• Tidak ada hasil yang ditemukan

315314877 Grammar Vocabulary Discourse Analysis A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "315314877 Grammar Vocabulary Discourse Analysis A"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Tata Bahasa, Kosakata dan Analisis Wacana

A. Tata Bahasa

Ketika muncul definisi tata bahasa, kebingungan seketika meluap. Permasalahan yang muncul adalah kata “tata bahasa” memiliki arti berbeda untuk masing-masing orang. Bagi sebagian banyak dari mereka, istilah tersebut merupakan daftar ‘boleh’ dan ‘tidak boleh’, aturan yang sebaiknya mengatakan It is I, bukan It is me, aturan yang sebaiknya tidak mengatakan ain’t, atau sebaiknya menghindari kalimat dengan akhiran preposisi. Bagi sebagian yang lain, istilah tersebut dapat merujuk pada aturan tata bahasa yang banyak ditemukan dalam bahasa tertulis, misalnya, peraturan potongan kalimat adalah tidak benar meskipun kalimat tersebut sering ditemukan dalam bahasa lisan (misalnya, ‘woeking on a term paper’ sebagai tanggapan atas pertanyaan ‘what are you doing?’) , atau menyarakan untuk tidak memulai kalimat dengan ‘and’ atau ‘but’ , meskipun sekali lagi, penggunaan tersebut merupakan hal yang umum dalam bahasa Inggris lisan. Namun demikian, hal tersebut dapat diartikan sebagai sebuah deskripsi umum dari struktur bahasa, dengan tidak memperhatikan tentang benar atau tidaknya sebuah bentuk.

Tata bahasa dengan aturan yang membuat perbedaan antara bentuk benar dan salah didefinisikan sebagai tata bahasa preskriptif atau sudah memiliki ketentuan resmi yang berlaku. Tata bahasa tersebut memiliki aturan bagaimana berbicara denganbaik, dalam hal ‘It is I’, dan bagaimana sebaiknya tidak berbicara, ‘It is me’, atau ‘He ain’t home’. Pendekatan ini membuat perbedaan antara keberanekaragaman tata bahasa standar dan non-standar, juga secara jelas sering kali membuat penilaian dengan mengacu pada salah satu atau beberapa standar bahasa Inggris yang tepat atau ‘baik’, sedangkan non-standard adalah bahasa Inggris yang tidak tepat atau ‘buruk’.

(2)

kalimat dengan aturan tata bahasa yang benar dalam bahasa Inggris, tetapi *Ate the corn the cow adalah kamliat dengan gramatika yang salah. Tata bahasa dalam pengertian ini terdiri dari aturan sintaks yang menetapkan bagaimana yang kata dan frase digabungkan untuk membentuk sebuah kalimat, yang juga menetapkan bagaimana bentuk kata dibangun dalam sebuah kalimat (misalnya, perbedaan present dan past tense: love, loved; perbedaan jumlah tunggal dan jamak: word, words) dan aturan-aturan lainnya. Bagi ahli linguistik, tata bahasa deskriptif dapat lebih dirinci bila dilihat dari bahasanya, tidak hanya termasuk sintaks dan morfologi tetapi juga fonetik, fonologi, semantik dan leksis (atau disebut kosakata).

Bagi para ahli linguistik terapan, fokus lebih diletakkan pada tata bahasa ilmu pendidikan, yaitu jenis tata bahasa yang dirancang untuk kebutuhan siswa dan guru penerima bahasa kedua. Meskipun mengajar tata bahasa pada penerima bahasa kedua melibatkan beberapa aturan preskriptif dalam beberapa macam standar, tata bahasa ilmu pendidikan sangat menyerupai tata bahasa deskriptif dari pada preskriptif, terutama dalam kisaran struktur yang dimiliki. (Odlin, 1994). Sementara fokus tata bahasa linguistik cenderung terbatas, tata bahasa ilmu pendidikan lebih dapat memilih dari berbagai sumber, termasuk didalamnya pandangan tata bahasa formal dan fungsional, serta berhubungan dengan corpus linguistik, analisis wacana dan pragmatik akan dibahas di bagian lain pada bab ini. Selanjutnya, para ahli linguistik terapan perlu memperhatian bahwa siswa tidak hanya dapat menghasilkan struktur tata bahasa yang benar sesuai dengan bentuknya tetapi siswa juga harus dapat memanfaatkannya dengan benar dan tepat sesuai dengan artinya.

