• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Profil KabupatenKota - DOCRPIJM_1bd5bcaf71_BAB IIBAB 2 Profil Kabupaten, kota.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II Profil KabupatenKota - DOCRPIJM_1bd5bcaf71_BAB IIBAB 2 Profil Kabupaten, kota.pdf"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Profil Kabupaten/Kota

KABUPATEN

(2)

BAB II

PROFIL KABUPATEN/KOTA

2.1 Wilayah Administrasi

2.1.1 Gambaran administrasi wilayah

Kabupaten Minahasa memiliki luas wilayah sebesar 121,043.31 ha yang terdiri dari 25 kecamatan. Kecamatan Tombariri/Tombariri Timur memiliki luas wilayah terbesar yaitu 15.840,89 ha sedangkan Kecamatan Kawangkoan memiliki luas wilayah terkecil yaitu 1,325,21 ha.

Kabupaten Minahasa merupakan salah satu daerah yang ada di Sulawesi Utara. Letak daerah ini menurut garis lintang dan bujur adalah: 1o22’ 44’’ LU/ 124o 33’ 52’’ BT ke 1o01’ 11’’ LU/ 124o54’ 45’’ BT ke 125o04’ 21’’BT/

1o 20’ 25’’ LU. Kabupaten Minahasa pada umumnya berbukit, bergunung,

dan dataran yang agak luas, hanya sekitar Danau Tondano. Dataran tersebut dijumpai dalam wilayah Tondano, Remboken, Tompaso, Langowan, dan Kakas. Lereng beragam dari datar hingga sangat curam. Lereng-lereng yang sangat curam dijumpai didalam wilayah Kecamatan Kombi, Kecamatan Kakas, dan Kecamatan Langowan Selatan. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara dengan Kabupaten Minahasa Utara; - Sebelah Timur dengan Laut Maluku;

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara; - Sebelah Barat dengan Laut Sulawesi.

- Di bagian tengah wilayah Kabupaten Minahasa terdapat wilayah Kota Tomohon

(3)

2.2.2 Peta wilayah Kabupaten Minahasa

(4)

Tabel 2.1 Luas Wilayah Administratif

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten/Kota

2.2.1 Pertanian

(5)

ternyata masih banyak lahan yang produktif belum dikelola secara maksimal.

Perkembangan yang terjadi saat ini, dimana telah muncul anomali iklim yang sangat mempengaruhi pola tanam serta produktivitas pertanian, sehingga diperlukan analisis yang lebih akurat untuk meningkatkan produktivitas. Daya dukung pertanian tanaman pangan dan hortikultura di kabupaten Minahasa selama ini telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan, antara lain dalam pembentukan PDRB, penyerapan dan penyediaan lapangan kerja, kesempatan berusaha serta penyediaan produksi pangan regional/daerah. Terdapat sekitar 9 jenis komoditas tanaman pangan yang diusahakan masyarakat kabupaten Minahasa yaitu Komoditi padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu. talas, sayur-sayuran. Komoditas padi sebesar dengan total produksi sebesar 68.090 ton menempati urutan tertinggi capaian produksi.

2.2.2 Urusan Kehutanan

Kawasan hutan yang ada di kabupaten Minahasa sebesar 27.695,57 ha atau sebesar 22,88% dari luas Minahasa terdiri dari kawasan hutan lindung seluas 9.173 ha, hutan produksi 5.758 ha dan hutan konservasi 8.417 ha. Hasil hutan yang cukup menonjol adalah lebah madu, damar dan budidaya ulat sutra.

2.2.3 Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral

Hasil produksi pertambangan di Kabupaten Minahasa di dominasi oleh 5 (lima) jenis bahan tambang dalam bentuk galian yaitu pasir, kerikil, tanah urug, koalin dan batuan. Disamping pengelolaannya dilakukan oleh pengusaha, namun masih ada pengelolaan galian c pada khususnya dikelola oleh kelompok masyarakat. Saat ini proses perijinan untuk usaha galian c sudah sangat selektif untuk menjaga kelestarian lingkungan sekitar. Berikut ini tabel produksi galian c :

Tabel 2.2

Potensi Pertambangan, 2012 Kabupaten Minahasa

No Jenis Galian Lokasi Potensi Ket

A Mineral Logam

(6)

2. Emas Agotey Pineleng Terduga Makalonsow Tondano Timur Terduga Kombi Kecamatan Kombi Terduga

B Mineral Non Logam dan Batuan

1 Kaolin Toraget Langowan Utara 500.000 ton indikasi Tempang Tompaso 500.000 ton Indikasi

2 Belerang Leilem Sonder 60.000 ton Indikasi

. Toraget Langowan Utara,

Kanonang

81.000 ton Survey 3 Pasir Besi Rumbia Langowan Selatan 6.000.000 ton Indikasi

Bukit Tinggi Kakas Barat 4.000.000 ton Indikasi Poopo Tombariri 1.000.000 ton Indikasi 4 Obsidian Tataaran Tondano Selatan 2.500.000 m3 Indikasi

Watulambot, Wewelen Tondano Barat

12.500 m3 Indikasi

.5 Andesit Tateli Mandolang 79.000.000 m3 Terukur

Warembungan Pineleng 7.400.000 m3 Terukur

Sea Pineleng 10.000.000 m3 Terukur

Watulambot, Wewelen Tondano Barat

5.500.000 m3 Terukur

6 Batu Lapis Timbukar Sonder 1.300.000 m3 Indikasi

7 Batu Apung Lemoh, Ranotongkor, Lolah Tombariri

15.000 m3 Indikasi

Toliang Oki Eris 4.000 m3 Indikasi

Tompaso Kecamatan Tompaso 4.000 m3 Indikasi

8 Pasir Vulkanik

Noongan Langowan Barat 30.000 m3 Indikasi

9 Pasir Tombariri 2.000 m3 Indikasi

Tompaso 3.000 m3 Indikasi

10 Lempung Pulutan, Parepey Remboken 10.000 m3 Indikasi

Lolah, Lemoh Tombariri Timur 9.000 m3 Indikasi

Touiliang Oki Eris 3.000 m3 Indikasi

Noongan Langowan Barat 4.000 m3 Indikasi Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa Tahun 2013-2018, Dinas ESDM

Kab.Minahasa, Tahun 2013

Hampir seluruh desa dan kecamatan di kabupaten Minahasa telah mendapat sambungan listrik. Ketersediaan dan kebutuhan energi listrik di kabupaten Minahasa cenderung meningkat. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada peningkatan kemampuan rumah tangga dan industri mengkonsumsi listrik.

