• Tidak ada hasil yang ditemukan

Helminth infection, immunity and allergy

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Helminth infection, immunity and allergy"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 4, No. 1, Juni 2012 Hal : 47 - 52

Helminth infection, immunity and allergy Abstract

Helminth infection and allergy are associated with elevated levels of IgE, tissue eosinophilia, mastocytosis, and CD4+ T cells that initiating by secreting the Th2 cytokines 4, 5, and IL-13. However, interaction between the factors was still unclear. This article try to review some articles that related with helminth infection, allergy, and immune system to figured out holistically to explain both diseases phenomenon.

Infeksi cacing, imunitas, dan alergi Abstrak

Infeksi cacing dan alergi memiliki kesamaan dalam peningkatan kadar IgE pada serum, eosinofil dalam jaringan, mastositosis, dan sel CD4+ T yang menginisiasi dengan mensekresi Th2, IL-4, IL-5, dan IL-13. Walau demikian masih belum dapat dijelaskan dengan pasti hubungan keduanya. Artikel ini mereview beberapa artikel yang berkaitan dengan infeksi cacing, alergi dan sistem kekebalan tu1buh untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif dalam menjelaskan fenomena kedua penyakit.

Penulis :

Korespondensi:

Kata Kunci : 1. Dicky Andiarsa 2. Budi Hairani 3. Gusti Meliyanie 4. Deni Fakhrizal

Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu Jl. Dharma Praja Desa Gunung Tinggi, Kec. Batulicin Kab. Tanah Bumbu Kalsel. Email: andiarsa@gmail.com.

infeksi cacing Alergi

Sistem kekebalan Diterima : 10 April 2012

Disetujui : 22 Mei 2012

Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang

(2)

Pendahuluan manusia dan karenanya dapat menyebabkan

3

penyakit limfatik filariasis. Ada pula cacing filaria Infeksi cacing berhubungan dengan aktivitas

pada binatang yang larvanya dapat menular pada tubuh yang menghasilkan beberapa substansi

manusia dan menimbulkan penyakit tropical

mediator penyebab hipersensitivitas tipe 1 seperti 5

1 eosinophilia.

eosinofil, basofil dan sel mastosid. Kemampuan

tubuh dalam menanggapi sekresi antigen yang Cacing filaria membutuhkan serangga sebagai

dikeluarkan oleh cacing bergantung kepada vektor, misalnya nyamuk Anopheles, Aedes,

respon sistem kekebalan, lamanya infeksi dan Mansonia, Culex bisa juga Simulium, Chrysops

5

berat ringannya suatu infeksi cacing. Seseorang atau Culicoides, tergantung spesiesnya. Manusia

bisa memiliki respon yang berbeda dengan orang mendapat infeksi melalui gigitan vektor yang

lain terhadap infeksi satu jenis cacing yang sama. mengandung mikrofilaria infektif. Wuchereria

Proses interaksi antara sistem kekebalan dan bancrofti, Brugia timori, dan Brugia malayi memiliki

infeksi cacing akan mengakibatkan gejala sifat nocturnal, yaitu mikrofilaria hanya ditemukan

inflamasi dan alergi yang dipicu oleh aktivitas dalam darah perifer hospes pada malam hari saja.

sitokin Th2 yang mendorong produksi IgE oleh sel Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan

limfosit B, kemudian mendorong pertumbuhan dan tekanan oksigen antara darah vena dan arteri pada

2 5

degranulasi dari sel mast. waktu siang dan malam hari. Periode laten atau

prepaten adalah waktu yang diperlukan antara

Alergi, menurut European Academy of Allergology

seseorang mendapatkan sampai ditemukannya

and Clinical Immunology (EAACI) adalah sebuah

mikrofilaria dalam darahnya. Mikrofilaria yang respon hipersensitivitas yang diinisiasi oleh

dilahirkan masuk ke dalam darah perifer dengan pajanan alergen atau antigen pada dosis yang

3 menembus dinding saluran limfe ke dalam

masih dapat ditoleransi oleh individu normal.

pembuluh darah kecil yang berdekatan atau melalui Alergi dapat ditimbulkan oleh atopi yaitu suatu

ductus thoracicus. Mikrofilaria ini tidak dapat hidup keadaan yang memperlihatkan IgE yang sangat

lebih lanjut kecuali jika dihisap oleh vektor. Jika responsif, namun atopi sendiri belum tentu dapat