Persoalan yang Muncul ketika Membahas Tata Bahasa

Sebuah pendekatan deskriptif pada tata bahasa mungkin terlihat sebagai masalah sederhana, tetapi dalam praktiknya hal tersebut lebih rumit daripada ketika pertama kali muncul. Hasil akan berbeda, tergantung pada bagian tata bahasa yang digunakan dan pada apa yang menjadi fokus dari sebuah penjelasan.

Terdapat persoalan lain yang tergantung pada pandangan tertentu dari arti sebuah tata bahasa dan pada jenis deskripsi yang sesuai dengan pandangan tersebut. Hal tersebut mencakup pendekatan formal dan fungsional pada deskripsi gramatikal, pertimbangan tipe versus token, kalimat versus tata bahasa wacana dan peran bentuk lisan versus tulis. Pilihan yang berdasar pada persoalan tersebut memiliki implikasi luas, tidak hanya untuk kerangka tertentu dari tata bahasa itu sendiri tetapi juga untuk penerapan yang mempengaruhi rancangan tata bahasa ilmu pendidikan, baik dari silabus maupun pendekatan dalam mengajar.

(3)

Model tata bahasa dibedakan dalam banyak bentuk, tergantung pada apa yang disebut dengan tata bahasa formal atau fungsional. Tata bahasa formal terkait dengan bentuk itu sendiri dan bagaimana mengoperasikan semua sistem dari tata bahasa tersebut. Tata bahasa tradisional, yang menjelaskan struktur kalimat, dimungkinkan menjadi tata bahasa formal yang paling terkenal. Di antara ahli bahasa, tata bahasa formal yang paling berpengaruh di paruh abad ke-20 ini adalah tata bahasa teori generatif transformasional (Chomsky, 1957, 1965), prinsip-prinsip umum yang masih bebasis pada Chomsky versi terakhir dari tata bahasa generatif dalam bentuk prinsip-prinsip dan parameter (Chomsky, 1981) dan program minimalis (Chomsky , 1995), serta puluhan lain yang dikembangkan dengan beberapa versi dari kerangka generatif. Fokus utamanya terletak pada sintaks dan morfologi.

Tata Bahasa Wacana

Studi korpus juga telah memimpin pada semakin meningkatnya minat dalam analisis mengenai tata bahasa wacana, yang analisisnya terletak pada peran fungsional struktur tata bahasa dalam wacana. Dalam hal ini digunakan wacana yang berarti organisasi bahasa pada tingkat di atas kalimat atau percakapan individu – yang menghubungkan bahasa pada tingkat suprasentential. Selain pada konteks wacana, terdapat juga pengaruh bagian teks non-linguistik pada penempatan sumber tata bahasa pembicara.

Pembicara dan penulis membuat pilihan tata bahasa bergantung pada bagaimana mereka menafsirkan dan menginginkan untuk dapat diwakilkan dalam sebuah konteks dan bagaimana mereka hendak memosisikan dirinya dalam konteks tersebut (Larsen-Freeman, 2002). Misalnya, pembicara menggunakan past perfect tense – aspek kombinasi dalam bahasa Inggris, tidak hanya untuk menunjukkan yang pertama dari dua peristiwa masa lalu, tapi juga untuk memberikan alasan atau pembenaran atas peristiwa utama dalam narasinya. Peristiwa ini bukan peristiwa utama mereka sendiri, tetap lebih kepada pentingnya latar belakang dari apa yang terjadi.

Tata Bahasa Lisan dan Tulisan

(4)

terbatas dan register bahasa lisan yang kemungkinan besar menghilangkan banyak ciri-ciri tata bahasa informal yang digunakan sehari hari dan penggunaannya’ (Carter and McCarthy, 1995:154).

Pembelajaran Tata Bahasa

Dilihat dari sejarah linguistik terapan, perbedaan teori pembelajaran sudah diusulkan untuk menjelaskan bagaimana tata bahasa dipelajari. Selama pertengahan akhir abad ini, misalnya, pembelajaran tata bahasa dianggap sudah mendapat temapat melalui sebuah proses ‘pembentukan kebiasaan’ secara verbal. Kebiasaan dibentuk melalui pengkondisian stimulus-response, yang mengakibatkan ‘overlearning’ dalam mempelajari pola tata bahasa. Dalam rangka untuk membantu siswa mengatasi kebiasaan menggunakan bahasa ibu mereka dan menanamkannya pada target bahasa, guru melakukan pola praktek latihan berbentuk drill seperti misalnya: pengulangan, transformasi, pertanyaan dan jawaban, dan pola lainnya. Guru memperkenalkan sedikit kosakatabaru sampai pola tata bahasa sudah dirasa secara tepat diterima siswa. Penggunakan bahasa juga dikontrol sedemikian rupa dengan tujuan untuk mencegah siswa membuat kesalahan yang dapat menjadikannya sebagai kebiasaan buruk dalam pembentukan suatu kalimat sehingga sulit untuk dibetulkan kembali.