Ketersediaan di Kabupaten Minahasa energi listrik sangat besar baik yang sudah berproduksi maupun dalam tahapan eksplorasi yang terdapat di:

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Tonsea Lama Tondano Utara;

(7)

3. Rencana Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTM) Tincep I, II, III, IV dengan kapasitas kurang lebih 3,6 MW, PLTM Kiawa, Kayuuwi, Sungai Sawangan, dan Sungai Tuloun; dan

4. Pengembangan potensi PLTP di Remboken, Kawangkoan Barat dan Tompaso.

2.2.4 Urusan Pariwisata

Sarana dan prasarana pariwisata yang dimiliki berdasarkan pada sumberdaya alam yang indah merupakan potensi objek wisata yang terus dikembangkan untuk menarik wisatawan mancanegara maupun domestik juga dapat menjadi pendorong bagi pengembangan kawasan-kawasan sekitarnya, namun dari tahun ke tahun sumbangan sektor pariwisata (hotel, restoran dan perdagangan) sangat kecil yaitu tahun 2009 sebesar Rp.611,39 milyar (16,04%) dan tahn 2011 sebesar Rp. 775,14 milar (15,94%).Potensiobjek wisata di Kabupaten Minahasa terdiri dari :

1. Wisata Alam: Wisata air terjun di Kecamatan Pineleng, Danau Tondano, Wisata Pantai di Kecamatan Tombariri, Pineleng, Lembean Timur, Pemandian air panas di Kecamatan Tondano Barat, Kecamatan Kawangkoan, Wisata Religius Bukit Kasih di Kecamatan Kawangkoan, Pacuan Kuda di Kecamatan Tompaso, dan Wisata Hutan Lindung.

2. Wisata Budaya/Sejarah: Watu Pinabetengan di Kecamatan Tompaso, Goa Jepang Di Kecamatan Kawangkoan, Makam Imam Bonjol di Kecamatan Pineleng, Makam DR SAM Ratulangi di Tondano Barat, Makam Kiay Modjo di Kecamatan Tondano Utara, Kuburan Reidel dan Swarz di Kecamatan Tondano dan Langowan, serta bekas pangkalan lapangan terbang amphibi di Kakas.

3. Wisata Industri/Minat khusus: Kerajinan tangan dari tanah liat di Kecamatan Remboken, produksi olahan kayu di Kecamatan Sonder dan Eris, Souvenir kayu kelapa, sulaman kain, dan wisata agro industri (PAKAKAAN)

(8)

2.2.5 Urusan Perikanan dan Kelautan

Usaha perikanan yang potensial di kabupaten Minahasa adalah perikanan laut dan darat, namun potensi perikanan ini belum digarap secara intensif dan maksimal yang sebagian besar berada di pesisir pantai Kalasey, Tately, Tanawangko serta pantai Kombi, Kakas Barat dan Langowan Selatan.

Adapun jumlah kelompok nelayan binaan sebanyak 138 kelompok untuk perikanan budidaya dan khususnya untuk perikanan tangkap sebanyak 62 kelompok dengan produksi rata-rata 36,60 ton/tahun. Khusus olahan perikanan darat yang terdapat di danau Tondano telah dikembangkan budidaya ikan Nila, Koi dan Betutu, disamping ikan Payangka yang merupakan satwa endemik di Danau Tondano. Eksport dilakukan oleh pabrik pengolahan ikan, PT. Mikaindo sudah cukup lama beroperasi yang berlokasi di Tanawangko. Adapun perkembangan hasil produkusi perikanan dengan jumlah nelayan dan keluarga nelayan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Hasil Produksi Perikanan 2008- 2011 Kabupaten Minahasa

No Jenis Usaha Perikanan 2008 (Ton) 2009 (Ton) 2010 (Ton) 2011 (Ton) Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa, BPS Kabupaten Minahasa, Tahun 2012

Tabel 2.4

Jumlah Produk Unggulan Perikanan 2012 Kabupaten Minahasa

No Jenis Nelayan Produksi

Ton

(9)

2.2.6 Urusan Perdagangan dan Industri

Kondisi perindustrian di Kabupaten Minahasa tercermin dari data industri yang terdiri dari industri pengolahan ikan beku oleh PT Mikaindo di Tombariri dan industri kecil menengah (IKM) yang terdiri dari IKM pangan (73 unit), sandang (22 unit), kimia dan bahan bangunan (92 unit), logam dan elektronika (214 unit) dan kerajinan (19 unit). Tenaga kerja yang diserap oleh IKM logam dan elektronika adalah yang terbesar sebanyak 1.235 orang atau 50,83% dari tenaga kerja keseluruhan yang berjumlah 2.424 orang. Namun dari nilai investasi (NI), yang paling tinggi adalah IKM pangan. Tumbuh dan berkembangnya IKM baru terpusat pada satu tempat sesuai dengan ketersediaan bahan baku maupun oleh faktor lainnya. Usaha industri yang tersebut kemudian membentuk sentra-sentra produksi, seperti: pengolahan VCO di Desa Lemoh Kecamatan Tombariri, pengolahan kacang goreng di Kecamatan Kawangkoan, usaha meubel di Desa Leilem Kecamatan Sonder, usaha keramik di Desa Pulutan Kecamatan Remboken dan usaha pandai besi di Tondano Utara.

Perdagangan memegang peran penting dalam perekonomian Kabupaten Minahasa. Terdapat tiga lokasi yang menjadi pusat perdagangan, yaitu: Tondano Barat untuk Kecamatan Tondano Barat, Tondano Timur, Tondano Utara, Tondano Selatan, Eris, Kombi, Lembean Timur dan Remboken; Kawangkoan untuk Kecamatan Kawangkoan, Tompaso, Sonder, dan Leilem; Langowan Timur untuk Kecamatan Langowan Barat, Langowan Timur, Langowan Selatan, Langowan Utara, Kakas, serta Kecamatan Ratahan dan Kecamatan Belang yang merupakan bagian dari Kabupaten Minahasa Tenggara.

Luas wilayah produktif

Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.

(10)

kawasan produktif sebesar 87.4911 ha. Adapun kawasaan budidaya seluas 89.815 ha, sehingga ratio antara kawasan produktif dan kawasan budidaya tahun 2011 sebesar 1,08. Berikut tabel kawasan pertanian dan perkebunan sebagai berikut:

Tabel 2.5

Rasio Luas Wilayah Produktif Tahun 2008 s.d 2012 Kabupaten Minahasa

NO Uraian 2008 2009 2010 2011

1. Luas Wilayah produktif 105.428 102.487 101.046 96.743

2. Luas Seluruh Wil. Budidaya 89.815 89.815 89.815 89.815

3. Rasio (1./2.) 1,17 1,14 1,13 1,08

Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa, Bappelitbangda Minahasa, Tahun 2013

Luas Wilayah Industri

Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industri terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.

Tabel 2.6

Rasio Luas Wilayah Industri Tahun 2008 s.d 2012 Kabupaten Minahasa

NO Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa, Bappelitbangda Minahasa, Tahun 2013

Pusat perdagangan Minahasa terletak di tiga pasar terbesar, yaitu Pasar Tondano, Langowan dan Kawangkoan serta 7 pasar kecil lainnya yang tersebar di beberapa kecamatan. Pasar Tondano yang terletak di Ibu Kota Kabupaten, lebih padat dibanding dua pasar besar lainnya, jumlah pedagang mencapai 483 orang, sedangkan pasar Langowan dan Kawangkoan digunakan oleh sekitar 568 dan 358 pedagang. Secara keseluruhan pasar Remboken merupakan pasar terpadat, dari areal yang hanya 866 m2, terdapat sebanyak 83 orang pedagang, atau dengan penguasaan lahan rata-rata dibawah 11 m2/pedagang.