4 mikrofilaria terhisap oleh vektor yang sesuai,

menimbulkan gejala alergi.

beberapa jam kemudian menembus dinding usus

Banyaknya kasus pemeriksaan jenis alergi (prick tengah dan bergerak ke otot thorax untuk

test) yang reaksinya dapat diturunkan bahkan bermetamorfosis (molt) menjadi stadium infektif

ditiadakan oleh adanya infeksi cacing yang (L1-L3) dalam waktu 1-3 minggu (tergantung

mendasari penulisan artikel ini sehingga dapat spesiesnya). Jika vektor yang mengandung larva 5

diketahui dengan jelas keterkaitan di antara kedua infektif tersebut menggigit orang lain, larva L3

jenis penyakit. meninggalkan ujung proboscis vektor ke kulit dekat

lubang gigitan, kemudian memasuki tubuh hospes

Infeksi Cacing (Sebuah Gambaran Etiologi)

melalui luka gigitan tersebut. L3 bermigrasi ke Infeksi cacing yang seringkali menyebabkan

nodus limfe terdekat untuk berkembang menjadi reaksi hipersensitivitas adalah filariasis, dan

cacing dewasa dan berkembang biak kembali dan infeksi cacing pencernaan. Kedua penyakit ini

seterusnya. memberikan respon kekebalan yang bervariasi

Cacing dewasa inilah yang dapat menyebabkan menurut siklus hidup dan cara parasit tersebut

kelainan patologis pada kelenjar limfatik menginfeksi hospesnya.

penderitanya melalui hasil metabolisme cacing

a. Filariasis

yang dapat menyebabkan keradangan pada

Tiga spesies utama yang menyebabkan filariasis kelenjar maupun pembuluh limfe. Penumpukan

pada manusia adalah Wuchereria bancrofti, cacing filaria dewasa baik yang hidup maupun yang

Brugia timori, dan Brugia malayi. Nematoda darah sudah mati dalam pembuluh limfe juga

(3)

penyumbatan pembuluh limfe. Keadaan tersebut halus masuk ke pembuluh darah vena porta menuju

akan menimbulkan perembesan cairan limfe pada ke jantung, kemudian mengikuti aliran darah ke

sel dan jaringan sekitar. Filaria Brugia memberikan paru. Dalam alveolus paru, larva terus bergerak

kerusakan kronis pada jaringan lokal yang berbeda naik hingga trachea melalui broncheolus dan

3

dengan cacing Filaria jenis Bancrofti. Pembesaran bronchus. Larva terus naik ke pharink dan

organ yang disebabkan Wuchereria bancrofti menyebabkan respon batuk pada hospes dan larva

biasanya terjadi pada seluruh lengan, kaki kembali masuk ke esophagus dan tertelan menuju

(elephantiasis), penis, skrotum dan payudara, usus halus untuk kemudian tumbuh menjadi cacing

sedangkan pada Brugia malayi dan Brugia timori dewasa. Keadaan saat larva berada di paru hingga

biasanya terjadi pembesaran pada organ kaki di dibatukkan ke esophagus menimbulkan rekasi

bawah lutut dan sangat jarang di bagian tubuh yang hipersensitivitas pada hospes yang biasa di sebut

3 8

lain. Loeffler syndrome.

Hipersensitivitas dapat pula terjadi pada penyakit Lingkaran hidup Trichuris trichiura sedikit lebih

filariasis, kejadian yang jarang ini dinamakan sederhana dibandingkan dengan Ascaris

6

tropical pulmonary eosinophilia (TPE). TPE pada lumbricoides. Telur Trichuris yang tertelan bersama

filariasis ini ditandai dengan batuk, nafas berbunyi, makanan atau minuman menetas sebagai larva di