Mengajar Tata Bahasa

(5)

sudah dibentuk. Kesadaran siswa akan hal tersebut dapat ditingkatkan melalui interaksi antar teman (peer interactions), berdasarkan penelitian Donato (1994) dan Swain and Lapkin (1998).

Dengan perubahan yang lebih ke arah pendekatan komunikatif untuk mengajar bahasa, pandangan dalam mengajar tata bahasa sekali lagi mengalami perubahan. Beberapa menganggap bahwa pembelajaran tata bahasa secara implisit dan paling efektif adalah ketika perhatian siswa sama sekali tidak berpusan hanya pada grammar. Dengan kata lain, mereka mengatakan bahwa tata bahasa dapat dipelajari dengan baik secara tidak sadar ketika siswa yang terlibat dalam memahami arti bahasa yang sudah mereka kenal (Krashen Terrell, 1983). Sedangkan beberapa yang menganut aliran Chomsky – perspektif tata bahasa universal (UG) merasa masukan bahasa target sendiri atau masukan dengan keterangan negatif (keterangan yang bentuknya tidak secara gramatikal) telah cukup dimiliki siswa untuk me-reset parameter prinsip tata bahasa universal dalam rangka menunjukkan perbedaan-perbedaan antara tata bahasa penutur asli dan tata bahasa target.

Pandangan tata bahasa telah berubah selama bertahun-tahun belakangan. Dengan kesadaran akan bahasa yang sudah diformulasikan sebagaimana lazimnya, hal tersebut jelas menjadi sesuatu yang harus lebih dipikirkan dalam hal lexicogrammar, daripada berpikir semata-mata dilihat dari aspek morfologi dan sintaks. Demikian juga, dengan mempertimbangkan peneliti penerima bahasa kedua (SLA), kita bisa menghargai fakta bahwa penerimaan lexicogrammar besar kemungkinan tidak hanya bergantung pada satu jenis proses belajar. Pada akhirnya, dikarenakan adanya berbagai macam bentuk tata bahasa dan proses kegiatan belajar mengajar, kita harus menyadari bahwa pembelajaran tata bahasa itu sendiri merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi, bahkan memerlukan berbagai pendekatan mengajar. Apa yang sebaiknya tidak diharapkan adalah sederhana, hubungan sebab-akibat antara apa yang diajarkan dan apa yang dipelajari. Hal tersebut tidak mengherankan meskipun telah diberi dengan secara alami proses belajaran yang tidak linier, namun tidak mengurangi sedikitpun kegunaan instruksi tata bahasa.

B. Kosakata

(6)

question’ mengandung 10 token. Meskipun kata be yang sama muncul dua kali, hal tersebut dihitung setiap kali be muncul. Ketika menghitung token, penting utnuk diperhatikan seperti ketika menghitung I’m atau we’ll dengan dua atau satu token.

Terdapat beberapa kelompok kata, seperti good morning dan at the end of the day yang terlihat seperti satu bentuk tunggal. Beberapa kelompok kata mungkin bentuk yang tidak diuraikan satu persatu, bagian per bagian tetapi hanya dipelajari begitu saja, disimpan dan digunakan sebagai satu unit lengkap. Bentuk lainnya dibentuk dari bagian yang telah diketahui tetapi terlalu sering digunakan sehingga mereka mengganggapnya sebagai satu unit tunggal. Pawley dan Syder (1983) berpendapat bahwa penutur asli berbicara dengan tata bahasa benar dan lancar karena mereka memiliki ingatan baik yang disimpan sebagai bahasa yang sudah diformulasikan (formulaic languange) yang mereka dapat ketika sebuah komunikasi dilakukan. Dari sudut pandang pembelajaran, berikut diklasifikasikan menjadi tiga bagian dari formulaic language:

1. Idiom inti: adalah item yang arti dari sebagian kata tidak memiliki hubungan makna dengan arti keseluruhannya. Contoh yang sering digunakan dalam bahasa inggris adalah as well (as), of course, such and such, out of hand, take the piss, dan serve (someone) right. Secara mengejutkan, hanya terdapat lebih dari 100 item dalam bahasa inggris.

