BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini akan dijelaskan pengertian harga saham, nilai tukar,
analisis teori – teori tentang faktor fundamental perusahaan dan pengembangan
hipotesa.
2.2 Kerangka Konseptual
Earning Per Share (X1)
Net Interst Margin (X2)
Harga Saham (Y)
Return On Asset (X3)
Price Book Value (x4)
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual : Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham.
Kerangka Konseptual bertujuan untuk memberikan gambaran konsep
pemikiran dalam menjalankan penelitian ini. Kerangka pemikiran disusun
berdasarakan pemahan penulis terhadap tinjauan teoritis serta penelitian terdahulu
yang telah dikaji penulis pada bagian sebelumnya. Kerangka pemikiran ini akan
digunakan untuk menyusun hipotesa dan instrument dalam penelitian yang
digunakan.
2.2.1 Pengertian Saham
Saham dapat didefeniskan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan
atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Adapun wujud
dari saham tersebut adalah berupa selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga tersebut. Dengan memiliki saham suatu perusahaan , maka investor akan
mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi
dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan, persentase kepemilikan hak
tersebut tergantung jumlah saham yang dimiliki investor.
Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikan dalam bentuk saham.
Suatu perusahaan mengeluarkan sertifikasi saham kepada kepemilikannya sebagai
bukti investasi mereka dalam usaha. Satuan dasar modal saham adalah lembar
saham, saham yang ada ditangan pemegang saham di sebut saham beredar, total
jumlah dalam peredaran pada tiap waktu mewakili seratus persen kepemilikan
perusahaan di sebut modal saham.
Beberapa karakteristik Yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan,
antara lain :
1. Limited Risk, artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai
jumlah yang disetorkan kedalam perusahaan
2. Ultimate Control, artinya pemegang saham ( secara kolektip ) akan
menentukan arah dan tujuan perusahaan.
3. Residual Claim, artinya pemegang saham merupakan pihak terakhir yang
mendapatkan pembagian hasil usaha perusahaan ( dalam bentuk deviden )
dan sisa asset dalam proses likuidasi perusahaan.
Pada dasarnya ada dua jenis keuntungan yang diperoleh investor dengan
membeli saham, yaitu deviden dan Capital Gain dimana :
a) Deviden
Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham tersebut, atas keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan.
Deviden tersebut diberikan atas persetujuan dari pemegang saham
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Jika seorang investor ingin mendapatkan deviden, maka investor
tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang
relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam
periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak
bagi pemegang saham dengan orientasi jangka panjang seperti investor
institusi atau dana pensiun dan lain - lain.
b) Capital Gain
Yaitu merupakan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akibat
fluktuasi harga saham yang terjadi di pasar modal ketika pemegang
saham tersebut menjual sahamnya, berbeda dengan deviden.
2.2.2 Jenis Saham
1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham
terbagi atas :
a. Saham biasa ( Common Stock ), yaitu merupakan saham yang
menempatkan kepemilikannya pada posisi paling rendah
terhadap pembagian deviden, dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi.
b. Saham Preferen ( Preferen Stock ), merupakan saham yang
memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham
biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap ( seperti
bunga obligasi ), tetapi juga tidak dapat mendatangkan hasil
seperti yang didinginkan oleh investor.
2. Dilihat dari peralihannya, saham dapat dibedakan atas :
a. Saham atas unjuk ( Barrier Stock ), artinya pada saham tersebut
tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah di pindah tangan-
pemiliknya, dan berhak untuk turut hadir dalam Rapat Umum
Pemegang Saham ( RUPS ).
b. Saham atas nama ( Registered Stock ), merupakan saham yang
ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya dimana cara
peralihannya harus sesuai prosedur tertentu.
3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, maka saham dapat dikategorikan atas:
a. Blue chip Stock, yaitu saham bisaa dari suatu perusahaan yang
memiliki reputasi tinggi, sebagai leader diindustri sejenis,
memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen.
b. Income Stock, yaitu Saham dari suatu emiten yang memiliki
kemampuan membayar deviden yang lebih tinggi dari rata-rata
deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Emiten
seperti ini biasanya mampu menciptakan pendapataan yang
lebih tinggi dan secara teratur membagikan deviden tunai.
Emiten ini tidak suka menekan laba dan tidak mementingkan
potensi pertumbuhan harga saham.
c. Growth Stock ( Weel- Known ), yaitu saham – saham dari
emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang
tinggi,umumnya saham ini berasal dari daerah kurang populer
d. Speculative Stocks, yaitu suatu perusahaan yang tidak bisa
secara konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi dimasa
yang akan datang meskipun belum pasti.
e. Counter Cyclical Stock, yaitu saham yang tidak terpengaruh
oleh kondisi ekonomi makro maupun bisnis secara umum.