(11)

meningkatkan perolehan nilai tambah masing-masing sebesar 2,39 dan 1,23 triliun rupiah.

Seiring dengan tumbuh kembangnya perekonomian, besarnya rata-rata dari nilai tambah yang mampu dihasilkan oleh setiap penduduk Minahasa atau yang biasa disebut dengan PDRB perkapita, pada tahun 2014 turut mengalami peningkatan baik atas dasar harga konstan 2010. Tercatat pada tahun 2013 yang mencapai 25,88 juta rupiah, kini telah bertambah mendekati 27,06 juta setahun.

Salah satu kegiatan ekonomi yang cukup strategis adalah pariwisata. Kegiatan ini mampu memicu perekonomian suatu daerah, karena memiliki dampak ke segala kategori usaha secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, Minahasa termasuk daerah yang beruntung, karena Tuhan telah menganugerahkan berbagai macam keindahan alam seperti pantai, bukit, danau, serta obyek-obyek wisata lainnya yang bisa dimanfaatkan pemerintah sebagai sumber pendapatan baik bagi masyarakat maupun pemerintah.

Berdasarkan data dari instansi terkait, terdapat sebanyak 105 obyek wisata di Bumi Nyiur Melambai ini, terdiri dari wisata alam (40), wisata sejarah (33), wisata buatan (24), dan wisata religi (8).

Hotel sebagai bagian penunjang dari kegiatan pariwisata, ketersediaannya sudah cukup memadai. Sedangkan sarana pendukung lain yang tidak kalah penting adalah tempat makan.

Kabupaten Minahasa termasuk salah satu daerah yang memiliki potensi bahan tambang yang cukup melimpah. Di daerah ini ada berbagai macam cadangan alam, seperti; Kaolin, pasir besi, emas, dan bahan tambang lainnya. Demikian pula dengan cadangan energi, tercatat ada dua tempat mengandung potensi listrik tenaga air dan satu kawasan menyimpan kandungan panas bumi.

(12)

yang sangat besar hingga 15 kali lipat lebih dibanding pembangkit lama (Tonsea Lama).

Industri adalah salah satu kategori penting dalam perekonomian yang dapat menggambarkan tingkat kemajuan dan kemandirian ekonomi di suatu wilayah. Cabang industri Kimia dan Bangunan di Minahasa merupakan penyerap tenaga kerja yang paling tinggi. Diantara cabang industri kecil dan menengah yang ada, industri pangan merupakan cabang yang paling produktif, dari sisi tenaga kerja maupun unit usahanya. Secara umum, produktifitas tenaga kerja meningkat 1,31 persen dari tahun sebelumnya. Peningkatan produktivitas terjadi pada industri pangan yang mencapai lebih dari satu setengahnya. Sebaliknya, industri kimia yang mengalami penurunan bahkan hampir 15,4 persen.

2.3 Gambaran Demografi

2.3.1 Jumlah Penduduk dan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Dilihat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Minahasa terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015, tercatat penduduk Kabupaten Minahasa sebanyak 329.003 jiwa. Jumlah ini mencakup penduduk bertempat tinggal tetap maupun penduduk tidak bertempat tinggal tetap.

(13)

Tabel 2.7 Jumlah Penduduk dan laju Pertumbauhan Penduduk Menurut

Kecamatan di Kabupaten Minahasa 2010, 2014, dan 2015

(14)

Tabel 2.8 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Minahasa, Tahun 2015

Sumber: Minahasa Dalam Angka

Tabel 2.9 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Minahasa Lima Tahun ke depan

Sumber: Hasil Perhitungan Konsultan Individual

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Langowan Timur 12.320 12.494 12.574 1,41 12.751,29 12.931,09 13.113,41 13.298,31 13.485,82 2 Langowan Barat 15.146 15.341 15.418 1,29 15.616,89 15.818,35 16.022,41 16.229,10 16.438,45

3 Langowan Selatan 7.461 7.558 7.598 1,3 7.696,77 7.796,83 7.898,19 8.000,87 8.104,88

4 Langowan Utara 8.058 8.172 8.223 1,41 8.338,94 8.456,52 8.575,76 8.696,68 8.819,30

5 Tompaso 7.306 7.418 7.479 1,53 7.593,43 7.709,61 7.827,57 7.947,33 8.068,92

6 Tompaso Barat*) 8.509 8.696 8.830 2,2 9.024,26 9.222,79 9.425,70 9.633,06 9.844,99

7 Kawangkoan 9.891 10.047 10.127 1,58 10.287,01 10.449,54 10.614,64 10.782,36 10.952,72

8 Kawangkoan Barat 8.023 8.133 8.182 1,37 8.294,09 8.407,72 8.522,91 8.639,67 8.758,04

9 Kawangkoan Utara 8.313 8.439 8.502 1,52 8.631,23 8.762,43 8.895,61 9.030,83 9.168,10

10 Sonder 17.807 18.088 18.233 1,58 18.521,08 18.813,71 19.110,97 19.412,92 19.719,65

11 Tombariri 17.243 17.562 17.751 1,85 18.079,39 18.413,86 18.754,52 19.101,48 19.454,85 12 Tombariri Timur*) 9.221 9.384 9.475 1,77 9.642,71 9.813,38 9.987,08 10.163,85 10.343,75

13 Pineleng 28.533 29.312 29.881 2,73 30.696,75 31.534,77 32.395,67 33.280,07 34.188,62

14 Tombulu 15.833 16.179 16.404 2,19 16.763,25 17.130,36 17.505,52 17.888,89 18.280,66

15 Mandolang*) 20.632 21.191 21.598 2,71 22.183,31 22.784,47 23.401,93 24.036,12 24.687,50 16 Tondano Barat 19.226 19.536 19.699 1,61 20.016,15 20.338,41 20.665,86 20.998,58 21.336,66 17 Tondano Selatan 21.217 21.750 22.126 2,51 22.681,36 23.250,66 23.834,26 24.432,50 25.045,75

18 Remboken 11.047 11.197 11.262 1,36 11.415,16 11.570,41 11.727,77 11.887,26 12.048,93

19 Kakas 11.741 11.886 11.941 1,23 12.087,87 12.236,56 12.387,06 12.539,43 12.693,66

20 Kakas Barat 9.502 9.633 9.691 1,38 9.824,74 9.960,32 10.097,77 10.237,12 10.378,39

21 Lembean Timur 7.246 7.288 7.274 0,58 7.316,19 7.358,62 7.401,30 7.444,23 7.487,41

22 Eris 9.753 9.846 9.863 0,95 9.956,70 10.051,29 10.146,77 10.243,17 10.340,48

23 Kombi 9.817 9.902 9.912 0,87 9.998,23 10.085,22 10.172,96 10.261,47 10.350,74

24 Tondano Timur 13.943 14.152 14.253 1,5 14.466,80 14.683,80 14.904,05 15.127,61 15.354,53 25 Tondano Utara 12.157 12.476 12.708 2,62 13.040,95 13.382,62 13.733,25 14.093,06 14.462,30

319 945 325.680 329.004 1,79 334.924,57 340.963,36 347.122,95 353.405,96 359.815,09 No Kecamatan

Minahasa

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Jumlah Penduduk

(15)

2.3.2 Kemiskinan

Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Selama 3 tahun terakhir jumlah penduduk miskin bertambah dari 22.900 atau 7,16% pada tahun 2012 menjadi 28.500 atau 8,81% pada tahun 2013, dan tahun 2014 menjadi 27.830 atau 8,53%.