2. Makna Kiasan: adalah item yang keduanya memiliki makna harfiah dan kiasan. Hal tersebut terdapat dalam contoh, We have to make sure we are singing from the same hymn sheet yang memiliki arti harfiah tetapi kalimat tersebut juga menggunakan makna kiasan yang artinya – ‘We have to make sure we are following the same set of rule’. Terdapat ribuan bentuk kalimat seperti itu dalam bahasa inggris dan banyak yang secara terus menerus menambahkannya dalam penggunaan sehari-hari. Mereka membuatnya ke dalam kamus idiom. Biasanya makna kiasan dapat mudah terkait dengan makna harfiah dilihat dari unit gabungan kata. Idiom inti dimungkinkan memiliki makna kiasan yang sejarahnya telah hilang.

(7)

Kosakata yang Sebaiknya Dipelajari

Kosakata yang harus diperhatikan, ditentukan oleh dua pertimbangan utama; (a) kebutuhan peserta didik dan (b) manfaat dari kosakata itu sendiri. Cara tradisional dalam mengukur kegunaan dari kosata adalah untuk menemukan frekuensi dan jangkauan dalam korpus yang relevan. Segi yang paling menonjol dari hasil studi berdasarkan frekuensi adalah:

1. Frekuensi yang tersebar luas, dengan kosakata yang muncul berkali-kali dan beberapa hanya muncul sekali saja.

2. Jumlah kata yang relatif kecil diperlukan untuk menutupi porsi besar dari token dalam teks.

3. Junlah yang sangat besar untuk kosakata berfrekuensi rendah yang dihitung sebagai porsi kecil untuk token dalam sebuah teks.

Mempelajari Kosata Berfokus pada Makna Reseptif (Menyimak dan Membaca)

(8)

Mempelajari Kosakata Berfokus pada Makna Produktif (Berbicara dan Menulis)

Mempelajari kosakata berfokus pada makna produktif yang pembelajarannya melalui berbicara dan menulis, diperlukan untuk memindahkan pengetahuan reseptif menjadi produktif. Peningkatan kosa kata melalui kemampuan produktif dapat muncul dalam beberapa hal. Pertama, kegiatan dapat dirancang, seperti melibatkan penggunaan gambar berketerangan, yang mendorong penggunaan kosa kata baru. Kedua, kegiatan berbicara yang melibatkan kerja kelompok dapat memberikan peluang bagi siswa untuk berdiskusi tentang kosakata yang tidak diketahui. Diskusi seperti itu sering kali berhasil dan merupakan hal yang positif (Newton, 1995). Ketiga, karena pembelajaran kata tertentu adalah sebuah proses kumulatif, penggunaan sebagian kata yang dikenal dalam keterampilan berbicara atau menulis dapat membantu memperkuat dan memperkaya pengetahuan akan kata tersebut.

Meningkatkan Kelancaran Berbahasa melalui Kosakata dengan Empat Keterampilan

Pengetahuan akan kosakata dianggap penting, tetapi untuk menggunakan kosakata dengan baik membutuhkan pembiasaan dengan fasih menggunakan kosakata yang sudah diketahui. Mengembangkan kefasihan melibatkan pembelajaran untuk penggunaannya yang terbaik atas kosakata yang telah dikenal. Dengan demikian, kegiatan mengeksplor kefasihan sebaiknya tidak melibatkan kosa kata yang tidak dikenal. Sebuah kondisi diperlukan untuk membangun kefasihan dengan melibatkan materi yang sudah diketahui dalam jumlah yang banyak, fokus pada pesan dan beberapa tekanan untuk ada pada tingkat yang lebih tinggi dari level normal pada umumnya. Karena kondisi tersebut, kegiatan pengembangan kefasihan biasanya tidak secara khusus fokus pada kosa kata atau tata bahasa, tetapi dititikberatkan pada kefasihan dalam aspek menyimak, berbicara, membaca atau menulis.

(9)

dapat memilih variasi yang banyak, yang demikian biasa disebut dengan ‘pendekatan paling lengkap’ untuk kefasihan.