2.2.3 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham. Indeks harga saham membandingkan perubahan harga
saham dari waktu ke waktu, apakah suatu harga saham mengalami kenaikan atau
penurunan dibandingkan suatu waktu tertentu.
Dipasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi:
1. Sebagai indikator trend pasar
2. Sebagai indikator tingkat keuntungan
3. Sebagai tolak ukur
4. Menfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif
5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivative
Perkembangan investasi dewasa ini telah demikian pesatnya terutama pada
pasar keuangan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan jumlah transaksi perusahaan
go public yang terus bertambah . pada dasarnya investasi dapat diartikan sebagai
kegiatan menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung dengan
harapan pada waktunya nati investor mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil
Pengertian lain investasi adalah suatu kegiatan penempatan dana pada satu
atau lebih dari suatu aset selama periode tertentu dengan harapan memperoleh
penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi. Dengan demikian tujuan
investasi adalah meningkatkan kesejahteraan investor, baik sekarang maupun
dimasa yang akan datang. Investasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Real
Asset dan Financial Asset.
Real Asset adalah investasi yang secara fisik dapat dilihat seperti tanah,
gedung, real estate atau logam mulia seperti emas, perak dan berlian. Dan
Financial Asset adalah investasi yang secara fisik tidak dapat dilihat seperti
sertifikat atau surat berharga menunjukkan kepemilikan asset keuangan seperti
saham atau obligasi.
Return Saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal
atau suatu investasi yang dilakukannya. Return yang diterima oleh seorang
pemodal yang melakukan investasi tergantung dari instrumen investasi yang
dibelinya / ditransaksikan. Return sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi yang berupa return realisasi dan retun ekspektasi, diaman return realisasi
merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data histories dan
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return Realisasi ini
juga berguna sebagai dasar penentuan Return Ekspektasi yang merupakan return
yang diharapkan oleh investor dimasa yang akan datang. Return realisasi diukur
dengan menggunakan return total, relative return, kumulative return dan return
2.2.4 Nilai Tukar
2.2.4.1 Pengertian Nilai Tukar
Kurs (Exchange Rate) suatu mata uang nilai tukar atau harga nilai jika
ditukar dengan mata uang yang lain.
2.2.4.2 Kebijakan Sistem Kurs
Kebijakan pemerintah ataupun Bank Sentral suatu negara beraneka ragam
untuk memperhatikan kondisi perekonomian nasional yang memiliki derajat
tertentu akibat dari globalisais ekonomi dunia. Kebijakan tersebut antara lain
dengan memberlakukan sistem kurs tertentu. Adapun kebijakan sistemkurs antara
lain :
1. Sistem Kurs Tetap (fixed Excange Rate), yaitu mematok nilai tertentu atas
mata uang dalam jangka waktu yang relaif lama, belakangan ini,
penerapan sistem kurs ini tetap digunakan pada negara yang menganut
Curency Board System (CBS) atau dikenal dengan Dewan Mata Uang.
2. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate
System) yaitu kurs domestik secara otomatis di bebaskan bergerak dalam
rentang tertentu atas mata uang utamanya, akan tetapi dalam waktu yang
relatip pendek ( juga terjadwal ). Bank Sentral akan melakukan intervensi
sebagai range tertentu yaitu dengan memakai band intervensi.
3. Sistem Kurs Mengambang Bebas ( Free Floating Exchange Rate System )
yaitu Bank Sentral melepas band intervensinya dan membiarkan kurs atau
melakukan intervensi secara tidak langsung guna kestabilan kurs,
diantaranya adalah dengan peningkatan suku bunga dalam negeri, operasi
pasar terbuka dan valas.
2.3 Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis terhadap faktor-faktor yang
diidentifikasikan dapat mempengaruhi harga saham. Faktor tersebut diantanya
kinerja perusahaan secara keseluruhan yang diukur dari tingkat penjualan,
pertumbuhan penjualan, kebijakan dividen, manajemen, dan lain – lain.
Analisi fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan faktor
dasar perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan. Atas
dasar laporan keunagan para investot dapat melakukan penilaian kinerja keunagan
perusahaan terutama keputusan dalam hal melakukan investasi dan bagi para
pemilik atau pemegnag saham bermanfaat untuk melihat tingkat kembalian yang
tercermin dalam laporan rugi laba dan besarnya deviden yang menjadi hak para
pemegang saham.
Analisi Fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan mengestimasi nilai – nilai faktor faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan menerapkan
hubungan variabel – variabel tersebut sehingga di peroleh taksiran harga saham.
Secara umum analisis fundamental ini melibatkan banyak sekali variabel data
yang harus di analisa, dimana berapa diantanya variabel tersebut yang cukup
2.3.1 Rasio laba Terhadap Saham Beredar (EPS)
EPS = Keuntungan Bersih / Jumlah Saham Beredar
Rasio ini digunakan untuk mengukur suatu tingkat keuntungan dari
perusahaan. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai pada kwartal yang sama
pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat keuntungan
perusahaan.
Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan
kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham. Rasio
pertumbuhan EPS diperoleh dengan membandingkan nilai rasio laba terhadap
saham beredar (EPS) pada tahun berjalan dengan nilai EPS pada kwartal yang
sama pada tahun sebelumnya untuk menggambarkan pertumbuhan tingkat
keuntungan perusahaan.
2.3.2 Net Interest Margin(NIM)
Salah satu proksi dari resiko pasar adalah suku bunga, dengan demikian
rasio pasar dapat diukur dengan selisih antara suku bunga pendanaan (funding)
dengan suku bunga pinjaman diberikan (lending) atau dalam bentuk absolute,
yang merupakan selisih antara total biaya bunga pendanaan dengan total biaya
bunga pinjaman. Didalam dunia perbankan dinamakan Net Interest Margin
(NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.
Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.
operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit).
Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva
produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk
rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya
pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semakin besar net interest margin (NIM) suatu perusahaan, maka semakin
besar pula return on asset (ROA) perusahaan tersebut, yang berarti kinerja
keuangan tersebut semakin membaik atau meningkat. Begitu juga dengan
sebaliknya, jika net interest margin (NIM) semakin kecil, return on asset juga
akan semakin kecil, dengan kata lain kinerja perusahaan tersebut semakin
menurun.
2.3.4 Return On Asset ( ROA )
ROA merupakan salah satu rasio profitabiltas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio terpenting
diantara rasio rentabilitas yang ada. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan – perusahaan multinasional khususnya
jika dilihat dari sudut pandang profitabilitas dan kesempatan investasi. Return On
Asset ( ROA ) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA sering
antara laba bersih setelah pajak atau net income after tax ( NIAT ) terhadap total
asset.
2.3.4 Rasio Harga Saham Terhadap Laba Perlembar Saham ( BVS )
P/E Ratio = Harga Saham / EPS
Biasa juga disebut dengan P/E ratio yang dihitung dengan cara membagi
harga saham dengan keuntungan perlembar saham. Rasio ini digunakan untuk
membandingkan suatu perusahaan dengan P/E ratio rata-rata dari perusahaan
dalam kelompok industri sejenis.
2.3.5 Kategori Faktor Fundamental
Faktor – Faktor Fundamental yang sifatnya luas dan kompleks tersebut
dapat dikelompokkan kedalam empat kategori besar, yaitu:
1. Faktor politik sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi
pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu
terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi
nilai tukar. Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada
pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apa
pun terhadap pergerakan nilai tukar.
2. Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisis Fundamental.
Adanya perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan
oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut
terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini
juga memengaruhi nilai mata uang. Tingkat suku bunga adalah penentu
utama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti jumlah
uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga
tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin
kuat nilai tukar mata uang. Namun, kadang kala terdapat salah pegertian
bahwa kenaikan tingkat uku bunga secara otomatis akan memicu
menguatnya nilai tukar maa uang domentik. Perhatian terhadap suku
bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat suku bunga riil, bukan
pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan tingkat suku
bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.
3. Faktor Eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan
terhadap nilai tukar suatu negara. Perubahan ekonomi yang terjadi dalam
suatu negara dapat membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian
negara-negara lain yang terdapat dalam kawasan yang sama. Dalam era
global asset allocation, arus portofolio modal tidak lagi mengenal
batas-batas wilayah negara. para fund manager, investor, dan hedge funds yang
melakukan investasi secara global, sangat mencermati perubahan ekonomi,
bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke
dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.
4. Faktor ekonomi : indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak
fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering
digunakan dalam analisa fundamental, yaitu :
a. Produk nasional bruto (PNB) adalah total produksi barang dan jasa
yang diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang
bertempat tinggal/ berdomisili di dalam negeri maupun yang
berada di luar negeri dalam suatu periode tertentu.
b. Produksi domestik bruto (PDB) adalah penjumlahan seluruh
barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh
perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang
beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu waktu/ periode
tertentu.
c. Tingkat inflasi : Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi
inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku
bunga. Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator
fundamental ekonomi adalah untuk mencerminkan tingkat PDB
dan PNB ke dalam nilai yang sebenarnya. Nilai GDP dan GNP riil
merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang investor
dalam membandingkan peluang dan risiko investasinya di
mancanegara.
Indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para investor:
• Indeks harga produksi atau Producer Price Index (PPI) adalah
oleh produsen domestic untuk setiap output yang dihasilkan dalam
setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai
sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan,
dan pertanian.
• Indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) adalah
digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari
sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI digunakan
oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat
inflasi yang terjadi.
