukan penilaian keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia pada saat praktikum penentuan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C menggunakan metode iodimetri; (2) mengolah lembar hasil observasi untuk mengetahui keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia pada saat praktikum penentuan kadar asam askorbat dalam tablet vitamin C menggunakan metode iodimetri.

Tahap Akhir

(4)

4

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Beberapa indikator yang dinilai pada penelitian keterampilan psikomotorik

mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan adalah tahap persiapan kerja, tahap persiapan peralatan gelas, tahap penggerusan sampel, tahap menimbang sampel, tahap perangkaian alat titrasi, tahap pembilasan buret, tahap menuang larutan baku ke dalam buret, dan tahap pelaksanaan titrasi

.

Grafik 1. Persentase Kategori Keterampilan Psikomotorik .

Grafik 1 menunjukkan bahwa mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada indikator tahap persiapan peralatan gelas dan tahap menimbang sampel memperoleh kategori keterampilan baik sekali dengan persentase tertinggi dari indikator lain, sedangkan pada indikator tahap pembilasan buret memperoleh kategori kurang sekali dibandingkan dengan

indikator lain. Berikut hasil keterampilan psikomotorik mahasiswa pada setiap indikator.

1. Tahap Persiapan Kerja

Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan 8.3

33.3 41.2

16.7 100

50

25 25

100

83.3

16.7 8.3

91.7

45.8 45.8

8.3 95.8

4.2

0 20 40 60 80 100 120

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

Tingkat Keterampilan Mahasiswa Tahap Persiapan Kerja

Tahap Persiapan Peralatan Gelas

Tahap Penggerusan Sampel

Tahap Menimbang Sampel

Tahap Perangkaian Alat Titrasi

Tahap Pembilasan Buret

Tahap Menuang Larutan Baku ke dalam Buret

(5)

5 pada tahap persiapan kerja ditampilkan pada Grafik 2.

Grafik 2. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

Hasil observasi tahap persiapan kerja menunjukkan bahwa dari 24 mahasiswa terdapat dua mahasiswa (8,3%) memperoleh kategori baik sekali, delapan mahasiswa (33,3%) memperoleh kategori baik, sepuluh mahasiswa (41,2%) memperoleh kategori cukup, empat mahasiswa (16,7%) memperoleh kategori kurang, dan tidak ada

mahasiswa yang memperoleh kategori kurang sekali.

2. Tahap Persiapan Peralatan Gelas Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap persiapan peralatan gelas ditampilkan pada Grafik 3.

Grafik 3. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

Pada indikator tahap persiapan peralatan gelas yang memiliki kategori paling tinggi

adalah keterampilan baik sekali dengan persentase 100% mahasiswa.

8.3

33.3

41.2

16.7

0 10 20 30 40 50

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

Tingkat Keterampilan Mahasiswa

100

0 20 40 60 80 100 120

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

(6)

6 3. Tahap Penggerusan Sampel

Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan

pada tahap penggerusan sampel ditampilkan pada Grafik 4.

Grafik 4. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 12 mahasiswa (50%) memiliki kategori baik pada tahap menggerus sampel, enam mahasiswa (25%) memiliki kategori kurang, dan enam mahasiswa lainnya (25%) memiliki kategori kurang sekali.

4. Tahap Menimbang Sampel

Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap menimbang sampel ditampilkan pada Grafik 5.

Grafik 5. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa. 50

25 25

0 10 20 30 40 50 60

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

Tingkat Keterampilan Mahasiswa

100

0 20 40 60 80 100 120

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

(7)

7 Hasil observasi pada tahap menimbang sampel menunjukkan bahwa terdapat 24 mahasiswa (100%) memperoleh kategori baik sekali.

5. Tahap Perangkaian Alat Titrasi

Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap perangkaian alat titrasi ditampilkan pada Grafik 6.

Grafik 6. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 20 mahasiswa (83,3%) memiliki kategori baik sekali dan 4 mahasiswa (16,7%) memiliki kategori baik.

6. Tahap Pembilasan Buret

Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap pembilasan buret ditampilkan pada Grafik 7.

Grafik 7. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa. 83.3

16.7

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali

Perse

nta

se

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

Tingkat Keterampilan Mahasiswa

8.3

91.7

0 20 40 60 80 100

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

(8)

8 Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa dua mahasiswa (8,3%) memiliki kategori baik dan 22 mahasiswa (91,7%) memiliki kategori kurang sekali.