7

sesak nafas, dan eosinofilia. dalam usus halus. Larva kemudian menanamkan

diri ke dalam columnar epithelium hingga menjadi

b. Helminthiasis Pencernaan

dewasa setelah bermetamorfosis sebanyak 4 kali

Infeksi cacing saluran pencernaan merupakan dan kemudian bergerak menuju usus besar dan

parasit yang paling sering terjadi di negara mengakibatkan infeksi kronis karena cacing

berkembang termasuk di Indonesia. Nematoda dewasa menancapkan sebagian besar tubuh

merupakan spesies terbanyak yang hidup sebagai bagian anterior ke dalam mukosa.3

parasit terhadap hospes baik hewan maupun

Infeksi hookworm dimulai dengan penetrasi aktif

manusia. Beberapa survei di Indonesia

larva filariform melalui kulit dengan bantuan enzim

menunjukkan prevalensi Ascaris lebih tinggi dari 3

larval hydroliytic. Larva akan memasuki kapiler dan 70% yang ditemukan antara lain di beberapa desa

terbawa aliran darah menuju paru dan selanjutnya di Sumatera (78%), Kalimantan (79%), Sulawesi

pola perjalanan larva menjadi dewasa hampir sama (88%), Nusa Tenggara Barat (92%) dan Jawa Barat

dengan Ascaris lumbricoides yang dengan tujuan

(90%) diikuti pervalensi Trichuris yang juga tinggi 3

8 terakhir usus halus. Cacing STH dewasa

pada daerah yang sama.

mengeluarkan telurnya di dalam saluran

Kasus infeksi cacing memang lebih sering terjadi pencernaan dan terbawa keluar melalui feses dan

pada jenis Soil Transmitted Helminthiasis (STH) seterusnya hingga menginfeksi hospes yang lain.

karena cacing jenis ini tidak membutuhkan hospes

Ketiga jenis STH hidup sebagai parasit dengan perantara untuk melanjutkan siklus hidupnya dan

mengambil sari makanan di dalam saluran menginfeksi hospesnya. Namun demikian di

pencernaan. Keberadaan parasit akan negara berkembang kasus non STH juga masih

menyebabkan berbagai gangguan pada hospes,

banyak ditemukan misalnya enterobiasis,

mulai dari sakit perut ringan, kehilangan darah dan

taeniasis, dan hymenolephiasis. Bahasan artikel ini 9

hemoglobin pada infeksi hookworm, peritonitis,

akan dibatasi pada cacing jenis STH saja. 10

diare kronis pada kasus berat trichuriasis, bahkan

STH biasa juga disebut geohelminth terdiri atas serangan jantung kongestif pada infeksi berat

Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan hookworm dan ascariasis.11

hookworm. Lingkungan yang sesuai akan

membantu telur Ascaris yang dibuahi berkembang Sistem Kekebalan terhadap Infeksi Cacing

menjadi bentuk infektif yang bila tertelan manusia, Secara umum tubuh manusia memiliki sistem

telur tersebut akan menetas di usus halus. Larva pertahanan yang memungkinkan tubuh dapat

(4)

mempertahankan diri dari serangan suatu penyakit. poliklonal IgE non spesifik dalam jumlah besar ini

14

Pada saat pertama kali agen penyakit seperti virus, masih belum diketahui.

bakteri, parasit termasuk juga cacing yang masuk

Keterkaitan Alergi dan Infeksi Cacing

dan menginfeksi tubuh, akan terlebih dahulu

Ada kemiripan jalur imunologis antara infeksi dikenali untuk memberikan kesempatan tubuh

12 cacing dan atopi yang ditandai dengan tingginya

melakukan respon imun secara spesifik.

eosinofil, IgE dalam serum dan basofil serta sel Respon imun dibedakan menjadi 2, yaitu respon

mast dalam jaringan yang memungkinkan imun alamiah dan adaptif. Respon imun alamiah

terjadinya respon hipersensitivitas tipe cepat. atau bawaan terjadi karena hal yang non spesifik,

N a m u n a p a k a h i n f e k s i c a c i n g d a p a t yaitu kulit dan selaput lendir sebagai pelindung,

mengakibatkan atopi atau sebaliknya masih perlu fagositosis dan sebagainya. Kekebalan alamiah ini

banyak penelitian yang dapat menjelaskan juga ditentukan oleh faktor genetik misalnya

fenomena tersebut.

bangsa Negro lebih resisten terhadap Plasmodium

Pada tahap awal infeksi, proses infeksi cacing

vivax dan cacing tambang dari pada bangsa kulit

5 seringkali menampakkan gejala hipersensitivitas

putih.