Tabel. 2.10

Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa,

Tahun 2012 – 2014

Tahun

Year

Garis Kemiskinan

Proverty Line

(Rupiah)

Penduduk Miskin

Jumlah Presentase

(1) (2) (3) (4)

2012 212.930 22.900 7,16

2013 216.181 28.500 8,81

2014 217.891 27.830 8,53

Sumber : Minahasa dalam angka 2016, Sosial Ekonomi Nasional

Tabel 2.11 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa, 2012-2014

(16)

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

2.4.1 PDRB, dan Potensi Ekonomi

Posisi strategis Kabupaten Minahasa yang berada pada KSN DAS Tondano dan KSN Kapet Manado-Bitung, serta kondisi keamanan dan ketertiban yang terkendali sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun ketidakstabilan ekonomi global juga akan ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Minahasa.

Kapasitas ekonomi yang tergambar dari nilai keseluruhan produk barang dan jasa yang dihasilkan di daerah ini yang tergambar pada data PDRB-nya menunjukan bahwa perputaran roda ekonomi dalam kurun waktu 5 tahun ini semakin meningkat. Tahun 2008 PDRB sebesar lebih dari 3,34 triliun rupiah ADHB dan sebesar lebih dari 1,88 triliun rupiah ADHK. Semakin meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi yang terjadi di daerah ini sehingga sampai dengan tahun 2012, PDRB sebesar lebih dari 5,41 triliun rupiah menurut HB dan lebih dari 2,40 triliun rupiah menurut HK 2000.

Struktur perekonomian sampai dengan tahun 2012 menunjukan bahwa sektor pertanian masih merupakan primadona dalam perekonomian Kabupaten Minahasa, dimana sektor ini dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini memiliki peranan sekitar 23 persen. Kemudian diikuti dengan sektor bangunan/konstruksi dengan peranan sebesar hampir 19 persen dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi hampir 16 persen serta sektor jasa-jasa yang termasuk didalamnya jasa pemerintahan yang berperan dalam perekonomian daerah ini sebesar hampir 14 persen.

Tabel 2.12

Sumber: RPJMD 2013-2018

(17)

sebesar 2,4 trilyun, PDRB-ADHB sebesar 5,4 trilyun, dan terjadi penurunan pada angka kemiskinan serta penganngguran.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini menunjukan tren perkembangan yang relatif cepat dari tahun ke tahun. Tahun 2008 ekonomi daerah ini mampu tumbuh 5,37 persen terus tumbuh cepat sebesar 5,92 persen di tahun 2009 hingga tahun 2011 perekonomian daerah ini mampu tumbuh sebesar 6,35 persen dan di akhir tahun 2012 tumbuh cepar sebesar 6,81 persen.

Tabel 2.13

Sumber: RPJMD 2013-2018

b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, PDRB, dan pendapatan perkapita

Salah satu sasaran dari pembangunan jangka menengah Kabupaten Minahasa 2013-2018 yaitu meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat jika pertumbuhan ekonomi meningkat. Berbagai kebijakan yang yang akan dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Minahasa saat ini melalui kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan yang fokus pada pengembangan sektor pertanian dan pariwisata, serta pelaksanaan kebijakan pembangunan di berbagai bidang yang diikuti semakin kondusifnya ekonomi nasional dan berkembangnya perekonomian propinsi, diyakini dapat mempercepat perputaran roda perekonomian Kabupaten Minahasa.Kinerja perekonomian Kabupaten Minahasa diproyeksikan dari tahun 2013 hingga 2018 akan mengalami perkembangan dengan tren relatif cepat.

(18)

tersebut dikontribusikan dari pertumbuhan rata-rata per tahun sektor pertanian sebesar 2,53%, sektor bangunan sebesar 6,72%, Bangunan 6,89%, Perdagangan, Hotel dan restoran sebesar 8,57%, Angkutan dan Komunikasi 9,15, dan sektor jasa sebesar 8,76%.

Tabel 2.14 Estimasi Target Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan

Usaha Di Kabupaten Minahasa 2014-2018 (%)

Sumber: RPJMD Minahasa 2013-2018

Dari pertumbuhan tersebut dapat diestimasi perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Minahasa dari tahun 2014 hingga 2018. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun akan meningkatkan pula perkembangan PDRB yaitu sampai dengan tahun 2018 akan menjadi sebesar 12,02 triliun rupiah atas dasar harga berlaku dan 3,63 triliun rupiah atas dasar harga konstan 2000.

Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa rata-rata per tahun sebesar 1,27% berdasarkan data SUPAS BPS tahun 2005, maka PDRB per kapita akan meningkat dari tahun 2008 sebesar 10,54 juta rupiah menjadi 19,82 juta rupiah di tahun 2013. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.

Gambar 2.2 Grafik Perkembangan dan Target Estimasi PDRB Per Kapita Kabupaten Minahasa, 2000-2018 (Jutaan Rupiah)

(19)

c. Meningkatkan Taraf Hidup Petani

Salah satu indikator yang mengukur peningkatan taraf hidup/kesejahteraan petani yaitu Indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Indeks ini menggambarkan jika angkanya 100 (seratus) berarti apa yang diterima petani sama dengan apa yang dibayar oleh petani. Untuk itu ditargetkan bahwa Nilai Tukar Petani yang ada di Kabupaten Minahasa dari tahun 2014 – 2018 rata-rata setiap tahun harus mencapai angka 106,08. Ini berarti petani di Minahasa mengalami surplus pendapatan (yang diterima lebih besar dari yang dibayar).

d. Kebutuhan Investasi dan Pembiayaan Pembangunan

Berdasarkan berbagai arah kebijakan dalam rangka perbaikan ekonomi yang akan dilaksanakan di berbagai bidang pembangunan yang tertuang dalam RPJM Kabupaten Minahasa, tingkat efisiensi kegiatan ekonomi yang diukur dengan indikator ICOR (incremental capital output ratio) diperkirakan dalam kondisi terjaga/terkontrol yaitu tahun 2014 sebesar 2,10 sampai tahun 2018 mencapai 2,81.