7. Tahap Menuang Larutan Baku ke dalam Buret

Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap menuang larutan larutan baku ke dalam buret ditampilkan pada Grafik 8.

Grafik 9. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 11 mahasiswa (45,8%) memiliki kategori baik sekali, 11 mahasiswa (45,8%) memiliki kategori baik dan dua mahasiswa (8,3%) memiliki kategori cukup.

8. Tahap Pelaksanaan Titrasi

Persentase keterampilan psikomotorik mahasiswa pendidikan kimia FKIP Untan pada tahap pelaksanaan titrasi ditampilkan pada Grafik 9.

Grafik 9. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.

Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap 24 mahasiswa menunjukkan bahwa 23 mahasiswa (95,8%) memiliki kategori baik

sekali dan satu mahasiswa (4,2%) memiliki kategori baik.

45.8 45.8

8.3

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0

Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

M

aha

si

swa

(%

)

Tingkat Keterampilan Mahasiswa

95.8

4.2 0

20 40 60 80 100 120

Baik Sekali

Baik Cukup Kurang Kurang

Sekali

Per

se

nt

as

e

Jum

lah

Ma

has

iswa

(%

)

(9)

9 Pembahasan

Langkah pertama dalam praktikum ini adalah persiapan kerja yang memiliki kategori keterampilan cukup paling tinggi dengan persentase 41,2% mahasiswa. Tingginya persentase pada kategori cukup disebabkan kurang lengkapnya alat keselamatan kerja yang dipakai pada saat praktikum. Hasil wawancara terhadap M1 dan M2 yang memiliki kategori cukup memberikan informasi bahwa masih kurangnya kesadaran akan pentingnya menggunakan alat keselamatan kerja yang benar dikarenakan mereka menganggap praktikum yang mereka lakukan hanya untuk membantu peneliti. Padahal mereka sudah memahami fungsi dari alat keselamatan kerja yang harus digunakan yaitu untuk melindungi tubuh dan menghindari kontaminasi. Persentase paling rendah adalah kategori baik sekali dengan persentase 8,3% mahasiswa yaitu rendahnya persentase pada kategori baik sekali dikarenakan hanya terdapat 2 orang mahasiswa yang menggunakan alat keselamatan kerja seperti jas laboratorium, sarung tangan, safety shoes dan masker dengan benar.

Pada indikator tahap persiapan peralatan gelas yang memiliki kategori paling tinggi adalah keterampilan baik sekali dengan persentase 100% mahasiswa. Tingginya persentase pada kategori ini disebabkan peralatan yang digunakan pada saat praktikum disiapkan seluruhnya oleh mahasiswa., hal ini dikarenakan sudah fahamnya mahasiswa akan fungsi-fungsi alat laboratorium yang akan digunakan pada saat praktikum dan praktikum yang dilakukan sudah pernah dilakukan sebelumnya sehingga mereka mengetahui alat apa saja yang diperlukan.

Pada indikator tahap penggerusan sampel yang memiliki persentase paling tinggi adalah kategori keterampilan baik dengan persentase 50% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa sudah terbiasa melakukan penggerusan sampel pada setiap praktikum. Hasil wawancara terhadap M2 dan M3 diperoleh informasi bahwa pada saat kegiatan praktikum yang dilihat dari teman dan asisten pada tahap penggerusan sampel sama halnya

seperti yang mereka lakukan. Kategori keterampilan kurang dan kurang sekali memiliki persentase paling rendah yaitu masing-masing kategori memiliki persentase 25% mahasiswa, hal ini disebabkan banyaknya mahasiswa yang hanya mengetahui cara memegang stamper pada tahap penggerusan sampel. Selain itu, sebagian lainnya bahkan tidak mengetahui cara penggerusan sampel yang benar. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap mahasiswa diperoleh informasi bahwa selama praktikum mereka tidak mengetahui cara penggerusan sampel yang benar dan mereka beranggapan dalam penggerusan sampel yang paling diperhatikan adalah kondisi akhir sampel bukan pada tekniknya.

(10)

10 titrasi erlenmeyer akan diangkat mendekati buret. Selanjutnya terdapat mahasiswa yang tidak meletakkan kertas putih di bawah erlenmeyer saat titrasi. Berdasarkan wawancara terhadap M6 diperoleh informasi mahasiswa yang tidak meletakkan kertas putih di bawah erlenmeyer saat titrasi beralasan lupa, hal tersebut menyebabkan kesulitan bagi mahasiswa untuk mengamati perubahan warna larutan analit.