• Neraca pembayaran atau balance of payment adalah suatu neraca
yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian
internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun
finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu. Neraca
pembayaran ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk,
pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri,
seperti transaksi expor dan impor, investasi portofolio , transaksi
antar bank sentral, dan lain-lain. Dengan adanya neraca
pembayaran ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami
surplus maupun defisit.
• Neraca perdagangan yang merupakan selisih antara total ekspor
dan impor barang, jasa, dan transfer. Dalam perhitungannya,
neraca perdagangan ini tidak mencakup transaksi-transaksi asset
tren perdagangan luar negeri yang merupakan aliran bersih dari
total eksport dan impor barang dan jasa sebagai penerimaan atau
penghasilan. Dengan adanya transaksi ekspor maka akan diterima
sejumlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap
mata uang negara eksportir. Begitu pula sebaliknya pada impor
barang dan jasa dimana sejumlah uang harus dikeluarkan guna
membayar barang dan jasa yang kita impor, hal ini akan menambah
penawaran akan mata uang negara importir.
• Aliran Modal yaitu investasi langsung dan investasi tidak
langsung, dimana pada investasi langsung, investor dari luar negeri
melakukan penanaman modal dalam aset riil misalnya saja
membangun pabrik, gedung perkantoran dll. Investasi ini biasanya
bersifat jangka panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat
kita temui di dalam investasi instrument keuangan. Misalnya
seorang investor melakukan pembelian saham atau obligasi di
bursa Indonesia. Maka investor tersebut harus menukarkan mata
uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham ataupun obligasi
di Indonesia.
• Tingkat pengangguran adalah suatu indikator yang dapat
memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor
ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan alat untuk menganalisa
sehat/tidaknya perekonomian suatu negara. Apabila perekonomian
pengangguran yang rendah. Tetapi jika perekonomian dalam
keadaan lesu maka tingkat pengangguran pun meningkat.
• Kurs valuta asing adalah nilai perbandingan atau bisa juga disebut
nilai tukar antara suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.
Kurs ini biasanya digunakan sebagai indikator utama untuk melihat
kekuatan ekonomi ataupun tingkat kestabilan perekonomian suatu
Negara. Jika kurs mata uang negara tersebut tidak stabil maka
dapat dikatakan bahwa perekonomian negara tersebut tidak baik
atau sedang mengalami krisis ekonomi. Untuk itu perlu bagi suatu
Negara untuk memiliki mata uang yang stabil agar perekonomian
negara tersebut dapat berjalan dengan lancar dan membentuk suatu
tren pertumbuhan.
• PSNCR - Public Sector Net Cash Requirement atau kebutuhan
tunai sektor publik yaitu jumlah uang yang harus dipinjam
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. Sebab
pemerintah seringkali mengeluarkan lebih dari yang mereka terima
dari penerimaan pajak, dan satu-satunya cara untuk menambah
kekurangannya adalah dari meminjam.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian terhadap faktor fundamental ekonomi perbankan terhadap harga
saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dalam penelitian tersebut
terhadap harga saham perusahaan. Beberapa peneliti terdahulu menjelaskan
pengaruh – pengaruh dari faktor fundamental ekonomi dan perusahaan adalah
sebagai berikut:
No Peneliti Judul Objek Penelitian Hasil Penelitian
1 P. Erwin Michael
Perbankan Di Bursa Efek
Jakarta
2 Vernande Nirohito
( 2009 )
Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental Dan Resiko
Sistematik Terhadap Harga
Saham Pada Industri Properti
Dan Real Estate Di Bursa
resiko sistematik
(Beta) berpengaruh
terhadap harga saham.
3 Bahtiar Usman
(2003)
Analisa Rasio Keuangan
dalam memprediksi
perubahan laba pada bank
Indonesia
NIM dan LDR
berpengaruh positif
terhadap laba bank.
Kecukupan
permodalan dan NPM
berpengaruh negatif
terhadap laba bank
dimasa yang akan
datang sementara
NPL tidak
berpengaruh pada
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan
yang ada, artinya hipotesa bukanlah merupakan berarti jawaban akhir, namun
menjadi kesimpulan sementara yang harus di uji kebenarannya dengan data – data
yang mempunyai hubungan ataupun dengan melihat fakta yang terjadi dilapangan.
Maka berdasarkan uraian perumusan masalah diatas, maka hipotesa dalam
penelitian ini adalah:
a. Faktor fundamental Earning Per Share (EPS), Book Value Per
Share (BVS), Return On Asset (ROA), Price Book Value (PBV)
berpengaruh terhadap harga sahamperbankan BUMN.
b. Profitabilitas menjadi alat ukur kemampuan untuk mendapatkan
laba, rendahnya profitabiltas akan menunjukkan rendahnya laba
dalam perusahaan, sebaliknya profitabiltas yang tinggi
menunjukkan bahwa perusahaan menunjukkan laba yang tinggi