Perkiraan tingkat efisiensi investasi yang terkontrol tersebut, untuk mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih dari 6,87% per tahun dibutuhkan total investasi (PMTB) kumulatif dari 2014 hingga 2018 sebesar lebih dari 14,46 triliun rupiah (harga berlaku) dan kumulatif sebesar lebih dari 3,13 triliun rupiah (harga konstan).

(20)

Tabel 2.15 Estimasi Produk Regional Bruto ADHB (Menurut Lapangan Usaha) dalam Jutaan Rupiah

Sumber: RPJMD Kab. Minahasa Tahun 2013-2018

Tabel 2.16 Estimasi Produk Regional Bruto ADHK (Menurut Lapangan Usaha) dalam Jutaan Rupiah

Sumber: RPJMD Kab. Minahasa Tahun 2013-2018

Tabel 2.17 Estimasi Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Minahasa (Menurut Lapangan Usaha)

Sumber: RPJMD Kab. Minahasa Tahun 2013-2018

2.4.2 Pendapatan Per Kapita

(21)

masing-masing penduduk Minahasa memiliki PDRB perkapitanya sebesar 15,50 juta rupiah dan tahun 2012 menjadi Rp. 17,15 juta rupiah.

Tabel 2.18 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Minahasa Atas

Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2013-2015

(22)

Tabel 2.19 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar

Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Minahasa

(persen), 2013-2015

Sumber: Minahasa Dalam Angka 2016

(23)

Tabel 2.20 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per

Kapita Sebulan di Kabupaten Minahasa, 2015

Sumber: Minahasa Dalam Angka 2016

Tabel 2.21 Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Per

Kapita Sebulan dan Kelompok Barang di Kabupaten Minahasa, 2015

Sumber: Minahasa Dalam Angka 2016

2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis a. Gambaran Topografi

(24)

Tondano.Dataran tersebut dijumpai dalam wilayah kecamatan Tondano, Remboken, Tompaso, Langowan dan Kakas.Lereng beragam dari datar hingga sangat curam.Lereng-lereng yang sangat curam dijumpai dalam wilayah kecamatan Kombi (Bagian Timur), Kakas dan Langowan di bagian Selatan.

Topografi yang unik di bagian timur adalah adalah lereng yang melandai dari ketinggian + 1000 m dari permukaan laut ke arah pantai dengan panjang + 40 Km dari wilayah kecamatan Kombi sampai Belang. Dari batuan geologi menunjukan dataran sekitar Danau Tondano adalah endapan lakustrin maupun sungai.

Wilayah berbukit sampai bergunung bagian Timur danau Tondano terdiri atas batuan vulkanis berupa lava basalt dan tufa basalt.Lahan lereng timur ke arah pantai dalam wilayah kecamatan Kema sampai Belang batuan induk Tufa Tondano.Wilayah kecamatan Langowan Barat, Tompaso dan Kawangkoaan terdiri atas Abu Vulken dan Tufa Tondano. Wilayah 6 Lengkoan, 6 Tampusu (Kecamatan Remboken), 6 Masarang, 6 Dahawu sampai lahan wilayah Kecamatan Tombulu berupa batuan Volkanis Muda (abu, bom, lapilli, lawa). Di daerah ini tanah-tanah yang berkembang dari batuan basalt membentuk ordo Alfisolts, Tufa Tondano ordo Andisols.Tanah di wilayah dataran sekitar danau Tondano umumnya Aquepts.

Penggunaan tanah secara umum masih didominasi oleh budidaya tanaman pangan 40.72% dan lahan perkebunan yang mencakup 12.95% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Minahasa. Penggunaan tanah lainnya yang cukup besar adalah hutan (Lindung, bakau, konservasi, produksi terbatas, produksi tetap) yaitu sekitar 13.23% dan lahan untuk perikanan darat (4.07%).

(25)

wortel dan hortikultura dataran tinggi lainnya, hanya terdapat di beberapa wilayah Selatan DAS Tondano yakni di Kecamatan Langowan Barat dan Tompaso.Padi sawah tersebar luas disekitar danau Tondano di wilayah kecamatan Langowan Timur, Langowan Barat dan Kakas.

Proporsi penggunaan tanah untuk perkampungan/permukiman paling besar di Propinsi Sulawesi Utara ada di Kota Manado, Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa.Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan penduduk dan wilayah perkotaan pada ketiga daerah tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.

Ditinjau dari ketinggiannya, sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa berada pada kelas ketinggian 100-1000 dpl. Sedangkan ditinjau dari kemiringan merupakan wilayah yang sebagian besar berbentuk pegunungan/perbukitan, dan sebaliknya dataran rendah relatif kecil. Kumpulan dataran yang cukup signifikan terbentuk pada kawasan sekitar Danau Tondano. Di wilayah Kabupaten Minahasa terdapat 4 gunung yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 m dpl. Wilayah Kecamatan Tondano berbatasan dengan Gunung Mahawu yang masih aktif.Danau Tondano merupakan danau terbesar dengan satu sungai (Sungai Tondano) yang berfungsi untuk pengairan pertanian, pembangkit tenaga listrik (PLTA Tonsea Lama-Tanggari) dan untuk diolah sebagai air minum oleh PDAM Kota Manado. Fungsi lain dari sungai-sungai tersebut adalah sebagai pengairan dan budidaya ikan air tawar.

(26)

b. Gambaran Geohidrologi

Secara hidrologi, Kabupaten Minahasa memiliki beberapa sungai besar dan anak sungai, 1 danau, dan 12 bendung/ embung. Danau Tondano dan Sungai Tondano mempunyai arti penting dan strategis bagi pelaksanaan pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan, Kota Manado, Kota Tomohon dan Kota Bitung. Dikatakan penting karena Danau Tondano dan Sungai Tondano berfungsi sebagai penyedia air untuk kebutuhan PLTA Tonsea Lama dan Tanggari, PT. Air Manado, Irigasi dan perikanan bagi penduduk di sekitar danau serta keindahan alam untuk objek wisata. Adapun profil DAS di Kabupaten Minahasa memiliki luas 19.194 Ha.

Gambar 2.4 Peta DAS Kabupaten Minahasa

c. Gambaran Geologi

Penggunaan tanah secara umum masih didominasi oleh budidaya tanaman pangan 40.72% dan lahan perkebunan yang mencakup 12.95% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Minahasa Induk. Penggunaan tanah lainnya yang cukup besar adalah hutan (Lindung, bakau, konservasi, produksi terbatas, produksi tetap) yaitu sekitar 13.23% dan lahan untuk perikanan darat (4.07%).