C. Analisis Wacana

Hidup bagaikan aliran konstan dari wacana – atas bahasa yang berfungsi di salah satu dari banyaknya konteks dan bersama-sama membentuk sebuah budaya. Hal tersebut menentukan hari seperti biasanya. Selanjutnya, hari dapat dimulai dengan sebuah wacana (misalnya, salam yang ada di sebuah rumah dari satu anggota keluarga ke anggota keluarga lain dan beberapa terdengar di radio, TV, internet atau surat kabar) sebelum seorang individu pergi bekerja atau sekolah. Hari berlanjut dengan berbagai wacana dalam lembaga ini: mendiskusikan rencana di sebuah rapat bisnis, menulis esai untuk jurusan psikologi di perpustakaan Universitas, memesan makan siang di tempat makanan siap saji. Semakin berjalannya waktu yang mendekatkan pada berakhirnya kegiatan di luar rumah, anggota keluarga berkumpul bersama lagi dan sangat menungkinkan mereka duduk bersama untuk makan dan berbincang mengenai apa yang sudah dilakukan hari itu serta membicarakan masa depan.

Dari penjelasan diatas, analisis wacana tepat dikatakan sebagai ilmu linguistik terapan. Analis mempelajari teks wacana, apakah berbicara atau tulis, apakah panjang atau pendek, dan lebih menonjolkan hubungan antar teks dan konteks yang telah dikembangkan dan dioperasikan. Ahli analisis wacana selalu melihat kenyataan yang ada pada teks dan pada yang demikian itu berbeda secara signifikan dari pandangan ahli tata bahasa formal (seperti menentang fungsional) dan ahli filsuf bahasa, sejak banyaknya ahli yang cenderung bekerja dengan contoh yang sudah ditemukan.

Posisi penting yang melingkupi analisis wacana dalam linguistik terapan telah muncul dikarenakan oleh memungkinkanya para ahli menerapkan untuk menganalisis dan memahami data bahasa, misalnya, teks yang ditulis oleh penerima bahasa pertama dan kedua, rekaman-rekaman pidato atau percapakan yang diucapkan penerima bahasa kedua, juga dari interaksi antara guru dan siswa atau di antara mereka sendiri di dalam ruang kelas.

Berbicara dan Menulis

(10)

kalimat tertentu, bahasa lisan dipandang sebagai bahasa tak berbentuk dan dan tidak gramatikal, sedangkan bahasa tulis terlihat sangat terstruktur dan terorganisir.

Salah satu cara mendekati perbedaan antara berbicara dan menulis adalah menge-plot teks inividual dalam skala atau dimensi. Gambar 4.1 memetakan berbagai jenis teks lisan maupun tertulis dalam bentuk skala. Di salah satu ujung skala, terdapat yang paling informal, konkrit, interaksi dan interaksi serta abstraksi paling formal.

Tata Bahasa dan Wacana: Lisan dan Tulisan

Di dalam buku-buku kajian analisis wacana, penulis dapat bersandar kepada pembacanya untuk proses sebuah teks dalam akal sehat yang logis. Jadi, jika seorang subyek tersebut diulang dalam sebuah klausa yang terkoordinasi, pembaca hanya mengasumsikan bahwa subjek yang sama berlaku: kami berdiri dan menatap laut. (dipahami: kami berdiri dan kami menatap ke arah laut). Tetapi karena diucapkan, wacana tersebut biasanya hanya terlihat dalam konteks tertentu (tidak seperti ditulis teks yang sering diproduksi pada satu waktu dan tempat untuk dibaca di lain hari), pembicara biasanya memiliki bahkan kurang merujuk untuk segala sesuatu yang ada dalam konteks dan dapat menerima begitu saja apa yang didengar sehingga mengetahui apa yang dimaksud.

Implikasi dalam Ilmu Pendidikan

Ide-ide telah diuraikan dalam bab ini memiliki dampak pada bahasa ilmu pendidikan (pedagogik):

(11)

dan perbedaan jenis bahasa yang dibutuhkan siswa. dan untuk memilih serta mengevaluasi wacana terkait, khususnya kebutuhan siswa.

2. Ketika berbagai jenis model menulis (misalnya: academic papaer, surat bisnis), analisis wacana dapat membantu guru untuk menjelaskan dan mendasari jenis teks terkait dihubungkan dengan jenis tulisannya.

3. Kedua hal diatas dilakukan dalam program pelatihan guru dan guru sudah di dalam kelas, terdapat model analisis, seperti IRF, dapat meningkatkan kesadaran mengenai sifat alami dar interaksi antara guru dan siswa.

Referensi:

Referensi

Dokumen terkait