Pada indikator tahap pembilasan buret yang memiliki persentase paling tinggi yaitu pada kategori kurang sekali dengan persentase 92,7% mahasiswa dan yang memiliki kategori keterampilan baik memiliki persentase sebesar 8,3% mahasiswa, hal ini disebabkan hanya sedikit mahasiswa yang membilas buret dengan larutan baku dan sebagian lainnya tidak membilas buret dengan larutan baku. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M3 dan M7 diperoleh informasi bahwa yang tidak membilas buret dengan larutan baku beralasan buret yang digunakan sudah bersih dan tidak perlu membilasnya dengan larutan baku yang akan digunakan dan ada pula yang beralasan tidak mengetahui jika pada saat titrasi harus membilas buret dengan larutan baku.

Pada indikator tahap menuang larutan baku ke dalam buret yang memiliki persentase paling tinggi yaitu pada kategori keterampilan baik sekali dan baik dengan persentase masing-masing 45,8% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa sudah mengetahui cara menuang larutan baku ke dalam buret menggunakan corong dan larutan tidak tumpah serta mengeluarkan larutan lewat kran apabila melebihi tanda batas nol. Persentase rendah pada kategori keterampilan cukup yaitu 8,3% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa tidak memastikan ada atau tidaknya gelembung udara pada ujung buret. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M7 diperoleh informasi bahwa ia tidak memperhatikan ada atau tidak gelembung udara pada ujung buret dikarenakan fokus pada volume larutan baku yang masuk didalam buret.

Pada indikator tahap pelaksanaan titrasi memiliki kategori keterampilan baik sekali dengan persentase paling tinggi yaitu 95,8%

mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa telah melakukan titrasi dengan benar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap M8 diperoleh informasi bahwa sebelumnya mahasiswa sudah mendapatkan cara titrasi yang benar dari dosen yang mengajar dan juga mereka sudah pernah melakukan titrasi pada praktikum yang sama sebelumnya. Persentase kategori keterampilan baik memiliki persentase paling rendah yaitu 4,2% mahasiswa, hal ini disebabkan mahasiswa memegang erlenmeyer dengan tangan kiri dan membuka-menutup kran buret dari samping buret. Berdasarkan wawancara diperoleh informasi bahwa mahasiswa tersebut grogi dan terburu-buru dalam pelaksanaan praktikum.

(11)

11 berurutan yaitu pada indikator tahap menimbang sampel, tahap persiapan peralatan gelas, tahap pelaksanaan titrasi, tahap perangkaian alat titrasi, tahap menuang larutan ke dalam buret, tahap persiapan kerja, tahap menggerus sampel, tahap persiapan buret. Secara keseluruhan keterampilan psikomotorik mahasiswa FKIP Untan termasuk ke dalam kategori yang sangat baik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis psikomotorik dalam praktikum penentuan kadar asam askorbat dengan metode iodimetri diperoleh kesimpulan bahwa gambaran keseluruhan keterampilan psikomotorik dari keseluruhan indikator rata-rata memperoleh persentase 54,2% pada kategori baik dan memperoleh persentase 45,8% pada kategori baik sekali.

Saran

Diharapkan keterampilan psikomotorik mahasiswa pada tahap pembilasan buret dan tahap penggerusan sampel yang memiliki kategori paling rendah diantara indikator lainnya ditingkatkan melalui bimbingan yang intensif oleh asisten dan dosen pengampu untuk membimbing praktikan guna

meningkatkan keterampilan dibidang tersebut.

DAFTAR RUJUKAN

Depdiknas. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta: Dirgen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar Dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Gebi, Dra. Dwiyanti dan Wiwi. M.Si, Dra. Siswaningsih. (2005). Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Bandung: FMIPA UPI.

Rustaman, N. et. al. (2003). Common Text Book Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA UPI.

Sudjana, Nana. (1989). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offsel.

____________. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Gambar

Grafik 1. Persentase Kategori Keterampilan Psikomotorik .
Grafik 3. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.
Grafik 4. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.
Grafik 6. Persentase Keterampilan Psikomotorik Mahasiswa.
+2

Referensi

Dokumen terkait