(27)

Timur.Lainnya di Selatan yakni Kecamatan Sonder.Perkebunan cengkeh di DAS Tondano tersebar pada lahan-lahan pertanian sebelah Timur danau.Dengan turunnya harga cengkeh saat ini lahan-lahan cengkeh terbengkalai dan menjelma menjadi hutan sekunder.Keadaan ini cenderung menurunkan tingkat erosi dan sedimentasi lumpur di danau Tondano.Tanaman palawija terutama jagung tersebar luas pada wilayah dataran sekitar danau Tondano.Hortikultura seperti kubis, wortel dan hortikultura dataran tinggi lainnya, hanya terdapat di beberapa wilayah Selatan DAS Tondano yakni di Kecamatan Langowan Barat dan Tompaso.Padi sawah tersebar luas disekitar danau Tondano di wilayah kecamatan Langowan Timur, Langowan Barat dan Kakas.

Proporsi penggunaan tanah untuk perkampungan/permukiman paling besar di Propinsi Sulawesi Utara ada di Kota Manado, Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa.Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan penduduk dan wilayah perkotaan pada ketiga daerah tersebut yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.

Ditinjau dari ketinggiannya, sebagian besar wilayah Kabupaten Minahasa Induk berada pada kelas ketinggian 100-1000 dpl.Sedangkan ditinjau dari kemiringan merupakan wilayah yang sebagian besar berbentuk pegunungan/perbukitan, dan sebaliknya dataran rendah relatif kecil.Kumpulan dataran yang cukup signifikan terbentuk pada kawasan sekitar Danau Tondano.Di wilayah Kabupaten Minahasa Induk terdapat 4 gunung yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 m dpl.

(28)

Gambar 2.5 Peta Geologi

Sumber : RTRW

d. Gambaran Klimatologi

Kabupaten Minahasa beriklim tropis basah dan dipengaruhi oleh angin muson.Pada bulan Nopember-April dipengaruhi oleh angin barat yang membawa hujan.Angka curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar 2.000-3.000 mm, dengan jumlah hari hujan rata-rata 90-130 hari per tahun.Suhu udara rata-rata 220 Celcius (sekitar 210 -230 C) dan memiliki kelembaban udara rata-rata 87% -92%.

Gambar 2.6 Peta Curah Hujan

(29)

2.4.3 Kawasan Resiko Bencana Alam

Bencana Alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh factor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga mengakibatkan kerugian materi maupun non-materi.

Kawasan rawan bencana alam terdiri dari:

• Kawasan sekitar jalur jalan Pineleng-Tombariri

• Kawasan sekitar jalur jalan Manado-Tomohon

• Kawasan sekitar jalur jalan Noongan-Ratahan

• Kawasan sekitar jalur jalan Tondano-Kembes-Manado

• Kawasan sekitar jalur jalan Touliang Oki-Kombi-Kema

• Kawasan sekitar jalur jalan Tandengan-Maumbi-Seretan

• Kawasan barat Kecamatan Tombulu

• Kawasan utara dan selatan Kecamatan Kombi, dan

• Kawasan utara Kecamatan Lembean Timur

Kawasan rawan gelombang pasang, dan abrasi/erosi pantai meliputi:

• Kawasan pesisir timur Minahasa (Kecamatan Kombi, Lembean Timur, Kakas, Kakas Barat, dan Langowan Selatan) dan,

• Kawasan pesisir Barat Minahasa (Kecamatan Peneleng dan Tombariri).

Kawasan rawan banjir meliputi: kawasan sekitar bagian hulu Sungai Tondano (outlet danau Tondano) dan sekitar Danau Tondano serta muara sungai Ranowangko (Tombariri).

Kawasan rawan bencana alam geologi meliputi:

• Kawasan rawan letusan gunung berapi, terdapat di daerah sekitar gunung berapi Lokon, Soputan, dan Mahawu

• Kawasan rawan gempa bumi, terdapat di keseluruhan wilayah Kabupaten Minahasa, dan

(30)

2.4.5 Isu-Isu Strategis

Permasalahan pembangunan diperlukan dalam proses penjabaran visi misi kepala daerah terpilih, yang selanjutnya menjadi salah satu input dalam perumusan tujuan dan sasaran RPJMD.

Identifikasi permasalahan pembangunan dapat dilakukan dari informasi pada gambaran umum daerah dan evaluasi kinerja pembangunan tahun sebelumnya, serta prediksi berdasarkan pemahaman atas kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang. Beberapa isu strategis Kabupaten Minahasa adalah sebagai berikut :

1. Belum optimalnya aksesibilitas, sarana prasarana dan penyelenggaraan pendidikan, serta pendidikan unggulan.

a. Penurunan Angka putus sekolah, dimana Angka putus sekolah tingkat SMA tahun 2012 sebesar 20,00% merupakan isu yang harus diprioritaskan;

b. Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK sebesar 68,69;

c. Belum berjalan secara efektif dan efisien manajemen pendidikan. d. Pengembangan sekolah unggulan dan keikutsertaan siswa dalam olimpiade sains.

2. Terbatasnya sumberdaya dan pelayanan kesehatan, masih adanya ancaman penyakit menular dan terdapat penduduk yang belum menjadi peserta jaminan pemeliharaan kesehatan.

Penurunan Angka kematian ibu (Mother Mortality Rate) adalah 67,65/100.000 tahun 2010, turun menjadi 18,50/100.000 tahun 2011 dan naik sebesar 34,83/100.000 tahun 2012 dimana kecamatan yang cukup tinggi terdapat di Pineleng dan Eris, adapun target MDGs sebesar 32; 3. Tingkat kerusakan jalan, jembatan, dan irigasi tidak sebanding dengan pembangunannya serta masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan sarana dan prasarana jalan dan irigasi.

a. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik dengan kualitas jalan yang baik dari keseluruhan panjang jalan yaitu 275/880,35 atau sebesar 0,31, sehingga perlu peningkatan kualitas;

b. Tingkat efisiensi akan sarana dan prasarana dasar permukiman dan masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.

(31)

Jumlah keluarga yang diperiksa 59.888 dari 73.155 kk (81,86%) dengan akses air bersih. Dari cakupan yang ada untuk akses air bersih secara keseluruhan sebesar 66,86 % belum mencapai 85%.

5. Kurangnya sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, serta kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas.

6. Belum optimalnya implementasi e-government dan pelayanan perijinan telekomunikasi.

7. Belum efektifnya perencanaan dari bawah (bottom up planning) yang disebabkan oleh kurang akuratnya data pendukung perencanaan pembangunan, kurangnya kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi kebutuhan pembangunan dan masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan. 8. Kabupaten Minahasa belum mempunyai RDTR, produk tata ruang yang telah disusun belum mempunyai kekuatan hukum, dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam tertib penataan ruang.

a. Terdapatnya Kawasan Strategis Nasional (KSN) DAS Tondano dan KSN Kapet Manado-Bitung yang memiliki karateristik khusus;

b. Dokumen perencanaan (RPJP, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja) yang belum berkualitas;

c. Adanya keterkaitan sistem kota-kota yaitu Kota Tondano yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan wilayah sekitar serta bagian dari sistem Kawasan Metropolitan BIMINDO (Bitung, Minahasa Utara, Minahasa, Manado, Tomohon) yang ditetapkan dalam RTWRN untuk pelayanan bagian timur Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi Utara;

d. Dokumen rencana detail tata ruang kawasan (RDTRK), rencana teknis ruang kawasan (RTRK), serta rencana tata bangunan dan lingkungan belum tersedia.