pada hospesnya, sindroma loeffler pada infeksi

Parasit cacing merupakan organisme yang

awal ascariasis, TPE pada filariasis, dan dermatitis

kompleks dan memiliki multiphase dalam siklus

lokal pada infeksi hookworm. Infeksi awal atau akut

hidupnya dan berbeda dari setiap spesies, namun

melibatkan sel-sel inflamasi misalnya eosinofil,

respon imun host terhadap infeksi cacing pada

basofil dan sel mast yang teraktifasi oleh kompleks umumnya hampir sama. Misalnya, teraktifasinya

antigen-IgE sehingga menimbulkan respon Th2 dengan ditandai peningkatan yang signifikan

inflamasi dan sensitifitas jaringan lokal yang dari IL-4, IL-5, IL-9, IL-10, dan IL-13 dan

terkena meningkat. Sebaliknya, pada infeksi kronis menimbulkan respon kuat dari IgE, eosinofil, dan

cacing yang merupakan organisme multiseluler

13

sel mast, sehingga penanda terbesar dari suatu

memicu tubuh hospes memproduksi IgE poliklonal infeksi cacing adalah terdeteksinya IgE serum yang

dan tidak spesifik, sehingga kejenuhan IgE non

14

tinggi dari individu yang terinfeksi.

spesifik pada serum mengakibatkan hambatan

16,17

Cacing juga menginduksi secara kuat pengaturan sterik pada reseptor sel mast (FcεRI). Hambatan

respon imun, walaupun Th2 biasanya lebih ini menyebabkan tidak terkatifasinya sel mast untuk

dominan dari pada Th1 selama infeksi cacing. mengeluarkan granula histamin sehingga tidak

Infeksi pada S. mansoni juga memiliki respon kuat terjadi hiperresponsiv pada hospes. Jalan lain bisa

komponen Th1 yang diinduksi oleh cacing dewasa, berupa IgG blocking antibody. Antibodi IgG

yang berbeda dengan telurnya yang menginduksi dianggap mampu menghambat IgE untuk mengikat

respon Th2. Setidaknya percobaan pada mencit alergen dengan menetralkan molekul alergen

telah menunjukkan menjadi tergantung terhadap sebelum alergen tersebut berinteraksi dengan IgE

15

18

respon Th1 sebagai perlindungan. yang terikat pada reseptor sel mast dan basofil,

Induksi poliklonal IgE oleh cacing mungkin juga atau menghambat sinyal sel mast dengan

melindungi parasit dari pertahanan hostnya dengan mereaksi-silangkan FeεRI dengan hambatan

cara menghambat pengikatan antigen dari cacing tyrosin imunoreseptor yang mengandung

19-21

dengan IgE spesifik ke sel mast atau basofil. Hal ini penghambat reseptor FcɣRIIb.

juga menjelaskan mengapa cacing menginduksi Antibodi IgG4 berkaitan dengan infeksi cacing yang

produksi IgE non spesifik dalam jumlah yang besar tidak menimbulkan gejala telah dilaporkan

di tempat pertama dia masuk ke tubuh host dan memblok IgE yang memediasi respon alergi

22

mengapa manusia dengan infeksi cacing sangat terhadap antigen parasit. Isotipe IgG4 juga

jarang mengalami reaksi anafilaktik jika diproduksi selama imunoterapi dengan alergen dan

dibandingkan dengan atopi. Akan tetapi, mengapa keberhasilan imunoterapi ditandai dengan produksi

(5)

23

memproduksi IgE spesifik terhadap alergen. tentang penelitian helminth imunologi. Prof. Dr.

Dengan kata lain infeksi cacing mampu mereduksi Setiawan Koesdarto, drh., M.Sc., dan drg nurhayati

efek atopi pada hospes dan dengan mekanisme M.Sc., Sc.D. yang telah membantu dalam

tersebut cacing dapat hidup lama dan berkembang penulisan artikel ini.

biak dengan aman dalam tubuh hospes tanpa

Daftar Pustaka

menimbulkan gejala pada hospes sekaligus tanpa

24 1. Guyton AC. Fisiologi Manusia dan Mekanisme

membahayakan cacing itu sendiri.

Penyakit. Jakarta: EGC Penerbit Buku Beberapa penelitian menyebutkan terdapat

Kedokteran; 1996. hubungan positif antara infeksi cacing dan atopi

25 2. Galli SJ, Nakae S, Tsai M. Mast cell in the

alergi misal dari penelitian di Jerman Timur, dan

26 development of adaptive immune responses.

China, namun beberapa lainnya menyatakan

12 Nat.Immunol. 2005. 6:135-42.

tidak memiliki hubungan yang signifikan,

27-28

diantaranya penelitian di Ethiopia, dan di 3. Wahyuni S. Helminth infections, allergic

29

beberapa wilayah di Tanzania. disorders and immune responses (studies in

Indonesia). Makasar; 2006.

