PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tumbuhan industri penting penghasil Crude Palm
Oil (CPO), minyak goreng, dan sebagai bahan bakar terbarukan (biodiesel). Kebutuhan produksi kelapa sawit meningkat tajam seiring dengan meningkatnya
kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir ini
(Julyanda, 2011).
Berdasarkan buku statistik komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen
Perkebunan, tahun 2014 luas areal kelapa sawit mencapai 10,9 juta ha dengan
produksi 29,3 juta ton CPO. Luas areal menurut status pengusahaannya milik
rakyat (Perkebunan Rakyat) seluas 4,55 juta ha atau 41,55% dari total luas areal,
milik negara (PTPN) seluas 0,75 juta ha atau 6,83% dari total luas areal, milik
swasta seluas 5,66 juta ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi 2 (dua) yaitu
swasta asing seluas 0,17 juta ha atau 1,54% dan sisanya lokal
(Ditjenbun, 2014).
Tanaman kelapa sawit tergolong tanaman yang kuat, tetapi tanaman ini
tidak luput dari serangan hama dan penyakit. Sebagian besar hama yang
menyerang adalah golongan insekta atau serangga (Yustina et al., 2012). Hama
yang sering menyerang tanaman kelapa sawit diantaranya ulat api, ulat kantong,
tikus, rayap, Apogonia sp., Oryctes rhinoceros (Sastrosayono, 2003).
Berdasarkan data dari PT. Hari Sawit Jaya, ulat grayak (Spodoptera litura)
sudah menyerang tanaman kelapa sawit di Kebun Negeri Lama Selatan. Jumlah
pohon terserang periode Januari sampai Oktober 2014 yaitu 33, 634, 274, 496,
perhatian khusus dan perlu dilakukan tindakan pengendalian karena dapat
menimbulkan kerugian.
Ulat grayak (S. litura) merupakan hama penting yang banyak menyerang
tanaman budidaya. Ulat grayak bersifat polifag, dapat menyerang daun dan buah
pada tanaman perkebunan, tanaman palawija serta tanaman pangan mulai dari fase
vegetatif sampai fase generatif (Djamilah et al., 2010). Pada fase vegetatif larva
memakan daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daun saja dan fase
generatif dengan memakan polong-polong muda. Hama ini tersebar luas di daerah
subtropis sampai daerah tropis (Trizelia et al., 2011). Serangan ulat grayak
mampu menurunkan hasil hingga 80% (Bedjo et al., 2011).
Pengendalian ulat grayak yang dilakukan oleh petani masih mengandalkan insektisida. Padahal, penggunaan insektisida yang kurang bijaksana dapat menyebabkan resistensi, resurjensi, dan musnahnya musuh alami (Prayogo et al., 2005).
Dalam beberapa tahun terakhir, usaha pengendalian hama dengan agens
hayati seperti virus, bakteri, jamur dan nematoda telah diakui dalam pengelolaan
hama (Ritu et al., 2012), karena penggunaannya makin meningkat dan
penggunaannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
(Rodriguez et al., 2009). Cara aplikasi dan jenis produksi dengan pemahaman
yang baik tentang jamur entomopatogen dan ekologi hama dapat menunjukkan
bahwa pengendalian biologi dapat bersaing dengan pestisida kimia
(Ghanbary et al., 2009).
Salah satu jamur entomopatogen yang sangat potensial dalam
B. bassiana merupakan jamur yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan sebagai agens hayati, karena dapat menginfeksi dan meyebabkan
kematian beberapa larva dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera dan juga
Orthoptera (Budi et al., 2013).
B. bassiana sangat efektif dalam menekan perkembangan larva Lepidoptera. B. bassiana merupakan jamur entomopatogen yang sampai saat ini
belum pernah dilaporkan resisten terhadap serangga hama (Herlinda et al., 2005).
Tingkat kerapatan konidia dan perbedaan waktu aplikasi untuk
mengendalikan serangga hama menunjukkan tingkat kematian yang berbeda.
Kajian mengenai perbedaan kerapatan konidia dan perbedaan waktu aplikasi
B. bassiana terhadap persentase kematian larva S. litura perlu dilakukan karena setiap isolat memiliki tingkat virulensi yang berbeda, oleh sebab itu dilakukan
penelitian patogenisitas jamur B. bassiana pada larva S. litura pada tingkat
kerapatan yang berbeda dan waktu aplikasi yang berbeda sehingga dapat diketahui
tingkat kerapatan yang mampu mematikan larva S. litura dan waktu aplikasi yang
efektif untuk mematikan larva S. litura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
patogenisitas B. bassiana pada kerapatan kodinia dan waktu aplikasi yang berbeda
terhadap larva S. litura pada tanaman kelapa sawit.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui patogenisitas Beauveria bassiana
pada kerapatan konidia dan waktu aplikasi yang berbeda terhadap larva
Hipotesis Penelitian
Perbedaan kerapatan konidia Beauveria bassiana berpengaruh terhadap
mortalitas Spodoptera litura. Perbedaan waktu aplikasi Beauveria Bassiana
berpengaruh terhadap mortalitas Spodoptera litura.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
dan sebagai bahan informasi dalam pengendalian Spodoptera litura pada tanaman