11. Terjadinya degradasi lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, dampak pemanasan global dan semakin berkurangnya luas hutan rakyat dan masih cukup luasnya lahan kritis.

(32)

dimana tahun 2008 rasionya sebesar 38,46 dan tahun 2012 turun menjadi 32,01;

b. Terjadinya stagnansi dalam penanganan sampah secara baik dan berwawasan lingkungan dan meningkatnya pencemaran lingkungan disebabkan meningkatnya jumlah sampah berasal dari rumah tangga (domestik) dan nonrumah tangga yang dibuang ke sungai dan/atau dibakar;

c. TPA Kulo Tondano, TPA Talikuran Kawangkoan, dan TPA Atep Langowan Selatan masih menggunakan sistem open dumping, sehingga perlu peningkatan kualitas TPA dengan menggunakan sistem sanitary landfill;

12. Cukup tingginya angka kemiskinan dan pengangguran serta Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), terbatasnya lapangan kerja dan kualitas calon tenaga kerja tidak sesuai kebutuhan pasar.

a. Jumlah penduduk miskin yang relatif besar, walaupun kondisinya menurun yaitu tahun 2008 sebesar 9,04% tahun 2010 sebesar 8,99%, pada tahun 2011 sebesar 7,93% dan tahun 2012 sebesar 6,56%;

b. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi yaitu sebesar 10,49% tahun 2008, dan 9,45% tahun 2009, dan 8,40% tahun 2010, dan 9,20% tahun 2011, dan turun menjadi 6,14% tahun 2012;

c. Sebanyak 49,15% penduduk bekerja disektor pertanian (ketergantungan di sektor pertanian cukup tinggi);

d. Kemampuan SDM pencari kerja tahun 2011 relatif rendah, dimana lulusan SMA yang terbesar sebanyak 2.262 orang atau 45,19% dan S1 sebesar 1.529 orang atau 30,54%;

e. Tingkat pengganguran terbuka di Kabupaten Minahasa Tahun 2009 sebesar 9,48%, tahun 2010 sebesar 9,61% dan tahun 2011 sebesar 9,20%;

f. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2009 sebesar 56,75%, tahun 2010 sebesar 63,31% dan tahun 2011 sebesar 65,77%.

Permasalahan pembangunan di daerah merupakan “gap expectation

(33)

Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Beberapa permasalahan pembangunan Kabupaten Minahasa yang menonjol adalah sebagai berikut :

1) Pekerjaan umum

1. Masalah Irigasi dan Sumberdaya air, antara lain;

a. Data inventaris luas daerah irigasi menurut tingkat jaringan irigasi, yang semi teknis dan sederhana yang berpotensi 6.039 ha sedangkan yang berfungsi 5.232 ha, untuk irigasi desa luas area 2.452 ha, dalam rangka peningkatan perlu peningkatan kuantitas sawah irigasi semi teknis dan irigasi desa.

b. Kurangnya produksi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan distribusi yang tidak merata secara spatial, waktu, jumlah dan kualitas air yang belum memenuhi standar baku mutu;

c. Tingkat efisiensi akan diukur dari nilai Pasok Irigasi per Area (PIA), Pasok Irigasi Relatif (PIR) dan Pasok Air Relatif (PAR), dimana PIA sebesar 1,71 lebih besar dari PIR (1,43), sehingga efisiensi belum berjalan baik.

2. Masalah Infrastruktur Jalan, antara lain :

a. Kondisi Jalan Kabupaten Minahasa sampai dengan tahun 2012 adalah Baik 275 Km, Sedang 128 Km, Rusak 163,85 Km.

b. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota). Ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan yaitu 275 / 880,35 sebesar 0,31, sehingga masih perlu peningkatan kualitas. c. Panjang jalan secara keseluruhan adalah 880,35 Km yang terdiri dari jalan negara 129 Km, jalan provinsi 184,50 Km, Jalan kabupaten 566,85 Km, dan termasuk juga Jalan Usaha Tani/Jalan Desa 144,50 Km, masih diperlukan peningkatan status jalan nasional dan atau jalan strategis nasional.

3. Masalah Perumahan dan Pemukiman, antara lain :

(34)

Rumah Layak Huni terhadap jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 0,16 dan turun pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,14.

b. Rendahnya masyarakat mengurus IMB, dimana tahun 2008 rasio bangunan ber IMB sebesar 0,016 dan tahun 2012 naik menjadi 0,026. c. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana perumahan oleh pemerintah untuk kawasan rumah sederhana sehat bagi masyarakat berpendapatan rendah.

4. Masalah Air Minum dan Air Limbah, antara lain:

a. Proporsi rumah tangga dengan air minum layak sebesar 53% tahun 2008, 66% tahun 2009, dan menjadi 75% tahun 2010, dan tahun 2011 turun menjadi 60%, kemudian meningkat sebesar 67% tahun 2012, tapi belum memenuhi standard;

b. Kondisi penyediaan air minum saat ini: tingkat pelayanan, cakupan pelayanan air minum pada daerah perkotaan baru mencapai 40% yang meliputi sistem perpipaan sebanyak 60%,non perpipaan yang terlindungi sebanyak 40%;

c. Terdapat ibu kota kecamatan yang rawan air minum sebanyak 4 ibu kota kecamatan dan desa rawan air minum sebanyak 62 desa;

d. Jumlah keluarga yang diperiksa 59.888 dari 73.155 kk (81,86%) dengan akses air bersih seperti ledeng 55,90%, SGL 29,18%. Dari cakupan yang ada untuk akses air bersih secara keseluruhan sebesar 66,86 % belum mencapai 85%

e. Stagnasi dalam penurunan tingkat kebocoran air minum; 5. Masalah Sanitasi dan Drainase, antara lain :

a. Menurut data TNP2K tahun 2012, untuk proporsi rumah tangga layak sanitasi di Kabupaten Minahasa sebesar 58,04% tahun 2008, 69,78% tahun 2009, dan 74,21% tahun 2010

b. Terjadinya stagnasi penanganan drainase karena terbatasnya perhatian dan komitmen seluruh stakeholders dan pengambil keputusan;

c. Kurang berfungsinya saluran drainase sebagai penampung dan penyalur air hujan.

6. Masalah Persampahan, antara lain :

(35)

komitmen seluruh stakeholders dan pengambil keputusan menangani persampahan untuk menciptakan kualitas lingkungan hidup yang baik. b. Meningkatnya pencemaran lingkungan disebabkan meningkatnya jumlah sampah berasal dari rumah tangga (domestik) dan nonrumah tangga yang dibuang ke sungai dan/atau dibakar;

c. Rendahnya kualitas manajemen tempat pembuangan akhir (TPA).; d. TPA Kulo Tondano, TPA Talikuran Kawangkoan, dan TPA Atep Langowan Selatan masih menggunakan sistem open dumping, sehingga perlu peningkatan kualitas TPA dengan menggunakan sistem sanitary landfill.