Kesimpulan

4. Abidin DS. Penatalaksanaan Penyakit Alergi. Prinsip dasar sistem kekebalan tubuh adalah

Edisi kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran bagaimana tubuh merespon masuknya antigen,

Universitas Indonesia; 2008. mengenali antigen dan menghancurkannya. Efek

5. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi samping yang ditimbulkan bisa bervariasi

kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang tergantung agen penyakit dan macam antibodi

st

diserang. 1 ed. Jakarta: EGC; 2009. yang menghadapinya. Hipersensitivitas bisa

merupakan efek perubahan kimia tubuh dalam 6. Neva FA, Kaplan AP, Pacheco G, Gray L,

menghadapi infeksi parasit. Namun demikian Danaraj TJ. Tropical eosinophilia. A human

parasit juga mampu menurunkan reaksi model of parasitic immunopathology, with

hipersensitifitas dengan beberapa mekanisme observation on serum IgE levels before and

yang telah dijelaskan sebelumnya. after treatment. J. Allergy Clin. Immunol. 1975.

55:422-9. Beberapa variabel menunjukkan hubungan yang

bervariasi, dari beberapa literatur menyebutkan 7. Hussain R, Poindexter RW, Ottesen EA.

bahwa infeksi cacing dapat tidak atau Control of allergic reactivity in human filariasis.

berhubungan baik negatif maupun positif dengan Predominant localization of blocking antibody

gangguan atopi atau alergi. Hal ini menjadi to the IgG4 subclass. J.Immunol. 1992.

sandaran bahwa masih diperlukan banyak 148:2731-7.

penelitian yang mengeksplorasi tentang imunologi 8. Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S.

infeksi cacing ini sehingga dapat diperoleh Parasitologi kedokteran. Edisi keempat.

gambaran jelas mengenai penyakit yang Jakarta: FKUI; 2008.

ditimbulkannya, bagaimana jalannya suatu

9. G a h u k a m b l e D B , G a h u k a m b l e L . penyakit sampai pada suatu tindakan tata laksana

Granulomatous peritonitis due to Ascaris yang tepat dalam menangani infeksi cacing atau

lumbricoides. Ann.Trop.Paediatr. 1987. 7:142-atopi alergi.

4.

Ucapan Terima Kasih 10. Gilman RH, Davis C, Fitzgerald F. Heavy

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kepala Trichuris infection and amoebic dysentery in

Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Lukman Waris, Orang Asli children. A comparison of the two

M,Kes. Dr. Suprapto Maat, dr. Juli Soemarsono, diseases. Trans.R.Soc.Trop.Med.Hyg. 1976.

(6)

11. Crosby WH. The deadly hookworm. Why did the 21. Galli SJ, Nakae S, Tsai M. Mast Cells in the

Puerto Ricans die? Arch.Intern.Med. 1987. Development of Adaptive Immune Responses.

147:577-8. Nat.Immunol. 2005. 6:135-42.

12. Andiarsa D. Hubungan antara infeksi cacing 22. Hussain R, Poindexter RW, Otteses EA. Control

dan atopi alergi pada anak SDN Kampung Baru, of Allergic Reactivity in Human Filariasis.

Kec. Kusan Hilir, Kab. Tanah Bumbu [tesis]. Predominant Localization of Blocking Antibody

Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas t o t h e I g G 4 S u b c l a s s. J . I m m u n o l .

Airlangga; 2011. 1992.148:2731-7.

13. MacDonald AS, Araujo MI, Pearce EJ. 23. Ebner C, Siemann U, Bohle B, Willheim M,

Immunology of Parasitic Helminth Infections. Wiedermann U, Schenk S, et al. Immunological

Infection and immunity, February 2002, vol. 70, changes During Specific Immunotherapy of

No. 2 p. 427-33. G r a s s P o l l e n A l l e r g y : R e d u c e d

Lymphoproliferative Responses to Allregen and 14. Erb KJ. Helminth, Allergic Disorder and

IgE-Shift from Th2 to Th1 in T-cell Clones Spesific Mediated Immune Responses: Where do We

for Phi p 1, a Major Grass Pollen allergen. Stand?. Eur J Immunol, 2007, 37:1170-3.

Clin.Ecp.Allergy. 1997. 27:1007-15. 15. Wynn TA, Reynolds A, James S, Cheever AW,

24. Maizels RM, Selkirk ME. Immunobiology of Caspar P, Hieny S, Jancovic D, et al. IL-12

Nematode Antigen. The Biology of Parasitism. Enhances Vaccine-Induced Immunity to

New York: Alan R. Liss, Inc.; 1988. P.285-308. Schistosomes by augmenting Both Humoral

and Cell-Mediated Immune Responses Against 25. Dold S, Heinrich J, Wichmann HE, Wjst M.

the Parasite. J Immunol. 1996. 157:4068-78. Ascaris-Specific IgE and Allergic Sensitization

in a Cohort of School Children in The Former 16. Lynch NR, Hagel I, Perez M, Di Prisco MC,

East Germany. J.Allergy Clin.Immunol. 1998. Lopez R, Alvarez N. Effect of anthelmintic

102:414-20. treatment on the allergic reactivity of children in

a tropical slum. J.Allergy.Clin.Immunol. 1993. 26. Palmer LJ, Celedon JC, Weiss ST, Wang B,

92:404-11. Fang Z, Xu X. Ascaris lumbricoides infection in

Associated with Increased Risk of Childhood 17. Nyan OA, Walraven GE, Banya WA, Milligan P,

asthma and Atopy in Rural China. Van Der SM, Ceesay SM, et al. Atopy, intestinal

Am.J.Respir.CritCare Med. 2002. 165:1489-93. helminth infection and total IgE serum in rural

and urban adult Gambian communities. 27. Davey G, Venn A, Belete H, Berhane Y, Britton

Clin.Exp.Allergy. 2001. 31:1672-8. J. Wheeze, Allergic Sensitization and

Geohelminth Infection in Butajira, Ethiopia.

18. Flicker S, Valenta R. Renaissance of The

Clin.Exp.Allergy. 2005. 35:301-7.

Blocking Antibody Concept in the Type I Allergy.

Int.Arch.Allergy Immunol. 2003. 132:13-24. 28. Selassie FG, Stevens RH, Cullinan P, Pritchard

D, Jones M, Harris J, et al. Total and Specific IgE 19. Daeron M, Malbec O, Latour S, Espinosa E,

(House dust mites and intestinal helminth) in Pina P, Fridman WH. Regulation of

Tyrosine-Astmatic and Control from Gondar, Ethiopia. containing Activation Motif-Dependent Cell

Clin.Exp.Allergy. 2000. 30:356-8.

Signaling by Fc Gamma RII. Immunol.Lett.

1995. 44:119-23. 29. Carswell F, Merrett J, Merrett TG, Meakins RH,

Harland PS. IgE, Parasites and asthma in

20. Strait RT, Morris SC, Finkelman FD.

IgG-Tanzanian Children. Clin.Allergy. 1977.

7:445-Blocking Antibodies Inhibit IgE-Mediated

53. Anaphylaxis in vivo Through Both Antigen

Interception and FcgammaRIIb Cross-Linking.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengubah kesalahpahaman dan meningkatkan minat konsumen untuk membeli produk organik di Malaysia dengan menggunakan variabel

Secara khusus, Widener (2004) meneliti hubungan antara empat atribut strategic human capital (usefulness, behavioral uncertainty, firm-specifity, dan spread of strategic

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Indikator Kinerja (outcome) Capaian Kinerja Kondisi Awal Kondisi Akhir Mewujudkan mutu pendidikan, layanan kesehatan, tatanan

Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa pendapatan asli daerah (PAD) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap peningkatan alokasi anggaran belanja

Namun dalam pembahasannya, pada dasarnya semua buku menjelaskan hanya sebatas gambaran umum saja tentang pengkodifikasian hadis, belum ada buku yang secara khusus

Laporan tugas akhir ini yang berjudul “Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Terhadap Siklus Penjualan UD Kudu Plastik Mojokerto” dibuat sebagai syarat memperoleh

Alat analisis yang digunakan adalah pendpatan koto, pendapatan bersih dan efisiensi pendapatan dengan cara menghitung pendapatan kotor yang dikurangi dengan total biaya

pengunjung tentang fasilitas wisata di objek wisata Lembah Harau Kabupaten Lima Puluh Kota ditinjau dari indikator bentuk fasilitas berada pada kategori kurang