2) Perencaanaan Daerah dan Penataan Ruang

1. Sistem perencanaan pembangunan pemerintah daerah belum berjalan sesuai ketentuan UU No. 25 tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Permendagri 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan, tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, belum sepenuhnya dipahami aparatur perencana SKPD

2. Sistem pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program serta kegiatan belum berjalan sebagaimana mestinya sehingga capaian kinerja sulit diukur.

3. Masalah yang berkaitan dengan Pembangunan Riset dan Teknologi, antara lain :

a) Lemahnya peran kelembagaan riset; b) Lemahnya pengembangan daya inovasi;

c) Kurannya kemitraan dengan lembaga-lembaga yang terkait;

d) Belum adanya kelembagaan riset dan pengembangan untuk menghasilkan produk dan jasa;

e) Belum optimalnya pengembangan sumberdaya manusia berkeahlian tinggi.

(36)

3) Perhubungan 1. Masalah Terminal

a) Jumlah terminal 3 buah yakni terminal Tondano dengan luas 4.510 M2, terminal Langowan 7.700 M2 dan terminal Kawangkoan 2.400 M2, namun dengan kondisi yang ada dengan melihat jumlah arus penumpang yaitu: tahun 2011 sebesar 9.615.898 orang dan tahun 2012 sebesar 11.150.268 orang maka kapasitas terminal perlu ditingkatkan. b) Ijin trayek yang keluar berkembang terus sejak tahun 2009 sebesar 425 buah, meningkat menjadi 443 tahun 2010, dan menjadi 547 buah tahun 2011, kemudian meningkat menjadi 577 buah tahun 2012, indikasinya perkembangan kendaraan bermotor semakin besar.

4) Lingkungan hidup

1. Masalah yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, antara lain :

a Pengelolaan lahan petanian dan kawasan hutan belum memperhatikan prinsip keberkelanjutan dengan level eksploitasi yang tidak sesuai dengan fungsi dan daya dukungnya;

b Kualitas lingkungan yang belum terkendali di sejumlah daerah utama pengembangan di kawasan pemukiman, pertanian dan kawasan budidaya lainnya;

c Degradasi lingkungan masih terjadi baik di kawasan alami maupun kawasan pengembangan, hal ini nampak pada penurunan kawasan ruang terbuka hijau (RTH) dimana tahun 2008 rasionya sebesar 38,46 dan tahun 2012 turun menjadi 32,01.

5) Pemerintahan Umum

1. Pemekaran wilayah Minahasa

Proses pemekaran Kabupaten Minahasa yang merupakan aspirasi masyarakat yang saat diwacanakan adalah Kabupaten Minahasa Tengah dan Kota Langowan, perlu dipacu dalam rangka peningkatanan pelayanan kepada masyarakat.

2. Kamampuan Keuangan Daerah

(37)

3. Belum berjalannya dengan baik reformasi birokrasi.

Masih adarya penyalahgunaan wewenang, praktik KKN (korupsi, kolusi, nepotisme), dan belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat lewat kineja aparatur.

4. Belum memadainya kapasitas lembaga di lingkungan birokrasi.

Hal ini dapat dilihat dengan relatif rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM), terbatasnya penyediaan infrastruktur penunjang, terbatasnya kinerja aparatur birokrasi, dan masih kurangnya mutu pelayanan publik yang dirasakan oleh masyarakat.

5. Terbatasnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan birokrasi.

Adanya peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan publik merupakan salab satu prinsip pemerintahan yang baik. Namun partisipasi publik tersebut masih terbatas dan seharusnya dibuka seluas-luasnya untuk sampai pada tahapan implementasi program dan evaluasi pelaksanaan program.

6. Belum optimalnya mutu pelayanan dan daya tanggap terhadap publik. Pelayanan publik merupakan tugas pokok birokrasi sehingga mutu pelayanan harus dilaksanakan ditingkatkan. Namun pelayanan publik tersebut belum optimal karena daya tanggap dan kepekaan terhadap permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat relatif rendah sekaligus antisipasi terhadap kemungkinan terjadi masih rendah.

7. Masih sering adanya pelanggaran disiplin, perilaku dan orientasi nilai. Dengan adanya pelanggaran disiplin, perilaku dan orientasi nilai menyebabkan rendahnya produktivitas, efektivitas, dan efisiensi sehingga kinerja aparatur birokrasi menurun.

6) Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa

1. Kemiskinan di Wilayah Pedesaan Relatif Besar dimana sebagian besar penduduk Kabupaten Minahasa tinggal di wilayah perdesaan, dengan tingkat kesejahteraan relatif rendah dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan.

(38)

2. Terbatasnya Alternatif Lapangan Kerja dan Rendahnya Produktivitas di Perdesaan, dimana salah satu ciri kehidupan wilayah perdesaan di Indonesia dan Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Minahasa bahwa 50% sampai 60% kehidupan masyarakat bergantung di sektor pertanian dan terbatas sebagai petani penghasil produk pertanian yang bersifat bahan mentah (on-farm) bukan sebagai petani penghasil produk pertanian yang bersifat bahan jadi atau setengah jadi (off-farm) dan sebanyak 39,02% penduduk bekerja sebagai petani pada tahun 2011;

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi
Tabel 2.2
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk dan laju Pertumbauhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Minahasa 2010, 2014, dan 2015
Tabel 2.8 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Minahasa,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya rasa tidak menjadi masalah jika suami pulang lebih awal dari saya dan mengurus pekerjaan rumah tangga.. Saya tidak merasa bingung jika harus SS S TS

Kriteria informan pada penelitian ini adalah pasangan (suami & istri) yang telah menikah pada tahap usia dewasa dini 18-40 tahun dan mempertahankan pernikahan belum

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, salawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW serta

Kawat penghantar merupakan bahan yang digunakan untuk menghantarkan tenaga listrik pada sistem saluran udara dari Pusat Pembangkit ke Pusat-Pusat Beban (load center),baik

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi PJK pada penderita DM tipe 2, karakteristik pasien DM tipe 2 berdasarkan

Arah pembangunan yang bertumpu pada upaya pencapaian pembangunan manusia (SDM), peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur, serta upaya untuk meningkatkan

Untuk memudahkan pembicaraan, Anda dapat memilah lokasi benda pada ruang- ruang (lihat Gambar 6). Ruang I: antara titik fokus sampai cemin. Ruang III: lebih dari

Dalam persoalan ini, pendapat yang rajih ialah pernyataan yang disampaikan oleh Syaikh Ibnu 'Utsaimin [15], yaitu duabelas raka'at dengan perincian dua raka'at sebelum Subuh,